Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AUDITING

SPL : PROSES AWAL AUDIT DAN REVIEW SPI

Oleh :

HETTY SETIYANI

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
A. PERENCANAAN AUDIT
Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan
harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan sebaik-baiknya”. Standar ini memberikan pedoman bagi
auditor yang merlaksanakan audit untuk mempertimbangkan dan menerapkan
prosedur perencanaan dan supervise, termasuk penyiapan program audit,
pengumpulan informasi mengenai bisnis satuan usaha, penyelesaian
perbedaan pendapat terus-menerus selama audit.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat
perencanaan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman
mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:


a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat entitas tersebut
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit .
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment).
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan sebagai contoh,
laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan
yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).
Langkah-langkah yang harus dilakukan auditor dalam perencanaan audit,
meliputi:
1. Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industry klien.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis dan industry
klien yang memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan
auditnya berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Tingkat pengetahuan tersebut harus dimiliki auditor untuk
memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut pertimbangan
auditor dimungkinkan memiliki dampak terhadap laporan keuangan.
Bila dibandingkan dengan auditor, umumnya tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh manajemen tentang bisnis satuan usaha jauh lebih banyak.
Dengan demikian pengetahuan tentang bisnis klien tersebut membantu auditor
dalam beberapa hal berikut ini:
a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah,
direview, dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisian kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka
panjang,
d. Menilai kewajaran representasi manajemen.
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya.
2. Melakukan prosedur analitis.
Prosedur analitis merupakan pengevalusasian terhadap informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajarai hubungan-hubungan yang masuk akal antara
data keuangan dengan data non keuangan. Prosedur analitis dapat dilakukan
dengan metode perbandingan sederhana sampai model statistic dan matematis
yang rumit dan kompleks.
Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap
perencanaan, tahap pengujian atau tahap pekerjaan lapangan, dan tahap
penyimpulan hasil audit. Dalam tahap perencanaan, prosedur analitis berguna
untuk membantu auditor merencanakan sifat, penentuan waktu, dan luas
prosedur audit. Dalam pekerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan
prosedur audit yang optimal. Prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu
pengujian substantive untuk menghimpun bahan bukti tentang asersi tertentu
yang terkait dengan saldo rekening ataupun kelompok transaksi. Dalam tahap
pengambilan kesimpulan hasil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat
untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan.
3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas.
Yang dimaksud dengan materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan
yang salah pada informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan. Auditor melakukan planning materiality, yaitu
penilaian awal mengenai tingkat materialitas dalam perencanaan audit. Dalam
perencanaan audit ini, auditor menentukan tingkat materialitas pada dua
tingkat, yaitu:
a. Materialitas tingkat laporan keuangan.
b. Materialitas tingkat saldo akun.
Auditor menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena
pendapat auditor tentang kewajaran adalah mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan dan tidak sepotong-sepotong. Laporan keuangan dapat
mengandung salah saji yang material bila berisi kekeliruan dan ketidakberesan
yang secara individu maupun kolektif sangat besar pengaruhnya terhadap
kewajaran laporan keuangan.
Materialitas pada tingkat saldo akun sering disebut juga dengan tolerable
misstatement. Tolerable misstatement adalah salah saji maksimum yang boleh
ada dalam saldo akun sehingga tidak dianggap sebagai salah saji material. Ada
hubungan erat antara tolerable misstatement dengan meterialitas pada tingkat
laporan keuangan. Akun-akun yang secara individual tidak material, namun
bila diakumulasikan dapat menjadi material secara kumulatif pada tingkat
laporan keuangan.

4. Menilai risiko audit.


Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan
perencanaan audit. Risiko audit adalah risiko tidak diketahuinya kesalahan
yang dapat mengubah pendapat auditor atas suatu laporan keuangan yang
diaudit. Risiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Risiko bawaan (inherent risk)
b. Risiko pengendalian (control risk)
c. Risiko deteksi (detection risk)
5. Mengembangkan startegi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang
signifikan.
Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk
menurunkan risiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung
pendapat auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Ada dua alternative
strategi audit, yaitu:
a. Primarily substantive approach.
Pada strategi Primarily substantive approach, auditor lebih mengutamakan
pengujian substantive daripada pengujian pengendalian. Auditor relative
lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
struktur pengendalian intern perusahaan klien. Strategi ini lebih banyak
digunakan dalam audit yang pertama kali daripada audit atas klien lama.
b. Lower assessed level of control risk approach.
Pada strategi Lower assessed level of control risk approach ini, auditor lebih
mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantive.
Auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seefektif
pada Primarily substantive approach. Auditor lebih banyak melakukan
prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian
intern perusahaan klien. Strategi ini banyak dipakai dalam audit atas klien
lama daripada audit yang pertama kali atas klien baru

6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien.


Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur
untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern. Pemahaman
struktur pengendalian intern perusahaan klien, digunakan auditor untuk:
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial.
b. Mempertimbangkan factor yang mempengaruhi risiko salah saji material.
c. Merancang pengujian substantive..
Struktur pengendalian intern terdiri atas tiga unsure, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian.
b. Sistem akuntansi.
c. Prosedur pengendalian

Pemahaman Atas Bisnis Klien (SA seksi 318)


Standar Auditing (SA) Seksi 318 telah memberikan pedoman tentang
bagaimana auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien yang
cukup. Hal ini bertujuan untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan
memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang, menurut pertimbangan
auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas
laporan pemeriksaan atau laporan audit. Sebagai contoh, pengetahuan tersebut
digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian
dan dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit. Tingkat
pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum
tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan
pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun,
tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila
dibandingkan dengan yang dimiliki oleh manajemen. Auditor dapat
memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai sumber,
misalkan :
1. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.
2. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi
senior),
3. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap
laporan auditor intern,
4. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain
yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri,
5. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli
ekonomi industri, badan pengatur industri, customers, pemasok, dan
pesaing).
6. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan
oleh pemerintah, survei, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank,
pialang efek, koran keuangan).
7. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap
entitas.
8. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.
9. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang
dikirim kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur,
buku-buku promosi, laporan keuangan dan laporan tahunan atau
sebelumnya, anggaran, laporan manajemen intern, laporan keuangan
interim, panduan kebijakan manajemen, panduan akuntansi dan sistem
pengendalian intern, daftar akun, deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan
penjualan).
Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan yang
digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional.
Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara
semestinya membantu auditor dalam:
1. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah
2. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.
3. Evaluasi bukti audit
4. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.
Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan
auditnya. Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam
melakukan pertimbangan tersebut. Sebagai contoh:
1. Penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian.
2. Pertimbangan risiko bisnis dan tanggapan manajemen mengenai hal ini.
3. Pengembangan perencanaan audit secara menyeluruh dan program audit.
4. Penentuan tingkat materialitas dan penaksiran apakah tingkat materialitas yang
dipilih masih memadai.
5. Penentuan bukti audit untuk menetapkan memadainya dan validitasnya dengan
asersi laporan keuangan yang bersangkutan. Evaluasi estimasi akuntansi dan
representasi manajemen.
6. Identifikasi bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan audit khusus dan
keterampilan khusus.
7. Untuk menyadari adanya informasi yang bertentangan (seperti, representasi
yang berlawanan).
8. Untuk menyadari keadaan yang luar biasa (seperti, penggelapan dan
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, hubungan yang tidak
diharapkan antara data statistik operasi dengan hasil keuangan yang
dilaporkan).
9. Pembuatan permintaan keterangan berbasis informasi dan penentuan apakah
jawabannya masuk akal
10. Pertimbangan tentang memadainya kebijakan akuntansi dan pengungkapan
dalam laporan keuangan.
Auditor juga harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu
perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk
memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada
mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa para asisten selalu menyadari
tambahan informasi dan perlunya berbagi informasi dengan auditor dan asisten
lainnya. Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor
harus mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten
dengan pengetahuan auditor tentang bisnis.

Pertimbangan Auditor Atas Pengendalian Dalam Audit Laporan Keuangan


(SA seksi 319)
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian intern yang memadai untuk merencanakan audit dengan
melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang relevan
dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut
dioperasikan. Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir
risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan
transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan, lalu auditor
dapat mencari pengurangan lebih lanjur tingkat risiko pengendalian taksiran
untuk asersi tertentu. Dalam hal seperti ini, auditor mempertimbangkan apakah
bukti audit yang cukup untuk mendukung pengurangan lebih lanjut mungkin
tersedia dan apakah pelaksanaan pengujian pengendalian tambahan untuk
memperoleh bukti audit tersebut akan efisien. Auditor menggunakan
pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman atas pengendalian intern dan
tingkat risiko pengendalian taksiran dalam menentukan sifat, saat, dan luas
pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan.

DEFINISI PENGENDALIAN INTERN


Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan
pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orangorangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern,
menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola.
c. Aktivits pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasikan, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu.

KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS


Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian
intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan
komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas.
Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang
melekat dalam pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa
pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa
pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi
tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Di samping
itu, pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau
lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern.
Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya
pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian tersebut. Meskipun hubungan manfaat-biaya merupakan kriteria
utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian intern,
pengukuran tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta
pertimbangan dalam menilai hubungan biaya-manfaat tersebut.
Pemahaman Terhadap Pengendalian Intern
Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman masing-
masing dari lima komponen pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan
audit dengan melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang
relevan dengan suatu audit laporan keuangan, dan apakah pengendalian tersebut
dioperasikan. Dalam perencanaan audit, pengetahuan tersebut harus digunakan
untuk:
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial.
b. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji
material.
c. Medesain pengujian substantif.
Dalam mempertimbangkan pemahaman atas pengendalian intern yang
diperlukan untuk merencanakan audit, auditor mempertimbangkan pengetahuan
yang diperoleh dari sumber lain tentang tipe salah saji yang dapat terjadi, resiko
bahwa salah saji tersebut dapat terjadi, dan faktor yang mempengaruhi desain
pengujin substansif. Sumber lain pengetahuan seperti itu mencakup audit
sebelumnya dan pemahaman tentang industri yang menjadi tempat beroperasinya
entitas.
Auditor juga mempertimbangkan taksirannya tentang resiko bawaan,
pertimbangan tentang materialitas, dan kompleksitas dan kecanggihan operasi dan
sistem entitas, termasuk apakah metode pengendalian pengolahan informasi
didasarkan pada prosedur manual yang terlepas dari komputer atau sangat
tergantung pada pengendalian berbasis komputer. Semakin kompleks dan canggih
operasi dan sistem entitas, mungkin perlu mencurahkan perhatian ke komponen
pengendalian intern untuk memperoleh pemahaman komponen tersebut yang
diperlukan untuk mendesain pengujian substansif yang efektif.

LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan
pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen dan
dewan komisaris terhadap lingkungan intern, dengan mempertimbangkan baik
substansi pengendalian maupun dampaknya secara kolektif. Auditor harus
memusatkan pada substansi pengendalian daripada bentuk luarnya, karena
pengendalian mungkin dibangun namun tidak dilaksanakan. Sebagai contoh,
manajemen dapat membangun aturan perilaku formal namun bertindak yang
melanggar apa yang telah ditetapkan dalam aturan tersebut.
Pada waktu memperoleh pemahaman tentang lingkungan pengendalian,
auditor mempertimbangkan dampak kolektif kekuatan dan kelemahan dalam
berbagai faktor lingkungan pengendalian terhadap lingkungan pengendalian.
Kekuatan dan kelemahan manajemen dapat berdampak pervasif terhadap
pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian oleh manajer pemilik dapat
mengurangi tidak adanya pemisahan tugas dalam suatu bisnis kecil atau dewan
komisaris yang aktif dan independen dapat mempengaruhi filosofi dan gaya
operasi manajemen senior dalam entitas yang lebih besar. Namun, kebijakan dan
praktik sumber daya manusia yang diarahkan ke penerimaan personel akuntansi
dan keuangan yang kompeten, mungkin tidak mengurangi kecenderungan kuat
manajemen puncak untuk menyajikan laba dalam jumlah yang lebih tinggi.

PENAKSIRAN RISIKO
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan
keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan
melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang proses
penaksiran risiko entitas untuk memahami bagaimana manajemen
mempertimbangkan risiko yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan dan
memutuskan tentang tindakan yang ditujukan ke risiko tersebut. Pengetahuan ini
mungkin mencakup pemahaman tentang bagaimana manajemen mengidentifikasi
risiko, melakukan estimasi signifikannya risiko, menaksir kemungkinan
terjadinya, dan menghubungkannya dengan pelaporan keuangan.
AKTIVITAS PENGENDALIAN
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam
pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan
diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas
pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas
Auditor harus memperoleh suatu pemahaman atas aktivitas pengendalian
yang relevan untuk merencanakan audit. Pada waktu auditor memperoleh
pemahaman tentang komponen lain, ia juga mungkin memperoleh pemahaman
atas aktivitas pengendalian. Sebagai contoh, dalam memperoleh pemahaman
tentang dokumen, catatan, dan tahap pengolahan dalam sistem pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan kas, auditor mungkin menjadi sadar apakah
rekening bank telah direkonsiliasi.
Auditor harus mempertimbangkan pengetahuan tentang ada atau tidak
adanya aktivitas pengendalian yang diperoleh dari pemahaman terhadap
komponen lain dalam menentukan apakah diperlukan perhatian tambahan untuk
memperoleh pemahaman atas aktivitas pengendalian dalam perencanaan audit.
Biasanya, perencanaan audit tidak mensyaratkan pemahaman atas aktivitas
pengendalian yang berkaitan dengan setiap saldo akun, golongan transaksi, dan
komponen pengungkapan dalam laporan keuangan atau setiap asersi yang relevan
dengan saldo akun, transaksi, dan pengungkapan tersebut.

INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa
maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan
ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem
tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan
semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan
keuangan yang andal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman
tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian
intern terhadap pelaporan keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem
informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan.
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti
komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk mengirim,
memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

PEMANTAUAN
Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan
memelihara pengendalian intern. Manajemen memantau pengendalian untuk
mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang
diharapkan dan bahwa pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya
jika perubahan kondisi menghendakinya.
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi
secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai
entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa
memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan
dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti
keluhan customers dan komentar dari badan pengatur dapat memberikan petunjuk
tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

Komunikasi Masalah Sistem Pengendalian Internal (SA Seksi 325)


Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan
kondisi yang menyangkut pengendalian intern entitas, yang diamati dalam audit
atas laporan keuangan. Komunikasi tersebut umumnya ditujukan kepada komite
audit atau orang dengan tingkat wewenang dan tanggung jawab setara dalam
organisasi yang tidak memiliki komite audit, seperti dewan komisaris, dewan wali
amanat, atau pemilik dalam perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri,
atau pihak lain yang mengadakan perikatan audit.

Kondisi yang dapat dilaporkan


Selama melaksanakan audit, auditor mungkin mengetahui persoalan yang
menyangkut pengendalian intern yang mungkin perlu diketahui oleh komite audit.
Dalam Seksi ini, persoalan yang diharuskan untuk dilaporkan kepada komite audit
untuk selanjutnya disebut dengan kondisi yang dapat dilaporkan. Secara khusus,
ini adalah persoalan yang menarik perhatian auditor, yang menurut
pertimbangannya, harus dikomunikasikan kepada komite audit, karena merupakan
kekurangan material dalam desain atau operasi pengendalian intern, yang
berakibat buruk terhadap kemampuan organisasi tersebut dalam mencatat,
mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten
dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Kekurangan demikian dapat
mencakup aspek lima komponen pengendalian intern
a. lingkungan pengendalian,
b. penaksiran risiko,
c. aktivitas pengendalian,
d. informasi dan komunikasi,
e. pemantauan.
Identifikasi kondisi yang dilaporkan
Tujuan auditor dalam mengaudit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan entitas secara keseluruhan. Auditor
tidak berkewajiban mencari kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor
mungkin menemukan kondisi yang dapat dilaporkan melalui pertimbangannya
atas komponen pengendalian intern, penerapan prosedur audit terhadap saldo akun
dan transaksi, atau mungkin dengan cara lain selama pelaksanaan audit.
Ditemukan atau tidaknya kondisi yang dapat dilaporkan akan berbeda antara satu
perikatan dengan perikatan yang lain, karena dipengaruhi oleh sifat, saat, dan
lingkup prosedur audit serta faktor-faktor lainnya, seperti ukuran entitas,
kerumitan dan sifat serta keanekaragaman kegiatan usahanya.

Kriteria yang disepakati


Pada waktu menentukan lingkup auditnya, auditor dan kliennya mungkin
membicarakan pengendalian intern dan berfungsi atau tidaknya pengendalian
tersebut. Klien mungkin meminta auditor untuk waspada terhadap permasalahan
tertentu dan untuk melaporkan kondisi di luar yang dibahas dalam Seksi ini.
Auditor sebaiknya juga melaporkan masalah lain, yang menurut penilaiannya,
berguna untuk manajemen, walaupun tanpa permintaan khusus untuk itu.
Lingkup yang disepakati bersama antara auditor dan klien untuk
melaporkan kondisi yang ditemukan dapat meliputi, misalnya, pelaporan
persoalan yang tidak sepenting dibandingkan dengan yang disebutkan dalam
Seksi ini, adanya kondisi yang dikemukakan oleh klien, atau hasil penyelidikan
lebih lanjut dari permasalahan yang ditemukan untuk mengidentifikasikan
penyebabnya. Dalam lingkup demikian, mungkin auditor diminta untuk
mengunjungi lokasi tertentu, menilai prosedur pengendalian tertentu, atau
melaksanakan prosedur tertentu yang tidak direncanakan sebelumnya.

Pelaporan – bentuk dan isi


Kondisi yang ditemukan oleh auditor, yang menurut Seksi ini dapat
dilaporkan atau yang merupakan hasil kesepakatan dengan klien harus dilaporkan,
sebaiknya dilakukan secara tertulis. Apabila informasi tersebut dikomunikasikan
secara lisan, auditor harus mendokumentasikan komunikasi tersebut dalam kertas
kerjanya.
Setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan
harus:
a. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan dan tidak untuk memberi keyakinan atas pengendalian
intern.
b. Memuat definisi kondisi yang dapat dilaporkan.
c. Memuat pembatasan distribusi laporan

Komunikasi dengan Manajemen (SA Seksi 360)


Persyaratan hukum dan professional
Selama melakukan audit atas laporan keuangan, perlu bagi auditor untuk
membangun hubungan kerja yang bersifat konstruktif dengan manajemen untuk
mewujudkan audit yang efektif dan efesien. Tujuan ini dapat dicapai dengan
mengamati prinsip-prinsip etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Prinsip-prinsip ini terdapat dalam Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Prinsip-prinsip yang
memberikan panduan tentang tanggung jawab profesional auditor adalah:
a. independensi;
b. integrasi;
c. objektivitas;
d. kemahiran dan kecermatan profesional;
e. kerahasiaan;
f. perilaku profesional, dan
g. standar teknis

Seorang auditor harus bebas, secara kenyataan maupun dalam penampilan,


dari kepentingan apa pun dalam pelaksanaan perikatan profesionalnya, yang dapat
dipandang sebagai ketidakcocokan dengan prinsip-prinsip etika.
Syarat-syarat dalam perikatan audit
Surat perikatan merupakan kepentingan baik auditor maupun kliennya
yang berisi dokumentasi dan penegasan penerimaan oleh auditor mengenai
penunjukan auditor oleh klien. PSA No. 55 (SA Seksi 320) Surat Perikatan Audit
memberikan panduan bagi auditor mengenai surat perikatan tersebut.
Surat perikatan membantu auditor dalam menghindari kesalahpahaman
tentang syarat-syarat perikatan, dan menjadi dasar suatu hubungan antara auditor
dengan kliennya. Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi untuk setiap
klien, namun pada umumnya mencakup:
a. Tujuan audit atas laporan keuangan.
b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
c. Lingkup audit, termasuk pengacuan ke perundangan, peraturan, atau
standar yang diterbitkan oleh badan profesional yang didalamnya auditor
menjadi anggotanya.
d. Akses ke catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa saja yang
diisyaratkan dalam hubungannya dengan audit.

Representasi Manajemen
Representasi Manajemen berisi standar dan panduan profesional yang
berkaitan dengan representasi manajemen. Representasi manajemen dapat
memberikan:
a. Bukti bahwa manajemen mengakui tanggung jawabnya atas penyajian yang
wajar laporan keuangan sesuai dengan rerangka pelaporan keuangan yang
relevan, dan telah mengesahkan laporan keuangan tersebut;
b. Penegasan tertulis oleh manajemen mengenai representasi signifikan yang
dibuat selama pelaksanaan audit, sehingga mengurangi kemungkinan salah
paham tentang representasi lisan yang dibuat oleh auditor,
c. Bukti audit tertulis bilamana representasi manajemen merupakan satu-satunya
bukti yang diharapkan dapat diperoleh auditor (seperti, suatu penguatan
maksud manajemen untuk menahan investasi tertentu untuk tujuan jangka
panjang).
Komunikasi dengan manajemen selama masa audit
Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan
manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini:
a. Pemahaman atas bisnis klien;
b. Rencana audit;
c. Dampapak perundangan atau standar profesional atas audit;
d. Informasi yang diperlukan untuk menentukan risiko audit;
e. Penjelasan, bukti, dan representasi dari manajemen atau dari tingkat yang
lebih rendah dalam organisasi;
f. Pengamatan dan saran yang dihasilkan dari audit tentang hal-hal efisiensi
operasional atau administratif, strategi bisnis, dan unsur lain yang menarik
perhatian,
g. Informasi yang tidak diaudit yang diinginkan oleh manajemen untuk
publikasikan dengan laporan keuangan auditan yang menurut
pertimbangan auditor tidak konsisten atau tampak menyesatkan pembaca.

Pada akhir audit, auditor akan memerlukan waktu untuk membicarakan


hal-hal seperti:
a. Kesulitan praktis yang dijumpai dalam pelaksanaan audit;
b. Ketidaksetujuan dengan manajemen berkaitan dengan laporan keuangan;
c. Apakah adjustment audit signifikan perlu disajikan atau tidak dalam
laporan keuangan;
d. Perhatian atau masalah signifikan yang berkaitan dengan kebijakan
akuntansi dan pengungkapan unsur-unsur dalam laporan keuangan yang
kemungkinan meyebabkan modifikasi terhadap laporan auditor;
e. Ketidakberesan atau dugaan adanya ketidakpatuhan terhadap undang-
undang dan peraturan yang ditemukan oleh auditor;
f. Risiko signifikan yang dihadapi oleh entitas seperti hal-hal yang memiliki
potensi yang membahayakan bagi kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya;
g. Rekomendasi (seperti hal yang berkaitan dengan pengendalian intern)
yang akan diberikan oleh auditor kepada manajemen sebagai hasil dari
auditnya.
Auditor perlu mengkomunikasikan hal-hal tersebut kepada manajemen
yang memiliki jenjang semestinya. Komunikasi tersebut dapat berbentuk lisan
atau tertulis. Jika komunikasi dilakukan secara lisan, auditor mendokumentasikan
komunikasi tersebut dalam kertas kerja.
Rapat khusus biasanya diadakan pada akhir audit dengan direksi, komite
audit atau manajemen senior yang lain.

Anda mungkin juga menyukai