Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

VERTIGO

KONSEP MEDIS
A. Defenisi Vertigo
Vertigo adalah sensasi abnormal berupa gerakan berputar. Pada penderita vertigo harus
dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke) atau perifer
(BPPV/Benign Positional Paroxysmal Vertigo) ( Dewanto, George, 2015).
Vertigo adalah persepsi gerakan yang salah, baik presepsi dalam diri pasien terhadap
keadaan sekitarnya, sebagai akibat dari ketidakseimbangan input vestibular.
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah
benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa
berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang
sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung
pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo
sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati.
B. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel
saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
C. Etiologi
Pada vertigo tipe sentral, etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler. Sedangkan, pada
vertigo tipe perifer, etiologinya idiopatik. Biasanya vertigo jenis perifer berhubungan
dengan manifestasi patologis di telinga.
Beberapa penyebab vertigo perifer:
Idopatik 49%, trauma 18%, labirintitis viral 15%, lain-lain (sindrome= Meniere 2%,
pascaoperasi telinga 2%, pascaoperasi non telinga 2%, ototoksisitas 2%, otitis sifilitika
1%, dan lainnya 3%).
Beberapa faktor predisposisi lain yang mencetuskan terjadinya vertigo adalah:
1. Kurang pergerakan aktif, sehingga saat mengalami perubahan posisi mendadak akan
timbul sensasi vertigo.
2. Alkoholisme akut
3. Pascaoperasi mayor
4. BPPV, kondisi ini juga dikenal sebagai vertigo posisional jinak, terjadi karena adanya
debris (otokonia) pada kanalis semisirkularis posterior, akibat dari degenerasi organ
sensorik keseimbangan utrikulus.
( Dewanto, George, 2015)
D. Patofisiologi
1. Anatomi Vertigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a) Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
 Reseptor mekanis divestibulum
 Resptor cahaya diretina
 Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b) Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
 Saraf vestibularis
 Saraf optikus
 Saraf spinovestibulosrebelaris.
c) Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
2. Patofisiologi Vertigo
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses
lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian
dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu
orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak
ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari
jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-
tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping
itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
E. Manifestasi Klinik
1. Rasa mual, terkadang berlebihan
2. Muntah
3. Diperburuk oleh pergerakan kepala yang tidak spesifik
4. Kepala terasa berat
5. Nafsu makan turun
6. Lelah
7. Lidah pucat dengan selaput putih lengket
8. Nadi lemah
9. Puyeng (dizziness)
10. Nyeri kepala
11. Penglihatan kabur
12. Tinitus (telinga berdenging)
13. Mulut pahit
14. Mata merah
15. Mudah tersinggung
16. Gelisah
17. Lidah merah dengan selaput tipis.
(Dewanto, George, 2015)
F. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya
saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk
tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih
sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak
yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30
detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau
badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.
H. Penatalaksanaan
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
 Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula.
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
 Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
 Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian
penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat
lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
 Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan
diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin
pula menberikan efek tambahan yang baik.
 Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat
bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi. Misalnya
Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan
gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan
kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
 TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
 RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo
tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo,
posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid,
antikonvulsan dan salisilat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik
5. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
6. Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.
7. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
8. Makanan dan cairan
 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada
migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.
9. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.
10. Nyeri/ kenyamanan
 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
11. Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8.
12. Interaksi sosial
 Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
13. Penyuluhan / pembelajaran
 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone,
menopause.
14. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang
diam tampak bergerak maju mundur.
b) Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun
dengan alat.
c) Sistem Pernafasan
Adakah gangguan pernafasan.
d) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e) Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f) Sistem integumen
g) Sistem Reproduksi
h) Sistem Perkemihan
15. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan
keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
b) Pola aktivitas dan latihan
Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi
yang dapat memicu vertigo.
c) Pola nutrisi metabolisme
Adakah nausea dan muntah
d) Pola eliminasi
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola Kognitif dan perseptua
Adakah disorientasi dan asilopsia
g) Persepsi diri atau konsep diri
h) Pola toleransi dan koping stress
i) Pola sexual reproduksi
j) Pola hubungan dan peran
k) Pola nilai dan kenyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala.
2. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis
3. Defisit self care: toileting, bathing, feeding.
4. Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi.
5. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Environmental Management:
berhubungan dengan tindakan keperawatan Safety: awasi dan gunakan
pusing ketika selama … x 24 jam pasien lingkungan fisik untuk
menggerakkan kepala diharapakan tidak jatuh meningkatkan keamanan
NOC: 2. Falls Prevention:
a. Safeti status: Falls  Kaji penurunan kognitif
Occurrence dan fisik pasien yang
b. Falls prevention: mungkin dapat
know ledge meningkatkan resiko jatuh
personal safety  Kaji tingkat gait,
c. Safety beheviour: keseimbangan dan
Falls prevention kelelahan dengan ambulasi
Dengan kreteria:  Instruksikan pasien agar
a. pasien mampu memanggil asisten ketika
berdiri, d uduk, melakukan pergerakan
berjalan tanpa 3. Teaching: disease proles
pusing  Jelaskan pada pasien tanda
b. Klien mampu dan gejala dari penyakit
menjelaskan jika yang diderita
terjadi serangan  Anjurkan pasien untuk
dan cara bedrest pada fase akut
mengantisipasinya  Jelaskan pada pasien
tentang terapi rehabilitatif
pada pasien vertigo
2. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindak 1. Patient / family teaching
dengan stimulasi visual keperawatan  Anjurkan pasien agar
yang tidak selama…x24 jam, nausea pelen-pelan nafas dalam
mengenakkan, meniere, berkurang / hilang dan menelan untuk
labirintitis NOC: menurunkan rasa mual dan
a. Comfort level muntah.
b. Hidration  Ajarkan pasien untuk tidak
c. Nutritional status minum 1 jam sebelum,1
food finid intake jam setelah dan sewaktu
Dengan kreteria: makan.
a. Terdapat tanda- 2. Nutritional Monitoring
tanda fisik dan  Monitor tipe kehilangan
psikologik berat badan dan
membaik pertumbuhan
b. Turgor kulit,  Monitor kelembaban,
mukosa mulut turgor kulit dan
baik depigmentasi.
c. Tidak panas dan  Monitor tingkat energi,
tidak terdapat malaise, fatigue dan
edeme perifer kelemahan pasien.
Intake makanan dan  Monitor asupan kalori dan
minuman baik nutrisi.
 Kolaborasi;
kelola pemberian
anticmetic sebelum makan
atau sesuai jadwal
3. Fluid managmen:
 Awasi secara akurat intake
dan output
 Monitor vital sign
 Monitor status nutrisi
pasien
 Monitor status hydrasi
misal kelembaban
membranmukosa, tekanan
nadi dan orthostatic BP
Kelola pemberian terapi IV
3. Kurang perawatan diri: Setelah dilakukan NIC:
makan, mandi, tindakan keperawatan Membantu perawatn diri pasien
berpakaian, toileting b.d selama ... x 24 jam mandi dan toileting
kerusakan diharapkan kebutuhan Aktifitas:
neurovaskuler mandiri klien terpenuhi, 1. Tempatkan alat-alat mandi
NOC: ditempat yang mudah
Batasan Karakteristik : PERAWATAN DIRI dikenali dan mudah
 Kelumpuhan wajah (Mandi, makan, dijangkau klien
atau anggota badan toileting, berpakaian) 2. Libatkan klien dan
sehingga menyebab- Dengan kriteria : danpingi
kan :  Klien dapat makan 3. Berikan bantuan selama
 Ketidakmampuan de-ngan bantuan klien tidak mampu
dalam menyuap, orang lain / mandiri mengerjakan sendiri
memegang alat  Klien dapat mandi NIC:
makan de-ngan bantuan ADL berpakaian
 Ketidakmampuan orang lain Aktifitas :
dalam membasuh  Klien dapat 1. Informasikan pada klien
badan, mongering- memakai pakaian dalam memilih pakaian
selama perawatan
kan, keluar masuk dengan bantuan 2. Sediakan pakaian ditempat
kamar mandi orang lain / mandiri yang mudah dijangkau
 Ketidakmampuan  Klien dapat 3. Bantu berpakaian yang
pergi ke kamar toileting de-ngan sesuai
mandi, mengguna- bantuan alat 4. Jaga privasi klien
kan pispot 5. Berikan pakaian pribadi
yang digemari dan sesuai
NIC:
ADL Makan
Aktifitas :
1. Anjurkan klien duduk dan
berdoa bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Beri rasa nyaman saat
makan
4. Defisit pengetahuan ten- Setelah dilakukan Teaching individual (5606)
tang penyakit, penjelasan selama ...x 1. Tentukan kebutuhan
pengobatan dan pertemuan, pengetahuan pembelajaran klien
perawatan klien b.d klien tentang penyakit, 2. Kaji tingkat pengetahuan dan
keterbatasan kognitif, pengobatan dan pemahaman klien tentang
ku-rang paparan atau perawatan klien vertigo
mudah lupa meningkat 3. Kaji tingkat pendidikan
4. Kaji kesiapan klien dalam
NOC : mempelajari informasi
 Knowledge : spesifik
Disease process 5. Atur agar realita tujuan
(1803) pembelajaran dengan klien
 Knowladge : Illness saling menguntungkan
care (1824) 6. Pilih metode / strategi
mengajar yang sesuai
Dengan kriteria : 7. Sediakan lingkungan yang
 Klien dan keluarga kondusif untuk pembelajaran
mam-pu 8. Koreksi adanya kesalahan
menjelaskan penger- informasi
tian, proses 9. Sediakan waktu untuk
penyakit, penyebab, bertanya pada klien
tanda dan gejala, Teaching : disease process (5602)
efek penyakit, 1. Nilai tingkat pengetahuan klien
tindakan tentang penyakitnya
pencegahan, pe- 2. Jelaskan patofisiologi vertigo
ngobatan dan 3. Jelaskan tanda dan gejala
perawatan vertigo vertigo
4. Jelaskan kemungkinan
penyebabnya
5. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin dapat
mencegah komplikasi dimasa
yang akan datang
6. Diskusikan pilihan-pilihan
terapi pe-ngobatan dan
perawatan
7. Jelaskan alasan rasional dari
terapi pengobatan yang
direkomendasikan
8. Kaji sumber-sumber
pendukung yang
memungkinkan
5. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan Monitorang neurologis (2620)
efektif (spesifik: tindakan keperawatan 1. Monitor ukuran,
cerebral) b.d aliran selama ..... x 24 jam kesimetrisan, reaksi dan
darah arteri terhambat diharapkan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran
klien
Batasan Karakteristik  Nyeri kepala / vertigo 3. Monitir tanda-tanda vital
: berkurang sampai de- 4. Monitor keluhan nyeri
 Nyeri kepala / ngan hilang kepala, mual, muntah
vertigo  Tanda-tanda vital 5. Monitor respon klien
 Perubahan status stabil terhadap pengobatan
mental 6. Hindari aktivitas jika TIK
 perubahan respon meningkat
motorik 7. Observasi kondisi fisik klien

 dis-artria
 Kelumpuhan wa- Terapi oksigen (3320)

jah  Bersihkan jalan nafas dari


sekret
 Pertahankan jalan nafas
tetap efektif
 Berikan oksigen sesuai
intruksi
 Monitor aliran oksigen,
kanul oksigen dan sistem
humidifier
 Beri penjelasan kepada
klien tentang pentingnya
pemberian oksigen
 Observasi tanda-tanda hipo-
ventilasi
 Monitor respon klien
terhadap pemberian oksigen
 Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George. 2015. Panduan Praktis Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf. EGC :
Jakarta
Lumban Tobing. S.M. 2013. Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : FK UI
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2. Media Action :
Yogjakarta.
www.kalbemed.com/Portals/6/06_198Vertigo.pdf
Diakses pada tanggal 7 November 2017
PENYIMPANGAN KDM VERTIGO

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada telinga


cerebellum tidak sama ke otak dalam (vestibuler)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Tekanan pada otot


intra kranial Stress meningkat
fungsi kognitif leher
meningkat

Cemas Nyeri Koping Gangguan


individu tidak pola tidur
efektif

Anda mungkin juga menyukai