ii
FIBER OPTIK SINYAL ANALOG
I. TUJUAN
Mengamati dan menguji pengiriman sinyal analog melalui fiber optik.
Mengukur pengaruh panjang saluran terhadap redaman pada transmisi fiber optik.
Membandingkan input dan output sinyal analog melalui fiber optik.
Menguji fiber optik dengan OTDR
1
mendingin dari keadaan cairnya pada suhu tinggi hingga dia membeku, sementara
masih dalam keadaan plastik, gelas itu ditarik dengan menggunakan tegangan
kedalam bentuk fiber yang panjang. Selama dalam proses pembentukan ini,
variasi-variasi sub mikroskopis dalam kerapatan gelas dan dalam campuran-
campuran di dalamnya ikut dibekukan di dalam gelas, dan kemudian menjadi
facet-facet yang memantulkan dan membiaskan serta menyebarkan sebagian kecil
cahaya yang lewat melalui gelas tersebut. Meskipun teknik pembuatan yang teliti
dapat mengurangi anomali-anomali ini hingga minimum, hal tersebut tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan.
b. Rugi-rugi penyerapan
Terdapat tiga macam, yaitu penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah, dan
penyerapan resonansi ion.
c. Rugi-rugi penggandengan
Cacat-cacat kecil pada inti atau pada interface inti pelapis, seperti misalnya variasi
kecil pada diameter inti, bentuk penampang atau gelembung-gelembung dalam
gelas dapat menyebabkan penggandengan yang tidak sempurna.
d. Rugi-rugi pembengkokan
Terdapat dua macam, yaitu pembengkokan mikro dan pembengkokan radius
konstan.
Prinsip-prinsip dasar dari komunikasi fiber optic ialah sinyal itu lewat dari fase seperti
pada bentuk gelombang analog. Kemudian, melalui pengubah analog menjadi digital yang
mngubah gelombang analog menjadi rangkaian pulsa digital. Lalu, sinyal digital itu melewati
sumber sinyal yang mungkin laser atau LED, yang mengubah pulsa digital elektronik
menjadi pulsa sinar yang ekuivalen. Pada akhir penerimaan suatu detector menangkap pulsa
sinar dan menerjemahkannya dalam pulsa digital, yang kemudian terus melalui pengubah
analog menghubungkan dengan kabel fiber optik yang mengeluarkan sinar digital, seperti
misal komputer, konversi anaog menjadi digital tidak diperlukan. Dalam banyak sirkuit fiber
2
optik teresterial, repeater yang untuk membuat sinyal ditempati kira-kira setiap 40 km.
Supaya dibuat, pulsa sinar itu pertama tama harus diubah lagi menjadi pulsa elektrik.
Kemudian, sinyal itu dibuat dan diubah lagi dalam pulsa sinar.
Berlainan dengan telekomunikasi yang mempergunakan gelombang electromagnet,
maka pada fiber optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi.
Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian, sinyal
listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui fiber optik dari pengirim
(transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari fiber.
Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi
menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi
sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi
gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama
komponen optoelectronic pada setiap ujung fiber optik.
3
Tank potong : 1 buah
4
Konektor FC : 2 buah
5
Fiber Optik Single Mode dan konektor FC : 2 buah
6
3.4 Pengukuran kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) F2H FHO500 : 1 buah
7
Port Patch Panel SC Fiber Optik : 2 buah (input dan output)
8
f. Melepaskan kabel fiber optik dari slot kabel losse tube dengan menggunakan
tangan atau cutter.
g. Membersihkan kabel fiber optik dengan tepung secara teliti satu persatu.
k. Meratakan ujung core dengan menggunakan cleaver fiber, agar saat proses
splicing, core tersebut dapat tersambung dengan baik.
9
l. Membersihkan core fiber optik tersebut dengan menggunakan tisu yang telah
diberi alcohol 95% secukupnya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
cladding yang masih menempel pada core sehingga dalam proses penyambungan,
core dapat tersambung dengan baik.
m. Setelah membersihkan core dan meratakan ujungnya, fiber optik siap
disambungkan dengan fiber optik lainnya dengan splicer.
v.
10
w.
x. Apabila kedua core sudah pada posisi yang tepat , langkah selanjutnya menutup tutup
bagian atas dari splicer kemudian menekan tombol “set” untuk memulai proses
penyambungan. Menunggu beberapa saat hingga proses splicing selesai.
y. Setelah proses splicing selesai, melihat berapa besar loss yang dihasilkan dari proses
tersebut pada LCD splicer. Hasil yang baik tidak boleh menghasilkan loss > 0,03 dB.
z.
c. Bersihkan dengan menggunakan tisu yang telah diberi cairan alkohol 96% hingga
bersih agar menghindari loss.
11
d. Rapikan kedua ujung tersebut dengan menggunakan cleaver agar unujng core rapi
dan penyinaran maksimal.
e. Bersihkan kembali kedua ujung fiber optik tersebut dengan tisu yang telah diberi
cairan alkohol 96% hingga bersih agar menghindari loss.
f. Buka bagian depan konektor SC dan tarik penutup belakang ke atas. Lalu geser
pengait di bagian samping konektor ke depan. Kemudian masukkan salah satu
ujung kabel fiber optik hingga sampai paling ujung dari konektor.
Bagian belakang
Bagian depan
12
g. Ulang langkah f untuk ujung fiber optik lainnya.
h. Cek hasil pemasangan konektor sudah baik atau belum dengan menggunakan
Laser. Masukkan salah satu ujung konektor ke laser dan nyalakan laser.
i. Tukar dengan ujung lainnya untuk di masukkan ke ujung laser dan nyalakan laser
kembali. Jika cahaya merah pada masing masing ujung telah terang dan tidak
terjadi hamburan disekitar konektor maka pemasangan konektor berhasil.
j. Jika fiber optik sudah di masukkan dengan benar dan menghasilkan cahaya yang
terang maka kunci konektor dengan cara menekan bagian biru pada konektor ke
dalam.
13
4.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending
4.3.1 Tanpa bending
a. Siapkan alat bahan yang diperlukan
b. Sambungkan kedua ujung konektor fiber optik yang telah dipasang konektor
dengan konektor sc kabel fiber single mode.
c. Sambungkan masing-masing ujung lain dari konektor sc kabel fiber single mode
tersebut ke OPM (Optical Power Meter)
c. Sambungkan masing-masing ujung lain dari konektor sc kabel fiber single mode
tersebut ke OPM (Optical Power Meter)
15
4.4 Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum.
b. Pastikan baterai pada OTDR sudah terpasang dan sudah terisi penuh atau bisa
menggunakan listrik AC kemdian tekan tombol ON/OFF untuk menyalakan
perangkat
c. Pasang Patccord penghubung dari adapter OTDR dengan adapter pada kabel
Fiber Optik yang akan digunakan.
16
g. Kemudian tekan trace event pada layar untuk mengetahui hasil pengujian
tersebut.
17
e. Ubah frekuensi dan lamda (panjang gelombang pada OPM bagian input sebesar
f=1000 hz dan lamda = 1310 nm)
f. Lihat dan amati kemudian catat hasil yang muncul pada OPM bagian otput
18
Setelah fiber optik berhasil disambung, selanjutnya proses pemasangan
pelindung dengan cara pemanasan menggunakan fusion splicer. Hal yang perlu
diperhatiakn peletakan pelindung agar tepat melindungi fiber yang baru saja di splicer
dan tidak memiliki pelindung.
5.3 Analisa Praktikum Menghitung Rugi-Rugi pada Kabel Fiber Optik Terhadap
Bending
Pada percobaan pengujian rugi-rugi terhadap bending yang perlu dilakukan
adalah menghitung loss saat tanpa bending. Hal ini dilakukan agar perhitungan rugi-
rugi dapat presisi. Pada saat kabel fiber optik yang belum diberi bending pasti
memiliki rugi-rugi kabel sendiri yang perlu diperhitungkan saat pengukuran. Berikut
ini hasil pengukuran rugi-rugi pada kabel fiber optik tanpa diberi bending.
19
Lamda Frekuensi
No. Loss (dBm) Gambar
(nm) (Hz)
1 0 -15.02
2 270 -17.98
1310
3 1000 -18,17
4 2000 -18,08
5 1550 0 -14.82
20
6 270 -17.80
7 1000 -18.35
8 2000 -18.54
Dari hasil tabel yang diperoleh, diketahui bahwa semakin besar panjang
gelombang yang dihasilkan, maka loss yang dihasilkan semakin besar dan semakin
besar nilai frekuensi yang digunakan, maka loss yang dihasilkan semakin kecil.
Pada Saat panjang gelombang yang digunakan 1310 nm, menghasilkan loss
tertinggi sebesar -15.02 dBm pada saat frekuensi 0 Hz. Sedangkan untuk rugi-rugi
terendah dihasilkan pada saat frekuensi 1000 Hz yaitu sebesar -18,17 dBm. Pada saat
frekuensi 270 Hz dan 2000 Hz menghasilkan rugi-rugi sebesar -17,98 dBm dan -18,08
dBm. Pada Saat panjang gelombang yang digunakan 1550 nm, menghasilkan loss
tertinggi sebesar -14,82 dBm pada saat frekuensi 0 Hz. Sedangkan untuk rugi-rugi
terendah dihasilkan pada saat frekuensi 2000 Hz yaitu sebesar -18,54 dBm. Pada saat
frekuensi 270 Hz dan 1000 Hz menghasilkan rugi-rugi sebesar -17,80 dBm dan -18,54
dBm.
Setelah pengukuran rugi-rugi kabel maka diakukan pengukuran total loss yang
didapat saat diberi bending.
21
Pada percobaan praktikum pengukuran bending didapatkan hasil sebagai berikut :
Diameter Lamda Frekuensi
No. Loss (dBm) Gambar
(cm) (nm) (Hz)
1 0 -16,16
2 270 -19,25
1310
3 1000 -18,53
4 2000 -18,4
5 0 -17,4
1550
6 270 -20,74
22
7 1000 -20,66
8 2000 -20,77
9 0 -17,64
10 270 -19,74
4 1310
11 1000 -19,51
12 2000 -19,18
23
13 0 -21,11
14 270 -24,61
1550
15 1000 -24,56
16 2000 -24,78
17 0 -18,51
3 1310
18 270 -21,57
24
19 1000 -21,68
20 2000 -21,52
21 0 -31,28
22 270 -34,55
1550
23 1000 -34,73
24 2000 -35,05
25
Pada percobaan ini fiber optik diberi variasi diameter, frekuensi, dan lamda.
Variasi diameternya 5 cm, 4 cm dan 3 cm. Frekuensi yang digunakan yaitu pada 0 Hz,
270 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz. Sedangkan lamdanya 1310 nm dan 1550 nm. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan pengaruh adanya pemberian lilitan dan diameter pada
intensitas cahaya yang timbul pada fiber optik. Berdasarkan tabel diatas dapat kita
buat grafik nilai loss yang dihasilkan pada perbandingan diameter untuk melilit fiber
optik dengan frekuensi yang digunakan pada OPM. Grafik ini dibedakan berdasarkan
nilai lamda yang digunakan.
Berikut tabel hasil loss sebenarnya yang dihasilkan :
26
GRAFIK PERBANDINGAN DIAMETER DENGAN FREKUENSI
SAAT LAMDA 1310 nm
4
3.5
3
2.5
LOSS
2
1.5
1
0.5
0
0 270 1000 2000
DIAMETER 5 CM 1.14 1.27 0.36 0.32
DIAMETER 4 CM 2.62 1.76 1.34 1.1
DIAMETER 3 CM 3.49 3.59 3.51 3.44
2
1.5
1
0.5
0
0 270 1000 2000
DIAMETER 5 CM 1.14 1.27 0.36 0.32
DIAMETER 4 CM 2.62 1.76 1.34 1.1
DIAMETER 3 CM 3.49 3.59 3.51 3.44
Dari hasil tabel dan grafik diatas diketahui bahwa semakin kecil diameter dan
semakin kecil frekuensi maka loss yang dihasilkan semakin besar. Selain itu semakin
besar lamda yang digunakan dengan diameter dan frekuensi yang sama maka semakin
besar pula nilai loss yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena gelombang cahaya
pada lapisan core terjadi pemantulan internal total. Dimana pantulan sempurna pada
fiber optik hanya dapat terjadi jika sinar datang dari medium yang lebih rapat ke
medium yang kurang rapat dan sinar datang dengan sudut datang yang melebihi sudut
kritisnya. Jika fiber optik dililit dengan diameter yang kecil maka pantulan pada core
tidak akan sempurna dan menghasilkan loss yang besar. Sinar dalam fiber optik
berjalan melalui cara memantul dari cladding, karena cladding sama sekali tidak
menyerap sinar dari core. Jika terjadi loss maka sudut pantul yang dihasilkan pada
core akan semakin kecil dan mengakibatkan adanya penumpukan sinar.
27
5.4 Analisa Praktikum Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
1.5.1 Pada lamda = 1310 nm
a. Pada port 1 SC patch panel
28
c. Pada port 3 SC patch panel
29
e. Pada port 5 SC patch panel
30
g. Pada port 7 SC patch panel
31
i. Pada port 9 SC patch panel
32
k. Pada port 11 SC patch panel
33
5.5.2 Pada lamda 1550
a. Pada port 1 SC patch panel
Pada port 1 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir tranmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.81 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.79 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.388 dB pada jarak akhir total
0.50365 Km dengan 1.199 dB loss tiap segment .
b. Pada port 2 SC panel patch
34
Pada port 2 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.79 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.79 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.551 dB pada jarak akhir total
0.53658 Km dengan 1.198 dB loss tiap segment .
c. Pada port 3 SC panel patch
Pada port 3 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi pertama
(B = 0.00 m, atenuasi = 6.02 dB) ) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72
meter, atenuasi = 14.77 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total
sebesar 8.75 dB. Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event
yang merupakan akhir dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga
menunjukkan ujung kabel fiber optik tersebut putus. Total loss daya sebesar
4.935 dB pada jarak total 0.68388 Km dengan 1.1294 dB pada segment 1 dan
0.836 dB loss pada segment kedua.
35
d. Pada port 4 SC panel patch
Pada port 4 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.75 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.73 dB.
Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.615 dB pada jarak total 0.20779 Km.
e. Pada port 5 SC panel patch
Pada port 5 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
36
14.73 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.71 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus.Total loss daya sebesar 2.719 dB pada jarak total 0.46907
Km dengan 1.248 dB loss tiap segment.
f. Pada port 6 SC panel patch
Pada port 6 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.72 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.84 dB.
Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.566 dB pada jarak total 0.19730 Km.
g. Pada port 7 SC panel patch
37
Pada port 7 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.71 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.83 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dialkuakan
test. Total loss daya sebesar 3.557 dB pada jarak total 0.52484 Km dengan 1.192
dB loss tiap segment.
h. Pada port 8 SC panel patch
Pada port 8 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.70 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.68 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2,3,4 merupakan
non reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. serta total loss daya sebesar 4.267 dB pada jarak total 0.64125 Km.
i. Pada port 9 SC panel patch
Pada port 9 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi (A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.
38
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.126 dB pada jarak total 0.70864 Km
j. Pada port 10 SC panel patch
Pada port 10 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi (A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
39
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.727 dB pada jarak total 0.55113 Km.
k. Pada port 11 SC panel patch
Pada port 11 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B =
0.00 m, atenuasi = 5.73 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter,
atenuasi = 14.69 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar
8.96 dB. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.558 dB pada jarak total 0.18814 Km
l. Pada port 12 SC panel patch
40
Pada port menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik. Total loss daya sebesar 5.550 dB pada jarak
total 0.19630 Km.
Pada port input 1 dan output 1 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 Db
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB
Pada port input 2 dan output 2 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -31.79 dBm
dan daya sebesar 661.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −31.79
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.0251 dB
−30
41
c. Pada port input 3 dan output 3
Pada port input 3 dan output 3 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.29 dBm
dan daya sebesar 186.3 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −31.79
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.944 dB
−30
Pada port input 4 dan output 4 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -36.96 dBm
dan daya sebesar 201.3 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −36.96
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.906 dB
−30
Pada port input 5 dan output 5 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 Db
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB
42
f. Pada port input 6 dan output 6
Pada port input 6 dan output 6 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.29 dBm
dan daya sebesar 186.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −37.29
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.9447 dB
−30
Pada port input 7 dan output 7 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -36.87 dBm
dan daya sebesar 205.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −36.87
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.895 dB
−30
Pada port input 7 dan output 7 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.96 dBm
dan daya sebesar 159.9 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −37.96
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -1.022 dB
−30
43
i. Pada port input 9 dan output 9
Pada port input 9 dan output 9 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB
Pada port input 10 dan output 10 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB
Pada port input 11 dan output 11 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -40.46 dBm
dan daya sebesar 89.78 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −40.46
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -1.299 dB
−30
44
l. Pada port input 12 dan output 12
Pada port input 12 dan output 12 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Nilai maksimal redaman yaitu 0,01 dB. Hasil sambungan dapat dilihat pada nilai
estimasi redaman yang ditunjukkan pada layar splicer. Semakin kecil nilai
redaman maka kualitas sambungan semakin baik. Dari data yang didapat maka
dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan praktikum spilcing harus melakukan
serapi mungkin.
b. Ketika melakukan pemasangan konektor pada kabel Fiber Optic harus berhati –
hati. Jika salah pemasangan akan merusak konektor dan kabelnya. Setelah itu
kabel Fiber Optic harus dicek dulu dengan memberi laser.
c. Ketika semakin banyak lekukan maka redaman semakin tinggi Semakin lurus
kabel serat optik maka redaman yang dihasilkan semakin kecil yang dimana
tentunya kualitas FO akan semakin bagus. Semakin kecil diameter bending maka
redaman yang dihasilkan pada opm semakin besar, yang dimana diameter
bending berbanding terbalik dengan redaman pada opm.
d. OTDR digunakan untuk mengukur Loss per satuan panjang, mengevaluasi
sambungan dan konektor pada saat instalasi, dan mengidentifikasi Fault
Location.Pelemahan yang terjadi pada fiber optic disebabkan karena splicing dan
konektor loss.Apabila jarak yang dirunjukkan oleh OTDR terhadap suatu jalur
kebel optik kurang dari jarak yang sebenarnya, berati kebel optik pada jarak
tersebut putus atau rusak.
45
e. Pada saat hasil nilai redaman yang didapatkan pada port output menunjukkan
hasil diatas 50 dB maka hasil tidak akan terbaca dan berarti koneksi antara port
input dan output terputus. Sedangkan jika nilai redaman kecil (kurang dari) 50 dB
maka akan dapat terbaca dan berarti koneksi antara port input dan output
terhubung. Adanya redaman atau loss disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
kondisi kabel yang sudah kurang baik dan peletakan kabel yang kurang tepat
sehingga menyebabkan terjadinya redaman oleh bending (kelengkungan).
DAFTAR PUSTAKA
46