Anda di halaman 1dari 28

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refarat Mini

Fakultas Kedokteran Juli 2017


Universitas Halu oleo

IMUNISASI

Oleh :

Andi Fitri Tenriawaru, S.Ked

( K1 A1 12 076 )

Helmianti Busri, S.Ked

(K1 A1 12 114 )

Pembimbing

dr.Hj. Musyawarah, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017

1
IMUNISASI

A. Pendahuluan

Dalam dunia kesehatan, dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan

kesehatan masyarakat, yaitu preventif, kuratif atau pengobatan, dan

rehabilitatif. Dua puluh tahun terakhir, upaya pencegahan telah

membuahkan hasil yang dapat mengurangi kebutuhan kuratif dan

rehabilitatif. Melalui upaya pencegahan penularan dan transmisi penyakit

infeksi yang berbahaya, akan mengurangi morbiditas dan mortalitas

penyakit infeksi pada anak, terutama kelompok di bawah umur lima tahun.

Penyediaan air bersih, nutrisi yang seimbang, pemberian ASI eksklusif,

menghindari pencemaran udara di dalam rumah, keluarga berencana, dan

vaksinasi merupakan upaya pencegahan.1

B. Definisi

Imunisasi merupakan proses yang dapat melindungi seseorang dari

suatu penyakit melalui vaksinasi. Sedangkan, vaksinasi adalah tindakan

yang menstimulasi sistem imun seseorang agar dapat membentuk

kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.2

Melalui vaksinasi dapat diupayakan peningkatan kekebalan seseorang

terhadap penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme

penyebab penyakit, tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu.

Mengingat pemberian antibiotik tidak menyelesaikan semua masalah

penyakit infeksi, maka akan lebih baik apabila kita dapat mencegah

terjadinya penyakit infeksi.3

2
C. Manfaat Imunisasi

1. Bagi anak

Imunisasi dapat menyelamatkan kehidupan anak dan orang dewasa.

Oleh karena kemajuan dalam ilmu kedokteran, seseorang, keluarga,

masyarakat, dan penduduk dapat menjadi lebih terlindungi dari

beberapa penyakit. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan

kematian pada anak telah dapat dihilangkan oleh adanya vaksin yang

aman dan efektif. Contohnya adalah polio yang merupakan penyakit

yang paling ditakuti di Amerika Serikat yang menyebabkan kematian

dan kelumpuhan di seluruh negeri, namun saat ini dengan adanya

vaksinasi tidak ada lagi laporan kejadian polio di Amerika Serikat.4

2. Bagi keluarga

Imunisasi dapat menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan

apabila anak sakit serta mendorong pembentukan keluarga apabila

orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak

yang nyaman.4

3. Bagi masyarakat

Imunisasi dapat menghemat waktu dan menghemat uang. Seorang

anak yang sakit dapat mempengaruhi kehadirannya di sekolah. Vaksin

dapat mencegah beberapa penyakit yang dapat menyebabkan cacat

berkepanjangan pada anak yang dapat menyita waktu untuk bekerja

dan menyebabkan bertambahnya biaya medis atau perawatan.4

4. Bagi negara

3
Imunisasi dapat memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.4

5. Bagi dunia

Imunisasi dapat melindungi generasi berikutnya. Vaksin telah

menurunkan angka kesakitan yang dapat mengakibatkan kecacatan

dan kematian. Contohnya, vaksinasi telah menghilangkan cacar di

seluruh dunia serta dengan vaksinasi anak terhadap rubella (campak

Jerman), risiko wanita hamil yang akan menularkan virus ini pada

janin atau bayi baru lahir telah menurun drastis, dan kecacatan lahir

yang berhubungan dengan virus tidak lagi terjadi di Amerika Serikat.

Jika vaksinasi terus dilakukan, anak-anak di masa depan tidak akan

menderita penyakit yang ada pada saat ini.4

D. Klasifikasi Imunisasi

1. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif merupakan proses pemaparan tubuh terhadap

antigen untuk menstimulasi respon imun adaptif (spesifik) yang

membutuhkan waktu beberapa hari/minggu untuk terbentuk namun

dapat bertahan lama bahkan sampai seumur hidup. Imunisasi aktif bisa

terjadi melalui proses alami atau buatan.5

Dalam imunisasi aktif buatan, dapat diberikan vaksin

hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus

mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan

4
nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktifasikan

dengan suntikan booster antigen.6

Vaksin hidup dibuat dalam tubuh seseorang atau dari kuman

yang dilemahkan dan dapat menyebabkan gejala penyakit ringan serta

dapat menimbulkan respon imun seperti yang terjadi pada infeksi

alamiah. Vaksin mati merupakan bahan (seluruh sel atau komponen

spesifik) asal patogen seperti toksoid yang dinonaktifkan, tetapi tetap

imunogenik.6

2. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif diklasifikasikan sebagai imunisasi pasif alami

atau buatan.5 Imunisasi pasif (alamiah) dapat diperoleh melalui

transfer antibodi dari ibu.6 Imunisasi pasif (buatan), yaitu pemberian

langsung antibodi tertentu kepada anak atau orang dewasa. Antibodi

ini diambil dari donor dan kemudian diproses sehingga hasil akhir

mengandung konsentrasi antibodi yang tinggi lalu diberikan kepada

pasien.7

E. Patofisiologi
Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika

terpajan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian

vaksin, tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui

sistem imun.8

Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun

nonspesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non spesifik

merupakan mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir

5
(innate) dan dapat ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau

antigen. Sistem imun nonspesifik meliputi kulit, membran mukosa, sel

fagosit, komplemen, lisozim, dan interferon. Sistem imun ini merupakan

garis pertahanan pertama yang harus dihadapi oleh agen infeksi yang

masuk ke dalam tubuh. Jika sistem imun nonspesifik tidak berhasil

menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.8

Sistem imun spesifik merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang

didapatkan selama kehidupan dan ditujukan khusus satu jenis antigen.

Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel

T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan oleh sel B

dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan melawan

antigen di dalam sel (intrasel), sedangkan imunitas humoral berperan

melawan antigen diluar sel (ekstrasel). Dalam pemberian vaksin, sistem

imun spesifik inilah yang berperan untuk memberikan kekebalan terhadap

satu jenis agen infeksi, melalui mekanisme memori.8

Di dalam kelenjar getah bening terdapat sel T yang belum pernah

terpajan oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel T naif akan berdiferensiasi

menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor akan bermigrasi ke

tempat-tempat infeksi dan mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori

akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan jika terjadi pajanan

antigen yang sama.8

Sel B, jika terpajan oleh antigen, akan mengalami transformasi,

proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi

6
antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen sehingga kemampuan

menginfeksinya hilang. Proliferasi dan diferensaisi sel B tidak hanya

menjadi sel plasma, tetapi juga sebagian akan menjadi sel B memori. Sel B

memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada

antigen serupa, akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti

semula dan akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak. 8

Adanya sel memori akan memudahkan pengenalan antigen pada

pajanan yang kedua. Artinya jika seseorang yang sudah divaksinasi

(artinya sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh

antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali

antigen tersebut. Selain itu, respon imun pada pajanan yang kedua (respon

imun sekunder) lebih baik daripada respon imun pada pajanan antigen

yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B yang terlibat lebih

banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama, titer

antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi. Dengan

demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak akan

mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem

imunnya memiliki kemampuan yang lebih dibanding mereka yang tidak

divaksinasi.8

F. Jenis Vaksin yang Diberikan pada Anak

1. Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam jiwa

dan disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B adalah masalah

7
kesehatan global utama.Hal ini dapat menyebabkan infeksi kronis dan

memiliki risiko tinggi terjadinya kematian oleh sirosis dan kanker

hati.Sebuah vaksin terhadap hepatitis B telah tersedia sejak

1982.Vaksin ini 95% efektif dalam mencegah infeksi dan

perkembangan penyakit dan kanker hati kronis akibat hepatitis B.

Pencegahan Hepatitis B dapat dilakukan dengan vaksinasi atau

menggunakan immunoglobulin hepatitis.Vaksin hepatitis B tesedia

dalam bentuk vaksin rekombinan.9

Seri vaksin lengkap menginduksi kadar antibodi lebih dari 95%

dari bayi, anak-anak dan remaja. Perlindungan berlangsung minimal

20 tahun dan mungkin dapat bertahan seumur hidup. Dengan

demikian, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi booster untuk

anak yang telah menyelesaikan jadwal vaksinasi 3 dosis.9

Secara umum, vaksin hepatitis B dianjurkan bagi semua bayi baru

lahir, individu yang berisiko tertular hepatitis B karena pekerjaan, serta

individu yang serumah dengan penderita hepatitis B atau mengalami

kontak seksual dengan penderita Hepatitis B.1

a. Cara pemberian: Intramuscular

b. Jadwal anjuran: tiga kali, diberikan segera setelah lahir (sebelum

12 jam), usia 1, dan 6 bulan.

c. KIPI: reaksi lokal sementara, kadang-kadang dapat menimbulkan

demam ringan 1-2 hari, syok anafilaktik.

8
d. Kontraindikasi: reaksi anafilaksis pada vaksin Hepatitis B

sebelumnya. Ikterus, kehamilan, dan laktasi bukan indikasi kontra

imunisasi Hepatitis B.1

2. Poliomielitis

Poliomielitis akut adalah suatu penyakit demam akut yang

disebabkan virus polio. Kerusakan pada motor neuron medula spinalis

dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid. Respon

terhadap vaksin polio sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai

adanya gejala kelumpuhan total atau atrofi otot, pada umumnya

mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap

selamanya bahkan sampai dengan kematian.10

Ada dua jenis vaksin untuk melindungi terhadap polio:

Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan Oral Polio Vaccine (OPV). IPV,

digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 2000, diberikan sebagai

suntikan di kaki atau lengan, tergantung pada usia. OPV diminum.

Vaksin Polio dapat diberikan pada saat yang sama dengan vaksin

lainnya.11

Pada tahun 2014, WHO telah menyatakan Indonesia sebagai

negara bebas polio.Meski demikian, pentingnya imunisasi polio masih

tetap digalakkan. Tersedia dua jenis vaksin polio:

1. Oral polio vaccine (OPV)

Vaksin polio oral bekerja dalam dua cara, yaitu dengan

memproduksi antibodi dalam darah (imunitas humoral) terhadap

9
ketiga tipe virus polio sehingga pada kejadian infeksi , vaksin ini

akan memberikan perlindungan dengan mencegah penyebaran

virus polio ke sistem saraf. Pemberian OPV juga menghasilkan

respon imun lokal di membran mukosa intestinal tempat terjadinya

multiplikasi virus polio. Antibodi yang terbentuk akan membatasi

multiplikasi virus polio liar di dalam intestinal, menutup reseptor

PVR(Poliovirus Receptor)sehingga virus tidak bisa menempel dan

berkembang biak.10

2. Inactivated polio vaccine (IPV)

Vaksin IPV berisi virus polio virulen yang sudah

diinaktivasi/dimatikan dengan panas dan formaldehid. Diketahui

IPV hanya sedikit memberikan kekebalan lokal pada dinding usus

sehingga virus polio masih dapat berkembangbiak dalam usus

orang yang sudah mendapat IPV saja. Hal ini memungkinkan

terjadinya penyebaran virus ke sekitarnya, yang membahayakan

orang-orang di sekitarnya. Vaksin ini tidak dapat mencegah

penyebaran virus polio liar.10

a. Cara pemberian: oral (OPV) dan IM (IPV)

b. Jadwal anjuran: usia 2-3 bulan tiga dosis berturut-turut dengan

interval waktu 6-8 minggu. Imunisasi booster dilakukan pada

usia 18 bulan.

c. Dosis: 2 tetes (OPV)10

10
Dosis IPV:Untuk vaksinasi primer serangkaian tiga dosis

adalahdiberikan 0,5ml.

Untuk vaksinasi booster yang sebelumnya

diberikan vaksinasiperlu diberikan satu dosis 0,5

ml, pada awal 6bulan setelah serangkaian vaksinasi

primer.

Pemberiandosis penguat tambahan harus dilakukan

sesuaidengan rekomendasi nasional untuk

imunisasi polio.12

d. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) : vaccine associated

polio paralysis (VAPP) pada 1 : 3,3 juta dosis, dan vaccine

derived polio virus (VDVP) pada OVP.10

3. BCG (Bacillus-Camette Guerin)

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang kali selama 1-3 tahun

sehingga didapatkan basil yang tidak virulen tetapi masih

mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas

terhadap tuberkulin.1

a. Cara pemberian: intradermal/intrakutan

b. Jadwal anjuran: usia<3 bulan, optimal usia 2 bulan; apabila> 3

bulan harus tes/uji mantoux negatif.

c. Dosis: 0,05 mL untuk bayi baru lahir, 0,1 mL untuk anak.

11
d. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): ulkus superfisial 3

minggu pascapenyuntikan, limfadenitis.

e. Kontraindikasi: reaksi uji tuberculin > 5 mm, menderita HIV,

keadaan imunokompromais (contohnya leukemia, limfoma,

pasien dengan pengobatan alkylating agent, antimetabolik,

kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan lama), demam tinggi,

menderita gizi buruk, kehamilan, pernah sakit TB.1

4. Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)

Saat ini telah ada vaksin DTaP (DTP dengan komponen aceluller

pertussis) selain vaksin DtwP (DTP dengan komponen

wholecellpertussis) yang telah dipakai selama ini. Kedua vaksin DTP

tersebut dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal

imunisasi.1

a. Cara pemberian: intramuscular

b. Jadwal anjuran: diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan denan

interval 4-8 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 18-24 bulan, 5 tahun.1

c. KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): reaksi lokal berupa

kemerahan dan nyeri pada lokasi injeksi, demam ringan, anak

gelisah dan menangis tanpa sebab yang jelas selama beberapa

jam, ensefalopati akut, reaksi anafilaksis.

d. Kontraindikasi: riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin

sebelumnya, riwayat ensefalopati pada pemberian vaksin

sebelumnya.1

12
5. Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

golongan paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap

panas, sangat mudah rusak pada suhu 37ᵒC.1

Saat ini ada beberapa macam vaksin campak, yaitu monovalen,

kombinasi vaksin campak dengan vaksin Rubela (MR), kombinasi

dengan mumps dan rubela (MMR), kombinasi dengan mumps, rubela

dan varisela (MMRV).1

a. Cara pemberian: subkutan

b. Jadwal anjuran: usia 9 bulan, 24 bulan dan diberikan lagi saat

sekolah kelas 1 SD dalam program BIAS (Bulan Imunisasi Anak

Sekolah).

c. Dosis: 0,5 mL

d. KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): demam >39,5ºC pada

hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 5 hari.

Ruam dapat terjadi pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI berat jika ditemukan

gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalopati pasca

imunisasi.1

6. Hib (Haemophylus Influenzae tipe B)

Haemophylus Influenzae tipe B (Hib) bukan virus influenza,

tetapi merupakan suatu bakteri gram negatif.Haemophylus Influenzae

terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul.Tipe yang tidak

13
berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi

ringan misalnya faringitis atau otitis media. Jenis yang berkapsul

terbagi dalam 6 serotipe dari a sampai f diantara jenis yang berkapsul,

tipe b merupakan tipe yang paling ganas dan merupakan salah satu

penyebab tersering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak

berumur <5 tahun.13

Bagian kapsul Hib yang disebut polyribosyribitol phosphate

(PRP) menentukan virulensi dari Hib. Vaksin Hib dibuat dari kapsul

tersebut. Vaksin awal yang terbuat dari PRP murni ternyata kurang

efektif, sehingga saat ini digunakan konjugasi PRP dengan protein

dari berbagai komponen bekteri lain. Vaksin yang beredar di

Indonesia adalah vaksin konjugasi dengan protein tetanus yang

disebut sebagai PRP-T. Vaksin Hib tersebut menunjukkan efikasi dan

keaamanan yang sangat tinggi, dan dapat digunakan bergantian baik

vaksin Hib monovalen atau kombinasi.13

a. Cara pemberian: intramuscular

b. Jadwal anjuran: vaksin pertama kali diberikan usia 2 bulan,

vaksin PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak 2 bulan. Ulangan

umumnya diberikan 1 tahun setelah suntikan terakhir.13

7. Pneumokokus

Terdapat duajenis vaksin pneumokokus:

a. Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)

14
Vaksin PPV tidak dapat merangsang respon imunologik

pada anak usia muda dan bayi sehingga tidak mampu

menghasilkan respon booster. Untuk meningkatkan imunogenitas

pada bayi, dikembangkan vaksin pneumokokus konjugasi.1

b. Pneumococcal conjugated vaccine (PCV).

PCV merupakan vaksin yang aman dan efektif dalam

menurunkan penyakit dan kematian akibat infeksi S.

Pneumoniae.Vaksin PCVdianjurkan oleh WHO untuk

dimasukkan dalam program imunisasi nasional.1

1) Cara pemberian: intramuscular

2) Jadwal anjuran: vaksin diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan.

a) Usia 7-11 bulan: 3 dosis, dengan interval dosis pertama

dan kedua 4 minggu, dan dosis ketiga diberikan setelah

12 bulan.

b) Usia 12-23 bulan: 2 dosis dengan interval 2 bulan

c) Usia 24 bulan-5 tahun: 1 dosis

3) KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): vaksin pneumokokus

aman diberikan, tidak menyebabkan efek samping yang

serius. Efek samping berupa eritema, bengkak, nyeri bekas

suntikan, demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu

makan menurun, diare, urtikaria.1

8. Rotavirus

15
Rotavirus merupakan virus golongan famili Reoviridae yang

menyebabkan diare.Jenis vaksin yang tersedia, yaitu:

1. Vaksin Monovalen

Vaksin rotavirus monovalen merupakan vaksin hidup yang

mengandung 1 jenis rotavirus dengan tipe G1P[8]. Diberikan

secara oral dan dalam 2 dosis diberikan dengan interval ±4

minggu.Dosis pertama biasanya diberikan dalam 6-14 minggu

dan dosis kedua pada interval minimal 4 minggu (sebaiknya

selesai sebelum 16 minggu dan maksimal 24 minggu).1

2. Vaksin Pentavalen

Vaksin pentavalen diberikan secara oral dan dilakukan dalam

3 dosis.Jarak pemberian antar dosis berkisar 1 bulan sejak

pemberian dosis pertama.Dosis pertama diberikan pada saat bayi

berumur 2 bulan.Dosis kedua diberikan pada saat bayi berumur 4

bulan dan dosis ketiga diberikan pada saat bayi berumur 6 bulan.1

Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang

dilaporkan adalah demam, feses berdarah, muntah, diare, nyeri

perut, gastroenteritis, dan dehidrasi. Intusisepsi merupakan salah

satu KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang menjadi

perhatian dalam perkembagan vaksin rotavirus terbaru.1

9. Influenza

Influenza adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan

oleh virus influenza. Penyakit ini sangat menular, umumnya ringan

16
namun dapat mengakibatkan komplikasi serius. Seringkali masyarakat

dan dokter, memakai istilah “influenza” atau “flu” untuk setiap

penyakit infeksi saluran napas dengan gejala demam, rhinitis, nyeri

tenggorokan, batuk, nyeri kepala, nyeri otot, apapun virus

penyebabnya.1

a. Cara pemberian: intramuscular pada otot deltoid pada orang

dewasa dan paha anterolateral pada bayi.

b. Jadwal anjuran: pada usia6-23 bulan. Baik anak sehat maupn

dengan risiko (asma, penyakit jantung, HIV dan diabetes).

Imunisasi influenza diberikan setiap tahun, mengingat setiap

tahun terjadi pergantian jenis galur virus yang beredar di dunia.

c. Dosis: 6-23 bulan 0,25 mL; ≥ 3 tahun 0,5 mL; ≤8 tahun untuk

pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval

minimal 4 minggu atau lebih, pada tahun berikutnya hanya

diberikan 1 dosis.

d. Kontara indikasi: individu dengan hipersensitif anafilaksis

terhadap pemberian vaksin influenza sebelumnya.

e. Hati-hati terhadap individu yang alergi terhadap telur, vaksin

influenza tidak boleh diberikan pada penderita demam akut yang

berat, serta terdapat riwayat sindrom Gillain-Barre.

f. KIPI: nyeri, bengkak, demam, dan eritema, nyeri otot, nyeri sendi

atau nyeri kepala. Gejala yang juga bisa timbul namun jarang

terjadi adalah reaksi alergi berupa hives (gatal-kemerahan),

17
pembengkakan kulit dan mukosa, asma atau reaksi alergi

multisistem berat akibat hipersensitivitas.1

10. Varisela

Varisela (cacar air) adalah penyakit infeksi yang sangat menular

disebabkan oleh virus varisela-zoster. Vaksin varisela hidup yang

dilemahkan (live attenuated vaccine) dikembangakan pertama kali

oleh Takahashi, yang dikenal dengan strain Oka.1

a. Cara pemberian: subkutan

b. Jadwal anjuran: diberikan di atas usia 1 tahun. Apabila terjadi

kontak dengan varisela, pemberian vaksin untuk pencegahan

dapat diberikan dalam 72 jam pasca kontak. Untuk usia > 13

tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

c. Dosis: 0,5 mL, satu kali

d. Kontraindikasi: demam tinggi, limfosit<1200sel/µl, defisiensi

imun seluler, penerima kortikosteroid dosis tinggi, alergi

neomisin.

e. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): demam, ruam

vesikopapular ringan.

11. Campak, Gondongan dan Rubela (Measles, Mumps,

Rubella=MMR)

Gondongan merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus dari

family paramyxovirus.Virus ini terutama menyerang kelenjar getah

bening dan jaringan saraf.Rubella merupakan infeksi akut ringan yang

18
disebabkan oleh virus rubella yang termasuk ke dalam famili

Togavirus.Penyebaran rubella melalui udara dan droplet.1,9

a. Cara pemberian: subkutan

b. Jadwal anjuran: 15-18 bulan. Minimal interval 6 bulan antara

imunisasi campak (umur 9 bulan) dan MMR

c. Dosis: 0,5 mL

d. Kontraindikasi: penyakit keganasan yang tidak diobati, atau

gangguan imunitas, mendapatkan terapi imunosupresi, alergi

berat terhadap gelatin atau neomisisn, dalam terapi steroid dosis

tinggi (2mg/kgBB), mendapatkan vaksin hidup lainnya dalam 4

minggu, dalam waktu 3 bulan pasca pemberian imunoglobulin

atau transfusi darah (whole blood) , HIV.

e. KIPI(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): malaise, demam, ruam,

kejang demam, ensefalitis, meningioensefalitis, trombositopenia.

12. Tifoid

Vaksin oral dibuat dari galur Salmonella typhii non-patogen

yang telah dilemahkan.Vaksin parenteral dibuat dari polisakarida dan

kuman salmonella typhii, sementara bahan lainnya termasuk fenol dan

larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat,

monosodium fosfat dan pelarut.Vaksin oral dapat menstimulasi

produksi IgA sekretorik di dalam mukosa usus.Vaksin oral memiliki

efek samping yang lebih rendah.1

a. Cara pemberian: oral atau parenteral

19
b. Jadwal anjuran: mulai usia 2tahun, imunisasi ulangan tiap 3

tahun.

c. Dosis:

1) Parenteral: 0,5 mL, suntikan intramuskuler atausubkutan pada

daerah deltoid atau paha. Imunisasi ulangan setiap 3 tahun.

2) Oral (direkomendasikan untuk anak usia ≥6 tahun); 1 kapsul

vaksin dimakan tiap hari selang sehari, ke 1, 3, dan 5; 1 jam

sebelum makan dengan minuman yang suhunya <37ºC. kapsul

ke-4 pada hari ke-7 terutama bagi wisatawan. Vaksin tidak

boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik sulfonamide atau

antimalarial yang aktif terhadap Salmonella. Imunisasi ulangan

dilakukan dalam 5 tahun.

d. Kontraindikasi: alergi terhadap bahan vaksin, demam, penyakit

akut atau kronis progresif.

e. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): demam, nyeri kepala,

pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang

dijumpai. Sangat jarang bisa terjadi reaksi alergi berupa pruritus,

ruam kulit dan urtikaria.1

13. Hepatitis A

Vaksin hepatits A mengandung virus yang tidak aktif (mati).

Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan imunitas yang sangat

baik.Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan

20
(under exposure). Di samping vaksin Hep A monovalen yang telah

kita kenal, saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/HepA.1

a. Cara Pemberian : Intramuskular

b. Jadwal anjuran :

- Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali

dengan interval pemberian 6-12 bulan.

- Vaksin kombinasi hepB/hepA tidak diberikan pada bayi

kurang dari 12 bulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan

pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk catch

up immunization yaitu mengejar imunisasi pada anak yang

belum pernah mendapat imunisasi hepB sebelumnya atau

vaksinasi hepB yang tidak lengkap.1

c. Dosis :

- Dosis 720U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan,

intramuskular di daerah deltoid

- Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10mg dan hepA 720µ)

dalam kemasan prefilled sringe 0,5 ml intramuskular.1

d. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): bengkak, kemerahan,

atau radang di lokasi suntikan, nyeri kepala, penurunan nafsu

makan, rasa lelah dapat berlangsung 1-2 hari, reaksi alergi

berat dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam

setelah suntikan.14

14. Dengue

21
Vaksin Dengue (Dengvaxia) adalah vaksin yang digunakan untuk

membantu melindungi anak dari penyakit dengue yang disebabkan

oleh virus Dengue serotipe 1,2,3 dan 4. Dengvaxia diberikan kepada

anak dan remaja berumur 9 sampai 16 tahun yang tinggal di daerah

endemis. Dengvaxia mengandung virus dengue serotipe 1,2,3, dan 4

yang telah dilemahkan. Dengvaxia perlu disimpan di lemari es (2⁰-

8⁰C).16

Sediaan Dengvaxia berupa serbuk dan pelarut untuk larutan

injeksi. Tersedia sebagai serbuk dalam dosis 5 kapsul (2,5 mL).

Serbuk dan pelarut harus dicampur sebelum dipakai. Tersedia dalam

kemasan isi 5 (kapsul vaksin dan pelarut tersedia dalam kemasan yang

sama). Serbuk berwarna putih, homogen, serbuk hasil freeze dried,

menggunakan pelarut NaCl 0,9%.16

a. Cara pemberian: injeksi subkutan

b. Jadwal pemberian: 3 kali pemberian, dimana jadwal kedua

diberikan 6 bulan setelah jadwal pertama dan jadwal ketiga

diberikan 6 bulan setelah yang kedua.

c. Dosis : 0,5 ml

d. Kontraindikasi: anak usia di bawah 9 tahun, alergi terhadap

bahan vaksin, demam ringan sampai tinggi, infeksi HIV,

mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau

kemoterapi

22
e. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): reaksi alergi, merah

dan bengkak pada bekas suntikan, sakit kepala, demam,

myalgia, malaise.16

15. HPV (Human Papiloma Virus)

Vaksin HPV (human papiloma virus) berguna untuk mencegah

infeksi virus human papiloma (HPV). Infeksi virus HPV dapat

menyebabkan kanker leher rahim, kanker vagina dan kanker bibir

kemaluan pada wanita. Penelitian vaksin HPV bivalen dan

kuadrivalen menunjukkan imunogenisitas yang tinggi.15

Vaksin HPV yang telah beredar di Indonesia dibuat dengan

teknologi rekombinan. Terdapat 2 jenis vaksin HPV: Vaksin bivalen

(tipe 16 dan 18, Cervarix@) dan Vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16

dan 18, Gardasil@). Vaksin HPV mempunyai efikasi 96%-100%

untuk mencegah kanker leher rahim yang di sebabkan ol eh HPV tipe

16/18. Vaksin HPV telah disahkan oleh Food and DrugAdministration

(FDA) dan Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP)

dan di Indonesia sudah mendapat izin edar dari Badan POM RI.15

a. Cara pemberian : Intramuskular

b. Jadwal Pemberian : Imunisasi vaksin HPV diperuntukkan pada

anak perempuan sejak umur > 10 tahundengan total pemberian

sebanyak 3 dosis. Suntikan kedua diberikan 1-2 bulan setelah

suntikan pertama. Suntikan ketiga diberikan 6 bulan setelah

suntikan pertama.15

23
- Vaksin HPV bivalen, jadwal 0, 1 dan 6 bulan

- Vaksin HPV kuadrivalen, jadwal 0, 2 dan 6 bulan.

c. Dosis : 0,5 mL diberikan secara intramuskular pada daerah

deltoid.

d. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) :

- Efek samping lokal vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah

nyeri, reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.

- Efek samping sistemik vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen

adalah demam, nyeri kepaladan mual .15

24
G. BAGAN PEMBAGIAN VAKSIN MENURUT JENISNYA

Tabel 1. Pembagian Vaksin Menurut Jenisnya


Vaksin Jenis
Bakteri
Difteria Toxoid
Tetanus Toxoid
Pertusis Subunit Protein
HiB Protein Conjugate
BCG Hidup
Pneumokokus Polisakarida-Protein Konjugasi
Tifoid Oral Hidup, dilemahkan
Tifoid Parenteral Polisakarida
Virus
Hepatitis B Protein Rekombinan
Polio Inaktivasi/Mati
Hepatitis A Mati
Influenza Mati
Campak Hidup, dilemahkan
Rotavirus Hidup
Varisela Hidup, dilemahkan
Mumps Hidup, dilemahkan
Rubella Hidup, dilemahkan
Dengue Hidup, dilemahkan
HPV VLP (Virus-like-particle)
Sumber: Dikutip dari kepustakaan 17

25
H. JADWAL IMUNISASI MENURUT IDAI 2017

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismoedijanto, dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. U.S. Department of Health & service. 2014. Immunization: The Basic.
Central for Disease Cotrol and Prevention
3. Vaccine Fact Book. 2012. Basic Concept of Vaccination: Definition of
Vaccine. Hlm 4-10
4. Vaccines.gov. Five Important Reasons to Vaccinate Your Child. A Federal
Government Website Managed by the U.S. Department of Health and Human
Services
5. Bxter D. 2007. Active and Passive Immunity, Vaccine Types, Excipients and
Licensing.Oxford University Press on behalf of the Society of Occupational
Medicine
6. Rengganis I, Baratawidjadja KG. 2014. Imunologi Dasar Edisi ke-11.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Healthychildren.org. 2015. Immunizations Active Vs Passive.
https://www.healthychildren.org/English/safetyprevention/immunizations/Pag
es/Immunizations%20Active-vs-Passive.aspx
8. Yusli, LP. 2009. Kelengkapan Imunisasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia. Halaman: 5-16.
9. World Health Organization. 2016. http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs204/en
10. Ismoedijanto, dkk. 2014. Poliomielitis dalam Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Halaman:
255-265.
11. Vaccines.gov. Polio. A Federal Government Website Managed by the U.S.
Department of Health and Human Services
12. Statens Serum Institut. 2009. IPV Vaccine SSI.

27
13. Pusponegoro, HD. 2014. Haemophillus Influenzae Tipe B dalam Pedoman
Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Halaman: 284-287.
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Informasi Vaksin untuk Orang Tua:
Vaksin Hepatitis A. Jakarta
15. Penyelenggaraan Imunisasi. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
16. Pasteur, S. 2016. Dengvaxia: Vaksin Dengue Tetravalen (Hidup,
Dilemahkan).
17. Claire, Siegrist A. Vaccine immunology. Journal of Elsevier. Halaman 20.

28

Anda mungkin juga menyukai