Anda di halaman 1dari 26

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


1. Pengertian
Menurut Ensiklopedia Amerika (dalam Notoatmodjo, 2003)
perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang
disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Kwick (1974) (dalam Notoatmodjo, 2003) menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan
sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan
adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek
tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan
Kesehatan Masyarakat.
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di
lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta
menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang
sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan
seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya
juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi
buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam
10

penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan


lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat
tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat (wordpress,
2008)
Perilaku higienis adalah perilaku dari pribadi, keluarga dan
masyarakat dalam hal menjaga kebersihan diri dan lingkungan
sehingga kesehatan pribadi, keluarga dan masyarakat selalu terjaga.
Perilaku higienis dilaksanakan pada tatanan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang di praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006 dikutip dari
www.depkes .co. id).
Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar
individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf
pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan
sebagainya.
Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam
perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari
rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan.
Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit
dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi
didalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf indera pendengaran,
penglihatan, pembauan, pengecapan dan perabaan disalurkan dari
tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan
saraf pusat.
11

a. Teori Perilaku
Ajzen dan Fishbein (1980) (dalam Anonim, 2002) dirumuskan
teori tentang tindakan diberi alasan (theory of reasoned action,
selanjutnya disebut TRA). Ini diakibatkan oleh riset sikap dari Model
Nilai Pengharapan. Ajzen dan Fishbein merumuskan TRA setelah
berusaha untuk menaksir pertentangan antara perilaku dan sikap.
TRA ini berhubungan dengan perilaku sukarela/fakultatif. Kemudian
perilaku yang muncul untuk menjadi tidak 100% sukarela/fakultatif
dan di bawah kendali, ini mengakibatkan penambahan merasa
kendali tingkah laku. Teori tentang perilaku adalah suatu teori yang
meramalkan perilaku sengaja, sebab perilaku dapat deliberatif dan
direncanakan.
Teori tentang tindakan diberi alasan menyatakan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh niat untuk melaksanakan
perilaku dan bahwa niat ini adalah pada gilirannya suatu fungsi
sikap ke arah perilaku dan norma hubungan peramal perilaku yang
terbaik adalah niat. Niat menjadi penyajian teori tentang kesiap-
siagaan seseorang untuk melaksanakan perilaku ditentukan, dan itu
dianggap sebagai yang terdahulu perilaku yang segera. Niat ini
ditentukan oleh tiga hal (Anonim, 2002):
1) Sikap kearah perilaku yang spesifik
2) Norma-norma hubungan
3) Kendali tingkah laku yang dirasa.
Teori tentang perilaku direncanakan menjaga bahwa hanya
sikap spesifik ke arah perilaku yang dimasalahkan dapat diharapkan
untuk meramalkan perilaku itu. Sebagai tambahan terhadap sikap
yang mengukur ke arah perilaku, kita juga harus mengukur norma-
norma hubungan masyarakat, kepercayaan tentang bagaimana
12

orang-orang yang mereka perhatikan akan memandang perilaku


yang dimasalahkan.
Untuk meramalkan niat seseorang, mengetahui kepercayaan
ini penting seperti pengetahuan sikap orang. Yang akhirnya, merasa
niat pengaruh kendali tingkah laku. Kendali tingkah laku yang dirasa
mengacu pada persepsi masyarakat tentang kemampuan mereka
untuk melaksanakan perilaku ditentukan. Peramal ini mendorong
kearah niat. Suatu aturan umum, yang semakin baik sikap dan
norma hubungan, dan semakin besar kendali yang dirasa adalah
yang lebih kuat perlu niat orang untuk melaksanakan perilaku yang
dimasalahkan (Anonim, 2002).
b. Klasifikasi Perilaku
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(Health related behavior) menurut Becker (1979, dikutip dari
Notoadmodjo, 2003) sebagai berikut:
1) Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku Kesehatan (Notoadmodjo, 2003) mengatakan bahwa
perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan.
2) Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa
sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya
termasuk juga pengetahuan individu untuk mengidentifikasi
penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
3) Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu
13

bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui,


bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada
pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan
sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit,
yakni:
i. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, (health promotion behavior).
ii. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior),
adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit,
misalnya: tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan
nyamuk aedes aegepty. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
iii. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health
seeking behavior). Yaitu perilaku untuk melakukan atau
mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati
sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-
fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter
praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe dan sebagainya).
iv. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health
rehabilitation behavior), yaitu perilaku yang berhubungan
dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh
dari suatu penyakit.

c. Prosedur Pembentukan Perilaku


Sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons.
Untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan
14

adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.


Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini
menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2003) sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat
atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku
yang akan dibentuk.
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-
komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan
yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku.
3) Dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama
telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan
mengakibatkan komponen atau perilaku tersebut cenderung
akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk
kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi
hadiah, demikian berulang-ulang sampai komponen kedua
terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk.
d. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu
respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan
(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua
macam (Notoatmodjo, 2003), yakni :
15

1) Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam


diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang
lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan
pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu
dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut
tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Dari
contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi
dan telah mempunyai sikap yang positif meskipun mereka
sendiri belum melakukan secara konkret terhadap hal tersebut.
Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert
behaviour).
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi
secara langsung. Misalnya pada contoh di atas, si ibu sudah
membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain
untuk imunisasi. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak
dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat
diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi
yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi
yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam
rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk
perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek
psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan
keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor
keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan
semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan
hukum perkembangan.
16

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku


yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.
Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh
perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan
berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan ekstern.
Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan,
persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk
mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi
lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim,
manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan
konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni
suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang
yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi
menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
Skinner (1938) (dalam Notoatmodjo, 2003) seorang ahli
perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).
Ia membedakan adanya dua respons, yakni :
1) Respondent Respons atau Reflexive Respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam
ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-
respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat
menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan
17

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya


perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkan.
Respondent respons (respondent behaviour) ini
mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour.
Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya
menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan
darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang
mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional
misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan
sebagainya.
2) Operant Respons atau Instrumental Respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti
oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-
perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organisme. Oleh itu, perangsang yang demikian
itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah
dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan
suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan
menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan
perbuatan tersebut.
Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama
(responden respons atau respondent behaviour) sangat
terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan
karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons,
kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.
18

Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour


merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat
dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada
respons atau jenis perilaku yang kedua ini.

2. Komponen Perilaku Hidup bersih Dan Sehat


a. Rumah sehat
1) Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu
rumah :
a) Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis ataupun
lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah
harus memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di
pegunungan atau di tepi pantai, di desa atau di kota, di
daerah dingin atau di daerah panas, di daerah dekat gunung
merapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan
sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu
disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya
bahannya, bentuknya dan lain sebagainya. Rumah di daerah
gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan
namun harus kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-
serangan binatang buas.
b) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan
kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-
bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap rubia
dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok
pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah
19

adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun


diperlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena itu,
kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu
dipertimbangkan.
c) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan
sudah begitu modern, akan tetapi teknologi modern itu
sangat mahal dan bahkan kadang-kadang tidak dimengerti
oleh masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimanapun
sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumahan
sendiri yang dipunyai turun temurun. Dalam rangka
penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah
dipunyai oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi
yang merugikan kesehatan dikurangi, dan mempertahankan
segi-segi yang sudah positif.
d) Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang
menyangkut tata guna tanah untuk hal ini, bagi perumahan
masyarakat pedesaan belum merupakan problem, namun di
kota sudah menjadi masalah yang besar.
2) Syarat-syarat rumah yang sehat
a) Bahan Bangunan
i. Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk
kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat
pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan dan
ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah
pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat
yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
20

memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)


dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat dan
dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit.
ii. Dinding
Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, apalagi
bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah
tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding atau
papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka
lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan ventilasi dan dapat menambah penerangan
alamiah.
iii. Atap genteng
Adalah umum dipakai baik diperkotaan maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk
daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan
bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun
demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun
kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping
mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
iv. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah
umum di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan
ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-
lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
21

menghindari ini maka cara memotangnya harus menurut


ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruas, maka
lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk
kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di
dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan
cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama
bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara
yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar
ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban
(humudity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
i. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan
tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu,
lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
22

nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu


harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari
gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
ii. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat
khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas
angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu
diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi
harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik
lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah
harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
c)Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang
masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari
di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit
penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan
menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
i. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat
penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen
di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (Jendela)
luasnya sekurang-kurangnya 15 % sampai 20% dari luas
lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu
diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar
23

sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan,


tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini,
di samping sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk
cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus
diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama
menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka
sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah dinding
(tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan
dengan genteng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat
secara sederhana, yakni dengan melubangi genteng
biasa waktu pembuatannya, kemudian menutupnya
dengan pecahan kaca.
ii. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya
yang , tapi bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah,
listrik, api dan sebagainya.
d) Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk
penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut
harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded).
Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan
kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 - 3 m2
untuk tiap orang ( tiap anggota keluarga ).
24

e)Fasilitas
Fasilitas fasilitas di dalam Rumah Sehat Rumah yang sehat
harus mempunyai fasititas-fasilitas sebagai berikut :
i. penyediaan air bersih yang cukup
ii. Pembuangan tinja
iii. Pembuangan air limbah
iv. Pembuangan sampah
v. Fasilitas dapur
vi. Ruang berkumpul keluarga
vii. Gudang tempat penyimpanan, gudang ini biasa
merupakan bagian dari rumah ataupun bangunan
tersendiri
viii. Kandang ternak, ini daerah pedesaan sebaiknya
kandang ternak terpisah dari rumah dan jangan
disimpan dibawah kolong rumah ataupun
dipekarangan.
b. Perilaku hygienis
Pembagian perilaku higienis dalam upaya sanitasi dasar adalah
sebagai berikut :
1) Perilaku higienis dalam tatanan pribadi (personal hygiene):
a) Biasakan mandi 2 kali sehari dengan air bersih dan sabun.
b) Jangan tumpuk/gantung pakaian kotor.
c) Biasakan gosok gigi.
d) Biasakan cuci rambut dengan shampo.
e) Cuci tangan sebelum makan dan selesai BAB.
2) Penyediaan air bersih, perilaku higienis yang dapat dilakukan
antara lain :
a) Ambil air bersih hanya dari sarana air bersih.
b) Penyimpanan/penempatan alat ambil yang benar.
25

c) Minum air bersih dari sarana air bersih dan sudah dimasak.
d) Tutup dan kuras berkala penyimpanan air bersih.
Persyaratan konstruksi sumur gali :
a) Jarak sumur gali dengan sumber pencemar minimal 10
meter
b) Bibir sumur gali 1 meter dari permukaan tanah, kedap air
c) Lantai sumur gali minimal lebar 1 meter dari dinding bibir
sumur gali, kedap air
d) Dinding sumur gali kedap air minimal sedalam 3 meter dari
permukaan tanah
e) Tersedia alat mengambil air dari sumur gali
3) Pembuangan sampah, perilaku yang dapat dilakukan antara
lain:
a) Sediakan tempat sampah di rumah.
b) Sediakan tempat kumpul/bakar/timbun sampah.
c) Biasakan buang sampah di tempat yang telah disediakan.
d) Bakar sampah < 24 jam dan bersihkan selalu pekarangan.
Persyaratan konstruksi tempat sampah
a) Konstruksi kedap air kalau mungkin dipisahkan sampah
basah dan kering
b) Diberi tutup yang mudah dibuka dan ditutup
4) Pembuangan tinja/buang air besar, perilaku higienis yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Tidak buang air besar di sembarang tempat.
b) Biasakan BAB di jamban yang memenuhi syarat.
c) Biasakan cuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah
BAB.
Persyaratan konstruksi jamban :
a) Bahan kuat dan lantai tidak licin
26

b) Jarak resapan dan SAB lebih dari 10 meter


c) Lubang jamban ditutup atau leher angsa
d) Cukup cahaya dan ventilasi
e) Tersedia tempat air untuk menyiram
5) Pembuangan air limbah, perilaku yang dapat dilakukan antara
lain:
a) Usahakan semua air limbah masuk saluran pengolahan air
limbah yang tertutup.
b) Biasakan bersihkan SPAL dan jangan ada genangan.
Persyaratan konstrusi Saluran Pengolah Air Limbah (SPAL)
a) Ideal terdiri dari bak penangkap lemak, septik tank dan
peresapan
b) Sederhana, terdiri dari bak penangkap kotoran dan
peresapan
c) Saluran ke SPAL tertutup dan apabila terbuka selalu
dibersihkan
d) Jarak dengan SAB minimal 10 meter

3. Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


a. Indikator Nasional
Ditetapkan 3 indikator (Depkes RI, 2007 ), yaitu :
1) Persentase penduduk tidak merokok.
2) Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3) Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue
global dan regional (Mega Country Health Promotion Network.
Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi issue
global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung,
27

kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk


narkoba.
Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua
golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan
generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari.
Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi
yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan
produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik dan olah raga
mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila
berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit,
seperti jantung, paru-paru dan lain-lain.

b. Indikator Lokal Spesifik


Yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-
masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk rnengukur perilaku
sehat sebagai berikut (Depkes RI, 2007 ) :
1) lbu hamil memeriksakan kehamilannya.
2) Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3) Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4) Balita ditimbang.
5) Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.
6) Bayi di imunisasi lengkap.
7) Penduduk minum air bersih yang masak.
8) Penduduk menggunakan jamban sehat.
9) Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11) Penduduk tidak menggunakan napza.
12) Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
28

13)Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan


SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14)Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk
mengukur hipertensi.
15)Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala
dengan Pap Smear.
16)Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai
prioritas masalah kesehatan yang ada didaerah.
c. Indikator PHBS di tiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator,
lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan
tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan
sarana kesehatan. (Depkes RI, 2007 )
1) Indikator tatanan rumah tangga :
Perilaku :
- Tidak merokok
- Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
- Imunisasi
- Penimbangan balita
- Gizi Keluarga/sarapan
- Kepesertaan Askes/JPKM
- Mencuci tangan pakai sabun
- Kuku pendek dan bersih
- Tidak mengkonsumsi miras
- Tidak menggunakan narkoba
Lingkungan :
- Ada jamban
- Ada air bersih
- Ada tempat sampah
29

- Ada SPAL
- Pekarangan bersih
2) Indikator tatanan tempat kerja :
Perilaku
- Menggunakan alat pelindung
- Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
- Olah Raga teratur
- Bebas Napza
- Kebersihan
- Ada Asuransi Kesehatan
Lingkungan
- Ada jamban
- Ada air bersih
- Ada tempat sampah
- Ada SPAL
- Ventilasi
- Pencahayaan
- Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
- Ada kantin
- Terbebas dari bahan berbahaya
- Ada klinik
3) Indikator tatanan tempat umum
Perilaku
- Kebersihan jamban
- Kebersihan lingkungan
Lingkungan
- Ada jamban
- Ada air bersih
- Ada tempat sampah
30

- Ada SPAL
- Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
4) Indikator Tatanan Sekolah :
Perilaku
- Kebersihan pribadi
- Tidak merokok
- Olah raga teratur
- Tidak menggunakan NAPZA
Lingkungan
- Ada jamban
- Ada air bersih
- Ada tempat sampah
- Ada SPAL
- Ventilasi
- Kepadatan
- Ada warung sehat
- Ada UKS
- Ada taman sekolah
5) Indikator tatanan sarana kesehatan
Perilaku
- Tidak merokok
- Kebersihan lingkungan
- Kebersihan kamar mandi
Lingkungan
- Ada jamban
- Ada air bersih
- Ada tempat sampah
- Ada SPAL
- Ada IPAL (RS)
31

- Ventilasi
- Tempat cuci tangan
- Ada pencegahan serangga

4. Propil kelurahan Bagak Sahwa


a. Data geografi
Kelurahan Bagak Sahwa memiliki luas wilayah ± 3200 Ha, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Nyarumkop.
- Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Bengkayang.
- Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Mayasopa.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Singkawang
Selatan .
b. Data demografi
Kelurahan Bagak Sahwa mempunyai jumlah penduduk sebesar
2097 jiwa dengan 526 KK dan 456 rumah. sebagian besar
penduduk di kelurahan Bagak Sahwa bermata pencaharian
sebagai petani ( 43% ) , swasta ( 32% ) , pegawai negeri ( 15%),
lain-lain ( 5%).

Tabel 3. Data demografi kelurahan Bagak Sahwa tahun 2008


No RW/RT Jumlah rumah Jumlah KK Jumlah jiwa
1. RW I
32

RT 01 54 70 275
RT 02 56 62 281
RT 03 80 124 407
2. RW II
RT 04 93 97 410
RT 05 78 85 332
RT 06 95 88 392
Jumlah 456 526 2097
Sumber : Puskesmas Singkawang Timur, 2008
c. Data sarana kesehatan
Kelurahan Bagak Sahwa memiliki 1 puskesmas kelurahan
dengan 2 tenaga kesehatan, yang terdiri dari 1 orang perawat dan
1 orang bidan.
d. Data sarana sanitasi
Rumah yang memiliki Sarana sanitasi di kelurahan Bagak Sahwa
terdiri dari :
- Jamban : 217 rumah
- SPAL( sarana pembuangan air limbah ) : 267 rumah
- SAB ( sarana air bersih ) : 335 rumah
- Pembuangan sampah : 112 rumah

B. Kerangka Teori

Lingkungan
33

Keturunan Derajat kesehatan Perilaku

Pelayanan kesehatan

Gambar 1. Kerangka Teori menurut HL Bloom


Sumber : HL. Bloom, 1974 dikutip dari www.depkes.co.id

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat :


- Personal hygiene
- Penyediaan air bersih
- Pembuangan tinja
- Membuang sampah
- Pemeriksaan kehamilan
C. Kerangka Konsep
- Tidak merokok
- Tidak mengkonsumsi miras
- Tidak menggunakan narkoba
- Rumah sehat
- Gizi keluarga
- Imunisasi
- Kepesertaan askes
- Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan
- Pekarangan bersih
34

Keluarga Sehat

Ket :
: Area penelitian

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian perilaku hidup bersih dan sehat

D. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah perilaku personal hygiene keluarga di kelurahan
Bagak Sahwa?
2. Bagaimanakah perilaku hygienis keluarga dalam penyediaan air bersih
di kelurahan Bagak Sahwa?
3. Bagaimanakah perilaku hygienis keluarga dalam membuang sampah
di kelurahan Bagak Sahwa?
4. Bagaimanakah perilaku hygienis keluarga dalam pembuangan tinja di
kelurahan Bagak Sahwa?

Anda mungkin juga menyukai