Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain
menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia
lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas
lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada usia lanjut individu akan
mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi
kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan
lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan
setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau
lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit
masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health). Dan
berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati
urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo).
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut
(lansia) juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih
kurang 16 juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025
jumlah lansia di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau
menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat
rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang
lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta
diabetes (Health-News,2007).

1
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut
pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau
tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak.
(Soenarto).
Berdasarkan kasus diatas maka penulis tertarik untuk membahas tentang
perawatan pasien dengan rheumatoid artritis sebagai bahan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Nn.F Dengan rheumatoid artritis Di Wisma
Bougenville Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
dengan reumatik artritis adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid artritis pada lansia?
2. Apa Etiologi, Patofisiologi serta Manifestasi Klinis rheumatoid artritis yang
terjadi pada lansia?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik pada lansia dengan rheumatoid
artritis?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang
terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis.
b. Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai
diberikan pada lansia dengan rheumatoid arthritis.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

3
A. Remathoid Arthritis
1. Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
3. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
4
4. Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
5. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
a. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
b. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
c. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat

5
d. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
e. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
f. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
g. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
h. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
i. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
j. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
k. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
l. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )
adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
c. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu

6
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
6. Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f. Pemberian Obat-obatan :
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegaly.

B. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
harus dilakukan secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat untuk klien. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut:
1. Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis
kelamin, agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung
jawab/orang yang bisa dihubungi (nama, alamat, hubungan dengan klien), cara
masuk, alasan masuk, tanggal masuk, diagnosa medic, dan lain sebagainya.
2. Pengkajian Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Nutrisi – Metabolic
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolic

7
c. Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Tidur – Istirahat
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Kognitif-persepsi
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Persepsi diri – Konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
h. Peran – Hubungan
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Seksualitas dan Reproduksi
1) Adakah gangguan seksualitas?
j. Koping - Toleransi Stress
1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Nilai Kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang
dialami lansia adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

8
9
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan ketunadayaan fisik keperawatan selama 2×24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
atau psikososial kronis pasien diharapkan nyeri hilang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
(misalnya, kanker dengan criteria : presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan
metastasis, cedera Kontrol nyeri
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
neurologis dan artritis) 1. Mengenali faktor penyebab
2. Mengenali onset (lamanya nyeri pasien
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
sakit)
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
3. Menggunakan metode
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
pencegahan 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
4. Menggunakan metode 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nonanalgetik untuk
nyeri tidak berhasil
mengurangi nyeri
5. Menggunakan analgetik Analgesic Administration
sesuai kebutuhan 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
6. Mengenali gejala-gejala nyeri
sebelum pemberian obat
7. Mencatat pengalaman nyeri
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
sebelumnya 3. Cek riwayat alergi
8. Melaporkan nyeri sudah 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
terkontrol ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tingkatan nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
1. Melaporkan adanya nyeri 7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
2. frekuensi nyeri dan panjangnya 8. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

10
episode nyeri samping)
3. ekspresi nyeri pada wajah
4. kurangnya istirahat
2. ketegangan otot
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2×24 jam 1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
insomnia dalam waktu pasien diharapkan dapat
3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
lama, terbangun lebih awal memperbaiki pola tidurnya dengan 4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam
atau terlambat bangun dan criteria : tidurnya
penurunan kemampuan 1. Mengatur jumlah jam
fungsi yng ditandai dengan tidurnya
2. Tidur secara rutin
penuaan perubahan pola
3. Miningkatkan pola tidur
tidur dan cemas 4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Ny. F Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun Suku : Jawa
Alamat : Suronatan Agama : Islam
Pendidikan : SMA Statua perkawinan : Janda
Tgl masuk panti: 7 November 2017 Tanggal pengkajian :17November2017
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat ini klien merasa nyeri pada persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien
duduk diam, namun rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti
kaku pada daerah persenduan dengan skala nyeri sedang dan dirasa hilang timbul
tidak pasti.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Riwayat alergi
Klien mengatakan, ia tidak ada pantangan / alergi terhadap obat, makanan,
binatang maupun lingkungan.
b) Riwayat penyakit
Pada saat muda klien sering pingsan karena sakit perut, klien juga sering
terjatuh. Pada tahun 2007 klien pernah melakukan operasi untuk menaikan
ginjal klien, karena turunya ginjal klien dari posisi sesungguhnya
c) Kebiasaan
d) Klien mengatakn klien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi,
minum alcohol, dan makan obat tidur
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti kanker, DM, penyakit
jantung, epilepsi, dll

5. Genogram

12
Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal
: Anggota keluarga perempuan yang meninggal
: Suami (meninggal)
: Pasien

6. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Keadaan Ny. F tampak sehatdan bugar dan tampak memegangi kaki kanannya
sesekali. Kesadaran Compos Mentis.
2. Intergumen
a. Inspeksi
Kebersihan baik, kulit klien terlihat keriput, turgor kulit lembab hangat
berwarna kuning langsat, tidak ada kelainan dan masalah keperawatan
b. Palpasi
Turgor kulit elastic, tidak terdapat edema

3. Kepala
Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak
beruban, rambut lurus. Penyebaran tidak merata.
4. Mata
Klien menggunakan kaca mata, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokhor, mata klien tampak sering berair, pergerakan bola mata simetris.
Klien dapat membaca hanya dalam jarak 30 cm.
5. Telinga
Bentuk telinga simetris, pendengaran baik di periksa dengan detik jam, secret,
serumen, benda asing tidak ada.
6. Mulut dan tenggorokan
Keadaan bibir lembat, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut, stomatitis
tidak ada, gigi klien tidak lengkap.
7. Leher
Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening.
8. Payudara
Tidak ada masalah
9. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk thoraxs normal 2:1, pernafasan 20 x/I tidak ada kesulitan bernafas
tidak ada usaha dengan menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Tidak terdapat sianosis pada bibir dan keadaan
kuku normal.

13
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, pengambangan dada simetris premitus taktil .
c. Perkusi
Tidak terdapat odema, bunyi resonan.
d. Auskultasi
Tidak terdapat suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-dub), tidak ada
masalah keperawatan
10. Sistem kardiovaskular
a. Perkusi
Perkusi jantung terdengar pekak.

b. Auskultasi
Irama jantung terdengar regular TD 110/70 mmHg
11. Sistem gastrointestinal
a. Inspeksi
Perut buncit umbilicus tidak menonjol tidak terlihat benjolan masa
b. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/menit normalnya 5-25x/m
c. Palpasi
Nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites
tidak ada
12. Sistem urinaria
Ny. F BAK dengan frekuensi tidak tentu ± setiap 6-8jam sekali, pada wktu

mlm klien sering terbangun untuk BAK ± 2-3 kali, klien mengatakn klien
mampu menahan BAK selama klien inginkan tidak sakit saat BAK dan
lancar. Klien mengatakan pernah mengalami kesulitan untuk defekasi karena
sering menahan untuk untuk defekasi.
13. Sistem genetoreproduksi
Klien mengatakan klien memiliki 4 anak tetapi anak-anaknya sudah berumah
tangga semua
14. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki dan tangan Ny. F tampak sejajar dan sama besar dan panjang,
tampak adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan
kedua tangan dan kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan dan
persendian klien sering merasa linu dan kesemutan.
15. Sistem syaraf pusat
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat
kejang
16. Sistem endokrin
Ny. F mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.
7. Pengkajian Psikososial & Spiritual

1. Psikososial

14
Ny. F mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti yang lainnya.

2. Emosional
Status emosi Ny. F stabil dan kooperatif saat diajak bicara, sikap klien
terhadap penghuni panti lainnya baik. Klien mengatakan klien mrngalami
sesulitan tidur, klien merasa gelisah dan memikirkan bayak masalah, klien
mengatakan ini sudah terjadi lebih dari satu kali dalam sebulan, bila tidak bisa
tidur klien memilih untuk membaca doa-doa
3. Spiritual
Ny. F beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima
waktu. Selain itu juga mengikuti bimbangan rohani dan seluruh kegiatan yang
diadakan di panti. Harapan klien meninggal dengan khusnul khotimah
8. Pengkajian Depresi
1. Inventaris Depresi Beck
a. Kesedihan : klien merasa sedih
b. Pesimisme : klien merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan, klien mengatakan “bila sudah tinggal dipanti ya sudah tidak pnya
masa depan “
c. Rasa kegagalan : klien merasa benar-benar gagal sebagai seorang
perempuan karena klien tidak mempunyai keturunan
d. Ketidakpuasan : klien mengatakan tidak puas dengan segalanya, klien
mengatakan sudah melalukan yang terbaik tetapi balasan orang dan
keluarga saya tidak sebanding
e. Rasa bersalah : klien tidak merasa benar benar bersalah
f. Tidak menyukai diri sendiri : klien tidak merasa kecewa dengan dirinya
sendiri
g. Membahayakan diri sendiri : klien tidak punya pikiran-pikiran yang
membahagiakan diri sendiri
h. Menarik diri dari soaial : klien tidak kehilangan minat pada orang lain
i. Keragu-raguan : klien membuat keputusan dengan baik
j. Perubahan gambaran diri : klien tidak merasa bahwa saya tampak lebih
buruk dari sebelumnya
k. Kesulitan diri : klien dapat bekerja sebaik sebelumnya
l. Keletihan : klien lelah lebih dari biasanya
m.Anoreksia : nafsu makan klien tidak buruk dari biasanya
Jumlah : 10 Depresi sedang.
9. Pengkajian Fungsional Klien

a) Katz index

15
Bantuan
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Penuh
Sebagian
1. Mandi V
2. Berpakaian V
3. Ke Kamar Kecil V
4. Berpindah V
Tempat
5. BAK/BAB V
6. Makan/Minum V
Ny. F dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.
10. Pengkajian Status Mental
a) Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara berurutan
10 Jumlah
Total Skor: 10 Fungsi intelektual tubuh

B. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri Sinovili
P : Saat ini klien merasa
Hiperemia & pembengkakan
nyeri pada persendian
Q : Nyeri dirasa saat klien
Nekrosis & Kerusakan dalam
duduk diam, namun
ruang sendi
rasa nyeri hilang saat
Nyeri
klien beraktifitas
R : Rasa nyeri seperti kaku
pada daerah

16
persendian
S : Dengan skala nyeri
sedang
T : Dirasa hilang timbul
tidak pasti.
Do :
- Klien terlihat
memegangi kakinya
sesekali
- Bentuk tulang klien
scoliosis
- Klien terlihat
meringis
Ds : insomnia dalam waktu lama,
- Klien mengatakan klien Gangguan pola tidur
terbangun lebih awal dan
mengalami sesulitan
penurunan kemampuan
tidur
fungsi yng ditandai dengan
- klien merasa gelisah
penuaan perubahan pola tidur
dan memikirkan bayak
dan cemas
masalan
- klien mengatakan ini
sudah terjadi lebih dari
satu kali dalam sebulan
- klien mengatakan bila
tidak bisa tidur klien
memilih untuk
membaca doa-doa
Do :
- klien terlihat tidur siang
- klien tampak
mengantuk di pagi hari.

C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri
2) Gangguan pola tidur

17
D. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan ketunadayaan fisik keperawatan selama 3 × 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
atau psikososial kronis pasien diharapkan nyeri hilang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
(misalnya, kanker dengan criteria : presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan
metastasis, cedera Kontrol nyeri
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
neurologis dan artritis) 1. Mengenali faktor penyebab
2. Mengenali onset (lamanya nyeri pasien
3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
sakit)
4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
3. Menggunakan metode
5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
pencegahan 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
4. Menggunakan metode 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nonanalgetik untuk
nyeri tidak berhasil
mengurangi nyeri
5. Menggunakan analgetik Analgesic Administration
sesuai kebutuhan 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
6. Mengenali gejala-gejala
sebelum pemberian obat
nyeri 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
7. Mencatat pengalaman nyeri 3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
sebelumnya
ketika pemberian lebih dari satu
Melaporkan nyeri sudah terkontrol
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tingkatan nyeri 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
1. Melaporkan adanya nyeri
8. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek

18
2. frekuensi nyeri dan panjangnya samping)
episode nyeri
3. ekspresi nyeri pada wajah
4. kurangnya istirahat
3. ketegangan otot
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3 × 24 jam 1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
insomnia dalam waktu pasien diharapkan dapat
3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
lama, terbangun lebih awal memperbaiki pola tidurnya dengan 4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum
atau terlambat bangun dan criteria : jam tidurnya
penurunan kemampuan 1. Mengatur jumlah jam
fungsi yng ditandai dengan tidurnya
2. Tidur secara rutin
penuaan perubahan pola
3. Miningkatkan pola tidur
tidur dan cemas 4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal/
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Waktu

19
1. 18-11-2017 Pain Management Subjektif:
09.45 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri biasanya setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas. Saat aktifitas nyeri tidak dirasakan,
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
09.50 tetapi saat duduk baru nyeri dirasakan, bila
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dibawa istirahat (tidur) nyeri berkurang.
mengetahui pengalaman nyeri pasien  Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
09.53 (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
intervensi  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
4. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : kompres hangat.
5. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri nyeri dengan cara kompres air hangat.
09.55
6. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri Objektif:
11.20
 Klien tampak memegang lututnya dan meringis
13.45
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien tampak belum bisa mengontrol nyeri dan
belum bisa melakukan manejemen nyeri yang
diajarkan perawat.
Asasment:
Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara

20
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri :
Kompres hangat.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
2. 18-11-2017 Peningkatan Tiidur Subjektif:
1. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah
2. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
3. Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress
sebelum shalat asyar.
fisik
4. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress  Klien mengatakan saat tidur malam hanya 3 - 4

sebelum jam tidurnya (saat tidur siang) jam, sering terbangun saat malam (biasanya
BAK, sahalat tahajut, membaca AL_Qur’an)
dan susah untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan mengerti pentingnya tidur

21
yang cukup untuk kesehatan tubuh.
Objektif:
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 12.43
 Klien tampak mengerti dengan penjelasan
perawat tentang pentingnya pola tidur yang
cukup.
Assesment:
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.

Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat tidur
siang)
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
3. 19-11-2017 Manajement Pain Subjektif:
08.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas (senam pagi). Saat aktifitas nyeri
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
08.05 tidak dirasakan, tetapi saat duduk baru nyeri

22
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk dirasakan, bila dibawa istirahat (tidur) nyeri
mengetahui pengalaman nyeri pasien berkurang.
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Kompres hangat.  Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
08.06
(mempraktekkan secara langsung kepada pasien) (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
11.30 5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
nyeri dengan cara kompres air hangat.
12.00  Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
dilakukan kompres air hangat.

Objektif:
 Klien tampak memegang lututnya dan meringis
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi

23
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Tehnik
distraksi.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
4. 19-11-2017 Peningkatan Tidur Subjektif:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah
2. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress
shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
sebelum jam tidurnya (saat tidur siang)
sebelum shalat asyar.
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien.
 Klien mengatakan tadi malam tidurnya 4 – 5
Jam, karena sering terbangun saat malam
(biasanya BAK, sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 13.00
Assesment:

24
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah
jam tidurnya
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat
tidur siang)
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
5. 20-11-2017 Pain Management Subjektif:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas (senam pagi). Saat aktifitas nyeri
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
tidak dirasakan, tetapi saat duduk baru nyeri
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dirasakan, bila dibawa istirahat (tidur) nyeri
mengetahui pengalaman nyeri pasien
berkurang.
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Kompres hangat.
 Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
(mempraktekkan secara langsung kepada pasien)
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
nyeri dengan cara kompres air hangat.
 Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
dilakukan kompres air hangat.

Objektif:

25
 Klien tampak memegang lututnya dan meringis
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri :
Kompres hangat. (mempraktekkan secara
langsung kepada pasien)
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.

6. 20-11-2017 Peningkatan Tidur Subjektif:


1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah

26
2. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
sebelum jam tidurnya (saat tidur siang) sebelum shalat asyar.
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien  Klien mengatakan tadi malam tidurnya 4 – 5
Jam, karena sering terbangun saat malam
(biasanya BAK, sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat

27
tidur siang)
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan rematoid astritis maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan kasus pada
pengakajian tidak ditemukan semua tanda dan gejala hanya beberapa yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan krtunadayaan fisik (artritis) dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan insomnia
Pada penatalaksanaan yang terjadi dilapangan klien Ny. F kooperatif dan mau
diajak bekerja sama sehingga memudahkan proses keperawatan
B. Saran.
Berdasarkan hasil penerapan kasus yang telah dilakukan pada klien, maka penulis
memberikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi kita semua untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.

29
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.


Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America:
Mosby Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:
Puspa Swara.

30

Anda mungkin juga menyukai