Salah satu contoh alat pembayaran tunai adalah uang . Berikut ini contoh alat pembayaran
berupa pecahan uang kertas rupiah baru (Rp 10.000,00/ Rp20.000,00), dengan penjelasan
unsur- usur pengaman yang terdapat pada pecahan uang kertas rupiah baru tersebut.
i. Unsur pengaman yang terbuka (overt security features). Pendeteksian unsur pengaman
tersebut dapat dilakukan secara kasat mata, perabaan tangan, dan peralatan sederhana
(kaca pembesar dan ultra violet.
ii. Unsur pengaman yang tidak terbuka (covert security features). Pendeteksian unsur
pengaman yang tidak terbuka hanya dapat dilakukan dengan mesin yang memiliki sensor
dengan tingkat kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi.
a. Uang kertas Rp 10.000,00
b. Uang kertas Rp 20.000,00
II. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI
A. Bilyet giro
Bilyet giro merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat indonesia. Bilyet
giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkuta kepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya.enggunaan bilyet giro tidak diatur dalam KUHD melainkan dalam SK No.28/32/KEP/DIR
dan SE No.28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro. Adapun syarat formal bilyet giro
menurut SK tersebut adalah sebagai berikut :
b) Nama tertarik
c) Perintah yang jelas tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik
f) Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-
lengkapnya
h) Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap, stempel sesuai dengan persyaratan
pembukuan rekening.
B. Kartu debit
Kartu debet adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan
di mana ewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk meghimpun dana sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana halnya kartu kredit, mekanisme
pembayaran dengan kartu debit juga memerlukan proses otorisasi serta ditambah dengan penggunaan
PIN (Personal Identification Number) oleh pemegang kartu.
C. Kartu kredit
Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “buy now pay latter”, di mana pada
saat transaksi kewajiban pemegang kartu ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit kartu kredit. Pemegang
kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati antara pemegang kartu kredit dan
penerbit.
a) Penerbit (Issuer), yaitu pihak yang menerbitkan kartu kredit. Dalam hal ini, issuer
merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan dan yang memberikan
fasilitas kredit kepada pemegang kartu.
b) Pengelola (Acquirer), yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau kerjasama dengan
pedagang.
c) Prinsipal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam penyelenggaraan kartu kredit
seperti Visa, MasterCard, Dinners dan lain-lain.
Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit memerlukan proses otorisasi terlebih
dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan dari kartu yang digunakan serta batas limit nominal transaksi
yang dilakukan. Otorisasi ini biasanya dilakukan secara on-line dengan meng-insert kartu melalui
terminal EDC/POS (Electronic Data Capture/Point of Sales) yang ada di pedagang.
D. E-money
E-money merupakan alat pembayaran dalam bentuk elektronik di mana nilai uangnya disimpan dalam
media elektronik tertentu. Penggunanya haru menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit
dan disimpan dalam media elektronik sebelum mengunakannya untuk keperluan transaksi. Ketika
digunakan, nilai uang eletronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar
transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali(top-up). media elektronik untuk menyimpan nilai uang
elektronik dapat berupa chip atau server Saat ini, di beberapa negara telah mulai dikenal instrumen
pembayaran elektronis yang dikenal sebagai electronic money atau sering disebut dengan e-money,
yang karakteristiknya sedikit berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya
karena pembayaran dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi untuk
pembebanan ke rekening nasabah yang menggunakannya. Hal ini dikarenakan pada e-money tersebut
telah terekam sejumlah nilai uang. Dengan karakteristik tersebut, pada prinsipnya seseorang yang
memiliki emoney sama dengan memiliki uang tunai. Hanya saja nilai uang tersebut dikonversikan
dalam bentuk elektronis. Dalam salah satu laporan yang diterbitkan oleh BIS pada bulan Oktober 1996,
e-money didefinisikan sebagai produk-produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah dana
disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis yang dimiliki oleh seseorang. ‘Nilai
elektronis’ ini dapat dibeli oleh seseorang dan tersimpan dalam peralatan elektronis miliknya dimana
nilainya akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran. Berbeda dengan
kebanyakan single-prepaid card yang ada saat ini (seperti kartu telepon), e-money dimaksudkan untuk
berbagai keperluan pembayaran.
Dilihat dari media yang digunakan, secara umum ada dua tipe produk emoney yaitu :
a. Prepaid Card (disebut juga electronic purses), dengan karakteristik sebagai berikut :
1) ‘Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu chip (integrated circuit) yang tertanam pada kartu.
2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan meng-insert kartu ke suatu card reader.
b. Prepaid software (sering disebut juga digital cash), dengan karakteristik sebagai berikut :
2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringan komunikasi seperti Internet,
pada saat melakukan pembayaran.
Perkembangan e-money di berbagai negara telah menimbulkan issue seputar implikasinya terhadap
kebijakan bank sentral, antara lain implikasi terhadap kebijakan moneter, pendapatan seigniorage bank
sentral, kelembagaan yang dapat menerbitkan e-money, security, dan money laundering. Berbagai studi
mengenai implikasi pengembangan e-money tersebut telah dilakukan, diantaranya oleh BIS. Pada bulan
Oktober 1996 BIS menerbitkan laporan hasil kajiannya yang berjudul “Implications for Central Banks
of The Development Electronic Money”.
a. Perencanaan
Perencanaan dan penentuan julah uang rupiah yang dicetak dilakukan Bank Indonesia yang
berkoordinasi dengan pemerintah antara terkait dengan asumsi tingkat inflasi,pertumbuhan ekonomi,
rencana tentang macam dan harga rupiah, proyeksi jumlah rupiah yang perlu dicetak, erta jumlah rupiah
yang rusak dan yang ditarik dari peredaran. Adapun penyediaan jumlah rupiah yag beredar dilakukan
oleh Bank Indonesia.
b. Pencetakan
Pencetakan rupiah dilakukan oleh Bank INdonesia dengan ,enunjuk BUMN sebagai pelaksana
pencetakan uang dan harus menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.
c. Pengeluaran
Pengeluaran rupiah dilakukan dan ditetapkan oleh BAnk Indoneisa, ditempatkan dalam lembaran
Republik INdonesia, serta diumumkan
d. Pengedaran
Bank Indonesia mengedarkan uang rupiah sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar. Sebagai satu-
satunya bank yang berhak menedarkan uang rupiah, Bank Indonesia menentukan nomor seri uang
rupiah kertas.
Pencabutan dan penarikan unag rupiah dari peredaran dilakukan dan ditetapkan oleh Bank Indonesia
dan diberi penggantian sebesar nilai nominal yang sama.
f. Pemusnahan
Pemusnahan rupiah dilakukan Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan pemerintah. Adapun keriteria
yang dimusnahkan yaitu rupiah yang tidak layak edar, rupiah yang masih layak edar yanf dengan
pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/kurang diminati masyarakat,
dan/atau rupiah yang tidak berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai uang rupiah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.14/7/PBI/2012
tentang pengelolaan uang rupiah dan berdasarkan UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Setiap uang yang diterbitkan harus dapat mempermudah kelancaran transaksi pembayaran tunai, dapat
diterima, dan dipercaya oleh masyarakat. Dengan karakteristik uang mudah digunakan dan nyaman,
tahan lama, mudah dikenali, dan sulit dipalsukan.
Bank Indonesia mengupayakan agar uang yang beredar dimasyarakat cukup dan memperhatikan
kesesuain jenis pecahannya.
Terdapat lembaga yang mewadai uang tersebut secara regional maupun nasional.
Dalam pencapaian misi diatas, Bank Indonesia merumuskan kegiatan startegis pengedaran uang sebagai
berikut:
Penerbitan uang baru harus dilaksanakan berdasarkan penelitian dan perencanaan yang sebaik-baiknya
TersiSanya stok uang yang cukup dengan dukungan distribusi uang yang maksimal
Adanya kebijakan lembaga keungan lainnya demi kelancaran peredaran uang dari Bank Indonesia yang
melalui:
Mendorong terbentuknya lembaga cash/money center yang memiliki fungsi pemrosesan uang
Mondorong sirkulasi uang antar bank yang surplus dengan bank yang defisit
Penyempurnaan organisasi yang melaksanakan pengedaran uang agar manajemen pengedaran uang
tepat sasaran.
Manajemen Pengedaran Uang
Fungsi manajemen yang meliputi Planing, Organizing, Actuating dan Controling yang diterapkan
dalam pengedaran uang yang dimuali dari perencanaan jumlah uang yang diedarkan berdasarkan
penelitian, pengorganisasian uang yang beredar, dan mengedarkan uang ke masyarakat lalu tahap
evalusi yang nantinya uang tersebut akan kembali kepada Bank Indonesia. Pengedaran uang dapat
melalui empat fase yaitu fase pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan serta pemusnahan
uang rupiah dan penanggulangan uang palsu.
Pengeluaran Uang Rupiah, pengeluaran ini maksudnya adalah menerbitkan uang kartal, dalam
penerbitan uang harus sesuia perencanaan yang matang dan komprehensif agar uang yang diterbitkan
mempunyai mutu yang baik dan dapat dipercaya oleh masyarakat dengan cara: Perencanaan penerbitan
uang emisi baru dan
Dalam penerbitan uang emisi baru harus memperhatikan kepercayaan masrakat akan uang
tersebut, adapun pedoman dalam penciptaan uang baru sebagai berikut:
Menata kembali satuan hitung suatu uang agar lebih sederhana dan memperlancar transaksi
pembayaran tunai
Pecahan baru yang diterbitkan haruslah mengikuti perkembangan ekonomi seperti tingkat inflasi
dan perubahan nilai tukar
b) Perubahan-perubahan pada uang( (bahan maupun teknik cetaknya) demi meningkatkan
kualitas atau efisiensi mencetakan uang dengan cara merubah ukuran uang, perubahan teknik
cetak, penambahan unsur keamanan uang maupun gambargambar desain. Terdapat kewajaran
antara niali intrinsik dan nomilnal pada uang logam.
Penerbitan uang khusus guna untuk memperingati kejadian momental seperti peringatan hari
kemerdekaan atau hari anank sedunia yang sifatnya internasional, nantinya akan mendapatkan royalti
dari pembuatan uang khusu ini yang direalisasikan kepada pembangunan demi kesejahteraan rakyat
banyak.
Dalam perencanaan uang baru haruslah memberi rasa nyaman, mudah dikenali ciri khas keasliannya,
tahan lama dan sulit dipalsukan. Kenyamanan penggunaan uang ini yang nantinya dapat dipegunakan
oleh masyarakat luas dengan menunjung tinggi nilai kepraktisan uang tersebut mulai dari
penyimpananya sampai penggunaanya, kemudahan uang tersebut dalam penyimanan dan
pengambilanya sewaktu-waktu, mudah dikenali ciri khas secara fisik uang tersebut, Tahan lama yang
artinya uang tersebut tidak mudah rusak ataupun sobek, hal ini berkaitan erat dengan bahan yang
digunakan dalam pembuatan uang tersebut, Sulit dipalsukan yang artinya uang tersebut tidak mudah
ditiru walaupun dengan teknologi yang mutahir sekalipun dengan cara memberi suatu pengaman uang
dan cara pencetakan uang sehinnga mendapatkan hasil yang berbeda dengan uang hasil tiruan.
Dalam pembuatan uang baru, perlu adanya desain yang mendandung unsur identitas suatu negara,
seperti flora fauna, kesenian budaya nasional, pemandangan alam sampai gambar pahlawan. Selain
gambar pula perlu dipertimbangkan untuk ukuran uang tersebut sampai tata letak tulisan dan gambar
uang. Selain desain perlu juga ada unsur pengamanan pada uang yang dicetak, sperti uang rupiah
terdapat pita yang disulam dalam kertasnya, gambar pahlawan jika diterawang, tekstusnya kasar, dan
pada uang Rp 50.000 terdapat gambar penari bali jika terkena sinar Ultra Violet. Setelah semua tahap
pencetakan uang selesai, maka tahap terakhir adalah penerbitan uang tersebut ke masyarakat yang
memuat macam uang, harga uang, ciri-ciri uang dan tanggal sesuai dengan alat pembayaran yang sah.
Perencanaan distribusi uang atau Rencana Distribusi Uang (RDU) adalah penetapan jumlah dan
komposisi pecahan uang yang akan dikirim untuk memenui kebutuhan kas setiap kantor Bank Indonesia
selama satu tahun.
Faktor yang mempengarui inflow atau outflow sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi,
perkembangan inflasi, perbandingan jumlah kredit dan dana, jumlah jaringan kantor bank dan ATM,
perkembangan suatu daerah, faktor musiman, tingkat usia edar uang dan jarak suatu daerah(geografis).
Pengadaan Uang bertujuan untunk bank indnonesia mempunyai kas uang yang cukup dalam berbagai
macam pecahan dan layak edar demi memenui kebutuhan masyarakat. Sehingga masyarakat percaya
menggunakan uang rupiah untuk segala transaksi ekonominya.proses pengadaan meliputi pencetakan
emisi uang baru dan pencatakan uang rutin yang sudah ada. Kertas yang digunakan dalam pencetakan
uang di impor dari perusahaan uang kertas di luar negri dan didalam negri dengan kompetitif harha dan
kualitas bahan tersebut karena nantinya akan berhubungan dengan hasil jadi uang yang telah dicetak.
Pengedaran terdiri dari kegiatan distribusi uang dan layanan kas yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Dengan alur dari bank indonesia uang di distribusikan ke kantor-kantor bank indonesia di daerah dan
sebaliknya. Distribusi uang bertujuan agar kas Bank Indonesia yang ada di daerah berada pada keadaan
yang cukup untuk keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu
tertentu. Distribusi uang ini sangat memperhatikan betul perencanaan dalam kegiatan distribusinya,
dengan demikian distribusi uang tersebut tercapai keterpaduan dengan rencana pengadaan uang dan
pengiriman uang dapat terlaksana secara lebih efisien, efektif, cepat dan tepat waktu sesuai kebutuhan.
Layanan kas oleh bank Indonesia pada dasarnya terdiri dari penerimaan setoran dari bank-bank,
kegiatan bayaran, penukaran, dan layanan kas lainnya. Layanan kas ini bertujuan untuk memenui
ketersediaan uang pada kas dan memastikan uang tersebut layak edar.
Jika ada uang dalam pecahan tertentu dan tahun pencetaka tertentu tidak layak edar, maka Bank
Indonesia melakukan pencabutan dan penarikan uang tersebut dari peredaran karena banyak hal, entah
itu rusak atau memang tidak layak edar karena uang yang diterbitkan mudah ditiru sehingga dapat
menyurutkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan uang rupiah pecahan tersebut. Uang yang
ditarik oleh bank indonesia ini akan disimpan untuk dimusnahkan walaupun uang tersebut masih dalam
kondisi yang baik.
Setelah uang yang dicabut tadi, uang tersebut akan di musnahkan setelah uang tersebut masuk dalam
kas Bank Indonesia dan mendapatkan cap tidak berhara dan pemusnahan. Pemusnahan yang dilakukan
oleh tim khusus oleh bank indonesia dengan pengawasan yang sangat ketat, setah uang yang
dihancurkan telah menjadi limbah racikan uang kertas, lalu limbah tersebut di bakar dan dibuang
kepembuangan terakhir. Jika uang logam yang dileburkan biasanya dilakukan oleh perusahaan tertentu
mengingat limbah logam ini masih bisa digunakan dan mempunyai nilai jual dengan persyaratan
sebagai berikut:
1. Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutup dan aman;
2. Memiliki ruang tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan penyimpanan uang
logam yang akan dimusnahkan;
3. Memiliki halaman parkir yangcukup luas;
4. Menerbitkan Bank garansi atau surat jaminan.
Dalam rangka ikutserta dalam penanggulangan uang palsu, Bank Indonesia melakukan upaya prefentif,
sedangkan upaya represif merupakan kewenangan apartur penegak hukum. Meskipun bank indonesia
sebagai otoritas moneter tunggal, Bank Indonesia tidak mempunyai kewenangan menindak kejahatan
pemalsuan uang. Selain upaya preventif, Bank Indonesia juga memberikan bantuan teknis seperti tenaga
ahli yang diperlukan aparat penegak hukum baik kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan. Bank
Indonesia juga menatausahakan data temuan uang palsu yang dilaporkan oleh perbankan serta
berkerjasama dalam wadah BOTASUPAL (Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu).
Daftar pustaka:
https://qonitriadi.wordpress.com/2013/03/24/kebijakan-pengedaran-uang-di-indonesia/
LKS Ekonomi Siswa
http://sule-epol.blogspot.co.id/2016/02/makalah-alat-pembayaran-nontunai.html
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html