Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan nasional

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Salah satu bagian dari

pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan program pemberantasan penyakit

menular, tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih tetap menjadi

masalah kesehatan yang penting diberbagai belahan dunia.

Menurut WHO (1996) sebagaian besar negara maju diperkirakan setiap

tahunnya hanya 10 – 20 kasus baru Tuberkulosis diantara 100.000 orang penduduk,

angka kematian diberbagai negara maju akibat penyakit Tuberkulosis sekitar 1 – 5

orang per 100.000 penduduk. Untuk negara maju, yang pada mulanya angka

penderita TBC telah menurun tetapi belakangan ini naik lagi sehingga disebut sebagai

salah satu “ Reemerging Disease”.

Menurut Tjana Yoga, dkk (2000) menyebutkan pada tahun 2000 dikawasan

Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta penderita baru tuberkulosis dan terjadi lebih dari

1 juta kematian akibat penyakit ini. Di tahun 2000 diperkirakan di seluruh dunia

muncul lebih dari 10, 2 juta penderita baru tuberkulosis serta 3, 5 kematian. Tahun

2000 di kawasan Asia Tenggara lebih dari 3, 9 juta penderita tuberkulosis dan lebih

dari 1, 3 juta kematian, jika dijumlahkan dari tahun 1990 – 1999 di seluruh dunia

akan muncul 88 juta penderita tuberkulosis dan 30 juta kematian di dunia ini. Pada
2

dekade yang sama di Asia Tenggara akan timbul lebih dari 35 juta pendetita

tuberkulosis baru dan akan ditemui lebih dari 12 juta orang yang meninggal akibat

penyakit ini. Dye.C. dkk (1999) menyebutkan bahwa kasus penderita tuberkulosis di

Indonesia adalah terbesar ke-3 di dunia, sesudah Cina dan India. Survei Kesehatan

Rumah Tangga (1995), menyebutkan tuberkulosis adalah penyakit penyebab

kematian ke-3 di Indonesia, sesudah kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan.

WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian

akibat tuberkulosis dan terdapat 445.000 kasus tuberkulosis setahunnya. Hasil

kongres nasional Ikatan dokter Ahli Paru Indonesia (1990) menyebutkan bahwa 60 %

penderita TBC paru di Indonesia tidak menyelesaikan program pengobatan dengan

baik sesuai dengan yang telah ditentukan. Pengobatan yang tidak benar akan

menyebabkan terjadinya resistensi kuman tunerkulosis terhadap obat yang diberikan

(Azhar, 1996).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi virulensi

dan menekan jumlah penderita tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkan

Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS TB) oleh

Menkes RI pada tanggal 24 maret 1999, penanggulangan tuberkulosis diangkat

menjadi suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah, swasta

maupun masyarakat pada umumnya. Salah satu strategi dalam Gerdunas tuberkulosis

adalah strategi pelaksanaan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), tujuan

dari pelaksaan kegiatan dengan pendekatan DOTS adalah untuk menjamin dan

mencegah resistensi serta keteraturan pengobatan dan mencegah droup out/lalai


3

dengan dilakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan terhadap penderita

tuberkulosis. Oleh karena itu maka penulis menganggap perlu kiranya dilakukan

suatu penelitian tentang efektifitas strategi pelaksanaan DOTS terhadap kepatuhan

berobat pasien tuberkulosis paru.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa tingginya insiden &

prevalensi TBC diantaranya karena penderita yang tidak patuh dan tidak tuntas

dalam mengikuti program pengobatan yang telah ditentukan. Berdasarkan pernyataan

tersebut maka dirumuskan masalah penelitian ini adalah “ Apakah pelaksanaan

strategi DOTS akan mampu meningkatkan keteraturan berobat pasien TBC paru ?”

1. Tujuan Penelitian

1.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh strategi

pelaksanaan DOTS terhadap penigkatan kepatuhan berobat pasien

tuberkulosis paru .

1.2. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan DOTS pada penderita

tuberkulosis paru.

2) Mengindentifikasi kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru.

setelah dilaksanakan strategi DOTS.


4

3) Mengidentifikasi pengaruh strategi pelaksanaan DOTS terhadap

kepatuhan berobat pasien TBC paru.

4) Menganalisa perubahan keteraturan berobat pasien TBC paru setelah

dilaksanakan strategi DOTS.

2. Manfaat Penelitian

2.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

pengetahuan khususnya tentang strategi pelaksanaan DOTS terhadap

kepatuhan berobat pasien TBC paru..

2.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keteraturan berobat

penderita TBC paru dan patuh mengikuti program pengobatan, sehingga bisa

sembuh kembali.

2.3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang sangat berguna untuk dapat

melakukan penelitian berikutnya.

3. Relevansi

Masalah penyakit tuberkulosis adalah masalah kesehatan yang penting

dewasa ini, apalagi bagi negara berkembang seperti Indonesia dimana penderita TBC

paru menduduki peringkat ke 3 dunia. Pada penyakit tuberkulosis kesembuhan sangat

dipengaruhi oleh keteraturan/kepatuhan pasien dalam mengikuti dan melaksanakan

program pengobatan yang telah ditentukan. Hal yang terpenting terutama untuk

menghindari adanya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) dan penularan,
5

pembenahan sumber daya manusia dan manajemen perlu diperbaiki pada

penanggulangan penyakit ini. Salah satu cara mengatasi adalah dengan pendekatan

DOTS. Perawat sebagai ujung tombak tenaga kesehatan yang paling banyak kontak

dengan masyarakat perlu kiranya mengerti sehingga dapat membantu pelaksanaan

strategi DOTS dengan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran terhadap para perawat atau petugas kesehatan lainnya dalam

membantu pelaksanaan strategi DOTS terhadap penderita penyakit tuberkulosis paru

di Indonesia.
6

Anda mungkin juga menyukai