Anda di halaman 1dari 48

LABORATORIUM FIBER OPTIK

LAPORAN PRATIKUM AKHIR MATA KULIAH INSTALASI FIBER OPTIK

KELAS / GROUP : TT/2C


NAMA KETUA : Andriani Dewi Kartikasari (1631130045)
NAMA ANGGOTA : 1. Karel Aditya Pramana Putra (1631130076)
2. Muhamad Shifa Shodiqi (1631130105)
NILAI :
DOSEN : SEPTRIANDI WIRA YOGA ST., MT.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
DAFTAR ISI
I. TUJUAN.................................................................................................................................
II. DASAR TEORI .....................................................................................................................
2.1 Rugi-rugi Fiber Optik .....................................................................................................
2.2 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik ..................................................................
III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN ................................................................................
3.1 Proses Splicing ................................................................................................................
3.2 Proses pemasangan konektor ..........................................................................................
3.3 Perhitungan rugi-rugi pada kabel fiber optic terhadap bending .....................................
3.3.1 Tanpa bending ......................................................................................................
3.3.2 Perhitungan rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending ...........................
3.4 Pengukuran kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR .........................................
3.5 Pengukuran rugi rugi antar port fiber optic ....................................................................
IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN ...................................................................
4.1 Menggunakan Splicer .....................................................................................................
4.2 Memasang konektor ........................................................................................................
4.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending .....................................
4.3.1 Tanpa bending ......................................................................................................
4.3.2 Terhadap bending .................................................................................................
4.4 Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR ........................................
4.5 Mengukur Rugi Rugi Antar Port Fiber Optic ............................................................. 16
V. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRATIKUM .......................................................... 17
5.1 Analisa Praktikum Menggunakan Splicer .................................................................. 17
5.2 Analisa Praktikum Memasang Konektor .................................................................... 18
5.3 Analisa Praktikum Menghitung Rugi-Rugi pada Kabel Fiber Optik Terhadap Bending
18
5.4 Analisa Praktikum Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR ..... 27
1.5.1Pada lamda = 1310 nm ...................................................................................... 27
5.5.2Pada lamda 1550 ................................................................................................ 33
5.5 Analisis mengukur Rugi rugi port .............................................................................. 40
VI. KESIMPULAN ................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 45

ii
FIBER OPTIK SINYAL ANALOG

I. TUJUAN
 Mengamati dan menguji pengiriman sinyal analog melalui fiber optik.
 Mengukur pengaruh panjang saluran terhadap redaman pada transmisi fiber optik.
 Membandingkan input dan output sinyal analog melalui fiber optik.
 Menguji fiber optik dengan OTDR

II. DASAR TEORI


2.1 Rugi-rugi Fiber Optik
Dalam pentransmisian sinyal pada teknologi komunikasi, fiber optik makin banyak
menggantikan saluran transmisi kawat. Hal ini disebabkan saluran fiber optik memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan dengan saluran kawat. Pertama, dikarenakan cahaya
secara efektif adalah sama seperti radiasi radio frekuensi yang jauh lebih tinggi, maka dalam
teori kapasitas pembawaan informasi dari suatu fiber adalah jauh lebih besar dari pada
sistem-sistem radio gelombang mikro. Berikutnya, bahan yang digunakan dalam fiber adalah
gelas silika atau dioksida silikon, yang merupakan salah satu dari bahan-bahan yang paling
banyak terdapat di bumi kita, sehingga nantinya biaya saluran-saluran semacam ini pasti akan
jauh lebih rendah, baik dari saluran-saluran kawat maupun sistem-sistem gelombang mikro.
Fiber optik tidak bersifat menghantarkan listrik, sehingga dapat digunakan di daerah-
daerah dimana isolasi listrik dan interferensi merupakan masalah berat. Dan karena kapasitas
informasinya yang tinggi, rute-rute saluran majemuk dapat diringkas menjadi kabel-kabel
yang jauh lebih kecil, sehingga dapat mengurangi kemacetan pada channel yang sudah sangat
padat. Dengan teknologi yang telah dikuasi pada saat ini, sistem komunikasi fiber optik
masih sedikit lebih mahal daripada sistem kawat atau radio yang setara, tetapi keadaan ini
dapat berubah dengan cepat. Sistem fiber optik dengan cepat akan mampu bersaing dengan
sistem-sistem lain dalam harga, dan dengan kelebihan-kelebihannya yang lain, makin lama
akan makin banyak sistem lain yang menggantikannya.
Rugi-rugi dalam fiber optic adalah sebagai berikut:
a. Rugi-rugi penyebaran Rayleigh
Gelas dalam fiber optik adalah suatu benda pada amorphous (tidak berbentuk
kristal atau noncrystalline), yang dibentuk dengan cara membiarkan gelas itu

1
mendingin dari keadaan cairnya pada suhu tinggi hingga dia membeku, sementara
masih dalam keadaan plastik, gelas itu ditarik dengan menggunakan tegangan
kedalam bentuk fiber yang panjang. Selama dalam proses pembentukan ini,
variasi-variasi sub mikroskopis dalam kerapatan gelas dan dalam campuran-
campuran di dalamnya ikut dibekukan di dalam gelas, dan kemudian menjadi
facet-facet yang memantulkan dan membiaskan serta menyebarkan sebagian kecil
cahaya yang lewat melalui gelas tersebut. Meskipun teknik pembuatan yang teliti
dapat mengurangi anomali-anomali ini hingga minimum, hal tersebut tidak dapat
sepenuhnya dihilangkan.
b. Rugi-rugi penyerapan
Terdapat tiga macam, yaitu penyerapan ultraviolet, penyerapan infra merah, dan
penyerapan resonansi ion.
c. Rugi-rugi penggandengan
Cacat-cacat kecil pada inti atau pada interface inti pelapis, seperti misalnya variasi
kecil pada diameter inti, bentuk penampang atau gelembung-gelembung dalam
gelas dapat menyebabkan penggandengan yang tidak sempurna.
d. Rugi-rugi pembengkokan
Terdapat dua macam, yaitu pembengkokan mikro dan pembengkokan radius
konstan.

2.2 Komunikasi dan Transmisi data Fiber Optik


Gambar 1 adalah contoh pengaplikasian fiber optik dalam sistem komunikasi.

Gambar 1 Blok Diagram Komunikasi data menggunakan Fiber Optik

Prinsip-prinsip dasar dari komunikasi fiber optic ialah sinyal itu lewat dari fase seperti
pada bentuk gelombang analog. Kemudian, melalui pengubah analog menjadi digital yang
mngubah gelombang analog menjadi rangkaian pulsa digital. Lalu, sinyal digital itu melewati
sumber sinyal yang mungkin laser atau LED, yang mengubah pulsa digital elektronik
menjadi pulsa sinar yang ekuivalen. Pada akhir penerimaan suatu detector menangkap pulsa
sinar dan menerjemahkannya dalam pulsa digital, yang kemudian terus melalui pengubah
analog menghubungkan dengan kabel fiber optik yang mengeluarkan sinar digital, seperti
misal komputer, konversi anaog menjadi digital tidak diperlukan. Dalam banyak sirkuit fiber

2
optik teresterial, repeater yang untuk membuat sinyal ditempati kira-kira setiap 40 km.
Supaya dibuat, pulsa sinar itu pertama tama harus diubah lagi menjadi pulsa elektrik.
Kemudian, sinyal itu dibuat dan diubah lagi dalam pulsa sinar.
Berlainan dengan telekomunikasi yang mempergunakan gelombang electromagnet,
maka pada fiber optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi.
Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian, sinyal
listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui fiber optik dari pengirim
(transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari fiber.
Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi
menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi
sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi
gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama
komponen optoelectronic pada setiap ujung fiber optik.

III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


3.1 Proses Splicing
 Fushion Splicer Techwin TCW-605S : 1 buah

 Cleaver FC-6S : 1 buah

3
 Tank potong : 1 buah

 Alkohol 96% dan tissue : secukupnya

 Pelindung fiber : 2 buah

 Kabel fiber optik loose tube : secukupnya (3 buah)

3.2 Proses pemasangan konektor


 Laser Visual Result Locator : 1 buah

4
 Konektor FC : 2 buah

 Cleaver FC-6S : 1 buah

 Tank potong : 1 buah

3.3 Perhitungan rugi-rugi pada kabel fiber optic terhadap bending


3.3.1 Tanpa bending

5
 Fiber Optik Single Mode dan konektor FC : 2 buah

 OPM JW3109 : 2 buah

3.3.2 Perhitungan rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending


 Fiber Optik Single Mode dan konektor FC : 2 buah

 Alat papan bending : 1 buah

 OPM JW3109 : 2 buah

6
3.4 Pengukuran kualitas kabel fiber optic menggunakan OTDR
 OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) F2H FHO500 : 1 buah

 Port Patch Panel SC Fiber Optik : 1 buah

3.5 Pengukuran rugi rugi antar port fiber optic


 OPM JW3109 : 2 buah

 Fiber Optik Single Mode dan konektor SC : 2 buah

7
 Port Patch Panel SC Fiber Optik : 2 buah (input dan output)

IV. PROSEDUR MELAKUKAN PERCOBAAN


4.1. Menggunakan Splicer
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan.
b. Pilih 3 fiber optik yang akan di splicer.
c. Mengukur menggunakan penggaris ± 30 cm kabel fiber optic yang akan dipotong
dan menandainya menggunakan bulpoin.
d. Memotong kabel fiber optic 2 buah sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
menggunakan gunting.
e. Menggergaji outer jacket kabel fiber optik loose tube sekitar ±10 cm. Pada ujung
kabel secara melintang sampai terlihat dalam kabel . Dalam menggergaji outer
jacket harus dilakukan secara perlahan dan hati hati agar benang serat yang ada di
dalam slot kabel tidak ikut terpotong.

8
f. Melepaskan kabel fiber optik dari slot kabel losse tube dengan menggunakan
tangan atau cutter.
g. Membersihkan kabel fiber optik dengan tepung secara teliti satu persatu.

h. Setelah dibersihkan dengan tepung, kemudian kabel fiber optik dibersihkan


dengan tisu yang disediakan.
i. Memilah kabel fiber optik dengan membagi dua 1 kabel fiber optik menggunakan
tangan
j. Mengupas cladding ± 3 cm dengan tang stripper dengan cara memposisikan tang
agak miring dan menahannya,lalu menariknya ke ujung kabel secara perlahan
hingga cladding benar-benar terlepas dari corenya.

k. Meratakan ujung core dengan menggunakan cleaver fiber, agar saat proses
splicing, core tersebut dapat tersambung dengan baik.

9
l. Membersihkan core fiber optik tersebut dengan menggunakan tisu yang telah
diberi alcohol 95% secukupnya. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
cladding yang masih menempel pada core sehingga dalam proses penyambungan,
core dapat tersambung dengan baik.
m. Setelah membersihkan core dan meratakan ujungnya, fiber optik siap
disambungkan dengan fiber optik lainnya dengan splicer.

n. Sambil menunggu hasil estimasi redaman, siapkan slip protection.


o.Menyiapkan splicer yang akan digunakan untuk menyambungkan kabel fiber optik.
o. Membuka penutup LCD pada splicer.
p. Menyalakan splicer dengan menekan tombol “ON”.
q. Membuka penutup pada bagian atas splicer.
r. Membuka sheath clamp yang berada di sisi kanan splicer
s. Meletakan kabel serat optic yang sudah siap untuk displicing pada jalur V-
groove dengan tidak melewati electrode dari splicer.
t. Bila ujung fiber optik sudah pada posisi yang pas untuk disambungkan, maka
selanjutnya menutup sheath clamp pada bagian kanan tersebut dengan hati-hati.
u. Membuka sheath clamp pada sisi kiri splicer

v.

10
w.
x. Apabila kedua core sudah pada posisi yang tepat , langkah selanjutnya menutup tutup
bagian atas dari splicer kemudian menekan tombol “set” untuk memulai proses
penyambungan. Menunggu beberapa saat hingga proses splicing selesai.
y. Setelah proses splicing selesai, melihat berapa besar loss yang dihasilkan dari proses
tersebut pada LCD splicer. Hasil yang baik tidak boleh menghasilkan loss > 0,03 dB.
z.

4.2 Memasang konektor


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Kupas jacket kedua ujung dari fiber optik yang telah di splicer dan dipasang
pelindung masing masing kurang lebih 3 cm.

c. Bersihkan dengan menggunakan tisu yang telah diberi cairan alkohol 96% hingga
bersih agar menghindari loss.

11
d. Rapikan kedua ujung tersebut dengan menggunakan cleaver agar unujng core rapi
dan penyinaran maksimal.

e. Bersihkan kembali kedua ujung fiber optik tersebut dengan tisu yang telah diberi
cairan alkohol 96% hingga bersih agar menghindari loss.
f. Buka bagian depan konektor SC dan tarik penutup belakang ke atas. Lalu geser
pengait di bagian samping konektor ke depan. Kemudian masukkan salah satu
ujung kabel fiber optik hingga sampai paling ujung dari konektor.

Bagian belakang

Bagian depan

12
g. Ulang langkah f untuk ujung fiber optik lainnya.
h. Cek hasil pemasangan konektor sudah baik atau belum dengan menggunakan
Laser. Masukkan salah satu ujung konektor ke laser dan nyalakan laser.

i. Tukar dengan ujung lainnya untuk di masukkan ke ujung laser dan nyalakan laser
kembali. Jika cahaya merah pada masing masing ujung telah terang dan tidak
terjadi hamburan disekitar konektor maka pemasangan konektor berhasil.
j. Jika fiber optik sudah di masukkan dengan benar dan menghasilkan cahaya yang
terang maka kunci konektor dengan cara menekan bagian biru pada konektor ke
dalam.

13
4.3 Menghitung rugi-rugi pada kabel fiber optik terhadap bending
4.3.1 Tanpa bending
a. Siapkan alat bahan yang diperlukan
b. Sambungkan kedua ujung konektor fiber optik yang telah dipasang konektor
dengan konektor sc kabel fiber single mode.

c. Sambungkan masing-masing ujung lain dari konektor sc kabel fiber single mode
tersebut ke OPM (Optical Power Meter)

d. Atur lamda dan frekuensi pada OPM


Pengujian :
Lamda 1310 nm > Frekuensi 0 Hz Lamda 1310 nm > Frekuensi 270 Hz
14
Lamda 1310 nm > Frekuensi 1000 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 270 Hz
Lamda 1310 nm > Frekuensi 2000 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 1000 Hz
Lamda 1550 nm > Frekuensi 2000 Hz
Lamda 1550 nm > Frekuensi 0 Hz
e. Catat hasil loss daya yang ditampilkan pada OPM.

4.3.2 Terhadap bending


a. Siapkan alat bahan yang diperlukan
b. Sambungkan kedua ujung konektor fiber optik yang telah dipasang konektor
dengan konektor sc kabel fiber single mode.

c. Sambungkan masing-masing ujung lain dari konektor sc kabel fiber single mode
tersebut ke OPM (Optical Power Meter)

d. Lilit kabel pada papan bending dengan diameter 5 cm.


e. Atur lamda dan frekuensi pada OPM
Pengujian :
Lamda 1310 nm > Frekuensi 0 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 0 Hz
Lamda 1310 nm > Frekuensi 270 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 270 Hz
Lamda 1310 nm > Frekuensi 1000 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 1000 Hz
Lamda 1310 nm > Frekuensi 2000 Hz Lamda 1550 nm > Frekuensi 2000 Hz
f. Catat hasil loss daya yang ditampilkan pada OPM.
g. Setelah selesai ulangi langkah d, e, dan f untuk diameter 4 cm dan 3 cm.

15
4.4 Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum.
b. Pastikan baterai pada OTDR sudah terpasang dan sudah terisi penuh atau bisa
menggunakan listrik AC kemdian tekan tombol ON/OFF untuk menyalakan
perangkat

c. Pasang Patccord penghubung dari adapter OTDR dengan adapter pada kabel
Fiber Optik yang akan digunakan.

d. Harap diperhatikan sebelum pemasangan pastikan konektor sudah terpasang pada


kabel FO.
e. Sambungkan fiber yang sudah dihubungkan dengan adapter OTDR menuju ke 12
port patch panel SC secara bergantian dari port 1 yang paling kanan menju ke
port 12 yang paling kiri.

f. Tekan test untuk melakukan pengujian pada kabel fiber optic.

16
g. Kemudian tekan trace event pada layar untuk mengetahui hasil pengujian
tersebut.

4.5 Mengukur Rugi Rugi Antar Port Fiber Optic


a. Pasang Patch cord penghubung dari adapter OPM dengan adapter pada kabel
Fiber Optik yang akan digunakan.

b. Harap diperhatikan sebelum pemasangan pastikan konektor sudah terpasang pada


kabel FO.
c. Untuk menyambungkan input, sambungkan fiber yang sudah dihubungkan dengan
adapter OPM menuju ke 12 port patch panel SC secara bergantian dari port 1 yang
paling kanan menju ke port 12 yang paling kiri.

d. Untuk menyambungkan output, sambungkan fiber yang sudah dihubungkan


dengan adapter OPM menuju ke 12 port patch panel SC kedua secara bergantian
dari port 1 yang paling kanan menju ke port 12 yang paling kiri.

17
e. Ubah frekuensi dan lamda (panjang gelombang pada OPM bagian input sebesar
f=1000 hz dan lamda = 1310 nm)
f. Lihat dan amati kemudian catat hasil yang muncul pada OPM bagian otput

V. ANALISA HASIL PERCOBAAN PRATIKUM


Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat dilakukan analisa dari hasil yang
didapatkan yaitu :
5.1 Analisa Praktikum Menggunakan Splicer
Pada saat proses splicing terjadi beberapa kali kegagalan penyambungan
dikarenakan ujung core retak atau pecah. Pecahnya ujung core ini disebabkan karena
saat meletakkan fiber optik di fusion splicer sering kali kurang pas dan menabrak
elektroda fusion splicer. Hasil yang didapatkan dari proses splicing adalah kabel Fiber
optik berhasil disambung dengan redaman sebesar 0,01 dB. Pada penyambungan yang
sempurna redamanya harus 0,00 dB namun pada kenyatan sulit untuk sempurna.
Dikatakan baik jika redaman (loss) nya antara 0,00 dB-0,03 dB. Redaman pada proses
ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Saat membersihkan fiber optik mengggunakan tsu dan alkohol kurang bersih
dan meninggalkan kotoran.
- Ketika merapikan ujung core serat optik dengan menggunakan cleaver kurang
rata.
- Saat menempatkan fiber optik di fusion splicer sering kali ujung fiber optik
menabrak elektroda fusion splicer.

18
Setelah fiber optik berhasil disambung, selanjutnya proses pemasangan
pelindung dengan cara pemanasan menggunakan fusion splicer. Hal yang perlu
diperhatiakn peletakan pelindung agar tepat melindungi fiber yang baru saja di splicer
dan tidak memiliki pelindung.

5.2 Analisa Praktikum Memasang Konektor


Konektor fiber digunakan untuk menyambungan 2 ujung fiber optik, yang
digunakan pada titik-titik dimana fiber berakhir pada pemancar dan penerima. Pada
saat proses pemasangan konektor hasil yang didapatkan tidak langsung berhasil saat
percobaan pertama. Nyala laser tidak terang dan terjadi hamburan. Hal ini
dikarenakan :
- Saat memasukkan ujung core fiber optik ke dalam konektor tidak sampai ujung
konektor (kurang dalam) sehingga transmisi tidak berjalan dengan baik dan
terjadi hamburan di dalam konektor.
- Ujung core fiber optik terjadi keretakan/pecah terbentur saat memasukkan ke
dalam konektor.
Setelah 4 kali percobaan konektor berhasil dipasang. Namun hasil pemasangan
dari kedua konektor berbeda. Pada konektor pertama bagian penutup depan (yang
berwarna biru) mudah digerakkan maju mundur namun pada konektor kedua tidak
bisa digerakkan (rapat), hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu kurang rapat
saat mengunci konektor dengan kabel fiber optik, selain itu dapat juga dikarenakan
hasil produksi pabrik yang kurang sempurna.

5.3 Analisa Praktikum Menghitung Rugi-Rugi pada Kabel Fiber Optik Terhadap
Bending
Pada percobaan pengujian rugi-rugi terhadap bending yang perlu dilakukan
adalah menghitung loss saat tanpa bending. Hal ini dilakukan agar perhitungan rugi-
rugi dapat presisi. Pada saat kabel fiber optik yang belum diberi bending pasti
memiliki rugi-rugi kabel sendiri yang perlu diperhitungkan saat pengukuran. Berikut
ini hasil pengukuran rugi-rugi pada kabel fiber optik tanpa diberi bending.

19
Lamda Frekuensi
No. Loss (dBm) Gambar
(nm) (Hz)

1 0 -15.02

2 270 -17.98

1310

3 1000 -18,17

4 2000 -18,08

5 1550 0 -14.82

20
6 270 -17.80

7 1000 -18.35

8 2000 -18.54

Dari hasil tabel yang diperoleh, diketahui bahwa semakin besar panjang
gelombang yang dihasilkan, maka loss yang dihasilkan semakin besar dan semakin
besar nilai frekuensi yang digunakan, maka loss yang dihasilkan semakin kecil.
Pada Saat panjang gelombang yang digunakan 1310 nm, menghasilkan loss
tertinggi sebesar -15.02 dBm pada saat frekuensi 0 Hz. Sedangkan untuk rugi-rugi
terendah dihasilkan pada saat frekuensi 1000 Hz yaitu sebesar -18,17 dBm. Pada saat
frekuensi 270 Hz dan 2000 Hz menghasilkan rugi-rugi sebesar -17,98 dBm dan -18,08
dBm. Pada Saat panjang gelombang yang digunakan 1550 nm, menghasilkan loss
tertinggi sebesar -14,82 dBm pada saat frekuensi 0 Hz. Sedangkan untuk rugi-rugi
terendah dihasilkan pada saat frekuensi 2000 Hz yaitu sebesar -18,54 dBm. Pada saat
frekuensi 270 Hz dan 1000 Hz menghasilkan rugi-rugi sebesar -17,80 dBm dan -18,54
dBm.
Setelah pengukuran rugi-rugi kabel maka diakukan pengukuran total loss yang
didapat saat diberi bending.

21
Pada percobaan praktikum pengukuran bending didapatkan hasil sebagai berikut :
Diameter Lamda Frekuensi
No. Loss (dBm) Gambar
(cm) (nm) (Hz)

1 0 -16,16

2 270 -19,25

1310

3 1000 -18,53

4 2000 -18,4

5 0 -17,4

1550

6 270 -20,74

22
7 1000 -20,66

8 2000 -20,77

9 0 -17,64

10 270 -19,74

4 1310

11 1000 -19,51

12 2000 -19,18

23
13 0 -21,11

14 270 -24,61

1550

15 1000 -24,56

16 2000 -24,78

17 0 -18,51

3 1310

18 270 -21,57

24
19 1000 -21,68

20 2000 -21,52

21 0 -31,28

22 270 -34,55

1550

23 1000 -34,73

24 2000 -35,05

25
Pada percobaan ini fiber optik diberi variasi diameter, frekuensi, dan lamda.
Variasi diameternya 5 cm, 4 cm dan 3 cm. Frekuensi yang digunakan yaitu pada 0 Hz,
270 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz. Sedangkan lamdanya 1310 nm dan 1550 nm. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan pengaruh adanya pemberian lilitan dan diameter pada
intensitas cahaya yang timbul pada fiber optik. Berdasarkan tabel diatas dapat kita
buat grafik nilai loss yang dihasilkan pada perbandingan diameter untuk melilit fiber
optik dengan frekuensi yang digunakan pada OPM. Grafik ini dibedakan berdasarkan
nilai lamda yang digunakan.
Berikut tabel hasil loss sebenarnya yang dihasilkan :

Loss Total Loss (Tanpa


No Diameter Lamda Frekuensi Loss (dBm)
(Saat Bending) Bending)
1 0 -16,16 -15,02 1,14
2 270 -19,25 -17,98 1,27
1310
3 1000 -18,53 -18,17 0,36
4 2000 -18,4 -18,08 0,32
5
5 0 -17,4 -14,82 2,58
6 270 -20,74 -17,8 2,94
1550
7 1000 -20,66 -18,35 2,31
8 2000 -20,77 -18,54 2,23
9 0 -17,64 -15,02 2,62
10 270 -19,74 -17,98 1,76
1310
11 1000 -19,51 -18,17 1,34
12 2000 -19,18 -18,08 1,1
4
13 0 -21,11 -14,82 6,29
14 270 -24,61 -17,8 6,81
1550
15 1000 -24,56 -18,35 6,21
16 2000 -24,78 -18,54 6,24
17 0 -18,51 -15,02 3,49
18 270 -21,57 -17,98 3,59
1310
19 1000 -21,68 -18,17 3,51
20 2000 -21,52 -18,08 3,44
3
21 0 -31,28 -14,82 16,46
22 270 -34,55 -17,8 16,75
1550
23 1000 -34,73 -18,35 16,38
24 2000 -35,05 -18,54 16,51

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik untuk mempermudah pembacaan


sebagai berikut :

26
GRAFIK PERBANDINGAN DIAMETER DENGAN FREKUENSI
SAAT LAMDA 1310 nm
4
3.5
3
2.5
LOSS

2
1.5
1
0.5
0
0 270 1000 2000
DIAMETER 5 CM 1.14 1.27 0.36 0.32
DIAMETER 4 CM 2.62 1.76 1.34 1.1
DIAMETER 3 CM 3.49 3.59 3.51 3.44

GRAFIK PERBANDINGAN DIAMETER DENGAN FREKUENSI


SAAT LAMDA 1310 nm
4
3.5
3
2.5
LOSS

2
1.5
1
0.5
0
0 270 1000 2000
DIAMETER 5 CM 1.14 1.27 0.36 0.32
DIAMETER 4 CM 2.62 1.76 1.34 1.1
DIAMETER 3 CM 3.49 3.59 3.51 3.44

Dari hasil tabel dan grafik diatas diketahui bahwa semakin kecil diameter dan
semakin kecil frekuensi maka loss yang dihasilkan semakin besar. Selain itu semakin
besar lamda yang digunakan dengan diameter dan frekuensi yang sama maka semakin
besar pula nilai loss yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena gelombang cahaya
pada lapisan core terjadi pemantulan internal total. Dimana pantulan sempurna pada
fiber optik hanya dapat terjadi jika sinar datang dari medium yang lebih rapat ke
medium yang kurang rapat dan sinar datang dengan sudut datang yang melebihi sudut
kritisnya. Jika fiber optik dililit dengan diameter yang kecil maka pantulan pada core
tidak akan sempurna dan menghasilkan loss yang besar. Sinar dalam fiber optik
berjalan melalui cara memantul dari cladding, karena cladding sama sekali tidak
menyerap sinar dari core. Jika terjadi loss maka sudut pantul yang dihasilkan pada
core akan semakin kecil dan mengakibatkan adanya penumpukan sinar.

27
5.4 Analisa Praktikum Mengukur Kualitas Kabel Fiber Optic Menggunakan OTDR
1.5.1 Pada lamda = 1310 nm
a. Pada port 1 SC patch panel

Pada port 1 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E)


merupakan reflection event pada jarak 0.03197 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -31.1 dB.
b. Pada port 2 SC patch panel

Pada port 2 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E)


merupakan reflection event dengan jarak 0.03197 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -31.1 dB.

28
c. Pada port 3 SC patch panel

Pada port 3 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.03070 KM dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -30.9 dB.
d. Pada port 4 SC patch panel

Pada port 4 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 KM dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -52.5 dB.

29
e. Pada port 5 SC patch panel

Pada port 5 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 KM dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -52.8 dB.
f. Pada port 6 SC patch panel

Pada port 6 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E)


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 Km dan menunjukkan
redaman refleksi sebesar -52.8 dB

30
g. Pada port 7 SC patch panel

Pada port 7 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -53.3 dB.
h. Pada port 8 SC patch panel

Pada port 8 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -53.3 dB.

31
i. Pada port 9 SC patch panel

Pada port 9 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01484 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -53.1 dB.
j. Pada port 10 SC patch panel

Pada port 10 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01458 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -53.4 dB.

32
k. Pada port 11 SC patch panel

Pada port 11 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01484 Km dan menunjukkan redaman
refleksi sebesar -53.4 dB.
l. Pada port 12 SC patch panel

Pada port 12 kabel fiber optik menunjukkan sambungan kabel (simbol E )


merupakan reflection event dengan jarak 0.01484 KM menunjukkan redaman
sebesar -53.2 dB.

33
5.5.2 Pada lamda 1550
a. Pada port 1 SC patch panel

Pada port 1 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir tranmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.81 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.79 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.388 dB pada jarak akhir total
0.50365 Km dengan 1.199 dB loss tiap segment .
b. Pada port 2 SC panel patch

34
Pada port 2 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.79 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.79 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.551 dB pada jarak akhir total
0.53658 Km dengan 1.198 dB loss tiap segment .
c. Pada port 3 SC panel patch

Pada port 3 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi pertama
(B = 0.00 m, atenuasi = 6.02 dB) ) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72
meter, atenuasi = 14.77 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total
sebesar 8.75 dB. Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event
yang merupakan akhir dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga
menunjukkan ujung kabel fiber optik tersebut putus. Total loss daya sebesar
4.935 dB pada jarak total 0.68388 Km dengan 1.1294 dB pada segment 1 dan
0.836 dB loss pada segment kedua.

35
d. Pada port 4 SC panel patch

Pada port 4 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.75 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.73 dB.
Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.615 dB pada jarak total 0.20779 Km.
e. Pada port 5 SC panel patch

Pada port 5 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =

36
14.73 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.71 dB.
Simbol menunjukkan start event yang merupakan start dari adanya pelemahan
pada fiber optik dan Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir
dari adanya pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber
optik tersebut putus.Total loss daya sebesar 2.719 dB pada jarak total 0.46907
Km dengan 1.248 dB loss tiap segment.
f. Pada port 6 SC panel patch

Pada port 6 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.72 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.84 dB.
Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.566 dB pada jarak total 0.19730 Km.
g. Pada port 7 SC panel patch

37
Pada port 7 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.71 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.83 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dialkuakan
test. Total loss daya sebesar 3.557 dB pada jarak total 0.52484 Km dengan 1.192
dB loss tiap segment.
h. Pada port 8 SC panel patch

Pada port 8 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 6.02 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.70 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.68 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2,3,4 merupakan
non reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. serta total loss daya sebesar 4.267 dB pada jarak total 0.64125 Km.
i. Pada port 9 SC panel patch
Pada port 9 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi (A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.

38
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.126 dB pada jarak total 0.70864 Km
j. Pada port 10 SC panel patch

Pada port 10 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi (B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi (A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari

39
adanya pelemahan pada fiber optik dan simbol pada nomor 2 merupakan non
reflected event menunjukkan pelemahan pada kabel fiber optic saat dilakukan
test. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 3.727 dB pada jarak total 0.55113 Km.
k. Pada port 11 SC panel patch

Pada port 11 menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B =
0.00 m, atenuasi = 5.73 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter,
atenuasi = 14.69 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar
8.96 dB. Simbol E menunjukkan end event yang merupakan akhir dari adanya
pelemahan pada fiber optik dan juga menunjukkan ujung kabel fiber optik
tersebut putus. Total loss daya sebesar 5.558 dB pada jarak total 0.18814 Km
l. Pada port 12 SC panel patch

40
Pada port menunjukkan hasil fiber optik pada titik pertama transmisi ( B = 0.00
m, atenuasi = 5.88 dB) hingga titik akhir transmisi ( A = 482.72 meter, atenuasi =
14.69 dB ) pada jarak tersebut kabel memiliki atenuasi total sebesar 8.81 dB.
Simbol pada nomor 1 menunjukkan start event yang merupakan start dari
adanya pelemahan pada fiber optik. Total loss daya sebesar 5.550 dB pada jarak
total 0.19630 Km.

5.5 Analisis mengukur Rugi rugi port


a. Pada port input 1 dan output 1

Pada port input 1 dan output 1 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 Db
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB

b. Pada port input 2 dan output 2

Pada port input 2 dan output 2 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -31.79 dBm
dan daya sebesar 661.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −31.79
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.0251 dB
−30

41
c. Pada port input 3 dan output 3

Pada port input 3 dan output 3 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.29 dBm
dan daya sebesar 186.3 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −31.79
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.944 dB
−30

d. Pada port input 4 dan output 4

Pada port input 4 dan output 4 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -36.96 dBm
dan daya sebesar 201.3 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −36.96
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.906 dB
−30

e. Pada port input 5 dan output 5

Pada port input 5 dan output 5 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 Db
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB

42
f. Pada port input 6 dan output 6

Pada port input 6 dan output 6 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.29 dBm
dan daya sebesar 186.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −37.29
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.9447 dB
−30

g. Pada port input 7 dan output 7

Pada port input 7 dan output 7 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -36.87 dBm
dan daya sebesar 205.5 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −36.87
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -0.895 dB
−30

h. Pada port input 8 dan output 8

Pada port input 7 dan output 7 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -37.96 dBm
dan daya sebesar 159.9 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −37.96
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -1.022 dB
−30

43
i. Pada port input 9 dan output 9

Pada port input 9 dan output 9 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB

j. Pada port input 10 dan output 10

Pada port input 10 dan output 10 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB

k. Pada port input 11 dan output 11

Pada port input 11 dan output 11 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -40.46 dBm
dan daya sebesar 89.78 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −40.46
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log( ) = -1.299 dB
−30

44
l. Pada port input 12 dan output 12

Pada port input 12 dan output 12 menunjukkan rugi rugi fiber sebesar -50 dBm ,
dengan daya sebesar 10 nW. sehingga total rugi –rugi =
𝑝𝑜𝑢𝑡 −50
−10 log ( 𝑝𝑖𝑛 ) = −10 log(−30) = -2.218 dB

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Nilai maksimal redaman yaitu 0,01 dB. Hasil sambungan dapat dilihat pada nilai
estimasi redaman yang ditunjukkan pada layar splicer. Semakin kecil nilai
redaman maka kualitas sambungan semakin baik. Dari data yang didapat maka
dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan praktikum spilcing harus melakukan
serapi mungkin.
b. Ketika melakukan pemasangan konektor pada kabel Fiber Optic harus berhati –
hati. Jika salah pemasangan akan merusak konektor dan kabelnya. Setelah itu
kabel Fiber Optic harus dicek dulu dengan memberi laser.
c. Ketika semakin banyak lekukan maka redaman semakin tinggi Semakin lurus
kabel serat optik maka redaman yang dihasilkan semakin kecil yang dimana
tentunya kualitas FO akan semakin bagus. Semakin kecil diameter bending maka
redaman yang dihasilkan pada opm semakin besar, yang dimana diameter
bending berbanding terbalik dengan redaman pada opm.
d. OTDR digunakan untuk mengukur Loss per satuan panjang, mengevaluasi
sambungan dan konektor pada saat instalasi, dan mengidentifikasi Fault
Location.Pelemahan yang terjadi pada fiber optic disebabkan karena splicing dan
konektor loss.Apabila jarak yang dirunjukkan oleh OTDR terhadap suatu jalur
kebel optik kurang dari jarak yang sebenarnya, berati kebel optik pada jarak
tersebut putus atau rusak.

45
e. Pada saat hasil nilai redaman yang didapatkan pada port output menunjukkan
hasil diatas 50 dB maka hasil tidak akan terbaca dan berarti koneksi antara port
input dan output terputus. Sedangkan jika nilai redaman kecil (kurang dari) 50 dB
maka akan dapat terbaca dan berarti koneksi antara port input dan output
terhubung. Adanya redaman atau loss disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
kondisi kabel yang sudah kurang baik dan peletakan kabel yang kurang tepat
sehingga menyebabkan terjadinya redaman oleh bending (kelengkungan).

DAFTAR PUSTAKA

S, Rini Indah. 2013. Semarang: http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/


2012/05/L2F009094_MKP.pdf. Diakses pada Sabtu, 27 Januari 2018.
Anonim.https://www.researchgate.net/publication/278006739_ANALISIS_PERHITUNGAN
_RUGI-RUGI_PADA_SERAT_OPTIK. Diakses pada Sabtu, 27 Januari 2018
Manual Book AD5000 OTDR. Advanced Digital Instruments Sl. Madrid, Spain

46

Anda mungkin juga menyukai