Anda di halaman 1dari 3

Judul Karya :Greentech City

Nama Peserta : Nurul Desfajaya

Daerah perkotaan merupakan daerah yang paling terasa dampaknya dan hal ini dapat dilihat dari
temperatur udara yang tinggi, meningkatnya polusi udara, dan banjir. Daerah perkotaan banyak
menghasilkan aktivitas penyumbang polusi dan pemakaian energi yang lebih tinggi dibanding
pedesaan seperti kebutuhan listrik dan bahan bakar serta pertumbuhan penduduknya yang pesat.
Sehingga diperlukan konsep greentech city yaitu konsep yang menggabungkan perkotaan dengan
teknologi hijau untuk memperoleh keseimbangan ekosistem perkotaan dimana daerah perkotaan
sangat minim dengan penghijauan dan teknologi yang ramah lingkungan sehingga konsep
Greentech city ini perlu untuk dilakukan. Beberapa teknologi yang dapat mendukung konsep
greentech city ini diantaranya solar cell, teknologi hidro, turbin angin, pemakaian kendaraan
ramah lingkungan seperti mobil listrik, dan teknologi CNOx.

Daerah perkotaan memiliki konsumsi energi listrik yang tinggi, sehingga jika semakin tinggi
kita mengkonsumsi listrik, maka semakin tinggi emisi karbon yang akan dihasilkan dari
pembangkit listrik karena sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil. Sementara
pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global yang
berdampak pada meningkatnya suhu bumi secara keseluruhan terlebih lagi kebutuhan listrik kota
yang tinggi membuat kita untuk menuntut pemakaian teknologi yang memiliki energi ramah
terhadap lingkungan namun memiliki sumber yang tidak terbatas, dimana emisi transportasi
perkotaan juga memacu kita untuk beralih menggunakan teknologi yang berasal dari energi
terbarukan. Mengingat suhu di perkotaan lebih tinggi maka hal ini dapat dimanfaatkan untuk
mengolah potensi panasnya ( matahari ) dan karena Indonesia juga merupakan Negara tropis
yang memiliki potensi energi surya sangat besar dimana wilayahnya terbentang melintasi garis
khatulistiwa. Pemakaian energi surya memiliki sumber yang tersedia diseluruh lokasi permukaan
bumi sehingga tidak menyebabkan terbatasnya pemakaian atau dapat diperbaharui dan teknologi
yang digunakan untuk mengkonversinya dapat dipasang oleh tenaga lokal serta mudah dipahami
oleh masyarakat. Selain itu, pemakaian energi surya tentunya ramah terhadap lingkungan dan
tidak menghasilkan emisi gas. Selain potensi paparan sinar matahari yang dimiliki Indonesia,
keberadaan lautnya pun memiliki energi dimana Indonesia memiliki dua per tiga wilayah yang
berupa lautan dan memiliki pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada maka, hal ini
menjadi keuntungan bagi indonesia dalam memanfaatkan energi lautnya yang diarahkan ke
tenaga listrik. Energi laut ini dihasilkan dari energi pasang surut, gelombang, arus laut, dan
perbedaan suhu lapisan laut. Di indonesia yang daerahnya memiliki potensi energi pasang surut
adalah Bagan siapi-api dimana pasang surutnya mencapai 7 meter, Teluk Palu dengan struktur
geologinya yang berupa patahan (Palu Graben) dapat memungkinkan gejala pasang surut, Teluk
Bima di sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau
Jawa yang memiliki pasang surutnya mencapai lebih dari 5 meter.
Satu hal yang juga identik dengan perkotaan adalah kawasan industrinya meskipun letakknya
tidak langsung di pusat kota namun kawasan industri ini paling banyak didirikan di kota-kota
yang pembangunannya lebih baik dibanding pedesaan, misalkan saja kawasan industri yang ada
di kota tangerang, cilegon, jawa, dan daerah lainnya. Adanya industri di daerah perkotaan ini
sangat memberikan kontribusi dalam meningkatnya global warming, sehingga teknologi CNOx
benar-benar dibutuhkan. CSNOx adalah teknologi baru dan yang pertama di dunia yang
memiliki tiga fungsi dalam satu sistem penekan emisi gas buang pembakaran pada industri
dimana teknologi ini tidak menghasilkan polusi turunan atau produk samping polutan yang
disimpan, CSNOx ini telah menggambarkan teknologi yang mampu menurunkan emisi ketiga
gas rumah kaca, yakni CO2, SO, dan NOx dalam satu proses melalui proses elektrolisa, yaitu
dengan memanfaatkan gelombang frekuensi ultra rendah (Ultra Low Frequency) terhadap air
dimana air berperan sebagai media ‘’pembilas’’ gas buang industri. Teknologi CNOx ini telah
dilakukan uji coba pada kapal tanker berbobot 100.000 ton yang berangkat dari Singapura
menuju Timur Tengah dan telah menunjukkan penurunan emisi SO2, sebesar 99%,77% untuk
CO, dan 66% untuk NOx dan hasil tersebut diverifikasi oleh American Bureau of Shipping,
bahkan air yang digunakan untuk ‘’membilas’’ ternyata mengalami penambahan sifat alkalin
yang dapat bermanfaat membantu pemulihan koral yang mengalami ‘’bleaching’’ atau
pemutihan akibat tingginya keasaman laut karena banyaknya CO yang harus diserap. Banyak
negara termasuk Indonesia masih mengandalkan pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit
listrik berbahan bakar fosil, khususnya batubara. Oleh karena itu,sudah selayaknya Indonesia
segera mengaplikasikan teknologi penurun emisi gas rumah kaca pada pembangkit-pembangkit
listrik batubara.

Dari teknologi tersebut, kita bisa memperoleh keuntungan jika memanfaatkan teknologi yang
ramah lingkungan diantaranya menjadi energi alternatif terhadap energi yang tidak dapat
diperbaharui, tidak khawatir akan kehabisan sumber energi, dan tidak menimbulkan polusi atau
limbah berbahaya serta berkontribusi dalam mengurangi efek rumah kaca/global warming . Oleh
karena itu menciptakan keselarasan antara perkotaan dengan teknologi terbarukan guna
mengurangi dampak pemanasan global sangatlah mungkin untuk dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai