Anda di halaman 1dari 147

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA TENGAH

FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya ”Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 2018” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan
internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih
besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta
kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.

Semarang, Februari 2018


KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAWA TENGAH

Ttd

Hamid Ponco Wibowo


Direktur Eksekutif
Daftar Isi

Kata Pengantar BAB I


Daftar Isi PERKEMBANGAN
Daftar Tabel EKONOMI MAKRO
Daftar Grak REGIONAL
Tabel Indikator
1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 09
Ringkasan Eksekutif
Triwulan IV 2017
1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran 11
1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 27
1.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Makro 35
Regional Triwulan I 2018
1.2.1. Tracking Perkembangan Ekonomi Triwulan I 36
2018 Sisi Pengeluaran
1.2.2. Tracking Perkembangan Ekonomi Triwulan I 38
2018 Sisi Lapangan Usaha

BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1. Realisasi APBD Triwulan IV 2017 45
2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan IV 2017 46
2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan IV 2017 48
2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2017 50

iv
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018

BAB III BAB IV


PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
INFLASI DAERAH PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
DAN UMKM
3.1. Inasi Secara Umum 57 4.1. Perkembangan Stabilitas Sistem Keuangan Jawa Tengah 77
3.2. Inasi Berdasarkan Kelompok 59 4.1.1. Ketahanan Lapangan Usaha Jawa Tengah Triwulan IV 77
3.2.1. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan 59 2017
Jasa Keuangan 4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga Pada Triwulan IV 78
3.2.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & 60 2017
Bahan Bakar 4.2. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah 83
3.2.3. Kelompok Bahan Makanan 60 4.2.1. Perkembangan Bank Umum110 85
3.3. Disagregasi Inasi 61 4.3. Perkembangan Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 90
3.3.1. Kelompok Volatile Food 61 Provinsi Jawa Tengah
3.3.2. Kelompok Inti 62 4.4. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah 92
3.3.3. Kelompok Administered Prices 64 (UMKM)
3.4. Inasi Kota – Kota di Provinsi Jawa Tengah 65
3.4.1. Disagregasi Inasi Kota Cilacap 66
3.4.2. Disagregasi Inasi Kota Purwokerto 67
BAB V
3.4.3. Disagregasi Inasi Kota Kudus 68 PENYELENGGARAAN
3.4.4. Disagregasi Inasi Kota Surakarta 69 SISTEM PEMBAYARAN DAN
3.4.5. Disagregasi Inasi Kota Semarang 70 PENGELOLAAN UANG RUPIAH
3.4.6. Disagregasi Inasi Tegal 71 5.1. Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank 99
3.5. Perkembangan Inasi Tahun 2017 71 Indonesia (SKNBI)
3.6. Tracking Inasi Triwulan I 2018 72 5.2. Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah 101
3.6.1. Inasi Januari 2018 72 5.3. Perkembangan Transaksi Penukaran Valuta Asing 103
3.6.2. Inasi Triwulan I 2017 73 5.4. Perkembangan Elektronikasi dan Keuangan Inklusif 104
3.7. Program Pengendalian Inasi Daerah 74

v
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018

BAB VI
KETENAGAKERJAAN
DAN KESEJAHTERAAN
6.1. Ketenagakerjaan 113
6.2. Pengangguran 116
6.3. Nilai Tukar Petani 117
6.4. Tingkat Kemiskinan 119
6.5. Pembangunan Manusia 121
6.6. Pemerataan Penduduk 122

BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2018 dan 127
Tahun 2018
7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 127
7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 128
7.2. Prospek Inasi Triwulan II 2018 dan Tahun 2018 130

vi
Tabel

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan 09 Tabel 3.7 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok Bahan 61
Jawa (%, yoy) Makanan
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB menurut 12 Tabel 4.1 Pengelompokan Tabungan Perseorangan 79
Pengeluaran (Rp Miliar) Berdasarkan Nilainya
Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 12 Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan Kredit 80
menurut Pengeluaran (Rp Miliar) Rumah Tangga Jawa Tengah
Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa 12 Tabel 4.3 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan di Jawa 85
Tengah menurut Pengeluaran (%, YOY) Tengah
Tabel 1.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa 22 Tabel 4.4 Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilai 87
Negara Mitra Dagang Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilai 89
Tabel 1.6 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 27 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis 113
menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar) Kegiatan Utama (juta orang)
Tabel 1.7 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 27 Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang 114
menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar) Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)
Tabel 1.8 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa 28 Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 115
Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY) Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2017 45 2017 (juta orang)
(Rp Miliar) Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 115
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Tw IV Tahun 2016 & 2017 46 Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)
Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan IV 2016 & 2017 48 Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 116
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan 51 Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta
IV 2016 & 2017 per Jenis Belanja (Rp Miliar) orang)
Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inasi 58 Tabel 6.6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 119
Bulanan Tabel 6.7 Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-2017 120
Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deasi 58 (Rupiah)
Bulanan Tabel 6.8 Perbandingan IPM Provinsi Peers 121
Tabel 3.3 Tabel Inasi Tahunan Kota Jawa Tengah 58 Tabel 6.9 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen 121
Tabel 3.4 Perkembangan Inasi Tahunan Per Kelompok 59 Tabel 6.10 Perbandingan Koesien Gini Provinsi Peers 123
Tabel 3.5 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok 60 Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan 127
Transpor Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan 128
Tabel 3.6 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok 60 Usaha
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Tabel 7.3 Risiko Inasi Tahun 2018 131
Grafik

Grak 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 09 Grak 1.17 Pertumbuhan PDRB Investasi, PDRB 17
Grak 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, 09 Konstruksi, dan Konsumsi Semen
Jawa, dan Nasional Grak 1.18 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Suku 17
Grak 1.3 Struktur Perekonomian Kawasan Jawa 09 Bunga Kredit Investasi
berdasarkan Provinsi Grak 1.19 Realisasi Penanaman Modal Asing dan 17
Grak 1.4 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan 10 Dalam Negeri
dan Pertumbuhan Ekonomi Grak 1.20 Perkembangan SBT Realisasi Investasi 18
Grak 1.5 Pertumbuhan Tahunan Outow Uang 10 (SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi
Kartal, Rata-Rata Perputaran Kliring Harian, dan Grak 1.21 Perkembangan SBT Realisasi Investasi 18
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Usaha (hasil SKDU)
Grak 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Jawa 11 Grak 1.22 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha 18
Tengah dan Nasional (Hasil Liaison)
Grak 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga 13 Grak 1.23 Likert Scale Investasi (Hasil Liaison) 18
Grak 1.8 Indeks Tendensi Konsumen 14 Grak 1.24 Pertumbuhan PDRB Ekspor Luar Negeri 19
Grak 1.9 Perkembangan Inasi dan Pertumbuhan 14 Grak 1.25 Komposisi Ekspor Luar Negeri 19
Konsumsi Rumah Tangga Nonmigas Berdasarkan Komoditas
Grak 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi, DPK 14 Grak 1.26 Pertumbuhan Nilai Ekspor TPT 20
Perorangan, dan Pertumbuhan Konsumsi Rumah Grak 1.27 Pertumbuhan Volume Ekspor TPT 20
Tangga Grak 1.28 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kayu 21
Grak 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi 14 Grak 1.29 Pertumbuhan Volume Ekspor Kayu 21
berdasarkan Jenis Konsumsi Grak 1.30 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan 21
Grak 1.12 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT 15 Negara Tujuan
Grak 1.13 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah 15 Grak 1.31 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas 21
Grak 1.14 Persentase Realisasi Pendapatan dan 16 Berdasarkan Negara Tujuan
Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Grak 1.32 Investasi Non-Residensial AS dan Harga 22
Grak 1.15 Pertumbuhan Giro Pemerintah dan 16 WTI
PDRB Konsumsi Pemerintah Grak 1.33 Tingkat Keyakinan Konsumen, Industri, 23
Grak 1.16 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap 16 dan Jasa Kawasan Eropa
Bruto

viii
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018

Grak 1.34 Perkembangan Ekspor dan Imopor Kawasan 23 Grak 1.52 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen 29
Eropa Padi di Jawa Tengah
Grak 1.35 PMI Employment dan Tingkat Keyakinan 23 Grak 1.53Perkembangan Hasil Produksi Padi di Jawa 30
Konsumen Tiongkok Tengah
Grak 1.36 Kinerja Neraca Perdagangan Tiongkok 23 Grak 1.54 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan 30
Grak 1.37 Pertumbuhan PDRB Impor Luar Negeri 23 Grak 1.55 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan 31
Grak 1.38 Perkembangan Impor Jawa Tengah 24 Domestik, dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
Grak 1.39 Pertumbuhan Impor Migas dan Nonmigas 24 Grak 1.56 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri 31
Jawa Tengah Pengolahan
Grak 1.40 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah 24 Grak 1.57 Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai 31
Berdasarkan Jenis Pengeluaran Subsektor Industri Pengolahan (Hasil SKDU)
Grak 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa 24 Grak 1.58 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 32
Tengah Berdasarkan Jenis Pengeluaran Besar dan Sedang berdasarkan Sektor (%, YOY)
Grak 1.42 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Jenis 25 Grak 1.59 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 32
Penggunaan Mikro dan Kecil berdasarkan Sektor (%, YOY)
Grak 1.43 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan 25 Grak 1.60 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar- 33
Komoditas Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor
Grak 1.44 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah 25 Grak 1.61 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan 33
Grak 1.45 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa 25 Domestik, Pertumbuhan PDRB Perdagangan
Tengah Berdasarkan Negara Asal Grak 1.62 Indeks Penjualan Riil (Hasil SPE) dan 34
Grak 1.46 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa Tengah 26 Pertumbuhan PDRB Perdagangan
Berdasarkan Negara Asal Grak 1.63 IPR Perrdagangan Eceran berdasarkan 34
Grak 1.47 Pertumbuhan PDRB Net Ekspor Antardaerah 26 Kelompok Komoditas
Grak 1.48 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, 28 Grak 1.64 Pertumbuhan PDRB Konstruksi 34
dan Perikanan Grak 1.65 Pertumbuhan PDRB Informasi dan 35
Grak 1.49 Perkembangan SBT Realisasi Kegiatan Usaha 29 Komunikasi
(SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Pertanian Grak 1.66 Pertumbuhan PDRB Jasa Perusahaan 35
Grak 1.50 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian 29 Grak 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan 45
Grak 1.51 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi 29 T.A. 2017
di Jawa Tengah
ix
Grafik

Grak 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah 45 Grak 3.10 Perkembangan Inasi Triwulanan 62
Triwulan IV 2016 & 2017 Kelompok Volatile Food 2012-2017
Grak 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah 46 Grak 3.11 Perkembangan Inasi Triwulanan 63
Grak 2.4 Realisasi Belanja Daerah 46 Kelompok Inti Triwulan IV 2017
Grak 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah 47 Grak 3.12 Perkembangan Output Gap, 63
Triwulan IV 2017 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inasi Inti
Grak 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan 47 Grak 3.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap 63
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Kenaikan Harga
Grak 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan IV 48 Grak 3.14 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 63
2017 Eceran
Grak 2.8 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 50 Grak 3.15 Perkembangan Inasi Triwulanan 64
2017 Berdasarkan Jenis Belanja Kelompok Administered Prices Triwulan IV 2017
Grak 2.9 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 50 Grak 3.16 Perkembangan Tahunan Subkelompok 64
2017 Berdasarkan Jenis Belanja Inasi Kelompok Administered Prices
Grak 3.1Perkembangan Inasi Jawa Tengah dan 57 Grak 3.17 Inasi Tahunan Triwulan IV 2017 65
Nasional Grak 3.18 Perkembangan Inasi Tahunan 65
Grak 3.2 Perkembangan Inasi Triwulanan Provinsi 57 Grak 3.19 Inasi Tahunan Enam Kota 65
Jawa Tengah Grak 3.20 Inasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per 65
Grak 3.3 Inasi Tahunan Provinsi di Jawa 57 Kelompok pada Tw IV 2017
Grak 3.4 Inasi Bulanan Provinsi di Jawa 57 Grak 3.21Disagregasi Inasi Triwulanan Enam Kota 66
Grak 3.5 Perkembangan Inasi Bulanan Jawa 58 2017
Tengah 2012-2017 Grak 3.22 Disagregasi Inasi Tahunan Enam Kota 66
Grak 3.6 Event Analysis Inasi Provinsi Jawa 58 2017
Tengah Grak 3.23 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Cilacap 67
Grak 3.7 Disagregasi Inasi Tahunan 61 Grak 3.24 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota 67
Grak 3.8 Disagregasi Inasi Bulanan 61 Cilacap
Grak 3.9 Perkembangan Inasi Bulanan Kelompok 62 Grak 3.25 Disagregasi Inasi Tahunan Kota 67
Volatile Food 2012-2017 Purwokerto

x
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018

Grak 3.26 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota 67 Grak 4.8 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah 80
Purwokerto Tangga Jawa Tengah
Grak 3.27 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Kudus 69 Grak 4.9 Perkembangan Pangsa Kredit Rumah Tangga 80
Grak 3.28 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Kudus 69 Jawa Tengah
Grak 3.29 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Surakarta 69 Grak 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Pemilikan 81
Grak 3.30 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Surakarta 69 Rumah di Jawa Tengah
Grak 3.31 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Semarang 70 Grak 4.11 Pangsa Kredit Pemilikan Rumah di Jawa 81
Grak 3.32 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Semarang 70 Tengah
Grak 3.33 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Tegal 71 Grak 4.12 Perkembangan NPL Kredit Pemilikan Rumah 81
Grak 3.34 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Tegal 71 di Jawa Tengah
Grak 3.35 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei 73 Grak 4.13 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 82
Konsumen Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah
Grak 3.36 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei 73 Grak 4.14 Perkembangan NPL Kredit Kendaraan 82
Pedagang Eceran Bermotor di Jawa Tengah
Grak 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 77 Grak 4.15 Pangsa Kredit Kendaraan Bermotor di Jawa 82
dan Risiko Sektor Pertanian Tengah
Grak 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 77 Grak 4.16 Perkembangan Pertumbuhan Aset Perbankan 83
dan Risiko Sektor Konstruksi di Pulau Jawa
Grak 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 78 Grak 4.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 83
dan Risiko Sektor Industri Pengolahan Perbankan di Pulau Jawa
Grak 4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 78 Grak 4.18 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan 84
serta Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Jawa Tengah
Grak 4.5 Perkembangan Pertumbuhan DPK, 79 Grak 4.19 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan 84
Perseorangan, dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah (NPL) Kredit Perbankan Jawa Tengah
Grak 4.6 Perkembangan Pangsa DPK, Perseorangan, 79 Grak 4.20 Perkembangan Rasio Loan to Deposit Ratio 84
dan Bukan Peseorangan Jawa Tengah (LDR) Perbankan Jawa Tengah
Grak 4.7 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat 79 Grak 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan Jawa 85
terhadap Peningkatan Tabungan Berdasarkan Survei Tengah
Konsumen

ix
Grafik

Grak 4.22 Perkembangan Pertumbuhan Indikator 85 Grak 4.34 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR 90
Perbankan Jawa Tengah di Jawa Tengah
Grak 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum 86 Grak 4.35 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR 91
Jawa Tengah di Jawa Tengah
Grak 4.24 Perkembangan Pertumbuhan Tabungan 87 Grak 4.36 Pangsa Dana Pihak Ketiga BPR di Jawa 91
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Tengah
Nilai Grak 4.37 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR 91
Grak 4.25 Perkembangan Pangsa Tabungan 87 di Jawa Tengah
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Grak 4.38 Pangsa Kredit BPR di Jawa Tengah 91
Nilai Grak 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR 91
Grak 4.26 Perkembangan Pertumbuhan Deposito 87 di Jawa Tengah
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Grak 4.40 Perkembangan NPL BPR di Jawa 92
Nilai Tengah
Grak 4.27 Perkembangan Pangsa Deposito 87 Grak 4.41 Perkembangan Rasio FDR BPR Jawa 92
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Tengah
Nilai Grak 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 92
Grak 4.28 Perkembangan Pertumbuhan DPK 87 UMKM di Kawasan Jawa
Perbankan Jawa Tengah Grak 4.43 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 93
Grak 4.29 Perkembangan Kredit Perbankan Jawa 88 UMKM di Jawa Tengah
Tengah Berdasarkan Sektor Grak 4.44 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM 93
Grak 4.30 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 88 di Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Berdasarkan Penggunaan Grak 4.45 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 93
Grak 4.31 Perkembangan Suku Bunga Simpanan 89 UMKM Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Grak 4.46 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM 93
Grak 4.32 Perkembangan Suku Bunga Kredit 89 Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Grak 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran 99
Grak 4.33 Perkembangan Suku Bunga Sektor 90 Kliring Harian di Jawa Tengah
Ekonomi Utama di Jawa Tengah Grak 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata 99
Perputaran Kliring, IPR SPE, SBT SKDU

x
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018

Grak 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan 100 Grak 6.1 Perkembangan NTP Subsektor Hortikultura, 114
Daerah Pengiriman Peternakan, dan Perikanan dalam 4 Tahun Terakhir
Grak 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan 100 Grak 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan 115
Daerah Pengiriman Grak 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, 115
Grak 5.5 Perkembangan Rata-Rata Penarikan Cek dan 101 dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang
Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah Grak 6.4 NTP dan PDRB Lapangan Usaha Pertanian 115
Grak 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran 101 Grak 6.5 NTP Jawa Tengah dan Komponen 118
Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah Penyusunnya
Grak 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran 101 Grak 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Tengah 118
Uang Kartal Berdasarkan Wilayah Grak 6.7 Indeks yang Diterima berdasarkan Subsektor 118
Grak 5.8 Frekuensi dan Nominal Kas Keliling 102 Grak 6.8 Indeks yang Dibayar berdasarkan Subsektor 118
Grak 5.9 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan 102 Grak 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa 119
Uang Tidak Layak Edar Tengah Tahun 2011-2017 (ribuan orang)
Grak 5.10 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah 102 Grak 6.10 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan 121
Grak 5.11 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan 102 Nasional
Pecahan Grak 6.11 Perkembangan Koesien Gini Jawa Tengah 122
Grak 5.12 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Sumber 103 dan Nasional
Temuan Grak 6.12 Perkembangan Koesien Gini Berdasarkan 123
Grak 5.13 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan 103 Wilayah
Kunjungan Wisatawan Asing di Jawa Tengah Grak 7.1 Proyeksi Inasi Tahun 2018 131
Grak 5.14 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui 103
KUPVA Bukan Bank di Jawa Tengah
Grak 5.15 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di 104
Jawa Tengah dibandingkan 100.000 Penduduk Dewasa
Grak 5.16 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di 104
Jawa Tengah dibandingkan 1.000 km2 Luas Wilayah

ix
TABEL INDIKATOR
xii PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH


KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI JAWA TENGAH

A. PDRB dan Inflasi


2016 2017
INDIKATOR 2015 2016
I II III IV I II III
Ekonomi Makro Regional *)
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5,47 5,08 5,71 5,01 5,33 5,28 5,31 5,15 5,13
PERTUMBUHAN BERASARKAN SEKTOR
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,60 -1,96 -0,02 3,02 8,75 2,13 9,91 -2,03 0,75
- Pertambangan dan Penggalian 3,05 21,59 16,53 17,30 19,65 18,73 6,73 6,71 1,86
- Industri Pengolahan 4,81 3,99 4,80 4,19 3,43 4,09 4,11 5,26 4,49
- Pengadaan Listrik dan Gas 2,43 9,12 8,72 5,78 6,80 7,57 4,05 0,36 4,77
- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,63 -2,61 1,39 4,56 5,46 2,17 7,19 6,10 6,91
- Konstruksi 6,00 6,04 7,46 7,61 6,40 6,88 4,70 4,45 5,01
- Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor 3,97 7,76 5,68 1,98 5,20 5,10 5,19 8,08 7,47
- Transportasi dan Pergudangan 7,80 7,13 6,97 7,29 5,31 6,66 5,50 8,66 5,71
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,79 6,26 6,82 6,54 6,00 6,40 6,06 5,89 5,94
- Informasi dan Komunikasi 9,53 9,07 9,62 7,58 7,06 8,31 7,08 13,15 13,80
- Jasa Keuangan dan Asuransi 8,02 8,44 13,95 10,07 6,61 9,67 4,45 6,63 5,82
- Real Estate 7,59 7,64 6,39 5,89 7,29 6,80 7,22 6,77 6,27
- Jasa Perusahaan 8,49 10,92 10,81 10,06 10,72 10,62 8,08 10,03 5,51
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,31 4,22 5,23 -0,10 0,30 2,37 -0,01 -0,45 2,37
- Jasa Pendidikan 7,55 9,63 10,78 9,44 1,27 7,64 1,83 8,01 9,80
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,61 10,48 14,00 10,46 5,00 9,86 4,68 9,84 9,83
- Jasa lainnya 3,21 4,69 12,98 10,43 6,75 8,62 6,25 9,92 9,88
PERTUMBUHAN BERDASARKAN PERMINTAAN
- Konsumsi Rumah Tangga 4,45 4,75 4,80 4,36 4,41 4,57 4,59 4,85 4,26
- Konsumsi LNPRT -3,04 8,73 9,17 3,47 1,60 5,61 3,24 6,19 3,94
- Konsumsi Pemerintah 3,71 3,26 7,48 -12,53 -1,45 -1,71 2,57 -4,13 5,98
- PMTB 5,12 5,34 6,87 5,54 6,09 5,96 5,50 5,22 7,35
- Ekspor Luar Negeri 0,28 -0,28 -1,59 -10,48 3,13 -2,22 8,41 -1,59 33,93
- Impor Luar Negeri -16,03 -26,76 -12,77 -18,81 2,59 -14,49 27,00 -5,88 20,18
- Net Ekspor Antardaerah 0,65 -34,48 -7,31 -0,26 59,79 -13,17 41,04 -1,52 -6,86
- Perubahan Inventori -71,08 -0,39 -30,87 52,63 -34,57 11,14 28,75 38,93 22,56
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 6.206 1.579 1.689 1.382 1.603 6.253 1.717 1.673 1.889
- Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) 2.858 780 789 734 686 2.989 685 699 773
Impor
- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 5.476 1.259 1.398 1.194 1.560 5.411 1.498 1.571 1.659
- Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) 4.488 1.028 1.175 951 1.123 4.278 1.153 1.308 1.169
Indeks Harga Konsumen
Provinsi Jawa Tengah 121,84 122,60 122,70 123,69 124,71 124,71 126,65 128,35 128,12
Kota Purwokerto 120,32 121,31 121,36 121,81 123,23 123,23 125,22 127,23 126,71
Kota Surakarta 119,83 120,82 120,91 121,43 122,41 122,41 124,24 125,88 124,64
Kota Semarang 121,77 122,35 122,42 123,60 124,59 124,59 126,35 127,85 128,07
Kota Tegal 119,26 120,13 120,55 121,91 122,49 122,49 123,94 126,23 126,19
Kota Kudus 128,23 129,16 128,88 129,70 131,20 131,20 134,15 136,05 135,51
Kota Cilacap 124,37 125,32 125,79 126,96 127,81 127,81 130,59 132,67 132,12
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
Provinsi Jawa Tengah 2,73 4,21 2,96 2,71 2,36 2,36 3,30 4,61 3,58
Kota Purwokerto 2,52 4,15 2,95 2,36 2,42 2,42 3,22 4,84 4,02
Kota Surakarta 2,56 4,43 3,21 2,93 2,15 2,15 2,83 4,11 2,64
Kota Semarang 2,56 3,99 2,65 2,61 2,32 2,32 3,27 4,44 3,62
Kota Tegal 3,95 4,99 3,77 3,73 2,71 2,71 3,17 4,71 3,51
Kota Kudus 3,28 4,83 3,33 2,18 2,32 2,32 3,86 5,56 4,48
Kota Cilacap 2,63 3,79 3,23 2,87 2,77 4,21 5,47 4,06

*Mulai tahun 2014 perhitungan IHK menggunakan SBH 2012


Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

xiv
TABEL INDIKATOR
PROVINSI JAWA TENGAH xiii

KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI JAWA TENGAH
B. Perbankan dan Sistem Pembayaran
2016 2017
INDIKATOR 2014 2015 2016
I II III IV I II III
Perbankan **)
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 188,11 216,17 217,92 225,02 228,39 240,40 240,40 245,78 252,59 257,35
- Giro 24,83 29,69 33,75 31,14 32,90 30,25 30,25 35,81 35,91 35,65
- Tabungan 97,60 109,04 104,36 112,08 112,90 123,34 123,34 119,59 125,19 128,37
- Deposito 65,68 77,44 79,82 81,80 82,59 86,81 86,81 90,38 91,49 93,33
Kredit (Rp Triliun) 198,15 216,71 217,89 226,15 229,91 236,76 236,76 237,77 247,13 250,76
- Modal Kerja 106,38 115,80 115,89 120,94 122,87 125,63 125,63 125,47 132,20 134,51
- Konsumsi 29,06 34,31 35,49 36,68 37,85 39,82 39,82 40,23 40,71 40,93
- Investasi 62,71 66,60 66,51 68,53 69,20 71,30 71,30 72,08 74,21 75,33
Loan to Deposit ratio (%) 105,33 100,25 99,99 100,50 100,67 98,49 98,49 96,74 97,82 97,44
NPL Gross (%) 2,23 3,02 3,22 3,43 3,26 2,84 2,84 3,06 3,23 3,00

C. Sistem Pembayaran
2016 2017
INDIKATOR 2014 2015 2016
I II III IV I II III
Transaksi Kliring
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 567 607 853 947 800 819 855 770 707 681
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 14.459 14.612 18.817 19.694 18.545 19.085 19.035 18.555 18.814 17.340
Transaksi Kas (Rp Triliun)
-Inflow 62,32 71,23 18,75 12,45 26,63 14,67 72,49 18,38 13,91 29,38
-Outflow 39,11 46,84 7,00 23,06 10,88 12,03 52,98 10,12 24,32 9,92
*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)
RINGKASAN
UMUM
RINGKASAN
02 UMUM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah


Pada triwulan IV 2017, perekonomian Jawa Tengah
mencatatkan percepatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Ekonomi Jawa Tengah tumbuh
5,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya (5,17%; yoy) dan periode yang
sama tahun lalu (5,33%; yoy). Capaian tersebut berada di
atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat
meningkat pada level 5,19% (yoy) dari triwulan
sebelumnya (5,06%; yoy); namun masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan kawasan Jawa yang
melambat menjadi sebesar 5,62% (yoy), setelah triwulan
lalu tumbuh 5,68% (yoy).

Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan pertumbuhan


berasal dari komponen konsumsi rumah tangga dan
konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga
(LNPRT). Sementara kinerja investasi, ekspor luar negeri,
dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh meskipun
mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya.
Sementara dari sisi lapangan usaha, meningkatnya
pertumbuhan lapangan usaha pertanian; industri
pengolahan; dan konstruksi menjadi pendorong laju
pertumbuhan ekonomi, sedangkan lapangan usaha
perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan.

Walaupun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan


IV 2017 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya, namun secara keseluruhan tahun 2017,
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat stabil
dibandingkan capaian 2016. Pada tahun 2017, ekonomi
Jawa Tengah tercatat tumbuh 5,27% (yoy) atau sama
dengan pertumbuhan pada 2016. Perbaikan kinerja
ekspor luar negeri, investasi, konsumsi rumah tangga, dan
konsumsi pemerintah menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi pada 2017. Akan tetapi,
komponen impor luar negeri yang juga meningkat tajam
menjadi penahan pertumbuhan ekonomi tahun 2017.
RINGKASAN
UMUM 03

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan sama pada tahun 2016. Komponen belanja pagu
ekonomi Jawa Tengah masih ditopang oleh transfer (dana alokasi khusus fisik dan dana desa)
meningkatnya kinerja industri pengolahan, meningkat signifikan, yang mayoritas akan digunakan
perdagangan, dan konstruksi, sedangkan kinerja untuk pembangunan sarana prasarana desa.
pertanian pada 2017 tercatat tumbuh melambat, yang
disebabkan oleh faktor cuaca yang kurang mendukung Perkembangan Inflasi Daerah
kegiatan usaha sektor ini.
Pada triwulan IV 2017 inflasi Provinsi Jawa Tengah
secara tahunan lebih tinggi dibandingkan dengan
Keuangan Pemerintah triwulan III 2017. Inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV
Persentase realisasi pendapatan dan belanja APBD 2017 tercatat sebesar 3,71% (yoy), mengalami
Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
meningkat. Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 3,58% (yoy). Secara triwulanan, Jawa
sampai dengan triwulan IV 2017 sebesar 100,30% dari Tengah mengalami inflasi sebesar 0,95% (qtq), berbalik
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah arah dibandingkan triwulan III 2017 yang mencatatkan
Perubahan (APBD-P) 2017, meningkat dibandingkan deflasi sebesar 0,18% (qtq). Berdasarkan disagregasi
serapan pendapatan triwulan IV 2016 yang sebesar inflasinya, peningkatan laju inflasi tahunan pada
93,52%. Sementara itu, realisasi belanja sampai triwulan IV 2017 terutama disebabkan oleh kelompok
triwulan IV 2017 sebesar 95,61% dari APBD-P 2017, volatile food yang mengalami inflasi sebesar -0,15%
lebih baik dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
91,55% dari APBD 2016. yang tercatat sebesar -1,23% (yoy). Peningkatan
tekanan inflasi pada kelompok volatile food didorong
Peningkatan realisasi pendapatan utamanya berasal
oleh akselerasi berbagai harga bahan makanan akibat
dari penerimaan pajak daerah serta Dana Alokasi
penurunan pasokan produksinya di dalam negeri.
Umum dan Dana Alokasi Khusus yang meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi Sementara itu, kelompok administered prices tercatat
belanja berasal dari meningkatnya realisasi komponen mengalami penurunan laju inflasi tahunan yang
belanja tidak langsung, terutama belanja pegawai dan disebabkan melambatnya laju peningkatan tarif
belanja bagi hasil. Hal ini khususnya sejalan dengan angkutan triwulan IV 2017 dibandingkan periode yang
kebutuhan biaya gaji pegawai, terutama guru yang kini sama tahun lalu. Inflasi tahunan kelompok
menjadi kewenangan dari Pemerintah Provinsi Jawa administered prices terutama berasal dari subkelompok
Tengah. bahan bakar, penerangan, dan air, serta subkelompok
transpor. Sesuai dengan pola historisnya, inflasi
Realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja
triwulanan subkelompok transpor mengalami
Negara (APBN) Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV
peningkatan sebagai dampak kenaikan berbagai tarif
2017 juga menunjukkan peningkatan di hampir
angkutan menjelang libur hari raya keagamaan dan
seluruh komponen dibandingkan dengan periode yang
akhir tahun.
RINGKASAN
04 UMUM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Adapun kelompok inti menunjukkan perkembangan Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan


inflasi yang stabil pada triwulan IV 2017. Secara Pengelolaan Uang Rupiah
tahunan, terdapat peningkatan tekanan inflasi pada Kegiatan sistem pembayaran tunai dan non tunai yang

subkelompok kesehatan yang utamanya disebabkan aman, lancar, dan efisien, mampu memberikan

oleh peningkatan tarif rumah sakit dan obat-obatan. dukungan pada kelancaran transaksi keuangan di Jawa

Selanjutnya sesuai dengan pola historisnya, inflasi Tengah pada triwulan IV 2017. Transaksi keuangan ritel

triwulanan kelompok inti disebabkan oleh kenaikan yang diproses melalui SKNBI meningkat dibandingkan

upah pekerja sektor informal sebagai antisipasi triwulan sebelumnya. Aliran uang dari BI ke perbankan

peningkatan upah pekerja sektor formal yang telah mencatatkan posisi net outflow seiring dengan

ditetapkan melalui Upah Minimum Kabupaten/Kota meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun ajaran

oleh Pemerintah Daerah menjelang awal tahun 2018. baru sekolah. Transaksi menggunakan Uang Kertas
Asing (UKA) di KUPVA BB meningkat dibandingkan

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan triwulan sebelumnya. Selain itu, penerapan


Akses Keuangan, dan UMKM elektronifikasi semakin masif, terutama dalam transaksi
Seiring dengan kinerja perekonomian Jawa Tengah pembayaran jalan tol dan Pemerintah Daerah.
yang meningkat, indikator perbankan Jawa Tengah
pada triwulan IV 2017 mengalami perbaikan setelah Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
triwulan sebelumnya mengalami penurunan. Indikator
Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan
utama perbankan berupa ekspansi dan kualitas
IV 2017 relatif membaik, tercermin dari perbaikan
penyaluran kredit menunjukkan perbaikan
kondisi ketenagakerjaan, perbaikan Nilai Tukar Petani
dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun
(NTP), dan berkurangnya angka kemiskinan. Kondisi
pertumbuhan aset dan penghimpunan dana pihak
ketenagakerjaan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017
ketiga perbankan di Jawa Tengah menunjukkan
mengalami perbaikan, tercemin dari menurunnya
perlambatan, sejalan dengan tren nasional dan Pulau
T i n g k a t P e n g a n g g u r a n Te r b u k a ( T P T ) d a n
Jawa pada umumnya yang menunjukkan penurunan.
meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) serta membaiknya kualitas pekerja.
Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Jawa
Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat mengalami
NTP pada triwulan IV 2017 mencatatkan surplus yang
peningkatan dibandingkan triwulan III 2017.
lebih tinggi yaitu sebesar 103,48; dibandingkan
Pertumbuhan kredit UMKM di Provinsi Jawa Tengah
dengan triwulan lalu sebesar 102,56 dan periode yang
pada triwulan IV 2017 meningkat dibandingkan
sama tahun sebelumnya sebesar 99,35. Perbaikan NTP
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit UMKM di
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 didorong oleh
Jawa Tengah tersebut sejalan dengan pertumbuhan
meningkatnya penerimaan petani yang jauh lebih
kredit UMKM nasional yang mencatatkan peningkatan.
tinggi dibandingkan kenaikan pengeluaran. Lebih
lanjut, peningkatan NTP sejalan dengan perbaikan
pertumbuhan lapangan usaha pertanian dari triwulan
sebelumnya.
RINGKASAN
UMUM 05

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Angka kemiskinan Jawa Tengah pada September 2017 Perekonomian domestik diperkirakan membaik
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sehingga mendorong daya beli dan konsumsi rumah
yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Jawa Tengah tangga. Perbaikan ekonomi global, terutama mitra
per September 2017 sebanyak 4.197 ribu jiwa atau d a g a n g u t a m a J a w a Te n g a h d i p e r k i r a k a n
menurun bila dibandingkan periode yang sama tahun meningkatkan kegiatan usaha. Selanjutnya, komitmen
lalu sebanyak 4.494 ribu jiwa. Tingkat kemiskinan Jawa pemerintah yang tinggi dalam meningkatkan
Tengah mengalami penurunan secara persentase kemudahan investasi dan berusaha di Indonesia, serta
menjadi 12,23% dari total penduduk Jawa Tengah, komitmen dalam penyelesaian pembangunan
atau menurun dibandingkan periode yang sama tahun infrastruktur diperkirakan mendukung percepatan
lalu yaitu 13,19% dari jumlah penduduk. pertumbuhan ekonomi pada 2018. Lebih lanjut,
kegiatan Pemilihan Gubernur dan Pemilihan Kepala

Prospek Perekonomian Daerah Daerah di 7 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang


terjadi serentak pada triwulan II 2018 diharapkan akan
Pada triwulan II 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa
mendorong konsumsi pada sektor-sektor lainnya. Daya
Tengah diperkirakan terakselerasi dibandingkan
beli masyarakat yang relatif terjaga juga diperkirakan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jawa
berdampak pada peningkatan kinerja konsumsi.
Tengah periode tersebut diproyeksikan berada di
kisaran 5,3%-5,7% (yoy). Peningkatan ini sesuai Sementara itu, inflasi tahunan pada triwulan II 2018
dengan pola musiman saat bulan Ramadan dan Idul diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan
Fitri, ditambah dengan pengaruh Pilkada serentak yang konsumsi masyarakat pada periode hari raya
berlangsung pada Juni 2018. Ditinjau dari sisi keagamaan dan pemilihan umum kepala daerah. Inflasi
pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga, diperkirakan masih berada pada target sasaran inflasi
konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah 3,5±1%. Faktor utama yang diperkirakan mendorong
tangga (LNPRT), dan ekspor luar negeri menjadi sumber inflasi terutama berasal dari kelompok volatile food
meningkatnya pertumbuhan di triwulan II 2018. yang diperkirakan akan meningkat lebih tinggi
Sementara pada sisi lapangan usaha, peningkatan dibandingkan triwulan I 2018 serta periode yang sama
diperkirakan terjadi pada lapangan usaha industri pada tahun 2017. Kenaikan juga diperkirakan terjadi
pengolahan serta perdagangan besar dan eceran, untuk kelompok inti di tengah membaiknya daya beli
sedangkan pertumbuhan lapangan usaha pertanian, masyarakat serta tekanan nilai tukar rupiah. Kebijakan
kehutanan, dan perikanan diperkirakan melambat. moneter Amerika Serikat diperkirakan akan
mendorong arus modal keluar dari dalam negeri,
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Provinsi
sehingga meningkatkan risiko nilai tukar yang
Jawa Tengah pada 2018 diperkirakan mengalami
selanjutnya berdampak pada inflasi kelompok inti
perbaikan dibandingkan 2017. Ekonomi Jawa Tengah
barang yang diperdagangkan.
pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada rentang
5,2%-5,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar 5,27%.
RINGKASAN
06 UMUM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Adapun inflasi kelompok administered prices


diperkirakan akan tetap terjaga rendah, sejalan dengan
komitmen Pemerintah untuk menunda penyesuaian
kebijakan energi. Koordinasi kebijakan Pemerintah dan
Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus
diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko
terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan
kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh
Pemerintah, dan risiko moderat kenaikan harga volatile
food.
BAB
I

PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah triwulan IV 2017 tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan ekonomi
keseluruhan tahun 2017 stabil dibandingkan tahun lalu.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit
yang melayani rumah tangga (LNPRT) menunjukkan peningkatan pertumbuhan.
Sementara itu, kinerja investasi, ekspor luar negeri, dan konsumsi pemerintah tetap
tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Di sisi lain, impor luar negeri Jawa Tengah
menunjukkan peningkatan signifikan, sehingga menahan perekonomian Jawa Tengah
untuk tumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan.

Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, industri
pengolahan, dan konstruksi menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi. Sementara,
lapangan usaha perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 09

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Di kawasan Jawa, hampir seluruh provinsi mencatatkan
Triwulan IV 2017 1 akselerasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah 2017 dibanding triwulan sebelumnya, dengan
pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 5,40% peningkatan pertumbuhan tertinggi terjadi di Provinsi
(yoy). Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah diikuti Banten dan Jawa Barat. Sementara
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (5,17%; yoy) itu, dua provinsi lain yang mengalami perlambatan
dan periode yang sama tahun lalu (5,33%; yoy). Kinerja pertumbuhan pada triwulan laporan yaitu DKI Jakarta
perekonomian Jawa Tengah tersebut berada di atas dan DI Yogyakarta. Meskipun pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat Jawa Tengah meningkat paling cepat pada triwulan
meningkat pada level 5,19% (yoy), namun masih lebih laporan, perekonomian Jawa Tengah menempati posisi
rendah dibandingkan pertumbuhan kawasan Jawa ketiga terendah di kawasan Jawa, setelah DI
yang melambat menjadi sebesar 5,62% (yoy). Lebih Yogyakarta (5,25%; yoy) dan Jawa Barat (5,32%; yoy).
lanjut, secara triwulanan, Produk Domestik Regional
Pada peride laporan, perekonomian Provinsi Jawa
Bruto (PDRB) Jawa Tengah mengalami kontraksi 2,18%
Tengah menyumbang 8,45% terhadap perekonomian
(qtq), lebih baik dibandingkan periode yang sama
Nasional, atau 14,52% terhadap perekonomian
tahun sebelumnya yang mencatatkan kontraksi 2,40%
Kawasan Jawa. Nilai ini tidak banyak berubah
(qtq).
dibandingkan periode sebelumnya. Dengan besar

8 % 7 %, YOY

6
6
4

5
2

0 4

-2
3
-4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI (QTQ) PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY) JAWA JATENG NASIONAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa, dan Nasional

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (%, yoy)

III 29,70 25,15 22,04 14,71 6,91 1,48 PROVINSI TW III 2017 TW IV 2017
2017 % % % % % %

DKI JAKARTA 6,43 5,88


BANTEN 5,63 5,75
JABAR 5,20 5,32

IV 30,14 24,88 21.92 14,52 7,07 1,48 JATENG 5,17 5,40


2017 % % % % % %
DIY 5,42 5,25
JATIM 5,63 5,72
DKI JATIM JABAR JATENG BANTEN DIY
JAWA 5,68 5,62
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.3 Struktur Perekonomian Kawasan Jawa berdasarkan Provinsi

1. Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV 2017 dengan menggunakan tahun dasar
2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat
ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KEKR adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS
pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2017 dan 2016 masih bersifat sementara.
PERKEMBANGAN
10 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

23 %, YOY %, YOY 7 100 %, YOY %, YOY 7

19 80
6
15 60 6
5
11 40
4
7 20 5

3 3 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 4

KREDIT PERBANKAN PDRB - SKALA KANAN OUTFLOW UANG KARTAL PDRB - SKALA KANAN NILAI RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan dan Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal, Rata-Rata
Pertumbuhan Ekonomi Perputaran Kliring Harian, dan Pertumbuhan Ekonomi

sumbangan tersebut, Jawa Tengah menjadi provinsi cenderung melambat pada triwulan laporan. Hal ini
penyumbang keempat terbesar dalam perekonomian tercermin dari penyaluran kredit perbankan yang
nasional maupun kawasan Jawa, setelah DKI Jakarta, tumbuh melambat pada periode tersebut. Pada
Jawa Timur, dan Jawa Barat. Perekonomian kawasan triwulan laporan, pertumbuhan kredit perbankan yang
Jawa secara dominan masih disumbang oleh Provinsi disalurkan di Jawa Tengah tercatat sebesar 3,54%
2
DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan pangsa dari kedua (yoy) , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
daerah ini mencapai lebih dari 50%. yang sebesar 4,98% (yoy).

Kegiatan ekonomi dapat tercermin dari beberapa Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan
sarana pendukungnya, seperti aktivitas sistem pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari
pembayaran. Seiring dengan meningkatnya aktivitas komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi
ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017, lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga
kebutuhan akan uang kartal juga mengalami (LNPRT). Sementara kinerja investasi, ekspor luar
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari aliran keluar negeri, dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh
(outflow) uang kartal melalui Kantor Perwakilan BI di meskipun mengalami perlambatan dari triwulan
Provinsi Jawa Tengah yang mengalami pertumbuhan sebelumnya. Di sisi lain, impor luar negeri Jawa Tengah
32,83% (yoy), berbalik arah dari kontraksi 8,82% (yoy) menunjukkan peningkatan yang relatif signifikan.
pada triwulan III 2017. Seiring dengan meningkatnya Sebagai komponen pengurang PDRB, tingginya
aktivitas ekonomi pada akhir tahun, aliran masuk pertumbuhan impor menahan perekonomian Jawa
(inflow) uang kartal menunjukkan perlambatan Tengah untuk tumbuh lebih tinggi pada triwulan
pertumbuhan dari 10,33% (yoy) pada triwulan III 2017 laporan.
menjadi 0,30% (yoy) pada triwulan laporan. Namun
demikian, peningkatan tidak terjadi pada aktivitas Ditinjau dari sisi lapangan usaha, meningkatnya
pembayaran nontunai. Pada triwulan IV 2017, nilai pertumbuhan lapangan usaha pertanian, industri
rata-rata perputaran kliring harian mengalami pengolahan, dan konstruksi menjadi pendorong laju
kontraksi lebih dalam dibanding triwulan lalu, yaitu pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, tingginya
menjadi -17,10% (yoy) dari -14,91% (yoy) pada pertumbuhan lapangan usaha informasi dan
triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, aktivitas perbankan komunikasi turut mendorong pertumbuhan pada
yang dicerminkan oleh kebutuhan pembiayaan triwulan laporan. Namun demikian, melambatnya

1. Pertumbuhan kredit pada Bab I menggunakan lokasi proyek Jawa Tengah, yang berarti
kredit yang disalurkan oleh bank se-Indonesia ke debitur atau proyek di Jawa Tengah.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 11

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
6 %, YOY
1.1.1. Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran
Berdasarkan sisi pengeluaran, perekonomian
5
Jawa Tengah pada tahun 2017 masih ditopang

4
oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa
60,71%. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau
3
investasi juga memberikan kontribusi signifikan, yaitu
2013 2014 2015 2016 2017

JATENG NASIONAL sebesar 30,90%. Lebih lanjut, pangsa ekspor luar


Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah negeri sebesar 9,26%, dan pengeluaran konsumsi
Grafik 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional
pemerintah sebesar 7,89%. Pangsa impor luar negeri,

pertumbuhan lapangan usaha perdagangan yang sebagai elemen pengurang dalam perekonomian Jawa

cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya Tengah, juga berkontribusi cukup besar, yaitu 15,07%.

menjadi faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi. Komposisi ini tidak banyak berubah dibandingkan
tahun sebelumnya.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
triwulan IV 2017 mengalami peningkatan dari triwulan Percepatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan

sebelumnya, namun secara keseluruhan tahun 2017, laporan didorong oleh meningkatnya pengeluaran

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat stabil konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non-profit

dibandingkan capaian 2016. Pada tahun 2017, yang melayani rumah tangga (LNPRT), serta net ekspor

ekonomi Jawa Tengah tercatat tumbuh 5,27% (yoy) antardaerah. Sementara itu, kegiatan investasi dan

atau sama dengan pertumbuhan pada 2016. Dari sisi ekspor luar negeri yang merupakan komponen

pengeluaran, perbaikan kinerja ekspor luar negeri, pengeluaran dengan pangsa terbesar kedua dan ketiga

investasi, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi masih tercatat tumbuh, meskipun melambat dari

pemerintah menjadi faktor pendorong pertumbuhan triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, pengeluaran

ekonomi pada 2017. Akan tetapi, komponen impor konsumsi pemerintah juga menunjukkan perlambatan

luar negeri yang juga meningkat signifikan menjadi pertumbuhan pada triwulan laporan. Di sisi lain, impor

penahan pertumbuhan ekonomi tahun 2017. luar negeri yang merupakan komponen pengurang

Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan PDRB justru menunjukkan peningkatan yang cukup

ekonomi Jawa Tengah masih ditopang oleh signifikan, sehingga menahan laju pertumbuhan

meningkatnya kinerja industri pengolahan, ekonomi Jawa Tengah untuk tumbuh lebih tinggi pada

perdagangan, dan konstruksi, sedangkan kinerja triwulan IV 2017.

lapangan usaha pertanian pada 2017 justru


menunjukkan perlambatan pertumbuhan yang
disebabkan oleh faktor cuaca yang kurang mendukung
kegiatan usaha sektor ini. Meskipun tertahan, tingkat
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun laporan
masih lebih tinggi dibandingkan dengan capaian
nasional yang sebesar 5,07% (yoy).
PERKEMBANGAN
12 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB menurut Pengeluaran (Rp Miliar)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 570.433 620.264 162.234 164.045 170.083 170.265 666.628 174.589 179.274 182.779 184.064 720.706
KONSUMSI LNPRT 10.773 11.439 3.028 3.029 3.062 3.139 12.257 3.201 3.329 3.284 3.378 13.193
KONSUMSI PEMERINTAH 75.556 85.226 13.427 20.843 20.590 33.104 87.964 14.017 20.244 22.658 36.796 93.714
INVESTASI 274.558 308.702 79.037 81.890 84.345 88.705 333.977 84.796 89.288 94.089 98.594 366.766
EKSPOR LUAR NEGERI 84.542 92.813 23.522 25.036 20.890 25.117 94.566 26.273 25.355 28.727 29.538 109.893
IMPOR LUAR NEGERI 220.421 188.360 35.475 42.047 35.942 40.353 153.817 42.374 38.786 42.872 54.864 178.897
NET EKSPOR ANTARDAERAH 99.974 66.634 12.175 13.522 15.844 1.772 43.313 17.593 11.024 16.008 5.371 49.996
PERUBAHAN INVENTORI 27.054 14.269 4.362 5.632 3.757 (5.519) 8.233 6.356 5.229 1.458 (1.368) 11.676
PDRB 922.471 1.010.987 262.309 271.950 282.631 276.230 1.093.121 284.451 294.958 306.131 301.509 1.187.049
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Pengeluaran (Rp Miliar)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 465.234 485.947 124.097 126.063 129.082 128.866 508.108 129.872 132.228 134.661 134.853 531.614
KONSUMSI LNPRT 8.299 8.047 2.109 2.111 2.116 2.163 8.499 2.177 2.242 2.200 2.257 8.875
KONSUMSI PEMERINTAH 56.643 58.118 9.085 13.420 13.312 21.955 57.772 9.286 12.753 14.196 23.231 59.467
INVESTASI 220.773 232.335 58.521 60.317 62.058 65.352 246.247 61.805 64.784 67.888 70.240 264.716
EKSPOR LUAR NEGERI 68.523 68.717 16.955 17.858 14.721 17.636 67.169 18.362 17.552 19.715 19.968 75.597
IMPOR LUAR NEGERI 118.498 99.894 20.800 25.027 21.580 23.449 90.856 24.166 22.086 24.345 29.327 99.925
NET EKSPOR ANTARDAERAH 47.723 48.419 13.363 14.949 16.567 1.918 46.798 16.154 13.148 14.322 4.129 47.753
PERUBAHAN INVENTORI 16.261 5.076 2.703 2.808 1.728 -1.663 5.576 3.513 2.883 636 (1.080) 5.953
PDRB 764.959 806.765 206.032 212.499 218.003 212.779 849.313 217.003 223.504 229.274 224.270 894.050
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Pengeluaran (%, YOY)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 4,31 4,45 4,68 4,80 4,36 4,41 4,56 4,65 4,89 4,32 4,65 4,63
KONSUMSI LNPRT 8,62 (3,04) 8,73 9,17 3,47 1,60 5,61 3,24 6,19 3,94 4,33 4,43
KONSUMSI PEMERINTAH 2,19 2,60 2,90 11,02 (11,52) (0,91) (0,59) 2,22 (4,97) 6,64 5,81 2,93
INVESTASI 4,52 5,24 5,34 6,87 5,75 5,99 5,99 5,61 7,41 9,39 7,48 7,50
EKSPOR LUAR NEGERI 10,66 0,28 (0,28) (1,59) (10,48) 3,00 (2,25) 8,30 (1,71) 33,93 13,22 12,55
IMPOR LUAR NEGERI (7,29) (15,70) (18,86) (4,85) (12,44) 0,60 (9,05) 16,19 (11,75) 12,81 25,07 9,98
NET EKSPOR ANTARDAERAH (6,80) 1,46 (22,12) 8,14 9,27 (15,68) (3,35) 20,88 (12,05) (13,55) 115,20 2,04
PERUBAHAN INVENTORI (22,63) (68,78) (0,08) (39,15) 43,27 (51,81) 9,85 29,98 2,68 (63,16) (35,01) 6,75
PDRB 5,27 5,47 5,07 5,70 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1.1.1.1. Pengeluaran Konsumsi


Secara keseluruhan, pengeluaran konsumsi triwulan IV 2016 sebesar 4,41% (yoy). Secara
mencatatkan pertumbuhan yang meningkat pada triwulanan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga
triwulan laporan. Akselerasi pertumbuhan terutama tercatat 0,14% (qtq), atau berbalik arah dibandingkan
terjadi di sisi swasta, karena konsumsi rumah tangga pertumbuhan negatif pada periode yang sama tahun
maupun lembaga nonprofit yang melayani rumah sebelumnya yaitu -0,17% (qtq). Percepatan konsumsi
tangga (LNPRT) mengalami peningkatan pertumbuhan.
rumah tangga terjadi seiring dengan pola konsumsi
Sementara pertumbuhan konsumsi pemerintah
masyarakat pada akhir tahun, di mana terdapat banyak
tercatat sedikit melambat dari triwulan III 2017.
promosi menjelang libur Hari Raya Natal dan Tahun
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 Baru, sehingga masyarakat banyak mengalokasikan
tumbuh 4,65% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pendapatannya untuk melakukan konsumsi pada
triwulan III 2017 sebesar 4,32% (yoy) maupun triwulan IV.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 13

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
5 %
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan
4 mengindikasikan bahwa permintaan masyarakat pada
3 periode tersebut menunjukkan perbaikan. Lebih lanjut,
2 hasil liaison Bank Indonesia juga mengonfirmasi bahwa
1
pelaku usaha mengalami peningkatan penjualan di
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV pasar domestik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal
2014 2015 2016 2017
(1)
PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)
tersebut diindikasikan dari likert scale (LS) penjualan
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah domestik triwulan IV 2017 sebesar 1,05; lebih tinggi
Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
dibanding triwulan sebelumnya sebesar 0,47. Hasil dari
Berdasarkan jenis konsumsinya, pengeluaran liaison juga menyebutkan bahwa sektor industri
masyarakat untuk konsumsi makanan dan minuman; pengolahan meningkatkan kapasitas produksinya
transportasi dan komunikasi; serta konsumsi untuk mengejar target penjualan dan permintaan akhir
perumahan dan perlengkapan rumah tangga tumbuh tahun.
meningkat dibanding triwulan III 2017. Ketiga
komponen tersebut memegang pangsa hingga lebih Perbaikan konsumsi rumah tangga juga terkonfirmasi

dari 75% dari total konsumsi rumah tangga, sehingga dari hasil Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan

perbaikan kinerja pada kelompok dimaksud mampu oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan survei

mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, kondisi ekonomi rumah tangga di Jawa

rumah tangga secara keseluruhan. Namun demikian, Tengah mengalami peningkatan dibandingkan

konsumsi pakaian dan alas kaki, konsumsi kesehatan triwulan sebelumnya, yang tercermin dari nilai Indeks

dan pendidikan, serta restoran dan hotel mengalami Tendensi Konsumen (ITK) triwulan IV 2017 yang di atas

perlambatan pertumbuhan. 100, yakni sebesar 106,63. Meningkatnya kondisi


ekonomi rumah tangga terutama disebabkan oleh
Percepatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini naiknya volume konsumsi barang dan jasa dengan
terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran Bank indeks sebesar 110,57. Adanya momen Natal dan
Indonesia. Berdasarkan survei tersebut, indeks tahun baru mendorong kenaikan volume konsumsi
penjualan riil pada triwulan laporan meningkat menjadi makanan dan nonmakanan, seperti pembelian pulsa
sebesar 182,6 dari triwulan III 2017 sebesar 174,8. ponsel, pendidikan, rekreasi, transportasi, serta
Peningkatan indeks penjualan riil terutama didorong perawatan kesehatan dan kecantikan. Selain itu,
oleh meningkatnya penjualan kelompok komoditas meningkatnya pendapatan rumah tangga
peralatan dan komunikasi di toko, peralatan rumah dibandingkan triwulan sebelumnya juga turut
tangga, serta makanan, minuman, dan tembakau. mendorong ekonomi konsumen, tercermin dari indeks
pendapatan rumah tangga sebesar 103,92.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
Indonesia juga menunjukkan bahwa kegiatan usaha Lebih lanjut, kestabilan harga yang terjaga juga
pada triwulan IV 2017 mengalami pertumbuhan yang mendukung peningkatan kinerja konsumsi
lebih tinggi. Hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih masyarakat. Pada triwulan IV 2017 Jawa Tengah
Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sebesar 30,36%, lebih mencatatkan inflasi sebesar 3,71% (yoy) atau masih
tinggi dibandingkan realisasi SBT triwulan III 2017 berada di bawah rentang sasaran inflasi tahun 2017
sebesar 14,77%. Optimisme pelaku usaha terhadap sebesar 4%±1%.
PERKEMBANGAN
14 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

125 INDEKS 10 %, YOY %, YOY 5

120
8
115

110 6
4
105 4
100
2
95

90 0 3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
-2
ITK VOLUME KONSUMSI BARANG/JASA
PENDAPATAN RUMAH TANGGA PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT KONSUMSI
INFLASI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.8 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Konsumsi
Rumah Tangga

Kinerja konsumsi yang meningkat juga terindikasi dari tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
kinerja kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Penyaluran Pertumbuhan DPK oleh golongan nasabah perorangan
kredit konsumsi di Jawa Tengah oleh perbankan menunjukkan perlambatan dari 11,13% (yoy) menjadi
tumbuh 9,52% (yoy); meningkat dibanding 9,58% (yoy) pada periode laporan.
pertumbuhan pada triwulan III 2017 sebesar 8,68%
Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan
(yoy). Peningkatan ini terutama disumbangkan oleh
konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan
perbaikan kinerja penyaluran Kredit Kepemilikan
menjadi 4,63% (yoy), dari pertumbuhan 4,56%
Kendaraan Bermotor (KKB), yaitu dari 3,61% (yoy)
(yoy) pada tahun 2016. Beberapa pelonggaran
menjadi 6,37% (yoy); serta Kredit Kepemilikan Rumah
kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia seperti
(KPR), yaitu dari 6,42% (yoy) menjadi 7,97% (yoy).
penurunan tingkat suku bunga 7-Days Reverse Repo
Kredit multiguna lainnya juga terpantau tumbuh
meningkat pada periode laporan. Sementara itu, Rate sebesar 50 basic points (bps) pada 2017 dan inflasi

pembelian peralatan rumah tangga sebagai komponen yang terjaga membantu penguatan konsumsi pada

kredit konsumsi lainnya mengalami perlambatan 2017. Konsumsi rumah tangga Jawa Tengah terutama

pertumbuhan. dalam bentuk makanan dan minuman bukan restoran


serta transportasi dan komunikasi menunjukkan
Lebih lanjut, masyarakat ditengarai meningkatkan peningkatan pertumbuhan, yang masing-masing
pengeluaran konsumsinya pada periode laporan dan menguasai pangsa 39,02% dan 26,16%. Selain itu,
mengurangi simpanannya di bank. Hal tersebut konsumsi restoran dan hotel, serta pakaian dan alas kaki
tercermin dari dana pihak ketiga (DPK) rumah tangga di dengan pangsa 8,30% dan 3,95% juga menunjukkan
perbankan Jawa Tengah pada triwulan laporan yang peningkatan pertumbuhan dibanding tahun 2016.

16 %, YOY %, YOY 5 25 %, YOY %, YOY 100

14 20 80
12
15 60
10 4
10 40
8

6 5 20

4 3 0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
-5 -20
KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN DPK PERORANGAN
KKB KPR LAINNYA - SKALA KANAN PERALATAN RUMAH TANGGA
Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi, DPK Perorangan, dan Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan Jenis Konsumsi
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 15

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
30 % YOY 15 %, YOY %, QTQ 80

60
10
20 40
5
20
10
0 0

-20
- -5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-40
2014 2015 2016 2017
-10
(10) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -60
2014 2015 2016 2017
-15 -80
PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)
(20)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.12 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT Grafik 1.13 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah

Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani 6,64% (yoy). Secara triwulanan, komponen
rumah tangga (LNPRT) pada triwulan IV 2017 pengeluaran ini tumbuh 63,64% (qtq) pada triwulan
tumbuh 4,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan
pertumbuhan triwulan III 2017 yang tercatat 3,94% IV 2016 sebesar 64,92% (qtq).
(yoy). Peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD),
salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya
melambatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi
konsumsi lembaga nonprofit, khususnya partai politik
pemerintah pada triwulan laporan dipengaruhi oleh
yang mulai mempersiapkan kegiatan pemilihan umum
kepala daerah (Pilkada) Gubernur dan Pilkada di 7 tingginya realisasi belanja pegawai dan belanja

kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang akan dimulai operasional pada triwulan III 2017. Banyaknya program

pada Februari 2018. Lebih lanjut, apabila dibandingkan pemerintah yang telah diselesaikan pada triwulan III

dengan triwulan III 2017, kegiatan organisasi menyebabkan pencairan anggaran telah direalisasikan

masyarakat dan yayasan pada triwulan akhir 2017 ini lebih cepat. Percepatan penyelesaian program dan

lebih tinggi, karena pada triwulan III 2017 terdapat realisasi penyerapan anggaran tersebut terutama

penurunan aktivitas sosial yang dilakukan masyarakat terjadi untuk program-program yang bersumber dari

akibat bergesernya bulan Ramadan dan Idul Fitri ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
triwulan II. Meskipun menunjukkan peningkatan, sebagai pengaruh dari percepatan pelaksanaan proses
komponen ini hanya menyumbang 1,12% dari total pengadaan barang dan jasa. Lebih lanjut, monitoring
perekonomian Jawa Tengah, sehingga akselerasi realisasi penyerapan APBN yang cenderung lebih ketat
pertumbuhan komponen ini tidak memberikan mendorong penyelesaian program dan realisasi
dampak signifikan secara langsung. Namun demikian, anggaran dilaksanakan secara tepat waktu.
perbaikan kinerja komponen ini dapat memberikan
Pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Jawa
dampak tidak langsung terhadap perekonomian
Tengah pada 2017 mencapai 103,31% dari total
terutama melalui peningkatan konsumsi rumah
anggaran, membaik dibanding tahun sebelumnya yang
tangga.
hanya sebesar 90,37%. Lebih lanjut, dana
Lain halnya dengan sisi swasta, pertumbuhan perimbangan Pemprov Jawa Tengah juga terealisasi di
konsumsi pemerintah mengalami perlambatan atas 90%, yakni sebesar 97,09%. Perbaikan realisasi
pertumbuhan pada triwulan IV 2017. Konsumsi pendapatan mendorong realisasi belanja pemerintah
pemerintah tumbuh 5,81% (yoy); melambat setelah daerah mengalami normalisasi pada 2017, setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi sebesar pemotongan anggaran yang dilakukan tahun 2016.
PERKEMBANGAN
16 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

120 % 50 %, YOY %, YOY 15


40
100 10
30
80 5
20
60 10 0
40 0
-5
-10
20
-10
-20
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -15
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA GIRO SEKTOR PEMERINTAH PDRB KONSUMSI PEMERINTAH - SKALA KANAN

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.14 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Grafik 1.15 Pertumbuhan Giro Pemerintah dan PDRB Konsumsi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pemerintah

Pada periode laporan, realisasi belanja tidak langsung sumbangan besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi namun komponen pengeluaran ini memberikan
Jawa Tengah setelah Perubahan (APBDP) tercatat dampak secara tidak langsung yang dapat memicu
97,29% dari total anggaran belanja, membaik pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi lebih
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tinggi. Sebagai contoh adalah pembayaran gaji, hibah,
dengan realisasi 90,31%, terutama didorong oleh dan bantuan sosial pada konsumsi pemerintah.
peningkatan realisasi belanja pegawai, bantuan sosial, Kegiatan tersebut dapat memberikan pendapatan
serta bagi hasil kepada kabupaten/kota. Peningkatan tambahan bagi rumah tangga dan membantu daya beli
kinerja keuangan pemerintah salah satunya masyarakat yang terlibat sehingga konsumsi rumah
dipengaruhi oleh PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang tangga secara keseluruhan turut meningkat.
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang
mengatur bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah 1.1.1.2. Pengeluaran Investasi
menjadi kriteria alokasi Dana Insentif Desa (DID). Pada triwulan IV 2017, investasi yang tercermin
Bertambahnya realisasi belanja pada triwulan laporan dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
tercermin dari penurunan simpanan giro pemerintah tumbuh sebesar 7,48% (yoy), lebih rendah
yang terdapat di perbankan yang berada di Jawa dibanding triwulan yang lalu yang tumbuh 9,39%
Tengah, yaitu menjadi tumbuh negatif sebesar 3,95% (yoy). Secara triwulanan, investasi tercatat tumbuh
(yoy), setelah tumbuh 6,68% (yoy) pada triwulan 3,47% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
sebelumnya. Penurunan jumlah dana pemerintah yang pada triwulan IV 2016 yang sebesar 5,31% (qtq).
berada di perbankan menandakan pemerintah lebih Perlambatan kinerja ini diindikasikan terjadi pada
aktif dalam melakukan pengeluaran belanja investasi dalam bentuk nonbangunan dan bangunan.
pemerintah.
10 %

8
Dengan optimalnya penerimaan tahun 2017 dan 6

kinerja pengeluaran sepanjang semester II, 4

2
pengeluaran konsumsi pemerintah secara
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
keseluruhan tahun 2017 tumbuh sebesar 2,93% (2) 2014 2015 2016 2017

(4)
(yoy), berbalik arah setelah tahun 2016 terkontraksi
(6)

sebesar 0,59% (yoy). Seperti halnya konsumsi LNPRT, PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah


konsumsi pemerintah relatif tidak memberikan Grafik 1.16 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 17

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
35 %, YOY 40 %, YOY % 14

30 35

25 30 13

25
20
20 12
15
15
10
10 11
5
5
0 - 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PDRB INVESTASI KONSUMSI SEMEN PDRB KONSTRUKSI
RRT SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI - SKALA KANAN KREDIT INVESTASI
Sumber: Kemenperin, Kemendag, BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.17 Pertumbuhan PDRB Investasi, PDRB Konstruksi,
dan Konsumsi Semen Grafik 1.18 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Suku Bunga Kredit
Investasi
Seperti halnya pengeluaran konsumsi pemerintah, pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum untuk
melambatnya pertumbuhan investasi pada triwulan kegiatan investasi di Jawa Tengah yang terkontraksi
laporan disebabkan oleh sebagian besar proyek 12,61% (yoy), atau lebih dalam dibanding triwulan
infrastruktur pemerintah yang telah diselesaikan lebih sebelumnya yang tumbuh negatif 8,83% (yoy).
cepat pada triwulan III 2017, khususnya yang Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit
bersumber dari belanja modal APBN. Sebagaimana investasi relatif tidak banyak berubah, yaitu dari
diketahui, pencatatan PMTB dilakukan berdasarkan 10,85% pada triwulan III 2017 menjadi sebesar
pencairan atau pembayaran proyek. Dengan demikian, 10,60% pada periode laporan.
percepatan penyelesaian proyek infrastruktur yang
Ditinjau berdasarkan asal penanaman modal,
mayoritas jatuh pada triwulan III 2017 mendorong
perlambatan investasi diindikasikan terjadi pada
percepatan realisasi penyerapan anggaran, sehingga
investasi yang berasal dari dalam negeri, sedangkan
pertumbuhan investasi relatif tinggi pada triwulan lalu.
pertumbuhan investasi pihak asing masih mengalami
Hal tersebut terjadi karena proses lelang proyek
peningkatan. Nilai penanaman modal dalam negeri
infrastruktur telah diselesaikan lebih awal, sehingga
pada triwulan laporan sebesar Rp6.799,2 miliar;
kementerian/lembaga dapat melakukan belanja lebih
mengalami kontraksi 52,02% (yoy), setelah tumbuh
cepat.
73,64% (yoy) pada triwulan lalu. Sementara itu, pada
Penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah maupun triwulan IV 2017 penanaman modal asing di Jawa
investasi oleh swasta masih berlanjut dan menjadi Tengah adalah sebesar USD876,16 juta; terpantau
pendorong kegiatan investasi pada triwulan laporan. tumbuh sebesar 284,62% (yoy), meningkat setelah
Namun demikian, kinerja investasi bangunan triwulan III 2017 tumbuh 37,56% (yoy).
ditengarai mengalami perlambatan. Hal tersebut
diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan 800 %, YOY

700
konsumsi semen triwulan laporan menjadi sebesar 600

500
17,84% (yoy), setelah tumbuh tinggi sebesar 32,04% 400

(yoy) pada triwulan III 2017. 300

200

100
Kegiatan investasi yang tumbuh melambat pada 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-100 2014 2015 2016 2017
triwulan laporan juga sejalan dengan kinerja
PMA PMDN

pembiayaan perbankan. Hal tersebut tercermin dari Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Grafik 1.19 Realisasi Penanaman Modal Asing dan Dalam Negeri
PERKEMBANGAN
18 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

TRIWULAN III 2017


14 %, SBT %, YOY 10 3 %, SBT TRIWULAN IV 2017
9
12
8 2
10 7

8 6 1
5
6 4
0
4 3

INDUSTRI

BANGUNAN
LISTRIK,
PENGOLAHAN

GAS DAN AIR BERSIH

DAN KOMUNIKASI

DAN JASA PERUSAHAAN


PERDAGANGAN,

RESTORAN

KEUANGAN, PERSEWAAN
HOTEL DAN

JASA - JASA
PERTAMBANGAN

PENGANGKUTAN
PERTANIAN
2
2
1
- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017

SBT REALISASI INVESTASI (SKDU) PMTB - SKALA KANAN

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah


Grafik 1.20 Perkembangan SBT Realisasi Investasi (SKDU) Grafik 1.21 Perkembangan SBT Realisasi Investasi Berdasarkan
dan Pertumbuhan PDRB Investasi Sektor Usaha (SKDU)

Pada sisi swasta, tiga lapangan usaha mengonfirmasi dilakukan pelaku usaha, sebagian besar merupakan
terjadinya perlambatan investasi dari hasil Survei investasi nonbangunan seperti pemeliharaan dan
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu lapangan usaha penggantian mesin, penambahan mesin, dan
perdagangan, hotel dan restoran; bangunan; serta peremajaan kendaraan. Adapun investasi bangunan
listrik, gas, dan air bersih. SBT kegiatan investasi dari yang dilakukan antara lain pembangunan dan
ketiga lapangan usaha tersebut pada triwulan IV 2017 perluasan pabrik, penambahan lini produksi,
sebesar 1,73%, 0,89%, dan 0,37%; lebih rendah dari penambahan dan perluasan outlet penjualan.
SBT triwulan III 2017 yang sebesar 2,74%, 1,03%, dan
Dengan pertumbuhan tinggi di dua triwulan akhir
0,52%. Namun demikian, untuk keseluruhan lapangan
2017, investasi Jawa Tengah secara akumulatif
usaha, hasil SKDU justru menunjukkan peningkatan
mengalami pertumbuhan 7,50% (yoy) pada 2017,
optimisme pelaku usaha dalam melakukan investasi,
meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun
tercermin dari SBT kegiatan investasi yang meningkat
menjadi 9,20% dari triwulan III 2017 sebesar 6,90%. sebelumnya yang sebesar 5,99% (yoy).
Peningkatan ini utamanya dalam bentuk nonbangunan
Optimisme pelaku usaha dalam melakukan kegiatan yang mengalami perbaikan signifikan, yaitu dari
investasi juga tercermin dari hasil kegiatan liaison pada tumbuh 0,81% (yoy) menjadi tumbuh 6,88% (yoy)
triwulan laporan. Nilai likert scale (LS) realisasi investasi pada 2017. Sementara itu, investasi bangunan masih
triwulan laporan sebesar 1, relatif stabil dibanding LS tumbuh dengan level yang tinggi, yaitu 7,60% (yoy),
triwulan sebelumnya sebesar 0,98. Peningkatan atau sedikit meningkat dibanding pertumbuhan pada
kegiatan investasi terutama berasal dari sektor 2016 yang sebesar 6,87% (yoy). Tingginya komitmen
pertanian, bangunan, dan perdagangan. Investasi yang pemerintah dalam pembangunan infrastruktur

1,60

1,40

1,20

1,00

III IV 0,80
2017 2017 0,60

0,40

0,20

0,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
NAIK TETAP TURUN

Grafik 1.22 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha (Hasil Liaison) Grafik 1.23 Likert Scale Investasi (Hasil Liaison)
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 19

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
strategis, khususnya yang terkait dengan peningkatan relatif persisten selama beberapa tahun terakhir.
konektivitas seperti pembangunan Tol Trans Jawa, Berdasarkan jenis komoditasnya, hampir seluruh
perluasan Bandara Ahmad Yani, pembangunan double komoditas tersebut mencatatkan pertumbuhan yang
track rel kereta api, jalur kereta api Bandara Adi melambat pada triwulan IV 2017, kecuali ekspor
Sumarmo-Stasiun Solo Balapan, serta Bandara Jenderal komoditas permesinan dan alat transportasi yang justru
Soedirman turut mendukung tingkat pertumbuhan berbalik arah menjadi terkontraksi pada triwulan
investasi bangunan pada tahun ini. laporan. Sementara, ekspor komoditas yang melambat
paling dalam pada triwulan laporan yaitu komoditas
1.1.1.3. Ekspor dan Impor Luar Negeri bahan makanan serta tekstil dan produk tekstil.
1.1.1.3.1. Ekspor Luar Negeri
Pada triwulan IV 2017, ekspor luar negeri Sebagai komoditas ekspor dengan nilai pangsa terbesar
mengalami pertumbuhan tinggi sebesar 13,22% di Jawa Tengah, ekspor TPT (SITC 65 dan 84) mengalami
(yoy). Namun demikian, capaian tersebut perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan.
menunjukkan perlambatan dibanding peningkatan Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan ekspor TPT
tajam pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar tercatat 27,45% (yoy), melambat dibanding
33,93% (yoy). Secara triwulanan, ekspor luar negeri peningkatan tajam pada triwulan sebelumnya yang
pada triwulan laporan meningkat 1,28% (qtq), lebih tumbuh 39,91% (yoy). Perlambatan tersebut terutama
rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya berasal dari ekspor pakaian jadi atau garmen (SITC 84).
yang tercatat tumbuh 19,81% (qtq). Ekspor pakaian jadi Jawa Tengah tumbuh 28,80%
(yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan
Ekspor luar negeri Jawa Tengah didominasi oleh ekspor sebelumnya yang sebesar 44,82% (yoy). Berdasarkan
komoditas tekstil dan produk tekstil atau TPT (SITC kode hasil liaison Bank Indonesia, melambatnya
65 dan 84) dengan pangsa pada triwulan laporan pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan
mencapai 46,30%, serta kayu dan barang dari kayu diperkirakan dipengaruhi oleh berlangsungnya musim
(SITC kode 63 dan 82) dengan pangsa 18,98%. Selain libur akhir tahun di negara mitra dagang utama Jawa
kedua komoditas tersebut, ekspor bahan makanan Tengah, sehingga berpengaruh terhadap berkurangnya
(SITC kode 0), ekspor permesinan dan alat transportasi jumlah hari kerja untuk pelaksanaan transaksi jual beli
(SITC kode 7), serta ekspor kimia (SITC kode 5) juga dan pengiriman barang. Ekspor komoditas pakaian jadi
turut berperan walaupun dengan pangsa masing- secara konsisten mencatatkan pertumbuhan selama
masing yang berada di bawah 10%. Komposisi ini hampir 5 tahun terakhir, walaupun terjadi perlambatan

30 %

20 III - 2017 48,38 17,62 6,69 3,32 4,23 19,75


% % % % % %

10

-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
(10) IV - 2017 46,30 18,98 7,02 3,64 4,09 19,96
% % % % % %

(20)
TPT (SITC 65,84) MEBEL DAN KAYU OLAHAN (SITC 63, 82) BAHAN MAKANAN (SITC 0) KIMIA (SITC 5)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERMESINAN DAN ALAT TRANSPORTASI (SITC 7) LAINNYA

Grafik 1.24 Pertumbuhan PDRB Ekspor Luar Negeri Grafik 1.25 Komposisi Ekspor Luar Negeri Nonmigas Berdasarkan
Komoditas
PERKEMBANGAN
20 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

di beberapa periode. Industri ini merupakan industri Kinerja ekspor kayu dan barang dari kayu (SITC 63 dan
yang bersifat padat karya sehingga biaya produksi dan 82) Jawa Tengah pada triwulan laporan juga tumbuh
harga jual lebih bergantung pada upah tenaga kerja. melambat dibandingkan triwulan lalu. Secara nilai,
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Jawa Tengah ekspor komoditas tersebut mencatatkan pertumbuhan
yang bersaing, dan disertai dengan peningkatan sebesar 2,74%, lebih rendah dibanding pertumbuhan
kondisi ekonomi negara tujuan utama ekspor triwulan sebelumnya sebesar 9,96% (yoy).
mendorong kinerja ekspor industri ini konsisten Perlambatan tersebut terjadi baik pada ekspor
tumbuh. komoditas mebel maupun olahan kayu dan gabus.
Komoditas mebel (SITC 82) mencatatkan pertumbuhan
Selanjutnya, ekspor tekstil dalam bentuk benang dan
3,59% pada periode laporan, melambat dibandingkan
kain tekstil (SITC 65) juga mengalami perlambatan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,93% (yoy).
pertumbuhan, meskipun tidak sedalam yang terjadi
Seperti halnya ekspor TPT, ekspor komoditas mebel
pada ekspor pakaian jadi. Pada triwulan laporan,
yang mencatatkan pertumbuhan positif pada dua
ekspor benang dan kain tekstil tetap tumbuh tinggi
triwulan terakhir mengindikasikan adanya perbaikan
yaitu sebesar 24,21% (yoy), namun lebih rendah dari
kinerja ekspor setelah hampir selalu tercatat kontraksi
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
sejak pertengahan tahun 2015. Lebih lanjut, komoditas
28,99% (yoy). Meskipun relatif melambat pada
olahan kayu dan gabus (SITC 63) juga tumbuh
triwulan IV, ekspor benang dan kain tekstil yang berhasil
melambat menjadi 2,14%, dari pertumbuhan triwulan
mencatatkan pertumbuhan positif pada dua triwulan
sebelumnya sebesar 9,98% (yoy).
terakhir mengindikasikan adanya perbaikan kinerja
ekspor komoditas ini, setelah sejak pertengahan tahun Berdasarkan hasil liaison, beberapa tantangan dalam
2015 selalu mencatatkan kontraksi. Berdasarkan hasil ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu di
FGD, perbaikan ekspor tersebut didorong oleh antaranya yaitu persaingan yang semakin ketat dengan
permintaan ekspor terhadap produk yang memberikan negara pesaing yang memiliki kapasitas produksi masal
nilai tambah ekspor lebih tinggi, yaitu permintaan seperti Vietnam dan Tiongkok. Kedua negara tersebut
terhadap produk serat tekstil. Selain itu, membaiknya mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih
kondisi ekonomi beberapa negara mitra dagang utama murah, karena memperoleh dukungan pemerintah di
seperti Tiongkok dan Eropa juga berpengaruh terhadap negara tersebut, seperti dalam aspek UMK, energi,
perbaikan ekspor. regulasi, bahan baku, maupun pembiayaan. Selain itu,
adanya pergeseran musim di Eropa juga menyebabkan

1.000 USD JUTA %, YOY 45 200 JUTA TON % YOY 40


40
30
35
30 20
800 25
20 10
100
15
0
10
600
5 -10
0
-20
-5
400 -10 - -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
NILAI EKSPOR PERTUMBUHAN TAHUNAN VOLUME EKSPOR PERTUMBUHAN TAHUNAN

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.26 Pertumbuhan Nilai Ekspor TPT Grafik 1.27 Pertumbuhan Volume Ekspor TPT
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 21

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
500 USD JUTA %,YOY 20 300 JUTA TON %,YOY 40

30
270
10
400 20
240
0 10
210
300 0
-10
180 -10

200 -20 150 -20


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

NILAI EKSPOR PERTUMBUHAN TAHUNAN VOLUME EKSPOR PERTUMBUHAN TAHUNAN

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Grafik 1.28 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kayu Grafik 1.29 Pertumbuhan Volume Ekspor Kayu

mundurnya permintaan produk mebel dari mitra triwulan III 2017 menjadi 22,35% (yoy) pada periode
dagang di luar negeri, khususnya untuk mebel outdoor. laporan. Ekspor nonmigas ke Jepang juga melambat
Saat ini negara tujuan ekspor produk mebel Jawa signifikan dari tumbuh 36,85% (yoy) pada triwulan III
Tengah masih didominasi oleh negara-negara 2017 menjadi 14,15% (yoy). Sementara itu
tradisional seperti Amerika Serikat, Eropa, dan pertumbuhan ekspor nonmigas Jawa Tengah ke negara
Australia. mitra dagang utama lain seperti Tiongkok, ASEAN, dan
Eropa juga mengonfirmasi terjadinya perlambatan,
Secara keseluruhan, mitra dagang utama Jawa Tengah meskipun tidak sedalam dibandingkan dua negara
untuk ekspor nonmigas masih belum mengalami sebelumnya. Pertumbuhan ekspor Tiongkok, ASEAN,
perubahan signifikan dibandingkan periode dan Eropa melambat, yaitu masing-masing dari tumbuh
sebelumnya, yaitu Amerika Serikat dan Eropa, dengan sebesar 24,63% (yoy); 24,13% (yoy); dan 24,52% (yoy)
pangsa masing-masing 28,64% dan 15,87%. Setelah pada triwulan III 2017 menjadi tumbuh 15,99% (yoy);
kedua mitra tersebut, ekspor dengan negara-negara 20,34% (yoy); dan 22,10% (yoy) pada triwulan
tujuan ke Asia juga memegang peran cukup besar, yaitu laporan.
Jepang (12,31%), Tiongkok (9,65%), dan ASEAN
(7,69%). Pada triwulan laporan, perlambatan ekspor Secara keseluruhan selama tahun 2017, ekspor

hampir terjadi ke seluruh negara tujuan utama, luar negeri Jawa Tengah tumbuh 12,55% (yoy),

terutama ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang. meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya
yang justru mengalami kontraksi 2,25% (yoy).
Ekspor nonmigas Jawa Tengah ke Amerika Serikat Peningkatan kinerja ekspor tersebut terutama
melambat dari tumbuh tinggi 45,07% (yoy) pada dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian

50 %, YOY

40
III - 2017 29,82 15,28 11,79 8,65 6,76 27,70
% % % % % % 30

20

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
IV - 2017 28,64% 15,87 12,31 9,65 7,69 25,83 -10 2014 2015 2016 2017
% % % % % %
-20

USA EROPA JEPANG TIONGKOK ASEAN LAINNYA -30


AS TIONGKOK EROPA JEPANG ASEAN
-40

Grafik 1.30 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.31 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan
PERKEMBANGAN
22 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 1.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Mitra Dagang


WEO IMF CONSENSUS FORECAST
REALISASI
OKT 2017 JAN 2018 DES 2017 JAN 2018
2016 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018
DUNIA 3,2 3,6 3,7 3,7 3,9 3,8 3,8 3,8 3,9
NEGARA MAJU 1,7 2,2 2 2,3 2,3 2,3 2,1 2,3 2,3
AMERIKA SERIKAT 1,5 2,2 2,3 2,3 2,7 2,3 2,3 2,3 2,6
KAWASAN EROPA 1,8 2,1 1,9 2,4 2,2 2,4 2,1 2,4 2,1
JEPANG 1 1,5 0,7 1,8 1,2 1,7 1,3 1,7 1,3
NEGARA BERKEMBANG 4,3 4,6 4,9 4,7 4,9 5,2 5,3 5,2 5,3
NEGARA BERKEMBANG ASIA 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5
TIONGKOK 6,7 6,8 6,5 6,8 6,6 6,8 6,4 6,8 6,5
INDIA 7,1 6,7 7,4 6,7 7,4 6,3 7,4 6,4 7,4

Sumber: World Economic Forum, Consensus Forecast

global. Pemulihan ekonomi global akan mendorong Sebagai negara tujuan ekspor utama Jawa Tengah,
volume perdagangan dunia dan harga komoditas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengalami
global, yang selanjutnya berdampak positif terhadap perbaikan, ditopang investasi yang meningkat dan
permintaan produk ekspor Jawa Tengah. konsumsi yang stabil. Sejalan dengan Amerika Serikat,
ekonomi Eropa mengalami pemulihan cukup solid
Secara umum, kondisi perekonomian negara mitra
ditopang perbaikan net ekspor dan konsumsi yang
dagang menunjukkan pemulihan, terlihat dari realisasi
membaik. Perekonomian Tiongkok juga membaik
PDB negara Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok yang
didukung oleh kinerja ekspor yang meningkat seiring
cukup solid. PDB Dunia tahun 2017 direvisi ke atas
perbaikan permintaan eksternal dari negara maju serta
menjadi 3,7%, dari sebelumnya 3,6%, yang didorong
konsumsi yang solid, meskipun di tengah kebijakan
oleh ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang
rebalancing yang ditempuh secara gradual.
tumbuh lebih tinggi dibanding asumsi sebelumnya.
Perkembangan ini selanjutnya mendorong volume
Pemulihan ekonomi global tersebut mengindikasikan
perdagangan dunia dan harga komoditas global,
bahwa terdapat optimisme terhadap peningkatan daya
termasuk minyak, yang lebih tinggi dibandingkan
beli di pasar global. Namun demikian faktor kompetisi
tahun sebelumnya.
dengan negara lain seperti Vietnam, Thailand dan
Kamboja tetap perlu diwaspadai sebagai faktor
penghambat pertumbuhan ekspor Jawa Tengah,
khususnya pada komoditas tekstil dan produk tekstil
serta barang kayu, mengingat komoditas tersebut
merupakan komoditas unggulan Jawa Tengah.

Sumber : Bloomberg, BEA, diolah


Grafik 1.32 Investasi Non-Residensial AS dan Harga WTI
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 23

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah
Grafik 1.33 Tingkat Keyakinan Konsumen, Industri, dan Jasa Kawasan Eropa Grafik 1.34 Perkembangan Ekspor dan Impor Kawasan Eropa

Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg


Grafik 1.35 PMI Employment dan Tingkat Keyakinan Konsumen Tiongkok Grafik 1.36 Kinerja Neraca Perdagangan Tiongkok

1.1.1.3.2. Impor Luar Negeri


Setelah meningkat tajam pada triwulan III 2017, cenderung menurun selama beberapa tahun terakhir.
kinerja impor luar negeri Jawa Tengah pada Sebelum tahun 2015, impor luar negeri Jawa Tengah
triwulan laporan kembali tumbuh lebih tinggi. lebih didominasi oleh komoditas migas. Meskipun
Pada triwulan IV 2017, impor luar negeri Jawa Tengah mengalami penurunan pangsa, impor komoditas migas
mencatatkan pertumbuhan 25,07% (yoy), lebih tinggi di Jawa Tengah masih memiliki peran signifikan. Hal
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh tersebut terkait dengan kilang minyak PT Pertamina di
12,81% (yoy). Secara triwulanan, impor luar negeri Cilacap, yang merupakan salah satu kilang minyak
tumbuh 20,47% (qtq), meningkat dibanding terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi
pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya 348.000 barel/hari. Unit pengolahan ini bernilai
sebesar 8,66% (qtq). Kinerja impor yang meningkat strategis karena memasok 33,3% kebutuhan BBM
sejalan dengan bertambahnya kebutuhan bahan baku nasional, atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa.
dan barang modal seiring dengan perbaikan kinerja
30 %
industri pengolahan.
20

10
Peningkatan kinerja impor luar negeri terjadi baik pada
-
komoditas migas maupun nonmigas. Impor komoditas I II
2014
III IV I II
2015
III IV I II
2016
III IV I II
2017
III IV
(10)
migas pada triwulan laporan mencatatkan pangsa (20)

sebesar 38,13% dari total impor Jawa Tengah, (30)

sedangkan pangsa impor komoditas nonmigas yaitu PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah

sebesar 61,87%. Pangsa impor komoditas migas Grafik 1.37 Pertumbuhan PDRB Impor Luar Negeri
PERKEMBANGAN
24 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

4,500 USD JUTA 60 %, YOY

4,000
40
3,500
3,000
20
2,500
2,000 0
1,500 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1,000 2014 2015 2016 2017
-20
500
0 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
-60
MIGAS NONMIGAS NONMIGAS MIGAS TOTAL

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.38 Perkembangan Impor Jawa Tengah Grafik 1.39 Pertumbuhan Impor Migas dan Nonmigas Jawa Tengah

Harga minyak dunia menunjukkan tren yang Pada triwulan IV 2017, impor nonmigas Jawa Tengah
meningkat pada triwulan akhir 2017, yang disebabkan tumbuh 40,41% (yoy), lebih tinggi dari impor triwulan
oleh meningkatnya permintaan, naiknya compliancy sebelumnya yang tumbuh 35,67% (yoy). Impor
rate pembatasan produksi OPEC dan Non-OPEC, komoditas nonmigas Jawa Tengah dapat dikatakan
gangguan supply, serta kondisi geopolitik. Pada cukup produktif. Impor tersebut utamanya ditujukan
triwulan IV 2017, rata-rata harga minyak WTI untuk kegiatan produktif, yaitu bahan baku dengan
meningkat menjadi USD55,28 per barel, dari triwulan pangsa mencapai 60,14% dari total impor nonmigas
sebelumnya yang sebesar USD48,16 per barel. Harga Jawa Tengah, dan impor barang modal dengan pangsa
minyak dunia pada triwulan laporan juga jauh lebih 25,13%. Sementara itu, impor barang konsumsi
tinggi dibanding rata-rata harga pada 2016 yang memiliki pangsa 14,73%. Komposisi ini tidak banyak
sebesar USD43,34 per barel. Seiring dengan tren berubah dari periode sebelumnya.
kenaikan harga minyak dunia, impor luar negeri Jawa
Secara nilai, peningkatan kinerja impor nonmigas
Tengah untuk komoditas migas juga turut meningkat
terutama berasal dari impor barang konsumsi dan
secara nominal. Pertumbuhan impor komoditas migas
barang modal, sedangkan impor bahan baku terpantau
tercatat 38,51% (yoy) pada triwulan IV 2017,
tumbuh melambat. Peningkatan impor pada triwulan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
laporan sayangnya didorong oleh impor barang
tumbuh 2,81% (yoy).
konsumsi yang terakselerasi secara signifikan.
Lebih lanjut, impor komoditas nonmigas Jawa Tengah Meskipun memiliki pangsa relatif kecil terhadap total
juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan, impor Jawa Tengah, impor kelompok komoditas ini
meskipun tidak setajam peningkatan impor migas. tumbuh 110,76%, jauh lebih tinggi dibanding triwulan

2,500 USD JUTA

III - 2017 69,69% 20,71% 9,60% 2,000

1,500

1,000

500
60,14% 25,13% 14,73%
IV - 2017 -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
BAHAN BAKU BARANG MODAL BARANG KONSUMSI BARANG KONSUMSI BARANG MODAL BAHAN BAKU

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Grafik 1.40 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Jenis Pengeluaran Berdasarkan Jenis Pengeluaran
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 25

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
100 %, YOY 250 %, YOY

80 200

60 150

40 100

20 50

- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2014 2015 2016 2017 -50 2014 2015 2016 2017

(40) -100

(60) -150
BARANG MODAL BAHAN BAKU BARANG KONSUMSI TPT (SITC 26 & 65) BAHAN MAKANAN (SITC 0) MESIN DAN ALAT TRANSPORTASI (SITC 7)

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.42 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 1.43 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Komoditas

sebelumnya yang tumbuh 20,19% (yoy) dan rata-rata itu, pertumbuhan impor bahan baku melambat,
pertumbuhan triwulan IV selama lima tahun terakhir walaupun masih tumbuh dengan level yang tinggi.
sebesar 10,09% (yoy). Peningkatan impor barang Impor bahan baku tumbuh menjadi 23,66% (yoy) pada
konsumsi utamanya didorong oleh naiknya impor triwulan laporan, dari 45% (yoy) pada triwulan III 2017.
makanan dan minuman untuk konsumsi RT; serta Impor bahan baku terutama melambat untuk
barang konsumsi semi-durable dan non-durable. komoditas barang setengah jadi untuk industri serta
Meningkatnya pertumbuhan impor barang konsumsi komoditas makanan dan minuman untuk industri.
tersebut seiring dengan akselerasi kinerja konsumsi Melemahnya impor kelompok komoditas tersebut
rumah tangga Jawa Tengah dan nilai tukar yang relatif
ditengarai sejalan dengan perlambatan ekspor
terjaga. Di sisi lain, tingginya impor barang konsumsi
komoditas utama Jawa Tengah.
yang tidak disertai dengan peningkatan ekspor luar
negeri mengindikasikan bahwa barang yang diimpor Secara keseluruhan, impor nonmigas Jawa Tengah
diperdagangkan di pasar domestik, sehingga terutama berasal dari Tiongkok dengan pangsa
menyebabkan net ekspor antardaerah Jawa Tengah 38,79%. Selain Tiongkok, negara mitra dagang lainnya
tumbuh tinggi pada triwulan laporan. yaitu Amerika Serikat (11,42%), ASEAN (10,37%), dan
Eropa (7,39%). Mitra dagang utama ini tidak banyak
Selanjutnya, pertumbuhan impor barang modal
berubah sepanjang waktu. Pada periode laporan
meningkat menjadi 53,64% (yoy) pada triwulan IV
2017, dari 29,87% (yoy) pada triwulan sebelumnya. pertumbuhan impor meningkat pada impor dari

Peningkatan impor ini terutama dalam bentuk seluruh negara asal impor utama di atas, kecuali dari

nonbangunan, yaitu peralatan transportasi baik untuk Tiongkok. Peningkatan impor terbesar terutama terjadi
kepentingan industri maupun nonindustri. Sementara pada impor dari negara Amerika Serikat dan Eropa.

2,500 USD JUTA

III - 2017 38,35 9,14 10,74 6,44 35,32 2,000


% % % % %

1,500

1,000

500
IV - 2017 38,79 11,42 10,37 7,39 32,03
% % % % %
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
TIONGKOK AS ASEAN EROPA LAINNYA
AMERIKA SERIKAT ASEAN TIONGKOK EROPA LAINNYA

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.44 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah Grafik 1.45 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Negara Asal
PERKEMBANGAN
26 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

120 %, YOY
makanan yang didukung kinerja lapangan usaha
100
pertanian yang membaik dibandingkan triwulan
80

60 sebelumnya.
40

20

-
Peningkatan permintaan domestik diindikasikan oleh
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2014 2015 2016 2017 pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari
(40)

AMERIKA SERIKAT ASEAN TIONGKOK EROPA


5,06% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 5,19%
(yoy) pada triwulan IV 2017. Lebih lanjut, perbaikan
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.46 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan harga komoditas global berdampak terhadap akselerasi
Negara Asal
pertumbuhan ekonomi daerah-daerah penghasil
I m p o r l u a r n e g e r i J a w a Te n g a h s e c a r a komoditas, yang selanjutnya mendorong naiknya
keseluruhan tahun 2017 mencatatkan permintaan dari luar provinsi terhadap hasil produksi
pertumbuhan positif, berbalik arah setelah Jawa Tengah. Hal tersebut juga sejalan dengan
mengalami tren kontraksi selama tiga tahun terakhir. peningkatan kinerja lapangan usaha industri
Pada tahun laporan, kinerja impor luar negeri tercatat pengolahan Jawa Tengah, sehingga mendukung
tumbuh 9,98% (yoy), berbalik arah dari tahun ekspor hasil produksi ke luar provinsi. Selain
sebelumnya yang terkontraksi 9,05% (yoy). Namun memperdagangkan output/barang hasil produksi Jawa
demikian, sebagai komponen pengurang PDRB, Tengah sendiri, ekspor antardaerah diperkirakan juga
tingginya pertumbuhan impor luar negeri menjadi meningkat seiring dengan tingginya impor yang tidak
faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Jawa disertai dengan peningkatan ekspor luar negeri.
Tengah pada tahun laporan. Tingginya pertumbuhan impor luar negeri, khususnya
barang konsumsi, ditengarai juga ditujukan untuk
1.1.1.4. Net Ekspor Antardaerah
diperdagangkan ke daerah lain di pasar domestik.
Pada triwulan laporan net ekspor antardaerah
tumbuh pada level yang tinggi sebesar 115,20% Sementara itu, impor antardaerah Jawa Tengah masih
(yoy), naik signifikan dibanding triwulan III 2017 yang terpantau meningkat, meskipun tidak setinggi
tercatat kontraksi 13,55% (yoy). Perbaikan tersebut kenaikan ekspor antar daerah. Hal tersebut ditengarai
diindikasikan berasal dari peningkatan ekspor dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan
antardaerah yang lebih tinggi dibanding kenaikan masyarakat pada akhir tahun, seiring dengan
impor antardaerah. terakselerasinya kinerja konsumsi rumah tangga.

Meningkatnya ekspor antardaerah terindikasi dari 750 %

650

kenaikan arus muat barang nonmigas dari pelabuhan 550


450

Jawa Tengah yang ditujukan untuk perdagangan 350


250

antarpulau dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor 150


50

pendorong kinerja ekspor antardaerah diperkirakan (50) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(150) 2014 2015 2016 2017

masih berasal dari komoditas bahan makanan. Provinsi (250)


PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

Jawa Tengah sebagai salah satu lumbung pangan


Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
nasional mengalami surplus komoditas bahan Grafik 1.47 Pertumbuhan PDRB Net Ekspor Antardaerah
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 27

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
1.1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha
Perekonomian Jawa Tengah masih bersumber dari pengolahan dan pertanian menjadi pendorong laju
tiga lapangan usaha utama, yaitu industri pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, tingginya
pengolahan (35,54%); perdagangan besar-eceran dan pertumbuhan lapangan usaha informasi dan
reparasi mobil-sepeda motor (13,68%); serta komunikasi turut menjadi pendorong pertumbuhan
pertanian, kehutanan dan perikanan (12,03%). pada triwulan laporan. Sementara itu, pada triwulan
Komposisi ini tidak banyak mengalami perubahan dari
laporan, kinerja lapangan usaha perdagangan
periode sebelumnya.
menunjukkan pertumbuhan yang melambat
Pada triwulan IV 2017, peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.
pada dua lapangan usaha utama yaitu industri
Tabel 1.6 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)
2016* 2017**
LAPANGAN USAHA 2015 2016* 2017**
III IV I II III IV
A PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 157.202 47.546 35.215 164.597 41.895 41.470 47.607 36.275 167.247
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 23.228 7.126 7.295 27.480 7.109 7.285 7.475 8.153 30.023
C INDUSTRI PENGOLAHAN 354.642 96.754 98.907 381.463 99.537 103.515 104.787 107.150 414.989
D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 907 246 267 989 269 277 285 297 1.128
E PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 633 166 172 661 173 176 180 183 711
F KONSTRUKSI 103.406 28.480 29.163 111.885 28.694 30.113 31.392 32.737 122.937
G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 135.034 36.772 38.388 146.806 38.721 40.622 40.825 41.249 161.417
H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 31.784 8.620 8.828 33.387 8.946 9.420 9.841 9.821 38.028
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 30.968 8.830 8.877 34.778 9.104 9.426 9.590 9.899 38.019
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 30.511 8.310 8.523 33.075 9.037 9.678 9.928 10.484 39.126
K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 28.518 8.106 8.457 32.044 8.415 8.788 8.927 9.090 35.219
L REAL ESTATE 16.749 4.594 4.714 18.172 4.802 4.892 4.984 5.159 19.837
M,N JASA PERUSAHAAN 3.448 1.010 1.021 3.957 1.065 1.121 1.104 1.175 4.465
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 28.926 7.720 7.882 31.233 7.752 8.099 8.376 8.859 33.086
P JASA PENDIDIKAN 41.989 11.787 11.860 46.623 12.109 12.886 13.505 13.521 52.022
Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 8.404 2.341 2.386 9.313 2.440 2.602 2.626 2.692 10.360
R,S,T,U JASA LAINNYA 14.637 4.221 4.276 16.659 4.384 4.588 4.700 4.765 18.437
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.010.987 282.631 276.230 1.093.121 284.451 294.958 306.131 301.509 1.187.049
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 1.7 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)
2016* 2017**
LAPANGAN USAHA 2015 2016* 2017**
III IV I II III IV
A PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 113.826 33.429 24.990 116.421 30.151 29.539 33.355 25.081 118.126
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 16.278 5.005 5.090 19.368 4.932 5.011 5.108 5.322 20.373
C INDUSTRI PENGOLAHAN 284.307 74.549 75.257 295.961 74.951 77.627 77.720 78.524 308.821
D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 888 228 245 928 237 241 245 254 977
E PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 577 148 152 590 153 156 159 161 628
F KONSTRUKSI 81.286 22.020 22.467 86.589 21.914 22.849 23.659 24.340 92.762
G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 115.430 30.413 31.615 121.905 31.326 32.590 32.597 32.830 129.342
H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 26.781 7.144 7.286 28.097 7.260 7.410 7.586 7.611 29.867
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 25.064 6.724 6.794 26.669 6.882 7.055 7.143 7.346 28.426
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 33.001 9.002 9.125 35.743 9.377 10.024 10.244 10.841 40.486
K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 21.637 5.954 6.114 23.608 5.999 6.239 6.294 6.345 24.878
L REAL ESTATE 14.822 3.990 4.084 15.829 4.119 4.178 4.240 4.320 16.857
M,N JASA PERUSAHAAN 2.741 770 775 3.032 794 829 813 862 3.297
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 22.195 5.608 5.707 22.720 5.621 5.731 5.813 6.139 23.305
P JASA PENDIDIKAN 29.324 7.916 7.895 31.564 8.019 8.508 8.691 8.601 33.819
Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 6.308 1.731 1.764 6.929 1.789 1.895 1.902 1.940 7.526
R,S,T,U JASA LAINNYA 12.300 3.371 3.417 13.360 3.479 3.625 3.704 3.754 14.562
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 806.765 218.003 212.779 849.313 217.003 223.504 229.274 224.270 894.050
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN
28 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 1.8 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY)
2016* 2017**
LAPANGAN USAHA 2015 2016* 2017**
III IV I II III IV
A PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 5,60 3,02 9,50 2,28 10,06 -3,49 -0,22 0,36 1,46
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4,57 17,03 19,37 18,98 6,70 7,77 2,06 4,56 5,19
C INDUSTRI PENGOLAHAN 4,71 4,19 3,02 4,10 3,74 5,04 4,25 4,34 4,35
D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 2,43 1,33 6,80 4,57 4,05 5,52 7,61 3,81 5,22
E PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 1,63 4,56 5,46 2,17 7,19 6,10 6,91 5,88 6,51
F KONSTRUKSI 6,00 7,61 5,06 6,52 5,55 7,08 7,44 8,33 7,13
G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 4,09 2,31 6,33 5,61 5,40 8,07 7,18 3,84 6,10
H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 7,69 5,80 6,59 4,91 6,24 8,44 6,18 4,46 6,30
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 6,79 6,54 6,00 6,40 6,06 5,89 6,24 8,13 6,59
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 9,53 7,58 7,06 8,31 7,08 13,15 13,80 18,81 13,27
K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 7,61 9,62 6,72 9,11 4,71 7,37 5,72 3,78 5,38
L REAL ESTATE 7,59 5,89 7,29 6,80 7,22 6,77 6,27 5,76 6,49
M,N JASA PERUSAHAAN 8,49 10,06 10,72 10,62 8,08 10,03 5,51 11,23 8,72
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 5,31 -0,10 0,30 2,37 -0,83 -0,10 3,65 7,57 2,57
P JASA PENDIDIKAN 7,55 9,44 1,27 7,64 1,83 8,01 9,80 8,93 7,15
Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 6,61 10,46 5,00 9,86 4,68 9,84 9,83 9,99 8,60
R,S,T,U JASA LAINNYA 3,21 10,43 6,75 8,62 6,25 9,92 9,88 9,85 8,99
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5,47 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara a
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

1.1.2.1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan 2,88% pada triwulan IV 2017. Meskipun kinerja
perikanan tumbuh 0,36% (yoy), sedikit meningkat lapangan usaha pertanian menunjukkan peningkatan,
dari triwulan sebelumnya yang masih tercatat penyaluran kredit perbankan ke sektor pertanian di
kontraksi 0,22% (yoy). Secara triwulanan, lapangan Jawa Tengah tumbuh melambat pada triwulan IV 2017,
usaha ini menunjukkan penurunan 24,81% (qtq), lebih yaitu sebesar 8,46% (yoy); lebih rendah dari 19,69%
baik dibanding capaian triwulan yang sama pada tahun (yoy) pada triwulan sebelumnya.

sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar 25,24%


Perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian pada
(qtq).
triwulan laporan utamanya disebabkan oleh mulai

Perkembangan di lapangan usaha ini juga terkonfirmasi normalnya kondisi iklim setelah fenomena La Nina dan

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank El Nino yang terjadi pada dua tahun terakhir, sehingga

Indonesia, yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih masa tanam dan panen kembali ke pola semula. Lebih

Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pertanian mengalami lanjut hasil panen dari periode musim tanam II,
sebagian masih terjadi di awal triwulan IV 2017.
peningkatan dari 0,24% pada triwulan III 2017 menjadi
Berdasarkan hasil FGD, serangan hama dan bencana
alam yang tidak sebanyak tahun 2016 dinilai sebagai
40 %

30
pendorong perbaikan kinerja pertanian triwulan
20 laporan.
10

-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor
(10) 2014 2015 2016 2017

(20) yang mendorong perbaikan kinerja lapangan usaha


(30)
pertanian secara keseluruhan pada triwulan laporan.
(40) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)

Hal tersebut tidak terlepas dari adanya program upaya


Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.48 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan khusus (upsus) sapi indukan wajib bunting (siwab) yang
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 29

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
12 %,YOY % 9 40 %, YOY % 14
10 8
12
8 7
30
6 6 10
4 5
8
2 4 20
0 3 6
-2 2
4
-4 1 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-6 0 2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2014 2015 2016 2017
2014 2015 2016 2017 0 0

PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) SBT KEGIATAN USAHA - SKALA KANAN PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN NPL PERTANIAN - SKALA KANAN

Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah


Grafik 1.49 Perkembangan SBT Realisasi Kegiatan Usaha (SKDU) Grafik 1.50 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian
dan Pertumbuhan PDRB Pertanian

tengah diintensifkan Kementerian Pertanian pada laporan, NTP Jawa Tengah sebesar 103,48 lebih tinggi
2017. Hingga Oktober 2017, program upsus siwab di dibandingkan dengan triwulan lalu sebesar 102,56 dan
Jawa Tengah telah melebihi target, yaitu mencapai periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 99,35.
112% dari target awal sebanyak 515.000 ekor sapi
Meskipun menunjukkan peningkatan pada triwulan
indukan bunting. Sampai dengan akhir tahun 2017,
akhir 2017, secara keseluruhan tahun 2017
capaian program tersebut diprediksi melampaui 130%
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
dari target awal.
perikanan tercatat tumbuh pada level 1,46%
Faktor kenaikan harga jual komoditas pertanian juga (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ditengarai berpengaruh positif terhadap meningkatnya 2016 yang sebesar 2,28% (yoy). Penurunan kinerja
kinerja lapangan usaha pertanian. Komoditas pertanian ini terutama dipengaruhi oleh berkurangnya luas
yang mengalami kenaikan harga, antara lain padi tanam dan luas panen komoditas padi yang merupakan
(gabah), unggas, dan hasil ternak. Meskipun kenaikan komoditas pertanian utama Jawa Tengah. Hal tersebut
harga gabah berdampak pada meningkatnya harga selanjutnya berdampak terhadap turunnya jumlah
beras di pasar konsumen, bahkan menjadi produksi padi pada 2017. Luas panen dan jumlah
penyumbang inflasi terbesar kedua di Jawa Tengah produksi padi tahun laporan menurun 0,88% (yoy) dan
tahun 2017 sebesar 0,35%; peningkatan harga jual 8,36% (yoy); lebih rendah dibanding tahun 2016 yang
tersebut memengaruhi perbaikan Nilai Tukar Petani masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar
(NTP) Jawa Tengah. Dalam dua triwulan terakhir, NTP 1,52% (yoy) dan 15,88% (yoy). Penurunan luas tanam
Jawa Tengah selalu mencatatkan surplus, tercermin dari beberapa komoditas tanaman pangan serta
angka NTP yang berada di atas 100. Pada triwulan hortikultura umumnya terjadi pada periode
p e r t e n g a h a n t a h u n , y a n g b e rd a m p a k p a d a
800.000 HEKTAR 60,00 %, YOY
700.000
50,00
600.000
40,00
500.000
400.000 30,00
300.000
20,00
200.000
10,00
100.000
0 -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 (10,00) 2014 2015 2016 2017

(20,00)
LUAS TANAM LUAS PANEN PERTUMBUHAN LUAS TANAM PADI PERTUMBUHAN LUAS PANEN PADI

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.51 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik 1.52 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di Jawa Tengah
PERKEMBANGAN
30 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

5,000 RIBU TON %, YOY 50


Peningkatan kinerja lapangan usaha ini diperkirakan

4,000
40 dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik.
30
3,000 20
Peningkatan permintaan domestik diindikasikan oleh
2,000 10 pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari
0
1,000
-10
5,06% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 5,19%
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-20 (yoy) pada triwulan IV 2017. Lebih lanjut, perbaikan
2014 2015 2016 2017
harga komoditas global berdampak terhadap akselerasi
PRODUKSI PADI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI - SKALA KANAN

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah pertumbuhan ekonomi daerah-daerah penghasil
Grafik 1.53 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa Tengah
komoditas, yang selanjutnya mendorong naiknya
penurunan produksi di periode tersebut. Berkurangnya permintaan dari luar provinsi terhadap hasil produksi
luas tanam akibat tingginya konversi lahan dari Jawa Tengah. Permintaan dari dalam provinsi sendiri
pertanian ke perumahan serta pembangunan ditengarai juga menunjukkan peningkatan. Hal
infrastruktur perlu diwaspadai sebagai downside risk tersebut diindikasikan oleh menguatnya pertumbuhan
lapangan usaha pertanian. Selain tanaman pangan dan konsumsi rumah tangga Jawa Tengah dari 4,32% (yoy)
hortikultura, perlambatan lapangan usaha pertanian menjadi 4,65% (yoy) pada periode laporan. Penguatan
juga disebabkan oleh melemahnya kinerja subsektor kinerja industri pengolahan ini juga sesuai dengan pola
perkebunan dan perikanan. konsumsi pada akhir tahun, dimana permintaan barang
dan jasa oleh masyarakat cenderung meningkat saat
1.1.2.2. Industri Pengolahan
Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan akhir tahun.
Sebagai lapangan usaha yang memiliki pangsa terbesar
Sementara itu, permintaan luar negeri masih cukup
dalam perekonomian Jawa Tengah, perbaikan
kuat, meskipun cenderung melambat pada triwulan
lapangan usaha industri pengolahan menjadi
laporan. Hal ini tercermin dari melambatnya ekspor luar
salah satu pendorong percepatan pertumbuhan
negeri Jawa Tengah, terutama ekspor komoditas
ekonomi triwulan laporan. Pada triwulan IV 2017,
unggulan Jawa Tengah seperti tekstil dan produk tekstil
kinerja industri pengolahan tercatat tumbuh meningkat
(TPT) serta kayu dan barang dari kayu.
dari 4,25% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 4,34%
(yoy) pada triwulan IV 2017. Secara triwulanan, Perkembangan tersebut sejalan dengan hasil kegiatan
lapangan usaha ini tercatat mengalami pertumbuhan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, yang juga
1,03% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan menunjukkan peningkatan penjualan dan kapasitas
pada periode yang sama tahun sebelumnya yang utilisasi pelaku usaha di sektor industri pengolahan.
sebesar 0,95% (qtq). Likert scale perkembangan penjualan domestik industri
9 % pengolahan meningkat dari 0,26 pada triwulan III 2017
8
7 menjadi 1,26 pada triwulan laporan. Pelaku usaha
6
5
mengonfirmasi bahwa perbaikan penjualan tidak
4
3
terlepas dari upaya yang dilakukan pelaku usaha
2
berupa inovasi produk baru serta diversifikasi produk
1
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
yang bernilai tambah lebih tinggi. Di industri mebel,
(1)
2014 2015 2016 2017
(2)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)
kinerja penjualan domestik mengalami peningkatan
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah seiring dengan maraknya pembangunan hotel-hotel
Grafik 1.54 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 31

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
9 % 2,0 30 %, YOY % 8
8
7 1,5
6
6 20
5 1,0
4
4
3 0,5 10
2 2

1 0,0
0 0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-1 -0,5
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

SBT KEGIATAN USAHA PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) LIKERT SCALE PENJUALAN DOMESTIK - SKALA KANAN PERTUMBUHAN KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN

Grafik 1.55 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan Domestik, Grafik 1.56 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri Pengolahan
dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
baru sehingga mendorong permintaan mebel untuk industri pengolahan dari 75,99% menjadi 76,60%
interior perhotelan. pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil survei
tersebut, subsektor industri pengolahan dengan
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
orientasi domestik mengalami peningkatan utilitas, di
Indonesia menunjukkan pelaku usaha tetap optimis
antaranya subsektor kertas dan barang cetakan (naik
terhadap kinerja sektor ini. Hal tersebut tercermin dari
5%); logam dasar, besi dan baja (naik 3,57%); serta
SBT realisasi investasi, yang mengindikasikan bahwa
makanan, minuman dan tembakau (naik 0,06%).
pelaku usaha di sektor industri pengolahan tetap
Sementara itu, subsektor industri dengan orientasi
melakukan ekspansi investasi di triwulan IV 2017. Pada
ekspor menunjukkan penurunan kapasitas terpakai,
triwulan laporan, SBT realisasi investasi tercatat 1,78%,
antara lain tekstil, barang kulit dan alas kaki; barang
lebih tinggi dibanding realisasi investasi triwulan
kayu dan hasil hutan lainnya; serta alat angkut, mesin
sebelumnya dengan SBT 1,18%.
dan peralatannya; dengan penurunan masing-masing
Sisi perbankan menunjukkan bahwa penyaluran kredit sebesar 2,06%; 1,70%; dan 4%. Industri berorientasi
kepada sektor industri pengolahan di Jawa Tengah ekspor yang masih menunjukkan peningkatan
tetap tumbuh dalam level yang tinggi, meskipun sedikit kapasitas terpakai yaitu industri pupuk, kimia dan
melambat dari triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit barang dari karet, dengan peningkatan 6,70%. Seiring
perbankan di sektor industri pengolahan pada triwulan dengan peningkatan kapasitas terpakai, SBT
IV 2017 tercatat tumbuh 10,43% (yoy), lebih rendah penggunaan tenaga kerja di industri pengolahan juga
dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang sebesar 11,91% (yoy). Perlambatan tersebut MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU

terutama dipengaruhi oleh melemahnya pertumbuhan TEKSTIL, BRG KULIT & ALAS KAKI

BARANG KAYU & HASIL HUTAN LAINNYA


penyaluran kredit modal kerja. Namun demikian,
KERTAS DAN BARANG CETAKAN
melemahnya pertumbuhan tidak diiringi dengan
PUPUK, KIMIA & BARANG DARI KARET

penurunan kualitas kredit. Rasio NPL kredit industri SEMEN & BARANG GALIAN NON LOGAM

pengolahan justru menunjukkan perbaikan menjadi LOGAM DASAR, BESI DAN BAJA

1,25%; dari 2,15% pada triwulan III 2017. ALAT ANGKUT, MESIN & PERALATANNYA

BARANG LAINNYA

Selanjutnya, secara detil dapat dilihat bahwa TRIWULAN III 2017 TRIWULAN IV 2017
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

berdasarkan hasil SKDU Bank Indonesia, terindikasi Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.57 Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai Subsektor
adanya peningkatan kapasitas produksi terpakai Industri Pengolahan (SKDU)
PERKEMBANGAN
32 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

INDUSTRI MAKANAN INDUSTRI MAKANAN

INDUSTRI MINUMAN INDUSTRI MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL
INDUSTRI TEKSTIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI
INDUSTRI PAKAIAN JADI
INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT & ALAS KAKI
INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU
INDUSTRI KAYU
INDUSTRI KIMIA
INDUSTRI BAHAN KIMIA
INDUSTRI FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL
INDUSTRI FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL
INDUSTRI BARANG ELEKTRONIK
INDUSTRI KARET
INDUSTRI PERALATAN LISTRIK INDUSTRI PERALATAN LISTRIK
INDUSTRI FURNITUR INDUSTRI FURNITUR

-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 -60 -40 -20 0 20 40 60


TRIWULAN III 2017 TRIWULAN IV 2017 TRIWULAN III 2017 TRIWULAN IV 2017

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.58 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar Grafik 1.59 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan
dan Sedang berdasarkan Sektor (%, YOY) Kecil berdasarkan Sektor (%, YOY)

menunjukkan perbaikan, yaitu dari -0,98% pada lanjut, pada industri manufaktur skala mikro dan kecil,
triwulan III 2017 menjadi -0,20% pada triwulan IV peningkatan kinerja terutama terjadi pada industri
2017. makanan dan minuman sebagai salah satu industri
utama Jawa Tengah. Sementara itu, industri
Berdasarkan skalanya, baik industri besar dan sedang
pengolahan tembakau; pakaian jadi; kayu; serta
maupun industri mikro dan kecil menunjukkan farmasi dan obat tradisional skala mikro dan kecil,
peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan mengalami penurunan yang semakin dalam pada
produksi industri manufaktur yang disurvei oleh Badan triwulan IV 2017.
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa produksi industri Selama tahun 2017, pertumbuhan industri

manufaktur besar dan sedang maupun mikro dan kecil pengolahan tercatat 4,35% (yoy), meningkat

mengalami perbaikan masing-masing menjadi tumbuh dibandingkan pertumbuhan 4,10% (yoy) pada

2,19% (yoy) dan 0,12%, setelah mengalami tahun sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan

pertumbuhan negatif sebesar 0,72% (yoy) dan 4,28% terutama didorong oleh perbaikan kinerja industri

(yoy) pada triwulan sebelumnya. barang logam dan barang elektronik, dari kontraksi
8,07% (yoy) menjadi 3,56% (yoy); industri logam dasar,
Pada industri manufaktur skala besar dan sedang, dari kontraksi 2,71% (yoy) menjadi 2,69% (yoy);
perbaikan utamanya terjadi pada industri kayu dan industri tekstil dan pakaian jadi, dari 3,19% (yoy)
barang dari kayu; minuman; pengolahan tembakau; menjadi 7,01% (yoy); serta industri pengolahan
serta furnitur. Industri farmasi dan obat tradisional; tembakau, dari 0,93% (yoy) menjadi 4,23% (yoy).
barang elektronik; serta peralatan listrik juga Sementara itu, melambatnya kinerja industri
menunjukkan peningkatan pertumbuhan produksi pengilangan migas, dari tumbuh 5,10% (yoy) menjadi
pada triwulan laporan. Sementara industri besar dan 0,44% (yoy), menjadi penahan laju pertumbuhan
sedang yang mengalami perlambatan yaitu industri industri pengolahan untuk tumbuh lebih tinggi pada
pakaian jadi; kimia; serta industri makanan. Lebih tahun laporan.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 33

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
1.1.2.3. Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi
Mobil-Sepeda Motor
10 % 12 %, YOY 2,5

8 10 2,0

8 1,5
6
6 1,0
4
4 0,5

2
2 0,0

- - -0,5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 (2) 2014 2015 2016 2017 -1,0
(2)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) SBT KEGIATAN USAHA PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) LIKERT SCALE PENJUALAN DOMESTIK - SKALA KANAN
(4)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.60 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Eceran Grafik 1.61 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan Domestik,
dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor Pertumbuhan PDRB Perdagangan

Pada triwulan laporan, lapangan usaha akselerasi lapangan usaha perdagangan. Penurunan
perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil- margin perdagangan, terutama yang terjadi di
sepeda motor mencatatkan pertumbuhan 3,84% komoditas-komoditas yang memberikan pangsa
(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya terbesar dalam perdagangan Jawa Tengah, juga
yang tumbuh 7,18% (yoy). Secara triwulanan, memengaruhi kinerja lapangan usaha perdagangan

lapangan usaha ini tercatat tumbuh 0,71% (qtq), lebih secara keseluruhan pada triwulan laporan.

rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV 2016 yang


Penyaluran kredit di lapangan usaha ini juga
sebesar 3,95% (qtq).
terkontraksi lebih dalam, yaitu dari tumbuh negatif

Berdasarkan hasil FGD, output utama yang diukur 0,88% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi terkontraksi

dalam lapangan usaha perdagangan adalah margin 6,54% (yoy) pada triwulan laporan. Meskipun
penyaluran kredit perbankan menunjukkan penurunan
perdagangan. Pada triwulan laporan, margin
cukup dalam, kualitas kredit yang disalurkan tidak
perdagangan komoditas yang memiliki pangsa terbesar
terlalu terpengaruh. Hal tersebut tercermin dari NPL
dalam perdagangan Jawa Tengah justru menunjukkan
sektor perdagangan yang justru tercatat mengalami
penurunan margin dibanding triwulan sebelumnya.
perbaikan yaitu dari 3,65% menjadi 3,47%.
Sebagai contoh, pada triwulan IV 2017 komoditas
tanaman pangan yang berkontribusi ±40% terhadap Sementara itu, hasil survei dan liaison yang dilakukan
perdagangan komoditas pertanian, menunjukkan Bank Indonesia mengindikasikan masih relatif kuatnya
penurunan margin yang lebih dalam dibanding kinerja perdagangan pada periode laporan.
triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, perlambatan margin Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
perdagangan juga terjadi pada komoditas industri Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sektor
pengolahan tembakau, yang memiliki pangsa 23% perdagangan meningkat dari 3,75% pada triwulan III
terhadap perdagangan komoditas industri. Dengan 2017 menjadi 6,92% pada triwulan IV 2017. Hasil
demikian, meskipun kinerja pertanian, pertambangan, liaison juga menunjukkan optimisme pelaku usaha
dan industri pengolahan secara agregat menunjukkan terhadap kondisi penjualan pada triwulan IV, tercermin
perbaikan pertumbuhan pada triwulan laporan, hal dari likert scale penjualan domestik sektor perdagangan
tersebut tidak langsung berpengaruh terhadap pada periode laporan sebesar 0,63.
PERKEMBANGAN
34 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

TRIWULAN III 2017


220 INDEKS %, YOY 10,00 500 INDEKS
TRIWULAN IV 2017

400
200 8,00
300

180 6,00 200

100
160 4,00
0

SANDANG
MAKANAN, MINUMAN
DAN TEMBAKAU
SUKU CADANG
AKSESORIS

PERALATAN DAN
KOMUNIKASI DI TOKO
BAHAN BAKAR
KENDARAAN BERMOTOR

PERLENGKAPAN
RUMAH TANGGA
LAINNYA

BARANG BUDAYA
DAN REKREASI

BARANG LAINNYA
140 2,00

120 0,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017

INDEKS PENJUALAN RIIL PERTUMBUHAN PDRB PERDAGANGAN - SKALA KANAN

Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.62 Indeks Penjualan Riil (Hasil SPE) dan Pertumbuhan Grafik 1.63 IPR Perdagangan Eceran berdasarkan Kelompok Komoditas
PDRB Perdagangan

Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan kuatnya kinerja lapangan usaha ini dikonfirmasi dari
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran hasil liaison, di mana likert scale penjualan dan
lebih tinggi dibandingkan capaian 2016. Pada kapasitas utilisasi di sektor bangunan mengalami
tahun laporan, lapangan usaha ini mencatatkan kenaikan dari masing-masing sebesar 1 dan -0,33 pada
pertumbuhan 6,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 menjadi sebesar 1,33 dan 2 pada
pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 5,61% (yoy). periode laporan. Penguatan kinerja konstruksi pada
Perbaikan pertumbuhan terutama terjadi pada triwulan akhir 2017 selanjutnya mendorong akselerasi
perdagangan mobil, motor, dan reparasinya; pertumbuhan lapangan usaha ini untuk keseluruhan
sedangkan perdagangan besar dan eceran selain tahun 2017. Pada 2017, pertumbuhan konstruksi
kendaraan bermotor mengalami sedikit perlambatan. tercatat 7,13% (yoy), lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang sebesar 6,52% (yoy). Perbaikan ini
1.1.2.4. Lapangan Usaha Lainnya tidak terlepas dari menguatnya aktivitas investasi baik
Selain ketiga lapangan usaha utama di atas, penguatan yang dilakukan pemerintah maupun swasta di
pertumbuhan terjadi pada lapangan usaha dengan sepanjang tahun 2017.
pangsa terbesar keempat di Jawa Tengah, yaitu
konstruksi. Pada triwulan laporan, lapangan usaha Lebih lanjut, lapangan usaha lain yang mencatatkan

konstruksi menunjukkan perbaikan pertumbuhan, tingkat pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2017

yaitu dari 7,44% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi.

sebesar 8,33% (yoy) pada triwulan laporan. Masih Lapangan usaha tersebut secara konsisten
mencatatkan pertumbuhan dengan besaran double
digit pada tiga triwulan terakhir, sejalan dengan
9 %, YOY

8 berkembangnya teknologi informasi. Pada triwulan IV


7
6 2017, lapangan usaha informasi dan komunikasi
5
4
tumbuh pada level tertinggi sejak empat tahun terakhir
3
2
sebesar 18,81% (yoy), terakselerasi dibandingkan
1
0
pertumbuhan triwulan III 2017 sebesar 13,80% (yoy).
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 Secara akumulatif, pertumbuhan lapangan usaha ini
juga meningkat tajam menjadi tumbuh 13,27% (yoy)
Sumber : Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.64 Pertumbuhan PDRB Konstruksi pada tahun laporan; dari tumbuh 8,31% (yoy) pada
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 35

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
20 %, YOY 12 %, YOY

18
10
16
14
8
12
10 6
8
4
6
4
2
2
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Grafik 1.65 Pertumbuhan PDRB Informasi dan Komunikasi Grafik 1.66 Pertumbuhan PDRB Jasa Perusahaan

2016. Perkembangan teknologi yang diikuti dengan kendaraan pribadi serta meningkatnya penggunaan
meningkatnya kesadaran teknologi masyarakat moda transportasi berbasis online berpengaruh
mendorong penggunaan teknologi informasi dalam terhadap melambatnya kinerja transportasi dan
kegiatan usaha. Hal tersebut dapat terlihat dari pergudangan. Saat ini, moda transportasi berbasis
maraknya perkembangan e-commerce, dan start up online belum dihitung sebagai komponen transportasi
company yang berbasis teknologi informasi. Tidak dalam PDRB, karena yang diperhitungkan saat ini hanya
hanya pelaku usaha, pemanfaatan teknologi oleh moda transportasi/angkutan yang telah memiliki izin
instansi pemerintah juga meningkat, beberapa trayek resmi.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jawa Tengah
semakin gencar dalam memanfaatkan teknologi 1.2. TRACKING PERKEMBANGAN EKONOMI
informasi dalam pelaksanaan tugasnya, seperti melalui MAKRO REGIONAL TRIWULAN I 2018
pengembangan aplikasi mobile berbasis Android. Sesuai pola musimannya, pertumbuhan ekonomi
di Jawa Tengah diperkirakan melambat pada
Pada triwulan laporan, seluruh lapangan usaha
triwulan I 2018. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
mencatatkan pertumbuhan positif. Lapangan usaha
periode tersebut diproyeksikan berada di kisaran 5,1%-
lain yang juga menunjukkan pertumbuhan tinggi pada
5,5%. Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan
triwulan laporan yaitu lapangan usaha jasa perusahaan.
bersumber dari konsumsi rumah tangga, ekspor luar
Pertumbuhan lapangan usaha jasa perusahaan sebesar
negeri, dan konsumsi pemerintah. Sementara dari sisi
11,23% (yoy), meningkat signifikan dari pertumbuhan
lapangan usaha, perlambatan utamanya berasal dari
triwulan lalu sebesar 5,51% (yoy). Tingginya tingkat
lapangan usaha industri pengolahan. Sedangkan
pertumbuhan dipengaruhi oleh meningkatnya jasa
lapangan usaha utama Jawa Tengah lainnya yaitu
penyelenggaraan acara (event organizer) di tengah
pertanian, kehutanan, dan perikanan; serta
maraknya event/hajatan pada akhir triwulan 2017.
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
Namun demikian, terdapat beberapa lapangan usaha sepeda motor diperkirakan tumbuh lebih cepat, seiring
lain yang mencatatkan perlambatan cukup dalam pada dengan berlangsungnya musim panen padi pada
triwulan laporan, di antaranya lapangan usaha Februari sampai dengan April 2018.
pengadaan listrik dan gas; jasa keuangan dan asuransi;
serta transportasi dan pergudangan. Preferensi
masyarakat yang lebih menyukai penggunaan
PERKEMBANGAN
36 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

1.2.1. Tracking Perkembangan Ekonomi


Triwulan I 2018 Sisi Pengeluaran
Permintaan domestik diperkirakan masih menjadi riil mengalami penurunan dari 182,6 pada triwulan IV
sumber utama pertumbuhan ekonomi Jawa 2017 (rata-rata) menjadi 173,6 pada triwulan I 2018
Tengah, dengan pangsa di atas 60%. Secara (rata-rata s.d. Februari 2018). Perlambatan ini terjadi
keseluruhan, konsumsi diperkirakan akan mengalami pada hampir seluruh kategori komoditas, kecuali
perlambatan pada triwulan I 2018. Perlambatan ini barang budaya dan rekreasi.
diproyeksikan terjadi pada pengeluaran konsumsi
Namun demikian, perlambatan konsumsi rumah
rumah tangga dan konsumsi pemerintah, sedangkan
tangga diperkirakan tidak terlalu dalam, mengingat
konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah
daya beli rumah tangga diperkirakan tetap terjaga
tangga (LNPRT) diperkirakan tumbuh lebih tinggi.
seiring dengan kenaikan UMR serta minimnya tekanan
Pengeluaran konsumsi rumah tangga inflasi administered prices dibandingkan tahun
diperkirakan melambat pada triwulan I 2018 sebelumnya. Selain itu, penyaluran dana desa melalui
seiring dengan normalisasi pada awal tahun, pasca skema padat karya tunai (cash for work) telah
peningkatan pola konsumsi masyarakat saat hari raya dilaksanakan mulai bulan Januari 2018. Di Jawa
Natal dan Tahun Baru. Perlambatan ini terindikasi dari Tengah, bantuan tersebut rencananya disalurkan ke
hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, 7.809 desa di 29 kabupaten, dengan total anggaran
di mana keyakinan konsumen yang tercermin dari rata- Rp6,74 triliun atau meningkat 4,66% (yoy) dari tahun
rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) triwulan I 2018 lalu. Bantuan tersebut diyakini dapat memberikan
(s.d Februari 2018) tercatat 127,65; sedikit menurun pendapatan tambahan bagi rumah tangga dan
dari rata-rata IKK triwulan IV 2017 yang sebesar membantu daya beli masyarakat, sehingga konsumsi
129,16. Meskipun melambat, nilai IKK yang secara rumah tangga secara keseluruhan turut meningkat.
konsisten berada di atas level 100 menunjukkan masih
Lebih lanjut, konsumsi pemerintah diproyeksikan
kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
juga melambat meskipun dalam level yang tidak
Perlambatan tersebut terutama didorong oleh
terlalu dalam. Kinerja konsumsi pemerintah pada
penurunan dua indeks pembentuk IKK, yaitu indeks
awal tahun diperkirakan belum terlalu tinggi karena
kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi
masih dalam proses pengadaan. Selain itu, anggaran
konsumen (IEK) triwulan I 2018 (s.d. Februari 2018)
pendapatan dalam APBD Provinsi Jawa Tengah tahun
yang rata-ratanya sedikit menurun masing-masing
2018 sebesar Rp24,41 triliun hanya tumbuh 3,39%
menjadi sebesar 116,92 dan 138,37; dibanding rata-
(yoy), lebih rendah dibanding kenaikan anggaran
rata triwulan sebelumnya sebesar 118,30 dan 140,01.
pendapatan dalam APBDP 2017 yang tumbuh 12,51%
Menurunnya optimisme konsumen terhadap kondisi
(yoy). Sama halnya dengan anggaran pendapatan,
ekonomi triwulan I 2018 didorong oleh melemahnya
kenaikan anggaran belanja tahun 2018 juga lebih
keyakinan atas penghasilan konsumen dan
rendah, yaitu sebesar 4,34% (yoy); dari tahun
ketersediaan lapangan kerja.
sebelumnya yang meningkat 13,24% (yoy). Kenaikan
Deselerasi konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi anggaran tahun 2018 yang lebih rendah dibanding
oleh pedagang eceran. Hal tersebut tercermin dari hasil pertumbuhan anggaran tahun lalu diperkirakan akan
Survei Penjualan Eceran (SPE), di mana indeks penjualan berdampak terhadap melambatnya pengeluaran
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 37

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
konsumsi pemerintah. Namun demikian, rangkaian SBT investasi triwulan I 2018 sebesar 10,78%, lebih
kegiatan Pilkada yang telah dimulai pada Februari tinggi dibandingkan realisasi SBT investasi triwulan IV
2018, berpotensi menahan perlambatan konsumsi 2017 sebesar 9,20%. Optimisme meningkatnya
pemerintah dari sisi belanja barang. Selain itu, kegiatan investasi dipengaruhi oleh banyaknya industri
penyaluran dan pencairan bantuan Program Keluarga yang melakukan relokasi usaha ke Jawa Tengah
Harapan (PKH), serta percepatan penyaluran dana desa sehingga mendorong berlanjutnya investasi
pada triwulan I 2018 juga akan menahan melambatnya nonbangunan berupa pembelian mesin-mesin dan
konsumsi pemerintah lebih dalam. perlengkapan. Perbaikan infrastruktur transportasi dan
logistik juga akan mendorong minat investasi di Jawa
Sementara itu, kinerja konsumsi LNPRT
Tengah.
diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan I
2018. Hal ini terutama dipicu oleh kegiatan pemilihan Pertumbuhan ekspor luar negeri pada triwulan I
umum kepala daerah (Pilkada) serentak baik di tingkat 2018 diperkirakan tetap tumbuh positif, meskipun
p ro v i n s i m a u p u n y a n g d i l a k s a n a k a n o l e h 7 tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pada triwulan
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Rangkaian kegiatan IV 2017, ekspor luar negeri Jawa Tengah tercatat
Pilkada yang telah dimulai pada Februari 2018, tumbuh 13,22% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding rata-
diperkirakan akan mendorong konsumsi lembaga rata pertumbuhan ekspor triwulan I selama lima tahun
nonprofit, khususnya partai politik. Namun demikian, terakhir yang sebesar 7,14%. Berdasarkan hasil liaison,
komponen ini tidak memiliki porsi signifikan, sehingga ekspor pada awal tahun biasanya belum terlalu banyak,
konsumsi secara keseluruhan masih mencatatkan karena order dari pembeli di negara mitra dagang
perlambatan pada triwulan I 2018. biasanya baru diterima pada bulan Februari-Maret,
pasca berakhirnya musim libur akhir tahun.
Kinerja investasi diperkirakan meningkat pada
triwulan I 2018, khususnya investasi yang berupa Kinerja ekspor yang masih tercatat positif terutama
proyek infrastruktur pemerintah. Meskipun pada awal ditopang oleh kondisi ekonomi negara mitra dagang
tahun biasanya terdapat pola musiman berupa belum utama yang mengalami perbaikan. Secara umum,
optimalnya kegiatan investasi karena masih dalam pemulihan ekonomi global diperkirakan masih terus
proses pengadaan; namun beberapa proyek berlanjut pada 2018, diikuti dengan meningkatnya
infrastruktur multiyears ditargetkan untuk selesai akhir volume perdagangan dunia dan kenaikan harga
tahun ini, bahkan ada yang ditargetkan selesai pada komoditas dunia. Perekonomian AS diperkirakan terus
triwulan I 2018 seperti perluasan Bandara A. Yani berlanjut ditopang oleh investasi dan konsumsi yang
Semarang. Percepatan target penyelesaian proyek menguat seiring optimisme terhadap reformasi pajak di
infrastruktur akan mendorong kegiatan investasi untuk AS. Sejalan dengan perkembangan tersebut, suku
digenjot sejak triwulan awal 2018, yang selanjutnya bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan kembali
berpengaruh terhadap kinerja investasi yang tetap meningkat disertai penurunan neraca bank sentral
tumbuh meningkat pada triwulan I 2018. Sementara sesuai rencana. Perekonomian AS berpengaruh besar
itu, dari sisi swasta, optimisme pelaku usaha akan tehadap kinerja ekspor Jawa Tengah mengingat AS
meningkatnya investasi tercermin dari hasil SKDU Bank merupakan negara tujuan ekspor terbesar Jawa
Indonesia. Berdasarkan hasil survei tersebut, perkiraan Tengah, dengan pangsa 28,64%.
PERKEMBANGAN
38 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Ekonomi Eropa dan Jepang juga diprakirakan tumbuh menunjukkan penurunan ditunjukkan oleh SBT
lebih baik, sehingga berdampak positif bagi kinerja perkiraan kegiatan usaha triwulan I 2018 yang tercatat
ekspor Jawa Tengah. Hal ini mengingat pangsa ekspor 22,18%; lebih rendah dibandingkan SBT realisasi
ke Eropa dan Jepang yang relatif besar yaitu mencapai kegiatan usaha pada triwulan IV yang sebesar 30,36%.
15,87% dan 12,31% dari total ekspor. Pertumbuhan
Pada triwulan I 2018, lapangan usaha industri
ekonomi Tiongkok yang memiliki pangsa ekspor
pengolahan, pertumbuhan diprediksi mengalami
9,65% juga diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Di
perlambatan, seiring dengan normalisasi permintaan
Eropa, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan lebih
domestik pada awal tahun dan belum banyaknya order
tinggi dari perkiraan, didukung oleh perbaikan ekspor
yang masuk dari negara mitra dagang. Hal tersebut
dan konsumsi serta kebijakan moneter yang
sejalan dengan hasil SKDU Bank Indonesia, yang
akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Jepang juga
menunjukkan bahwa kegiatan usaha industri
direvisi ke atas sejalan dengan perkembangan ekspor
pengolahan pada triwulan I 2018 diperkirakan
yang kuat, implementasi insentif perpajakan untuk
mengalami perlambatan dengan SBT 2,50%, lebih
perusahaan, dan kebijakan moneter yang masih
rendah dibandingkan SBT kegiatan usaha triwulan IV
akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok
2017 yang sebesar 4,20%. Lebih lanjut, perkiraan
diprakirakan tetap tumbuh tinggi terutama didorong
Prompt Manufacturing Index (PMI) juga menunjukkan
oleh ekspor seiring peningkatan permintaan,
ekspansi usaha sektor industri pengolahan pada
khususnya dari negara maju. Namun demikian,
triwulan I 2018 sedikit melambat menjadi sebesar
tekanan kompetisi dari Vietnam diperkirakan masih
50,44%, dari realisasi triwulan IV 2017 sebesar
menjadi faktor penahan pertumbuhan ekspor Jawa
50,67%. Penurunan tersebut diperkirakan dipengaruhi
Tengah, khususnya untuk komoditas unggulan seperti
oleh turunnya volume produksi pada periode laporan.
tekstil dan produk tekstil serta barang kayu. Selain itu,
sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap Berdasarkan hasil liaison, tantangan yang harus
perlu diwaspadai, antara lain kebijakan pengetatan diwaspadai yaitu persaingan pasar yang semakin ketat
moneter di negara maju dan faktor geopolitik. khususnya dengan negara Vietnam di industri tekstil
dan barang kayu. Industri mebel di Vietnam yang
1.2.2. Tracking Perkembangan Ekonomi
Triwulan I 2018 Sisi Lapangan Usaha cenderung bersifat masal mendorong produk dari
negara tersebut memiliki harga jual yang lebih rendah.
Pada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tengah
Selain itu, di industri tekstil yang bersifat padat modal,
masih ditopang oleh lapangan usaha industri
permesinan yang digunakan oleh industri tekstil di Jawa
pengolahan; pertanian, kehutanan, dan
Tengah mayoritas berusia di atas 20 tahun, sehingga
perikanan; serta perdagangan besar dan eceran,
kalah efisien dengan teknologi permesinan yang
reparasi mobil dan sepeda motor. Pada triwulan I
digunakan oleh negara kompetitor.
2018, perlambatan diperkirakan terjadi pada lapangan
usaha industri pengolahan, sementara lapangan usaha Sementara itu, kinerja lapangan usaha pertanian
pertanian serta perdagangan besar dan eceran diperkirakan mengalami perbaikan dari triwulan
diprediksi mengalami perbaikan. Berdasarkan hasil sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan dengan
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pelaku puncak masa panen komoditas padi yang diperkirakan
usaha terhadap perkembangan kegiatan usaha berlangsung pada Februari s.d. April 2018 di hampir
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 39

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
seluruh daerah sentra Jawa Tengah seperti Brebes, Selanjutnya, lapangan usaha perdagangan besar
Pemalang, Tegal, Solo Raya, Demak, dan Pati. Perbaikan dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga
tersebut juga terkonfirmasi dari hasil SKDU Bank diproyeksikan tumbuh lebih tinggi pada triwulan I
Indonesia yang menunjukkan bahwa perkiraan SBT 2018. Berakhirnya periode libur Natal dan Tahun Baru,
kegiatan usaha sektor pertanian pada triwulan I 2018 sesuai dengan siklus tahunan, diperkirakan akan
akan mengalami peningkatan menjadi 3,31%, lebih menahan kinerja lapangan usaha perdagangan.
tinggi dibanding SBT triwulan IV 2017 yang sebesar Namun demikian, rangkaian proses Pilkada Gubernur
2,34%. Hal tersebut didukung oleh data Dinas dan Pilkada serentak di 7 kab/kota yang mulai
Pertanian yang memerkirakan peningkatan luas panen berlangsung pada Februari 2018 serta
triwulan I 2018 mencapai 731,68 ribu hektar, jauh penyelenggaraan event keagamaan seperti perayaan
meningkat dari luas panen triwulan IV 2017 yang Hari Raya Imlek dan penyelenggaraan Haul Habib Ali
sebesar 213,71 ribu hektar. Seiring dengan Bin Muhammad Al Habsyi di Surakarta berpotensi
meningkatnya luas panen, total produksi padi triwulan I mendorong kinerja sektor ini. Hasil Survei Konsumen
2018 diperkirakan akan mencapai 4,27 juta ton, lebih Bank Indonesia berupa indikator Indeks Keyakinan
tinggi dari produksi triwulan sebelumnya yang sebesar Konsumen mencerminkan bahwa konsumen masih
1,31 juta ton. Namun demikian, puncak musim memandang optimis kondisi ekonomi triwulan I 2018
penghujan yang diperkirakan berlangsung sampai (dengan nilai indeks di atas 100) yaitu sebesar 127,65
dengan April 2018 perlu diwaspadai menahan laju (rata-rata s.d. Februari 2018), meskipun sedikit
pertumbuhan lapangan usaha pertanian. Di samping menurun dari rata-rata triwulan sebelumnya (129,16).
risiko serangan hama, tingginya curah hujan juga dapat Daya beli masyarakat diperkirakan meningkat seiring
menimbulkan rentannya ketahanan tanaman dan hasil dengan kenaikan UMK tahun 2018 dan relatif
produksi pertanian khususnya produk hortikultura, terjaganya tingkat inflasi. Selain itu, kebijakan
serta potensi terendamnya area persawahan di pemerintah untuk menahan kenaikan tarif listrik untuk
beberapa daerah, sehingga berisiko mengganggu rumah tangga selama triwulan I 2018 diperkirakan
produksi pertanian. turut menjaga daya beli masyarakat.
PERKEMBANGAN
40 EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perlunya Dukungan Regulasi dan Perbaikan Infrastruktur untuk


SUPLEMEN I
mendukung Industri Pengolahan (Tekstil) di Wilayah Soloraya

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Soloraya, Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha.
Jawa Tengah dan Nasional.

Pertumbuhan ekonomi di wilayah Soloraya tahun Sementara kinerja sektor Pertanian, Kehutanan
2016 sebesar 5,39% (yoy), lebih tinggi dan Perikanan tercatat sedikit menurun, yaitu dari
dibandingkan Jawa Tengah (5,28%, yoy) dan 4,86% (yoy) di tahun 2015 menjadi 2,62% (yoy) di
Nasional (5,02%, yoy). Pencapaian ini terutama tahun 2016.
didukung oleh 3 (tiga) sektor, yaitu Industri
Pengolahan dengan share 29,04%, sektor Pada sektor industri pengolahan, terdapat

Perdagangan dengan share 16,96% serta sektor beberapa perusahaan besar yang cukup

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan share berpengaruh terhadap kinerja industri pengolahan

14,66%. Jika dilihat lebih dalam, kinerja sektor secara keseluruhan di wilayah Soloraya. Beberapa

Industri pengolahan dan Perdagangan tercatat di antaranya adalah PT Sri Rejeki Isman, PT Pan
meningkat, yaitu masing-masing dari 5,43% (yoy) Brothers Tbk dan PT Tyfountex Indonesia di industri
dan 4,43% (yoy) di tahun 2015 menjadi sebesar tekstil, PT Konimex di industri farmasi, PT Tiga Pilar
5,92% (yoy) dan 4,75% (yoy) di tahun 2016. Sejahtera Food Tbk, PT So Good Food dan PT Agri

Grafik 2. Pangsa dan Tujuan Ekspor Wilayah Soloraya


PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 41

SUPLEMEN I

Spice Indonesia di industri makanan, serta PT Japfa Indonesia belum menjadi anggota kemitraan
Comfeed Indonesia yang bergerak di industri Agri Trans-Pasifik. Hal ini merupakan hambatan
Food. terbesar bagi perusahaan tekstil di Indonesia.
3. Kompetisi Terhadap Produk dan Negara
Perusahaan-perusahaan di atas memiliki andil yang
Lain
cukup besar terhadap perekonomian di Wilayah
Tiongkok menjadi pesaing ketat dalam produk
Soloraya. Adapun dilihat dari sisi ekpor, Industri
kain tenun dan garmen kelas bawah, didukung
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) memiliki kontribusi
infrastruktur yang baik dan upah yang rendah di
yang cukup besar terhadap ekspor di wilayah
negara tersebut.
Soloraya, yaitu mencapai 87,54%. Berdasarkan
pangsanya, Amerika Serikat menjadi negara tujuan 4. Tantangan Terhadap Perluasan Pasar
ekspor terbesar, diikuti dengan Jepang dan Korea Ekspor
Selatan. Komoditas utama produk ekspor antara Untuk memperbaiki efisiensi logistik,
lain benang, kain dan pakaian jadi. Produk yang
perusahaan mengusulkan pembangunan jalur
dihasilkan antara lain benang, kain dan seragam.
kereta api ke dry port dan Pusat Logistik Berikat

Berdasarkan konfirmasi dari perusahaan, terdapat (PLB) yang dekat dengan lokasi Industri.

beberapa tantangan bagi industri TPT dalam Pembangunan jalur kereta ini membutuhkan

rangka meningkatkan kinerja penjualan, antara dukungan modal dari pemerintah serta investor.

lain: Konsep pembangunannya adalah sebagai


1. Ta n t a n g a n d a l a m M e n i n g k a t k a n berikut:

Kandungan Lokal
Permasalahan – permasalahan yang dikemukakan
a. Ketersediaan bahan baku dari Hutan
tersebut perlu mendapatkan tindaklanjut dari
Tanaman Industri (HT) belum optimal.
pemerintah untuk meningkatkan daya saing
b. Lokasi HTI di Kalimantan Tengah, sementara
pelaku usaha di kancah domestik dan
lokasi pabrik di Sukoharjo.
inter nasional. Secara rinci, pelaku usaha
c . Produsen Polyester existing belum bisa
mengharapkan adanya dukungan regulasi dari
memasok seluruh kebutuhan industri TPT
Pemerintah dan perbaikan infrastruktur untuk
dan dikuasai PMA.
meningkatkan efisiensi yang berimbas pada daya
d. Kebutuhan bahan baku lainnya seperti
saing pelaku usaha:
kapas, pewarna tekstil, dan lainnya masih
harus dipenuhi impor.
2. Tantangan dalam Peningkatan Kerjasama
dalam Rantai Global
PERKEMBANGAN
42 EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

a. Perlunya perumusan regulasi terkait Kedaulatan Beberapa negara yang telah berhasil
Sandang. mengimplementasikan regulasi seperti ini yaitu
Beberapa poin utama yang perlu diatur dan Vietnam, Tiongkok dan India. Hal ini terlihat dari
sampai saat ini masih menjadi permasalahan cukup pesatnya perkembangan industri di
bagi pelaku usaha antara lain terkait: (1) Bahan negara tersebut. Selain itu, pengaturan lain
Baku, bagaimana menjamin ketersediaan yang dibutuhkan antara lain pengaturan
pasokan bahan baku yang dibutuhkan pelaku mengenai pajak dan teknologi serta perlunya
usaha dengan biaya yang efisien; (2) Energi, penambahan posisi Direktur Tekstil di
bagaimana menjamin pasokan energi yang Kementerian Perdagangan dan Kementerian
dibutuhkan pelaku usaha dari dalam negeri Perindustrian. Hal ini ditujukan agar
dengan jalur logistik yang efisien; (3) pengembangan industri tekstil ke depan lebih
Pendanaan, bagaimana menciptakan skema fokus.
pendanaan dengan nilai suku bunga yang b. Perlunya Pengembangan Moda Transportasi
rendah dan administrasi yang memudahkan dan Logistik Terintegrasi.
pelaku usaha; (4) Pengaturan Pasar, sebagai Untuk memperbaiki efisiensi logistik,
contoh antara lain kebijakan pembatasan impor perusahaan mengusulkan pembangunan jalur
untuk melindungi ritel di Indonesia dan kereta api ke dry port dan Pusat Logistik Berikat
kebijakan pengaturan kandungan lokal; serta (PLB) yang dekat dengan lokasi Industri.
(5) SDM, bagaimana pemerintah membangun Pembangunan jalur kereta ini membutuhkan
SDM yang berkualitas dan siap bersaing dalam dukungan modal dari pemerintah serta investor.
dinamika dunia kerja. Konsep pembangunannya adalah sebagai
berikut:

Gambar 2. Konsep Pembangunan Jalur Kereta Api Ke Dry Port


BAB
II

KEUANGAN PEMERINTAH
Persentase realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Jawa Tengah
pada triwulan IV 2017 tercatat meningkat.

Peningkatan realisasi pendapatan utamanya berasal dari penerimaan pajak daerah serta
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus yang meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya.

Peningkatan realisasi belanja berasal dari meningkatnya realisasi komponen belanja tidak
langsung, terutama belanja pegawai dan belanja bagi hasil. Hal ini khususnya sejalan
dengan kebutuhan biaya gaji pegawai, terutama guru yang kini menjadi kewenangan dari
Pemprov Jateng

Realisasi belanja APBN Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 meningkat hampir di
seluruh komponen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016. Komponen belanja
pagu transfer (dana alokasi khusus fisik dan dana desa) meningkat signifikan, yang
mayoritas akan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana desa.
KEUANGAN PEMERINTAH 45

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
2.1. REALISASI APBD TRIWULAN IV 2017 Secara nominal, realisasi pendapatan dan belanja
Postur APDB Provinsi Jawa Tengah pada 2017 pemerintah sampai triwulan IV 2017 mengalami
meningkat dibandingkan tahun anggaran 2016. peningkatan dibandingkan tahun lalu. Realisasi
Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp23,6 pendapatan triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp23,68
triliun atau naik 12,51% dibandingkan tahun 2016. triliun, meningkat 20,66% dibandingkan realisasi
Begitu pula dengan anggaran belanja yang meningkat pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar
menjadi Rp24 triliun atau naik 13,24% dibandingkan Rp19,63 triliun. Sementara itu, realisasi belanja juga
tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, defisit meningkat sebesar 18,25% pada triwulan IV 2017; dari
anggaran pada tahun 2017 mengalami peningkatan, sebelumnya Rp19,37 triliun menjadi Rp22,90 triliun
dari sebelumnya defisit sebesar Rp167 miliar menjadi pada triwulan laporan.
sebesar Rp342 miliar.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov
Ditinjau dari serapan terhadap anggaran, Jateng) mencatatkan surplus sebesar Rp780 miliar
persentase realisasi pendapatan dan belanja pada triwulan IV 2017. Surplus ini lebih tinggi
mengalami peningkatan. Pencapaian realisasi dibandingkan dengan triwulan IV 2016 sebesar Rp261
pendapatan sampai dengan triwulan IV 2017 mencapai miliar. Berdasarkan data historis lima tahun terakhir,
100,30% dari APBD-P 2017, meningkat dibandingkan kondisi surplus selalu terjadi di akhir tahun, kecuali
serapan pendapatan triwulan IV 2016 yang sebesar pada tahun 2015. Kondisi surplus yang terjadi pada
93,52%. Sementara itu, realisasi belanja sampai tahun 2017 sejalan dengan peningkatan pendapatan
triwulan IV 2017 sebesar 95,61% dari APBD 2017, (20,66%) yang lebih tinggi, khususnya untuk realisasi
lebih baik dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar komponen dana perimbangan dibandingkan
91,55% dari APBD 2016. peningkatan belanja (18,25%).

Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2017 (Rp Miliar)
URAIAN APBD-P 2017 REALISASI IV 2017 % REALISASI
PENDAPATAN 23,613 23,683 100.30%
PAD 12,127 12,528 103.31%
DANA PERIMBANGAN 11,400 11,068 97.09%
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 86 87 100.74%
BELANJA 23,955 22,904 95.61%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 18,082 17,592 97.29%
BELANJA LANGSUNG 5,873 5,312 90.44%
SURPLUS/DEFISIT (342) 780
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

30,000 RP MILIAR 25,000 RP MILIAR


23,683

22,904

25,000 20,000
23,955

19,629

19,368
23,613

20,000
21,155
20,988

15,000
15,000
10,000
10,000
(342)
(167)

5,000
5,000
780
261

- -
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT) PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
(5,000) T.A. 2016 T.A. 2017 IV 2016 IV 2017

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan T.A. 2017 Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2016 & 2017
46 KEUANGAN PEMERINTAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

25 RP TRILIUN 25 RP TRILIUN

20 20

15 15

10 10

5 5

0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah

2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan IV 2017


Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah sampai yang sebesar 58,78%. Penurunan ini mengindikasikan
dengan triwulan IV 2017 sebesar 100,30%, lebih tinggi berkurangnya kemandirian fiskal Pemprov Jateng yang
dibandingkan triwulan IV 2016 dengan realisasi didapatkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah.
93,52%. Peningkatan persentase serapan ini terjadi Sementara itu, pangsa Daper mengalami peningkatan
pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun menjadi 46,73% pada triwulan IV 2017 dari
komponen Dana Perimbangan (Daper) dan lain-lain sebelumnya 40,84% pada triwulan IV 2016.
pendapatan yang sah mengalami penurunan Peningkatan porsi Daper terutama berasal dari Dana
persentase. Alokasi Umum (DAU) yang diberikan oleh pemerintah
pusat kepada Pemprov Jateng. Sebelumnya pada 2016,
Peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
pangsa DAU terhadap realisasi pendapatan adalah
Dana Perimbangan (Daper) mempengaruhi realisasi
9,48%, sementara pada 2017 meningkat menjadi
pendapatan daerah secara keseluruhan. Hal tersebut
15,42%.
dikarenakan sumber utama pendapatan daerah Jawa
Tengah berasal dari kedua pos tersebut. Pangsa PAD Sumber utama PAD berasal dari komponen pajak
pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 52,90%; daerah, dengan peran sebesar 84,39% dari total
mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2016 PAD, selanjutnya dikontribusikan oleh komponen
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan IV Tahun 2016 & 2017 lain-lain PAD yang sah (11,79% dari PAD) dan Hasil
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH IV - 2016 IV - 2017 Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
PENDAPATAN 93,52% 100,30%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 90,37% 103,31%
(2,96%). Pada triwulan laporan, realisasi pajak daerah
PAJAK DAERAH 88,56% 103,48% terbilang tinggi sehingga menyebabkan peningkatan
RETRIBUSI DAERAH 105,29% 105,77%
HSL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN 98,95% 99,96% pendapatan secara keseluruhan. Tercatat, realisasi
LAIN-LAIN PAD YG SAH 101,37% 102,77%
DANA PERIMBANGAN 98,36% 97,09%
pajak daerah pada triwulan IV 2017 sebesar 103,48%;
DANA BAGI HSL PJK/BUKAN PJK 97,53% 84,22% lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan IV tahun
DANA ALOKASI UMUM 100,00% 100,00%
DANA ALOKASI DANA KHUSUS 97,93% 97,43% 2016 yang hanya sebesar 88,56%. Secara nominal,
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 105,30% 100,74%
HIBAH 112,05% 101,76%
perbaikan ini terjadi seiring peningkatan pajak
DANA PENY. DAN OTONOMI KHUSUS
kendaraan bermotor dibandingkan tahun sebelumnya.
DANA INSENTIF DAERAH 100,00% 100,00%
PENDAPATAN LAINNYA
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
KEUANGAN PEMERINTAH 47

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
40 %, YOY %, YOY 9

35 8
30
7
25
6
52,90% 20
5
46,73% 15
4
3,37% 10
3
5

- 2
PAD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 1
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan IV 2017 Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Tengah

Realisasi ini tercapai karena gencarnya sosialisasi triwulan IV 2017 (5,40%) yang lebih tinggi
program bebas denda telat bayar pajak, serta dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
gencarnya operasi gabungan terhadap ketertiban pajak (5,33%).
kendaraan bermotor (PKB). Hal ini juga sejalan dengan
Persentase realisasi komponen retribusi daerah
program bebas bea balik nama (BBN) dan bebas denda
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
pajak kendaraan bermotor pada akhir tahun 2017,
dipisahkan juga mengalami peningkatan. Retribusi
mengulang yang pernah dilakukan di tahun 2016, di
daerah yang terkumpul hingga triwulan laporan
mana masyarakat mendapatkan keringanan
sebesar Rp107 miliar dengan persentase realisasi
penghapusan denda pajak, namun pajak terutang
mencapai 105,77%; meningkat dibandingkan triwulan
tetap dibayarkan.
IV 2016 dengan nominal realisasi sebesar Rp99 miliar
Berdasarkan perannya terhadap total pajak daerah, atau 105,29%. Selain itu, realisasi pos hasil
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama pengelolaan kekayaan daerah juga mengalami
Kendaraan Bermotor memang menjadi pemasukan peningkatan pesat di triwulan laporan dengan nominal
utama pajak daerah, dengan peran masing-masing realisasi sebesar Rp371 miliar atau 101,96%, lebih
sekitar 30-40% di tiap tahunnya. Selanjutnya, di tahun tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar Rp340
2018 mendatang, Pemprov Jateng akan miliar atau 98,95%. Selain itu, komponen lain-lain PAD
menggencarkan pendapatan dari sektor pajak rokok yang sah juga mengalami peningkatan realisasi menjadi
dan sektor pajak air permukaan (PAP). 102,77% pada triwulan IV 2017 setelah sebelumnya
terealisasi 101,37% pada triwulan yang sama tahun
Ditinjau dari pertumbuhannya, pajak daerah yang
2016.
terkumpul pada triwulan IV 2017 mengalami
akselerasi pertumbuhan dibandingkan periode B e r d a s a r k a n k o m p o n e n D a p e r, s u m b e r
yang sama di tahun sebelumnya. Pajak daerah yang pendapatan terutama berasal dari Dana Alokasi
terkumpul pada periode laporan tumbuh sebesar Khusus/DAK, dengan peran sebesar 59,33% dari
9,31% (yoy), dibandingkan pertumbuhan pajak daerah total Daper, diikuti oleh Dana Alokasi Umum/DAU
di triwulan IV 2016 yang mengalami kontraksi sebesar (33,00%), dan Dana Bagi Hasil/DBH (7,66%).
6,40% (yoy). Pertumbuhan capaian pajak daerah Meningkatnya DAK ini sejalan dengan meningkatnya
tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) seiring
48 KEUANGAN PEMERINTAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

dengan pelimpahan kewenangan pendidikan tingkat


menengah atas kepada provinsi. Tercatat, realisasi
pendapatan DAK sebesar Rp6,57 triliun, meningkat
dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebelumnya hanya 76,81%
23,19%
sebesar Rp5,26 triliun. Sementara itu, realisasi DAU
meningkat pesat menjadi Rp3,65 triliun; lebih tinggi
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya yang
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
sebesar Rp1,86 triliun. Peningkatan ini sejalan dengan Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan IV 2017

kebutuhan biaya gaji pegawai, terutama guru yang kini


menjadi kewenangan dari Pemprov Jateng. Adapun Pencapaian realisasi belanja tidak langsung meningkat

serapan DBH menurun menjadi Rp848 miliar dari pada triwulan laporan. Realisasi pada triwulan IV 2017

sebelumnya Rp894 miliar di triwulan IV 2016. sebesar 97,29%; lebih tinggi dibandingkan triwulan IV
2016 yang sebesar 90,31%. Ditinjau berdasarkan
Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan Daerah komponen, belanja tidak langsung digunakan untuk
yang Sah tercatat mengalami penurunan realisasi. Pada belanja pegawai, belanja hibah dan belanja bagi hasil
triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar kepada kabupaten/kota, dengan masing-masing peran
100,74%; lebih rendah dibandingkan triwulan yang sebesar 32,03%; 28,15%; dan 27,36% dari total
sama di tahun 2016 sebesar 105,30%. Menurunnya belanja tidak langsung.
komponen ini terutama berasal dari realisasi
pendapatan hibah yang mengalami penurunan Secara komponen, belanja hibah pada triwulan IV 2017

serapan realisasi meskipun secara nominal mengalami tercatat sebesar Rp4,95 triliun atau 97,12% dari total

peningkatan. Pada triwulan laporan, realisasi anggaran, lebih rendah dibandingkan dengan

pendapatan hibah sebesar Rp37 miliar dengan serapan persentase realisasi triwulan IV 2016 sebesar 98,88%

sebesar 101,76%, setelah sebelumnya mencatatkan dari total anggaran, dengan nominal realisasi pada

realisasi di triwulan IV 2016 yang sebesar Rp34 miliar 2016 sebesar Rp5,26 triliun. Hal tersebut sejalan

dengan serapan yang lebih besar yaitu 112,05%. dengan anggaran belanja hibah yang mengalami
penurunan di tahun 2017 yang juga menunjukkan
2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan IV 2017 adanya perbaikan pada realisasi komponen belanja
Pada triwulan IV 2017, realisasi belanja Provinsi Jawa hibah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Tengah sebesar Rp22,90 triliun dari total anggaran
belanja 2017 sebesar Rp23,95 triliun. Angka realisasi ini Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan IV 2016 & 2017
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH IV - 2016 IV - 2017
meningkat dibandingkan dengan realisasi periode yang
BELANJA TIDAK LANGSUNG 90,31% 97,29%
sama tahun sebelumnya sebesar Rp19,37 triliun. BELANJA PEGAWAI 93,29% 98,54%
BELANJA HIBAH 98,88% 97,12%
Meningkatnya realisasi belanja terutama didorong oleh BELANJA BANTUAN SOSIAL 87,71% 98,61%

peningkatan belanja tidak langsung yang memiliki porsi BLNJ BAGI HASIL KPD KAB/KOTA 80,32% 98,34%
BLNJ BANT.KEU. KPD KAB/KOTA 91,16% 92,47%
sebesar 76,81% dari total belanja, khususnya pada BELANJA TDK TERDUGA 10,62% 6,46%
BELANJA LANGSUNG 94,72% 90,44%
komponen belanja pegawai. Namun demikian, belanja BELANJA PEGAWAI 94,18% 93,39%
BELANJA BARANG DAN JASA 96,11% 90,11%
langsung mengalami penurunan persentase realisasi
BELANJA MODAL 93,49% 90,31%
dari 94,72% di triwulan IV 2016 menjadi 90,44% di JUMLAH BELANJA 91,55% 95,61%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
triwulan 2017.
KEUANGAN PEMERINTAH 49

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Sementara itu, persentase realisasi belanja pegawai Keuangan menyatakan bahwa posisi simpanan
tercatat meningkat, yakni sebesar 98,54% dengan pemerintah daerah di perbankan pada akhir Oktober
nominal realisasi sebesar Rp5,63 triliun; lebih tinggi 2017 mencapai Rp238,85 triliun; tumbuh 15,47%
dibandingkan triwulan IV 2016 yang sebesar 93,29% dibandingkan Oktober 2016. Adapun, pada periode
dengan nominal realisasi sebesar Rp2,24 triliun. Pada Oktober 2017 tersebut, Pemprov Jateng menduduki
tahun 2016, kinerja penerimaan pemerintah yang tidak posisi dana menganggur terbesar ketiga, yaitu sekitar
terlalu baik berimbas pada upaya Pemprov Jateng Rp5,77 triliun.
untuk mengurangi biaya operasional, seperti biaya
Realisasi belanja barang dan jasa pada triwulan laporan
perjalanan dinas dan rapat, sehingga hal tersebut
tercatat sebesar Rp3,41 triliun, atau terserap 90,11%
berpengaruh terhadap rendahnya persentase serapan
dari total anggaran. Persentase ini menurun
belanja tahun 2016. Namun demikian, kondisi
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
penerimaan yang relatif lebih baik pada tahun 2017
terserap 96,11% meskipun secara nominal belanja
diperkirakan mendorong realisasi belanja triwulan
meningkat dari Rp2,60 triliun pada triwulan IV 2016.
berjalan menjadi lebih tinggi, termasuk serapan belanja
Menurunnya belanja ini terindikasi dari masih besarnya
pegawai.
simpanan perbankan.
Komponen belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota
Sementara itu, realisasi belanja modal pada triwulan
juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1,44 triliun, atau terserap
yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan,
90,31% dari total anggaran. Persentase ini menurun
realisasi komponen tersebut sebesar 98,34% dengan
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
nominal Rp4,81 triliun, lebih tinggi dibandingkan
terserap sebesar Rp 2,71 triliun atau 93,49%. Realisasi
triwulan IV 2016 yang sebesar 80,32% dengan
belanja modal pada periode ini tidak sebaik
nominal Rp4,09 triliun.
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,
Lebih jauh pada komponen belanja langsung, mengingat pemerintah provinsi belum dapat
persentase realisasi komponen ini mengalami merealisasikan dana yang terdapat di bank.
penurunan. Penyerapan belanja langsung tercatat
Penurunan juga terjadi pada realisasi pos belanja
90,44%; mengalami penurunan dibandingkan
pegawai. Realisasi belanja pegawai pada triwulan IV
triwulan IV 2016 yang sebesar 94,72%. Apabila
2017 terserap 93,39% dari total anggaran. Persentase
ditinjau secara pos pengeluaran, seluruh komponen
ini menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun
belanja langsung mengalami penurunan persentase
2016 yang sebesar 94,18% dari total anggaran.
penyerapan dengan kontribusi terbesar berasal dari
Meskipun begitu, nominal realisasi belanja pegawai
belanja barang dan jasa dengan peran sebesar 64,20%
pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp462 miliar,
yang diikuti oleh belanja modal dan belanja pegawai
meningkat dari realisasi sebesar Rp330 miliar pada
yang masing-masing memiliki peran sebesar 27,11%
triwulan yang sama di 2016.
dan 8,69% dari total belanja langsung. Penurunan ini
diakibatkan realisasi pemerintah yang belum baik pada
periode laporan, terkonfirmasi dari meningkatnya
simpanan pemerintah daerah di bank. Kementerian
50 KEUANGAN PEMERINTAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

2.2. APBN PROVINSI JAWA TENGAH


TRIWULAN IV 2017
APBN Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 Berdasarkan jenisnya, hampir seluruh komponen
mengalami peningkatan di tengah kebijakan belanja yang mengalami peningkatan realisasi dalam
pemerintah untuk meningkatkan transfer ke daerah nominal, seperti belanja pegawai, belanja barang,
baik melalui DAK ataupun dana desa. Peningkatan belanja modal dan transfer. Realisasi belanja pegawai,
transfer ke daerah diharapkan berdampak optimal belanja barang, belanja modal dan transfer ini memiliki
terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan peran masing-masing 31,90%; 24,60%; 20,79% dan
kesejahteraan masyarakat desa. Tercatat, terjadi 22,18% dari total realisasi belanja.
kenaikan anggaran APBN sebesar 43,5%; dari
Realisasi belanja pegawai pada triwulan IV 2017
sebelumnya Rp33,30 triliun pada tahun 2016 menjadi
sebesar Rp14,32 triliun atau 97,45% dari total APBN
Rp47,79 triliun di triwulan laporan.
2017. Angka ini lebih rendah dibandingkan triwulan IV
Berdasarkan jenisnya, belanja pegawai dianggarkan 2016 yang sebesar 98,93% dari total APBN 2016,
sebesar Rp14,69 triliun atau 30,74% dari total APBN meskipun secara nominal mengalami peningkatan
Provinsi Jawa Tengah 2017, diikuti oleh belanja barang yaitu dari Rp13,50 triliun.
sebesar Rp11,89 triliun (24,87%), belanja modal
Sementara itu, belanja barang pada triwulan laporan
sebesar Rp10,61 triliun (22,19%), belanja bantuan
tercatat sebesar Rp11,04 triliun atau 92,91% dari total
sosial Rp240,68 miliar (0,50%) dan transfer Rp10,37
anggaran, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang
triliun (21,69%).
sama tahun lalu yang sebesar Rp10,60 triliun atau
Lebih jauh, realisasi APBN pada triwulan laporan sedikit 91,68%. Meskipun meningkat, kenaikan realisasi
meningkat dibandingkan periode yang sama tahun belanja barang ini relatif moderat.
sebelumnya. Pada triwulan IV 2017, realisasi APBN
Selain itu, realisasi belanja bantuan sosial cenderung
tercatat sebesar Rp44,88 triliun atau 93,91% dari total
stagnan, sebesar Rp235,26 miliar di 2017, sementara
anggaran 2017, meningkat dibandingkan persentase
Rp235,79 miliar di 2016.
serapan triwulan IV 2016 yang sebesar Rp31,46 triliun
atau 94,48% dari APBN Provinsi Jawa Tengah 2016.

30.74% 31.90%
24.87% 24.60%
22.19% 20.79%
0.50% 0.52%
21.69% 22.18%
BELANJA PEGAWAI BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG BELANJA BARANG
BELANJA MODAL BELANJA MODAL
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BANTUAN SOSIAL
PAGU TRANSFER PAGU TRANSFER

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 2.8 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2017 Berdasarkan Grafik 2.9 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2017 Berdasarkan
Jenis Belanja Jenis Belanja
KEUANGAN PEMERINTAH 51

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan IV 2016 & 2017 per Jenis Belanja (Rp Miliar)
IV 2016 IV 2017
JENIS
PAGU REALISASI %REALISASI PAGU REALISASI %REALISASI
BELANJA PEGAWAI 13.642 13.496 98,93% 14.693 14.319 97,45%
BELANJA BARANG 11.561 10.598 91,68% 11.885 11.042 92,91%
BELANJA MODAL 7.861 7.134 90,75% 10.607 9.329 87,95%
BELANJA BANTUAN SOSIAL 238 236 98,91% 241 235 97,75%
PAGU TRANSFER 10.367 9.957 96,04%
TOTAL 33.303 31.464 94,48% 47.793 44.882 93,91%
Sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Belanja modal tercatat sebesar Rp9,33 triliun atau Komponen pagu transfer terdiri dari dana alokasi
terealisasi sebesar 87,95%; lebih tinggi dibandingkan khusus fisik dan dana desa. Pada 2017, Jawa Tengah
realisasi belanja modal triwulan IV 2016 yang sebesar merupakan salah satu provinsi dengan alokasi dana
Rp7,13 triliun, walaupun dengan nominal serapan desa paling besar dibanding daerah lainnya di Indonesia
sebelumnya sebesar 90,75%. Peningkatan ini sejalan yaitu sebesar Rp 6,3 triliun. Saat ini, ada 7.809 desa dari
dengan realisasi pelaksanaan proyek pembangunan 527 kecamatan dan 29 kabupaten di Jawa Tengah. Jika
infrastruktur, khususnya akselerasi 4 proyek dirata-rata, kucuran dana untuk satu desa dapat
pembangunan jalan fly over (Dermoleng, Klonengan, mencapai Rp 817 juta. Pemprov Jateng
Kesambi dan Kretek) serta 1 proyek underpass mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen dana desa
Jatingaleh yang diresmikan pada 25 Oktober 2017. tersebut digunakan untuk pembangunan sarana
prasarana desa.
52 KEUANGAN PEMERINTAH

Pengaruh Peraturan Keterbukaan Akses Informasi Keuangan untuk


SUPLEMEN II
Kepentingan Perpajakan terhadap DPK di Solo Raya

Pada Juni 2015, Indonesia bersama dengan 101 penerimaan pajak. Peraturan tersebut mewajibkan
negara lainnya di dunia menandatangani lembaga keuangan untuk mengumpulkan dan
Multilateral Competent Authority Agreement melaporkan informasi keuangan kepada otoritas
(MCAA). MCAA adalah kesepakatan di antara perpajakan dan memberikan kewenangan kepada
negara-negara yang menerapkan mekanisme otoritas perpajakan untuk mempertukarkan
terstandarisasi dan efisien untuk memfasilitasi dengan negara lain. Informasi keuangan akan
pertukaran informasi sesuai dengan Standard for dilindungi dan hanya akan diakses oleh yang
Automatic Exchange of Financial Information yang berwenang dan digunakan untuk kepentingan
diperuntukkan kepentingan pajak. Dalam rangka perpajakan.
perwujudan implementasi pada MCAA yang
Lembaga keuangan yang diwajibkan melapor
memuat ketentuan AEoI (Automatic Exchange of
adalah Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang
Information), Pemerintah Indonesia mengeluarkan
bergerak di bidang perbankan, pasar modal, dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
perasuransian, LJK lainnya, dan entitas lain.
(PERPU) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses
Laporan yang dikumpulkan mencakup laporan
Informasi Keuangan untuk Kepentingan
otomatis serta laporan yang didasarkan atas
Perpajakan pada 8 Mei 2017. Perpu tersebut
permintaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
diturunkan menjadi Peraturan Menteri Keuangan
Laporan otomatis memuat informasi keuangan
(PMK) Nomor 70/PMK.03/2017 pada 31 Mei 2017
rutin yang dikelola selama satu tahun kalender.
tentang Petunjuk Teknis mengenai Akses Informasi
Laporan otomatis diperuntukkan perjanjian
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan. PMK
internasional maupun domestik.
tersebut selanjutnya diubah menjadi PMK Nomor
73/PMK.03/201 pada 12 Juni 2017 tentang Kewajiban pelaporan otomatis diberlakukan mulai
perubahan atas PMK Nomor 70/PMK.03/2017
tahun 2017. Laporan paling sedikit memuat
tentang Petunjuk Teknis mengenai Akses Informasi
identitas pemegang rekening, nomor rekening,
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan.
identitas lembaga keuangan pelapor, saldo

Ketentuan-ketentuan mengenai akses keuangan rekening pada akhir tahun kalender, dan

tersebut selanjutnya disahkan dalam Undang- penghasilan rekening. Terkait saldo, informasi

Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Akses keuangan yang dikumpulkan merupakan informasi

Informasi Keuangan untuk Kepentingan keuangan agregat dari 1 (satu) rekening atau lebih
Perpajakan. Peraturan mengenai akses keuangan yang dimiliki pemegang rekening dalam 1 (satu)
informasi keuangan ditujukan untuk dapat bank per 31 Desember pada tahun kalender
meningkatkan keterbukaan akses informasi pelaporan.
sehingga ke depannya dapat meningkatkan
KEUANGAN PEMERINTAH 53

SUPLEMEN II

Kewajiban pelaporan yang diberlakukan mulai


tahun 2017 memiliki dampak khususnya pada
pada perbankan. Berdasarkan data dari Laporan
Bank Umum (LBU), diketahui bahwa deposito
mengalami kontraksi selama 2 (dua) tahun terakhir.
Tercatat pertumbuhan deposito sebesar -0,45%
(yoy), lebih rendah dari posisi Desember 2016
sebesar 6,59% (yoy). Unsur Dana Pihak Ketiga
Grafik 1. Perkembangan Deposito di Soloraya
(DPK) lainnya, yaitu giro dan tabungan relatif
Kewajiban pelaporan mencakup rekening, baik mengalami peningkatan. Tercatat pertumbuhan
milik orang pribadi (OP) maupun entitas. Terdapat 2 giro pada Desember 2017 sebesar 20,23% (yoy),
(dua) rekening dalam laporan otomatis untuk meningkat drastis dari pertumbuhan pada
perjanjian internasional, yaitu rekening lama yang Desember 2016 sebesar -17,06%. Sementara itu,
dibuka sebelum 1 Juli 2017 dan rekening baru yang pertumbuhan tabungan pada Desember 2017
dibuka mulai 1 Juli 2017. Bagi OP, tidak terdapat sebesar 14,98%, lebih tinggi dari posisi Desember
batasan saldo minimal rekening yang dilaporkan, 2017 sebesar 9,85%.
baik rekening baru maupun rekening lama. Bagi
Perlambatan deposito yang terjadi diproyeksikan
entitas, rekening lama yang wajib dilaporkan
karena kekhawatiran masyarakat atas peraturan
adalah rekening yang mempunyai saldo lebih dari
baru mengenai akses informasi keuangan. Hal ini
USD250.000, sedangkan untuk rekening baru
terkonfirmasi dalam knowledge sharing yang
tidak mempunyai batasan saldo minimal.
diadakan oleh Sub BMPD Jawa Tengah Surakarta
Sementara itu, laporan otomatis untuk domestik
bersama Kepala DJP Kantor Wilayah Jateng II, yang
memiliki batas saldo minimal Rp 1 Miliar bagi OP
antara lain mengemukakan adanya isu
dan tidak mempunyai batas saldo minimal bagi
perpindahan keluar DPK dari perbankan, seperti
entitas.
dengan beralihnya sebagian DPK pada aset-aset

Grafik 2. Perkembangan Giro di Soloraya Grafik 3. Perkembangan Tabungan di Soloraya


54 KEUANGAN PEMERINTAH

SUPLEMEN II

yang tidak produktif, seperti emas, rumah, dan dapat membuat ketentuan perlindungan dan
tanah, atau disimpan sendiri oleh pemilik dana. skema proteksi data secara normatif agar terdapat
Apabila isu dimaksud tidak ditangani dengan baik, payung hukum dan aturan yang jelas sehingga
akan dapat meningkatkan capital outflow dan meminimalisir moral hazard. Pemerintah juga
menurunkan laju kredit, sehingga dapat harus dapat membangun sistem IT yang menjamin
mengganggu likuiditas perbankan. pengawasan dan didukung dengan Standard
Operating Procedure (SOP) serta whistleblowing
Ke depannya, pemerintah diharapkan dapat
system yang memadai. Ini merupakan bentuk
memberikan perhatian khusus pada concern
perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat terkait kerahasiaan informasi
masyarakat agar informasi keuangan tidak
keuangan yang dapat diakses oleh otoritas
disalahgunakan. Selain itu, pemerintah juga perlu
perpajakan. Dalam hal ini, pemerintah perlu
melakukan sosialisasi dengan memadai dan lebih
memberikan kejelasan mengenai kewenangan
mendorong masyarakat untuk sadar dan taat
petugas pajak dalam menggunakan dan
pajak.
memanfaatkan informasi keuangan. Pemerintah
BAB
III

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH


Pada triwulan IV 2017 inflasi Provinsi Jawa Tengah secara tahunan lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2017.

Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan IV 2017 terutama


didorong oleh kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok administered prices
tercatat mengalami penurunan inflasi tahunan seiring dengan melambatnya peningkatan
tarif angkutan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Peningkatan inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 berlangsung di kota
Cilacap, Surakarta, Semarang, serta Tegal. Sedangkan kota Purwokerto dan Kudus
mengalami penurunan inflasi tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan I 2018, tekanan inflasi diperkirakan akan berkurang seiring dengan pulihnya
pasokan komoditas pangan dan hortikultura pasca masa panen raya. Inflasi diperkirakan
akan terjaga pada target sasaran inflasi 3,5±1%.
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 57

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
3.1. INFLASI SECARA UMUM
3
Inflasi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 triwulan IV 2017 menjadi provinsi dengan inflasi
tercatat sebesar 3,71% (yoy), mengalami terendah kedua setelah Jawa Barat yang tercatat
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy), sementara inflasi tertinggi terjadi
sebesar 3,58% (yoy). Secara triwulanan, Jawa Tengah pada Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta sebesar
mengalami inflasi sebesar 0,95% (qtq), berbalik arah 4,20% (yoy). Peningkatan laju inflasi Jawa Tengah pada
dibandingkan triwulan III 2017 yang mencatatkan triwulan IV 2017 terutama didorong oleh
deflasi sebesar 0,18% (qtq). meningkatnya harga bahan makanan menjelang hari
raya keagamaan dan libur akhir tahun.
Laju inflasi Jawa Tengah tercatat lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat Berdasarkan disagregasi inflasi 4, peningkatan laju
sebesar 3,61% (yoy), namun lebih rendah inflasi tahunan pada triwulan IV 2017
dibandingkan inflasi Kawasan Jawa yang tercatat dibandingkan triwulan sebelumnya terutama
sebesar 3,78% (yoy). Dibandingkan dengan provinsi disebabkan oleh kelompok volatile food.
lainnya di Kawasan Jawa, Provinsi Jawa Tengah pada

10 %
TRANSPOR, KOMUNIKASIDAN JASA KEUANGAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA


8
KESEHATAN

6 SANDANG

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR


4
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

2 BAHAN MAKANAN

UMUM
0 %
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
2013 2014 2015 2016 2017
-2
JATENG (YOY) JATENG (QTQ) NAS (YOY) NAS (QTQ) TW IV 2016 TW IV 2017 RATA-RATA TW IV 2012-2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah

5.00 %,YTD 1.00 %, MTM

4.50

4.00 0.80

3.50

3.00 0.60

2.50

2.00 0.40

1.50

1.00 0.20

0.50

0.00 0.00
IV 2015 IV 2016 IV 2017 OKT 2017 NOV 2017 DES 2017

JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA + DKI

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.3 Inflasi Tahun Kalender Provinsi di Jawa Grafik 3.4 Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa

3. Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. 4. Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile food, dan core inflation.
Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi Bank Indonesia melakukan Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau
penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan. ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-
barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh
komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang
harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoritis,kebijakan
moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.
PERKEMBANGAN
58 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

4 %, MTM
%, MTM
8,0 PEMBATASAN Tw IV 2017 2.5
PRODUKSI BIBIT AYAM Kenaikan Harga Pangan dan
Bahan Bakar Rumah Tangga
3 7,0 menjelang Hari Raya 2.0
KENAIKAN KENAIKAN TDL Keagamaan dan Akhir Tahun
TTLU/P1, I3, DAN ELPIJI 12 KG
R3, I4, B2, B3 1.5
6,0 KENAIKAN HARGA BBM,
GEJOLAK PANGAN 1.0
2 5,0
RAMADHAN

0.5
4,0
0.0
1
3,0 -0.5
2,0 -1.0
0 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
2015 2016 2017
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES YOY 3.5 3.9 4.2 3.5 3.1 2.9 3.0 2.4 2.7 2.8 3.1 2.3 3.0 3.8 3.3 3.9 4.4 4.6 3.7 3.4 3.5 3.4 3.1 3.7
MTM 0.4 -0. 0.3 -0. 0.1 0.4 1.0 -0. 0.0 0.0 0.5 0.2 1.1 0.5 -0. 0.1 0.5 0.6 0.1 -0. 0.2 -0. 0.2 0.7
-1 (SKALA KANAN)

2017 2012 2013 2014 2015 2016 RATA-RATA 2011-2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2012-2017 Grafik 3.6 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah

Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan


OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%)
BERAS 0,09 BAWANG MERAH 0,07 TELUR AYAM RAS 0,12
CABAI MERAH 0,04 CABAI MERAH 0,05 BERAS 0,12
SABUN DETERJEN 0,01 TELUR AYAM RAS 0,04 CABAI MERAH 0,08
TEH MANIS 0,01 BERAS 0,04 DAGING AYAM RAS 0,07
MIE 0,01 TARIF RUMAH SAKIT 0,02 CABAI RAWIT 0,04
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan


OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%)
BAWANG PUTIH -0,04 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA -0,01 BAWANG MERAH -0,05
BAWANG MERAH -0,03 APEL -0,01 TARIF PULSA PONSEL -0,03
ANGKUTAN UDARA -0,03 KACANG PANJANG -0,01 PEPAYA -0,01
TELUR AYAM RAS -0,03 GULA PASIR -0,01 BAWANG PUTIH -0,01
MELON -0,02 WORTEL -0,01 GULA PASIR -0,01

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Meskipun masih tercatat deflasi, kelompok volatile Kota Semarang sebagai kota dengan bobot terbesar
food mengalami perlambatan penurunan harga (±51%) mengalami peningkatan inflasi dari 3,62% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan pada triwulan sebelumnya menjadi 3,64% (yoy) pada
tersebut didorong oleh terjadinya penurunan pasokan triwulan IV 2017. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Cilacap
beberapa komoditas bahan makanan seiring berlalunya yang tercatat sebesar 4,42% (yoy), sedangkan inflasi
masa panen komoditas pangan. Selanjutnya, kelompok terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 3,10% (yoy).
inti menunjukkan perkembangan inflasi yang stabil. Seiring dengan penurunan inflasi, disparitas inflasi
Sementara itu, kelompok administered prices tercatat tahunan kota-kota di Jawa Tengah relatif menurun
mengalami peningkatan inflasi tahunan seiring dengan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbedaan inflasi
peningkatan tarif angkutan luar kota dan angkutan kota tertinggi dan terendah pada triwulan III-2017
udara pada puncak masa liburan akhir tahun 2017 ini sebesar 1,84% menjadi sebesar 1,32% .
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
Tabel 3.3. Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah
lalu.
INFLASI TW III INFLASI TW IV
NO. KOTA
2017 (%,YOY) 2017 (%,YOY)
Apabila ditinjau berdasarkan kota pantauan
1. SURAKARTA 2,65 3,10

inflasi di Jawa Tengah, peningkatan inflasi 2. SEMARANG 3,62 3,64


3. TEGAL 3,51 4,03
tahunan pada triwulan IV 2017 berlangsung pada 4. PURWOKERTO 4,02 3,91
5. CILACAP 4,07 4,42
kota Cilacap, Surakarta, Semarang, dan Tegal.
6. KUDUS 4,48 4,17
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 59

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
3.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok
2013 2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV IV I II III IV
UMUM 7,99 8,22 2,73 2,36 3,30 4,61 3,58 3,71
BAHAN MAKANAN 12,54 11,39 4,54 5,18 1,93 3,59 -0,78 0,27
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7,6 5,85 4,93 3,60 3,30 2,36 2,82 2,73
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 5,2 8,09 2,27 1,53 3,92 6,34 6,01 6,09
SANDANG -0,01 2,62 2,38 0,96 1,18 1,28 1,25 2,38
KESEHATAN 2,48 4,54 3,40 2,50 3,50 3,50 3,53 4,05
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 2,52 6,62 4,31 3,10 2,83 2,87 4,02 4,18
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 13,27 11,46 -2,30 -1,61 4,95 8,45 7,08 6,62
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Ditinjau kelompoknya, inflasi pada triwulan IV sepanjang bulan Januari-Juni 2017 tercatat sebesar
2017 terutama disumbang oleh kelompok 29,19% (yoy) serta menyumbang andil sebesar 1,14%
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, terhadap inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun
serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan 2017. Selanjutnya, peningkatan biaya perpanjangan
bahan bakar. Inflasi tahunan kelompok transportasi, Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) pada Januari
komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2017 2017, mencatatkan inflasi sebesar 106,45% (yoy) dan
tercatat sebesar 6,62% (yoy) atau menyumbang andil menyumbang andil sebesar 0,53% sepanjang tahun
sebesar 0,97% terhadap inflasi tahunan Jawa Tengah. 2017.
Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan
3.2.1. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan
bahan bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar Jasa Keuangan
6,09% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1,47%
Walaupun mengalami penurunan dibandingkan
terhadap inflasi tahunan pada triwulan IV 2017. triwulan sebelumnya, kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan
Selanjutnya, peningkatan laju inflasi tertinggi
inflasi tertinggi tertinggi pada triwulan IV 2017
pada triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan III-
dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan IV
2017 dicatatkan oleh kelompok sandang serta
2017, peningkatan laju inflasi tertinggi pada kelompok
kelompok bahan makanan. Kelompok sandang
ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya
mencatatkan laju inflasi tahunan tertinggi
komponen tarif jalan tol serta komponen jasa aksesoris.
dibandingkan kelompok lainnya, dengan peningkatan
Pada triwulan IV 2017, tarif jalan tol mengalami
sebesar 1,13% dibandingkan triwulan III 2017.
peningkatan inflasi tahunan sebesar 7,50%
Selanjutnya, kelompok bahan makanan mencatatkan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
peningkatan inflasi menjadi sebesar 0,27% (yoy), atau
berbalik arah dari triwulan III 2017 yang mencatatkan Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok sarana &
deflasi sebesar 0,78% (yoy). penunjang transportasi menjadi penyumbang terbesar
dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
Secara keseluruhan tahun 2017, kelompok keuangan, terhadap inflasi Jawa Tengah triwulan IV
perumahan air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta 2017 dengan andil sebesar 0,39%. Hal tersebut
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa terutama disebabkan oleh peningkatan biaya
keuangan menjadi penyumbang inflasi terbesar. perpanjangan STNK sebesar 106,34% (yoy) dengan
Inflasi tarif listrik yang berlangsung secara gradual andil sebesar 0,53% terhadap inflasi Jawa Tengah.
PERKEMBANGAN
60 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Transpor


2013 2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV IV I II III IV
TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN 13,27 11,46 -2,30 -1,61 4,94 8,45 7,08 6,62
TRANSPOR 19,60 17,01 -3,88 -3,54 1,03 5,96 4,10 3,94
KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN -0,51 -0,03 -0,40 2,49 8,84 9,75 8,77 6,69
SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1,18 2,74 3,80 1,66 22,37 22,57 23,08 23,51
JASA KEUANGAN 1,38 14,79 0,00 2,28 0,00 0,00 0,29 0,21
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
2013 2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV IV I II III IV
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 12,54 8,09 2,27 1,53 3,92 6,34 6,01 6,09
BIAYA TEMPAT TINGGAL 5,25 6,41 1,20 1,63 2,42 1,98 1,65 1,74
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 11,22 15,31 3,63 0,83 8,22 18,94 18,19 18,07
PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA 12,78 3,77 3,03 1,04 1,03 1,17 1,18 1,47
PENYELENGGARAAN RUMAH TANGGA 5,66 4,37 3,89 2,68 3,49 3,62 3,83 3,67
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

3.2.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan 3.2.3. Kelompok Bahan Makanan
Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan Pada triwulan IV 2017, kelompok bahan makanan
bahan bakar pada triwulan IV 2017 tercatat cukup mengalami peningkatan laju inflasi dibandingkan
tinggi. Inflasi kelompok ini meningkat dari 6,01% (yoy) triwulan sebelumnya. Kelompok ini mengalami
pada triwulan sebelumnya menjadi 6,09% (yoy) pada inflasi sebesar 0,27% (yoy) pada triwulan IV 2017,
triwulan IV 2017. Peningkatan inflasi tertinggi terjadi berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tercatat
pada subkelompok perlengkapan rumah tangga yang deflasi sebesar 0,78% (yoy). Peningkatan laju inflasi
mencatatkan peningkatan dari 1,18% (yoy) pada terbesar berasal dari subkelompok daging dan hasil-
triwulan sebelumnya menjadi 1,47% (yoy) pada hasilnya serta subkelompok padi-padian, umbi-
triwulan IV 2017. Peningkatan ini terutama disebabkan umbuan, dan hasil-hasilnya. Subkelompok daging dan
oleh meningkatnya harga perangkat mebel non hasil-hasilnya tercatat inflasi sebesar 3,23% (yoy) pada
elektronik seperti sofa (11,73%; yoy) dan lemari triwulan IV 2017, berbalik arah dari triwulan
(7,51%; yoy). sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,01% (yoy).
Selanjutnya, subkelompok padi-padian, umbi-umbian,
Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok bahan
dan hasilnya meningkat inflasinya dari sebesar 2,52%
bakar, penerangan, dan air menjadi penyumbang
pada triwulan III 2017, menjadi sebesar 6,37% (yoy)
terbesar inflasi Jawa Tengah triwulan IV 2017 dengan
pada triwulan ini. Sedangkan subkelompok bumbu-
andil sebesar 0,06%. Hal tersebut terutama disebabkan
bumbuan menjadi faktor penahan inflasi tahunan pada
oleh komoditas bahan bakar rumah tangga, khususnya
kelompok bahan makanan. Hal ini terutama
gas LPG 3 kg yang mengalami inflasi tahunan sebesar
disebabkan penurunan harga yang dalam pada
6,58% (yoy) dengan andil sebesar 0,12% terhadap
komoditas cabai rawit, bawang merah, dan cabai rawit,
inflasi Jawa Tengah.
pada triwulan IV 2017 dibandingkan periode yang
sama pada tahun lalu.
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 61

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 3.7 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Bahan Makanan
2013 2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV IV I II III IV
BAHAN MAKANAN 12,54 11,39 4,53 5,18 1,93 3,59 -0,78 0,27
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA 5,25 12,19 6,56 -2,13 -2,69 0,03 2,52 6,37
DAGING DAN HASIL-HASILNYA 11,22 1,5 6,54 1,23 -0,07 3,25 -1,01 3,23
IKAN SEGAR 12,78 8,98 9,95 4,29 2,29 0,72 -0,32 0,19
IKAN DIAWETKAN 5,66 7,67 4,59 2,90 3,17 4,51 8,00 8,15
TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 5,08 11,9 4,70 -1,35 -0,46 -1,07 3,29 6,19
SAYUR-SAYURAN 26,38 14,34 13,50 3,60 8,55 4,88 7,27 7,97
KACANG – KACANGAN 11,63 3,12 4,99 2,37 3,51 4,06 2,75 1,70
BUAH – BUAHAN 11,79 2,52 9,03 2,29 -2,70 -3,45 0,56 -1,41
BUMBU – BUMBUAN 31,37 41,38 -8,09 32,24 6,29 22,64 -24,03 -25,34
LEMAK DAN MINYAK 26,9 3,13 -5,93 19,45 14,63 4,25 4,14 3,08
BAHAN MAKANAN LAINNYA 5,63 7,9 6,18 2,05 3,04 2,84 6,51 5,35
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok padi- dari sebesar 2,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya
padian, umbi-umbian, dan hasilnya menjadi menjadi 2,84% (yoy) pada triwulan IV 2017. Sementara
penyumbang terbesar inflasi Jawa Tengah triwulan IV itu, kelompok administered prices mengalami kondisi
2017 dengan andil sebesar 0,22%. Hal tersebut yang berbeda, mencatatkan penurunan inflasi dari
terutama disebabkan oleh komoditas beras yang sebesar 11,40% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi
mengalami inflasi tahunan sebesar 6,50% (yoy) hingga 10,71% (yoy) pada triwulan IV 2017.
Desember 2017 dengan andil sebesar 0,31% terhadap
3.3.1. Kelompok Volatile Food
inflasi Jawa Tengah. Selanjutnya, komoditas telur ayam
Kelompok volatile food pada triwulan IV 2017
ras menyumbang andil sebesar 0,13% terhadap inflasi
tercatat mengalami peningkatan inflasi. Secara
Jawa Tengah dengan mencatatkan inflasi tahunan
tahunan, kelompok volatile food deflasi sebesar 0,15%
sebesar 17,78% (yoy) pada triwulan IV 2017.
(yoy), atau mengalami peningkatan inflasi
3.3. DISAGREGASI INFLASI dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami deflasi
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan sebesar 2,75% (yoy). Secara triwulanan, kelompok ini
inflasi terutama terjadi pada kelompok volatile mengalami inflasi sebesar 3,48% (qtq), setelah triwulan
food. Kelompok volatile food pada triwulan ini IV 2017 mengalami deflasi sebesar 4,23% (qtq).
mengalami peningkatan inflasi menjadi sebesar Walaupun mengalami peningkatan, inflasi triwulanan
-0,15% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tercatat kelompok volatile food tercatat lebih rendah
-1,23% (yoy). Inflasi kelompok inti cenderung stabil dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
terakhir sebesar 8,97% (qtq).

18 %, YOY 5.00 %, MTM


16
4.00
14
3.00
12
10 2.00

8 1.00
6 0.00
4 -1.00
2
-2.00
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112
2014 2015 2016 2017

2015 2016 2017


CORE VF AP CORE VF AP

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Bulanan
PERKEMBANGAN
62 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

9.00
8,00 %, MTM 7.89
6,00 7.00

4,00
5.00

2,00 3.66 3.48


3.10 2.36
3.00
0,00

-2,00
1.09
1.00 0.47
-4,00 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES

-1.00 RATA-RATA TW IV 2012 TW IV 2013 TW IV 2014 TW IV 2015 TW IV 2016 TW IV 2017


-6,00 2012-2016
2017 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Food Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok
2012-Tw IV 2017 Volatile Food 2012-Tw IV 2017

Secara tahunan, inflasi volatile food disumbang Selanjutnya komoditas telur ayam ras menyumbang
oleh kelompok bahan makanan, yang tercatat inflasi Jawa Tengah sebesar 0,14% (qtq) secara
inflasi sebesar 0,27% (yoy), setelah sebelumnya triwulanan dan sebesar 0,13% (yoy) secara tahunan
mengalami deflasi sebesar 0,78% (yoy) pada pada triwulan IV 2017. Puncak inflasi telur ayam ras
triwulan III 2017. Inflasi terbesar terjadi pada terjadi pada bulan Mei dan Desember seiring dengan
komoditas sayur-sayuran meliputi wortel, kentang, dan peningkatan permintaan dari masyarakat menjelang
kangkung yang disebabkan oleh penurunan hasil hari raya keagamaan.
produksi seiring dengan peningkatan curah hujan. Pada
triwulan IV 2017, wortel tercatat mengalami inflasi 3.3.2. Kelompok Inti
tertinggi sebesar 31,85% (yoy), lebih tinggi Kelompok inti pada triwulan IV 2017 mengalami
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat perkembangan inflasi yang stabil. Secara tahunan,
19,99% (yoy). Komoditas kentang tercatat mengalami inflasi kelompok inti tercatat sebesar 2,84% (yoy),
inflasi tertinggi kedua sebesar 23,61% (yoy), berbalik meningkat tipis dibandingkan triwulan III 2017 yang
arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tercatat sebesar 2,83% (yoy). Secara triwulanan,
deflasi sebesar 1,48% (yoy). Demikian pula dengan kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,25% (qtq),
kangkung yang mengalami inflasi sebesar 23,38% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III
(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2017 2017 yang tercatat sebesar 0,95% (qtq). Inflasi
sebesar 13,26%. triwulanan periode ini tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
Selanjutnya, andil terbesar inflasi volatile food
terakhir sebesar 0,69% (qtq).
disumbang oleh komoditas beras dan telur ayam
ras. Komoditas beras menyumbang inflasi Jawa Tengah Secara tahunan, peningkatan inflasi pada
sebesar 0,22% (qtq) secara triwulanan dan sebesar kelompok inti didorong oleh subkelompok
0,31% (yoy) secara tahunan pada triwulan IV 2017. kesehatan yang mencatatkan inflasi sebesar 4,05
Komoditas beras mengalami tren peningkatan inflasi (yoy); lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017
pada periode Mei-Juli dan periode Oktober-Januari, yang tercatat 3,45% (yoy). Andil terbesar inflasi
sejalan dengan penurunan pasokan produksi pasca kelompok inti disumbang oleh upah tukang bukan
puncak panen di bulan Februari dan Agustus. mandor dan tarif rumah sakit. Upah tukang bukan
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 63

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
1.60 %, QTQ 8,0 %,YOY %,YOY 3,0
1.41
1.40 7,0 2,0
1.20 6,0
1.02 1,0
1.00 5,0
0,0
0.80 0.69 4,0
-1,0
0.60 3,0
0.38 0.43 -2,0
0.40 2,0
0.23 0.25
0.20 1,0 -3,0

0.00 0,0 -4,0


RATA-RATA TW IV 2012 TW IV 2013 TW IV 2014 TW IV 2015 TW IV 2016 TW IV 2017 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012-2016 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB OUTPUT GAP-SKALA KANAN INFLASI TRADED INFLASI NON TRADED

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan IV Grafik 3.12 Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi
Tahunan, dan Inflasi Inti

mandor menyumbang inflasi Jawa Tengah sebesar yang dalam hal ini diwakili oleh nilai Produk Domestik
0,05% (qtq) secara triwulanan dan sebesar 0,20% (yoy) Regional Bruto. Nilai Output gap negatif pada triwulan
secara tahunan pada triwulan IV 2017. Inflasi upah IV 2017 ditandai dengan meningkatnya pasokan
tukang bukan mandor meningkat bersamaan dengan barang dan jasa sehingga tingkat harga-harga
periode awal tahun seiring dengan peningkatan Upah komoditas kelompok inti terjaga stabil. Pada triwulan IV
Minimum Kabupaten bagi pekerja formal serta pada 2017, disparitas inflasi kelompok inti traded dan
periode hari raya dimana permintaan oleh masyarakat k e l o m p o k i n t i n o n - t r a d e d m e n g a l a m i t re n
meningkat. Selanjutnya tarif rumah sakit menyumbang penyempitan, setelah sebelumnya sejak triwulan I 2017
inflasi Jawa Tengah sebesar 0,03% (qtq) secara melebar seiring dengan meningkatnya tingkat inflasi
triwulanan dan sebesar 0,10% (yoy) secara tahunan kelompok inti traded.
pada triwulan IV 2017. Puncak inflasi tarif rumah sakit
Peningkatan inflasi pada triwulan IV 2017 sejalan
terjadi pada bulan Desember-Januari sebagai bagian
dengan ekspektasi harga yang diperoleh melalui
dari strategi bisnis untuk mengantisipasi peningkatan
Survei Konsumen dan Survei Pedagang Eceran.
komponen biaya operasional yang meningkat gradual
Berdasarkan Survei Konsumen, persepsi konsumen
sepanjang tahun .
terhadap harga barang dan jasa periode triwulan IV
Sesuai dengan pola historisnya, output gap pada 2017, meningkat hingga ke tingkat harga yang sama
triwulan IV 2017 tercatat negatif. Output gap pada periode hari raya keagamaan yang jatuh pada
adalah selisih antara output potensial dan output riil, triwulan II 2017. Demikian pula dengan persepsi

200 INDEKS 200 INDEKS


195
190
190
185 180
180 170
175
170 160

165 150
160
140
155
150 130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017

EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber: Survei Pedagang Eceran, Bank Indonesia
Grafik 3.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 3.14 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
PERKEMBANGAN
64 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

pedagang eceran, yang memperkirakan harga barang triwulan sebelumnya yang tercatat 0,34% (qtq). Secara
dan jasa pada triwulan IV akan lebih tinggi triwulanan, inflasi periode ini tercatat lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2017. dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
terakhir sebesar 2,89% (qtq).
Peningkatan inflasi inti juga didorong oleh faktor
eksternal yang meningkat pada triwulan IV 2017. Inflasi tahunan kelompok administered prices
Peningkatan tersebut terjadi di tengah adanya terutama berasal dari subkelompok transpor.
pelemahan kurs/apresiasi Rupiah pada triwulan Subkelompok ini mengalami penurunan dari 4,10%
laporan. Pada triwulan IV 2017, rata-rata nilai tukar (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,94% (yoy)
Rupiah terhadap Dolar AS sebesar Rp13.536 atau pada triwulan IV 2017. Hal ini terutama disebabkan
melemah 1,55% dibandingkan triwulan lalu yang oleh penurunan tarif angkutan laut, yang terus
5
sebesar Rp13.330 . Hal ini mengkonfirmasi mengalami penurunan secara gradual sepanjang
peningkatan inflasi pada komoditas kelompok inti- triwulan IV 2017 menjadi deflasi sebesar 4,18% (qtq).
traded dari sebear 1,00% (yoy) pada triwulan lalu,
Secara tahunan, penurunan inflasi kelompok
menjadi sebesar 1,56% (yoy) pada triwulan IV 2017.
administered prices pada triwulan IV 2017 berasal
3.3.3. Kelompok Administered Prices dari subkelompok transpor. Subkelompok transpor
Kelompok administered prices pada triwulan IV ini mengalami inflasi sebesar 3,94% (yoy) pada triwulan

2017 tercatat mengalami penurunan inflasi. Secara IV 2017, lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan

tahunan, kelompok administered prices inflasi sebesar pada triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 4,10%

10,71% (yoy), atau mengalami penurunan inflasi (yoy). Perlambatan inflasi tahunan subkelompok

dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami inflasi transpor ini utamanya disebabkan oleh tarif angkutan

sebesar 11,40% (yoy). Namun demikian, secara udara dan bensin yang relatif mengalami inflasi

triwulanan inflasi kelompok administered prices pada tahunan lebih rendah dibandingkan periode yang sama

triwulan IV 2017 ini mengalami peningkatan menjadi pada triwulan IV tahun lalu.

sebesar 0,66% (qtq), lebih tinggi dibandingkan

12.00 %, QTQ 25 %, YOY

10.32
10.00 20

8.00 15

6.00
10

4.00
2.89 5
2.00 1.52 1.01 1.28
0.31 0.66 0
0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
RATA-RATA TW IV 2012 TW IV 2013 TW IV 2014 TW IV 2015 TW IV 2016 TW IV 2017
2012-2016
TEMBAKAU DAN MINUM BERALKOHOL BAHAN BAKAR,PENERANGAN DAN AIR TRANSPOR

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Grafik 3.16 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok
Administered Prices Triwulan IV 2017 Administered Prices

5. Data nilai tukar Rupiah bersumber dari Kurs Tengah BI


PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 65

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
3.4. INFLASI KOTA – KOTA DI PROVINSI
JAWA TENGAH
Dari keseluruhan enam kota pantauan yang Sementara pada triwulan IV 2017, disparitas inflasi
disurvei oleh BPS di Jawa Tengah, empat kota antar kota tersebut menurun menjadi sebesar 1,32%,
mencatatkan peningkatan inflasi, sementara dua dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Cilacap sebesar
kota pantauan lainnya mencatatkan penurunan 4,42%, serta inflasi terendah berada di Kota Surakarta
inflasi. Peningkatan inflasi pada triwulan IV 2017 sebesar 3,10% (yoy).
terjadi di Kota Cilacap, Surakarta, Semarang, dan Tegal.
Ditinjau dari kelompoknya, enam kota pantauan
Sementara itu, Kota Purwokerto dan Kudus mengalami
di Jawa Tengah mengalami inflasi tertinggi pada
penurunan inflasi. Peningkatan inflasi tertinggi terjadi
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
di Kota Surakarta, dari sebelumnya 2,65% (yoy) pada
keuangan serta kelompok perumahan, air, dan
triwulan III 2017 menjadi 3,10% (yoy) pada triwulan IV
listrik. Walaupun menunjukkan angka inflasi yang
2017. Sementara itu penurunan terdalam dialami Kota
tinggi, namun pada triwulan IV 2017, kedua kelompok
Kudus, dari periode sebelumnya 4,48% (yoy) menjadi
tersebut justru tercatat mengalami tren penurunan
4,17% (yoy) pada triwulan laporan.
inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi
Disparitas inflasi antarkota di Jawa Tengah kelompok perumahan, air, dan listrik terpantau tinggi di
menurun pada triwulan laporan. Pada triwulan III Kota Cilacap dan Kota Semarang. Selanjutnya, inflasi
2017, selisih tingkat inflasi antara kota yang memiliki kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
inflasi tertinggi dan terendah adalah sebesar 1,84%. masih terpantau tinggi di Kota Kudus dan Kota
Surakarta.

%,YOY 8.00 %, YOY

4.0 3.71 7.00

6.00
3.61
3.0 5.00

4.00
2.0
3.00

2.00
1.0
1.00
4.41 3.91 4.17 3.10 3.64 4.03
0.0 0.00
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Triwulan IV 2017 Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Tahunan

6 %, YOY
10,00 %, YOY

5
8,00

4 6,00

3 4,00

2 2,00

1 0,00

-2,00
0
BAHAN MAKANAN PERUMAHAN, SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL MAKANAN JADI,ROKOK AIR, LISTRIK
-4,00

III - 2016 IV - 2016 I - 2017 II - 2017 III - 2017 IV - 2017


CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL RATA - RATA

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.19 Inflasi Tahunan Enam Kota Grafik 3.20 Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Tw IV 2017
PERKEMBANGAN
66 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

6 %, QTQ 18 %, YOY
16
5 14 AP
JATENG
12 10,71%
4
10
8
3
6 CI JATENG
4 2,84%
2
2
1 0 VF
JATENG
-2
0,15%
0 -4
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL

CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.21 Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota Tw IV 2017 Grafik 3.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota Tw IV 2017

Secara rata-rata enam kota mengalami tekanan inflasi kelompok administered prices menurun
penurunan inflasi tertinggi untuk kelompok dibandingkan triwulan sebelumnya.
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Rata-
Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami
rata enam kota mencatatkan penurunan inflasi dari
penurunan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar
sebesar 7,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya
12,43% (yoy) menjadi 10,88% (yoy) pada triwulan IV
menjadi sebesar 6,71% (yoy) pada triwulan IV 2017.
2017. Penurunan inflasi tahunan ini terutama berasal
Inflasi transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
dari penurunan harga barang subkelompok tembakau
menunjukkan penurunan terdalam di Kota Tegal dan
dan minuman beralkohol, terutama rokok kretek dan
Kota Semarang. Penurunan inflasi kelompok bahan
rokok putih. Sementara itu, sesuai dengan pola
makanan pada kedua kota tersebut disebabkan oleh
musimannya, inflasi triwulanan kelompok administered
menurunnya tarif angkutan laut dan angkutan udara.
prices tercatat mengalami peningkatan dari
Berdasarkan disagregasinya, deflasi kelompok volatile sebelumnya deflasi sebesar 0,51% (qtq) pada triwulan
food pada Kota Surakarta menjadi penahan inflasi di III 2017, menjadi inflasi sebesar 0,36% (qtq) pada
Provinsi Jawa Tengah, sementara kota-kota pantauan triwulan laporan. Peningkatan ini terjadi seiring dengan
lainnya mencatatkan peningkatan inflasi pada peningkatan tarif barang dan jasa subkelompok
kelompok volatile food. Selanjutnya, Kota Purwokerto transpor, terutama komoditas bensin, solar, dan tarif
menjadi kontributor penurunan inflasi dengan kereta api.
mencatatkan inflasi tahunan administered prices lebih
Inflasi volatile food mengalami peningkatan pada
rendah dibandingkan Jawa Tengah. Sementara itu,
triwulan IV 2017. Kelompok volatile food tercatat
inflasi tahunan kelompok inti yang lebih rendah dari
mengalami inflasi sebesar 0,52% (yoy), berbalik arah
inflasi Jawa Tengah terjadi pada Kota Kudus, Kota
dari triwulan III 2017 yang tercatat mengalami deflasi
Surakarta, dan Kota Tegal.
sebesar 2,62% (yoy). Inflasi triwulanan juga tercatat

3.4.1. Disagregasi Inflasi Kota Cilacap mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya
Berdasarkan disagregasi, inflasi tahunan untuk deflasi sebesar 4,50% menjadi inflasi sebesar 5,01%

kelompok volatile food, dan inti di Kota Cilacap pada triwulan IV 2017. Peningkatan ini terjadi seiring

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2017 dengan peningkatan tekanan harga pada kelompok

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan bahan makanan terutama komoditas padi-padian,


PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 67

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
20.00 %, YOY 8,00 %,QTQ

6,00

15.00
4,00

2,00
10.00
0,00

-2,00
5.00
-4,00

0.00 -6,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017

CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.23 Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap Grafik 3.24 Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap

umbi-umbian, dan hasilnya serta komoditas daging dan sebesar 0,23% (qtq). Penurunan inflasi triwulanan
hasil-hasilnya. Komoditas beras mengalami inflasi tersebut terutama disebabkan penurunan harga emas
sebesar 19,80% (yoy), meningkat tinggi dari triwulan perhiasan yang berlangsung gradual sepanjang
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 11,35% triwulan IV 2017.
(yoy). Peningkatan inflasi yang tinggi juga terjadi pada
3.4.2. Disagregasi Inflasi Kota Purwokerto
komoditas daging ayam kampung, dan daging ayam
Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan kelompok
ras. Selain komoditas daging dan hasil-hasilnya,
administered prices dan inti di Kota Purwokerto
peningkatan inflasi diikuti juga oleh komoditas bumbu-
mengalami penurunan dibandingkan triwulan
bumbuan terutama cabai merah, cabai rawit, dan
sebelumnya. Sementara itu, kelompok volatile food
bawang merah.
mencatatkan peningkatan inflasi tahunan maupun
Inflasi tahunan kelompok inti Kota Cilacap cenderung inflasi triwulanan dibandingkan dengan triwulan III
stabil dari 3,88% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 2017.
3,90% (yoy) pada triwulan IV 2017. Peningkatan inflasi
moderat pada kelompok ini didorong oleh peningkatan Inflasi tahunan kelompok administered prices pada

harga subkelompok ikan segar seperti ikan belanak dan triwulan IV 2017 tercatat sebesar 10,45% (yoy),

ikan kacangan. Sementara itu, inflasi triwulanan mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya yang

tercatat mengalami penurunan menjadi sebesar 0,11% tercatat sebesar 11,12% (yoy). Penurunan inflasi

(qtq) pada triwulan IV 2017 dari triwulan sebelumnya tahunan didorong oleh menurunnya harga barang

12,00 %, YOY 5,00 %,QTQ

10,00 4,00

3,00
8,00
2,00
6,00
1,00
4,00
0,00

2,00 -1,00

0,00 -2,00
I II III IV I II III IV I II III IV II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017

CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.25 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Purwokerto Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kota Purwokerto
PERKEMBANGAN
68 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan peningkatan laju inflasi pada kelompok volatile
khususnya komoditas rokok kretek dan rokok putih. food dan administered prices, sementara kelompok inti
Namun secara triwulanan, inflasi kelompok mengalami penurunan inflasi.
administered prices meningkat dari triwulan
Inflasi tahunan kelompok administered prices
sebelumnya tercatat inflasi sebesar 0,28% (qtq)
mencatatkan inflasi 14,34% (yoy) pada triwulan
menjadi sebesar 0,90% (qtq) pada triwulan IV 2017.
laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017
Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama berasal dari
sebesar 14,74% (yoy). Meredanya tekanan harga pada
angkutan antarkota dan tarif kereta api.
kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan
Secara tahunan, kelompok volatile food Kota inflasi tahunan subkelompok tembakau dan minuman
Purwokerto menunjukkan peningkatan inflasi. beralkohol. Namun demikian inflasi triwulanan juga
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar mencatatkan peningkatan menjadi 0,90% (qtq), dari
2,19% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar
triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Demikian pula 0,15% (qtq).
secara triwulanan, kelompok volatile food mengalami
inflasi sebesar 3,52%, lebih tinggi dibandingkan inflasi Inflasi tahunan volatile food juga menunjukkan

triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Peningkatan penurunan pada triwulan IV 2017. Inflasi kelompok ini

inflasi tersebut khususnya disebabkan oleh tercatat sebesar 1,44% (yoy), lebih rendah

menignkatnya beberapa harga komoditas pangan dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,20% (yoy).

seperti beras, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama

dan cabai hijau. disumbang oleh perlambatan kenaikan harga


subkelompok sayur-sayuran serta subkelompok
Inflasi tahunan kelompok inti di Purwokerto mengalami bumbu-bumbuan dibandingkan periode yang sama
penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan. tahun lalu. Hal ini tercermin dari inflasi triwulanan juga
Inflasi tahunan kelompok inti pada triwulan IV 2017 tercatat mengalami peningkatan dari sebelumnya
turun menjadi 2,75% (yoy) dari sebelumnya 3,03% deflasi 5,22% pada triwulan lalu, berbalik arah menjadi
(yoy) pada triwulan III 2017. Inflasi triwulanan juga inflasi 2,95% (qtq) pada triwulan IV 2017. Peningkatan
tercatat mengalami penurunan menjadi 0,28% (qtq), inflasi triwulanan tersebut sejalan dengan pola
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,44% historisnya, dimana terjadi peningkatan inflasi pada
(qtq). Penurunan inflasi secara tahunan maupun komoditas bumbu-bumbuan dan pangan padi seiring
triwulanan terutama disebabkan oleh menurunnya dengan menurunnya pasokan produksinya.
harga barang bahan bangunan, diantaranya batu bata
dan pasir. Selanjutnya, inflasi tahunan kelompok inti pada
triwulan IV 2017 turun menjadi 2,68% (yoy), lebih
3.4.3. Disagregasi Inflasi Kota Kudus rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,80% (yoy).
Kota Kudus mengalami penurunan inflasi tahunan Inflasi triwulanan kelompok inti juga mengalami
untuk seluruh kelompok administered prices dan penurunan pada triwulan IV 2017 menjadi 0,12%
volatile food, serta kelompok inti. Sementara itu, inflasi (qtq), lebih rendah dari triwulan III 2017 yang tercatat
triwulanan mengalami perkembangan yang beragam sebesar 1,24% (qtq). Penurunan inflasi tersebut
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 69

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
16,00 %, YOY 8,00 %, QTQ
14,00
12,00 6,00
10,00
8,00 4,00
6,00
4,00 2,00
2,00
0,00 0,00
-2,00
-2,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
-4,00
CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus Grafik 3.28   Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus

utamanya disebabkan oleh penurunan harga barang- triwulan IV 2017 utamanya disebabkan oleh
barang subkelompok minuman yang tidak beralkohol meredanya tekanan inflasi subkelompok tembakau dan
serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. minuman beralkohol khususnya komoditas rokok
putih. Selain itu penurunan inflasi tahunan pada
3.4.4. Disagregasi Inflasi Kota Surakarta
triwulan laporan juga disebabkan oleh meredanya
Kota Surakarta mengalami peningkatan inflasi pada
tekanan inflasi dari tarif dasar listrik yang telah
triwulan IV 2017 dibandingkan dengan triwulan III
meningkat sejak triwulan I 2017.
2017. Peningkatan inflasi tahunan terjadi pada
kelompok volatile food dan kelompok inti, sedangkan Sementara itu, inflasi volatile food pada triwulan
kelompok administered prices mencatatkan penurunan laporan mengalami peningkatan baik secara
inflasi pada triwulan IV 2017. triwulanan maupun tahunan. Pada triwulan IV 2017,
deflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 1,59%
Inflasi tahunan kelompok administered prices
(yoy), mengalami peningkatan inflasi dari triwulan
mengalami penurunan dari sebelumnya 11,96% (yoy)
sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 2,90% (yoy).
pada triwulan III 2017 menjadi 11,67% (yoy) pada
Ditinjau dari inflasi triwulanannya, kelompok volatile
triwulan laporan. Sementara itu, inflasi triwulanan
food mengalami peningkatan tekanan inflasi sejalan
menunjukkan peningkatan inflasi dari sebelumnya
dengan pola historisnya, dengan mencatatkan inflasi
deflasi sebesar 0,37% (qtq) pada triwulan III 2017,
sebesar 4,15% (qtq) pada triwulan IV 2017, dari
berbalik arah menjadi inflasi sebesar 1,25% (qtq) pada
triwulan sebelumnya deflasi sebesar -7,23% (qtq).
triwulan laporan. Penurunan inflasi tahunan pada

14,00 %, YOY 6,00 %, QTQ

12,00
4,00
10,00

8,00 2,00
6,00

4,00 0,00

2,00
-2,00
0,00

-2,00 -4,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
-6,00
CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta
PERKEMBANGAN
70 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Peningkatan harga secara triwulanan utamanya 2017 sebesar 11,79% (yoy). Inflasi triwulanan juga
disebabkan oleh subkelompok padi-padian, umbi- mengalami penurunan, yang tercatat sebesar 0,46%
umbian, dan hasil-hasilnya khususnya komoditas beras (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mengalami inflasi sebear 6,32% (qtq) sebesar 0,82% (qtq). Penurunan inflasi kelompok ini
dibandingkan triwulan sebelumnya. terutama berasal dari pengurangan tekanan inflasi
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol,
Sementara itu, inflasi tahunan kelompok inti
terutama komoditas rokok kretek dan rokok putih.
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2017. Inflasi
kelompok inti pada triwulan laporan tercatat sebesar Adapun inflasi kelompok volatile food pada triwulan IV
2,19% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan 2017 tercatat sebesar -0,92% (yoy) atau 3,50% (qtq),
sebelumnya yang tercatat 1,78% (yoy). Peningkatan atau mengalami peningkatan inflasi dibandingkan
inflasi tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan triwulan III 2017 yang mengalami inflasi sebesar
harga produk-produk bahan makanan, khususnya -2,14% (yoy) atau 3,50% (qtq). Peningkatan inflasi
subkelompok ikan yang diawetkan, serta subkelompok tahunan pada kelompok ini didorong oleh peningkatan
bumbu-bumbuan. Tingginya curah hujan dan harga beras, bawang merah, cabai merah, dan cabai
gangguan cuaca menyebabkan penurunan drastis rawit sebagai dampak penurunan pasokan
pasokan produk perikanan laut dan komoditas produksinya. Kentang menunjukkan peningkatan
hortikultura bumbu-bumbuan seperti bawang merah inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV 2017 menjadi
dan cabai merah. sebesar 25,90% (yoy), dari triwulan sebelumnya
sebesar -4,12% (yoy).
3.4.5. Disagregasi Inflasi Kota Semarang
Pada triwulan IV 2017, Kota Semarang mengalami Sementara itu, inflasi kelompok inti turun pada triwulan
peningkatan inflasi baik secara tahunan maupun IV 2017 menjadi 2,94% (yoy) atau 0,21% (qtq) dari
triwulanan. Berdasarkan disagregasi, peningkatan sebelumnya sebesar 3,01 % (yoy) atau 1,07% (qtq)
inflasi disebabkan oleh kelompok volatile food, pada triwulan III 2017. Penurunan pada kelompok ini
sedangkan kelompok administered prices dan didorong oleh berkurangnya tekanan inflasi harga
kelompok inti mencatatkan penurunan inflasi. komoditas subkelompok makanan jadi serta
subkelompok minuman yang tidak beralkohol.
Inflasi kelompok administered prices menurun menjadi
10,94 % (yoy) pada triwulan IV 2017, dari triwulan III

14,00 %, YOY 6,00 %, QTQ

12,00
4,00
10,00
8,00
2,00
6,00
4,00 0,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2,00 2015 2016 2017
-2,00
0,00
I II III IV I II III IV I II III IV
-2,00 2015 2016 2017 -4,00
-4,00
-6,00

CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Semarang Grafik 3.32 Disagregasi Inflasi Triwulanan Semarang
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 71

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
3.4.6. Disagregasi Inflasi Tegal

18,00 %, YOY 8,00 %, QTQ


16,00
6,00
14,00
12,00 4,00
10,00
8,00 2,00

6,00 0,00
4,00
2,00 -2,00

0,00
-4,00

I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017

CORE VF AP CORE VF AP

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.33 Disagregasi Inflasi Tahunan Tegal Grafik 3.34 Disagregasi Inflasi Triwulanan Tegal

Kota Tegal juga mengalami peningkatan inflasi pada Inflasi tahunan kelompok inti mengalami peningkatan
triwulan IV 2017 baik secara tahunan maupun pada triwulan IV 2017, dengan mencatatkan inflasi
triwulanan. Peningkatan inflasi ini terutama didorong sebesar 2,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
oleh kelompok volatile food dan kelompok inti, triwulan III 2017 sebesar 2,18% (yoy). Peningkatan
sementara kelompok administered prices mengalami inflasi tahunan terutama dipengaruhi oleh peningkatan
penurunan inflasi tahunan. tekanan inflasi kelompok sandang dan kelompok
kesehatan. Hal ini tercermin dari peningkatan harga
Inflasi tahunan kelompok administered prices
aneka macam sandang laki-laki khususnya celana dan
mengalami penurunan menjadi 13,64% (yoy) pada
sepatu yang mencatatkan inflasi masing-masing
triwulan laporan dari sebelumnya 13,88% (yoy) pada
sebesar 16,66% (yoy) dan 17,67% (yoy). Peningkatan
triwulan III 2017. Sedangkan inflasi triwulanan
tekanan inflasi kelompok kesehatan disebabkan oleh
mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,00% (qtq),
peningkatan harga komponen obat-obatan serta jasa
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
kesehatan.
0,47% (qtq). Penurunan inflasi tahunan kelompok
administered prices ini didorong oleh penurunan
tekanan harga komoditas rokok kretek filter, rokok
3.5. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUN 2017
Secara keseluruhan tahun 2017, Provinsi Jawa
putih, serta tarif parkir.
Tengah mencatatkan inflasi tahunan sebesar
Kelompok volatile food tercatat mengalami inflasi pada 3,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2016
triwulan IV 2017 sebesar 2,20% (yoy) atau 3,59 % yang mencatatkan inflasi sebesar 2,36% (mtm).
(qtq), berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi
yang mencatatkan deflasi sebesar 0,85 % (yoy) atau tahunan pada tahun 2017 dibandingkan tahun
2,17% (qtq). Peningkatan inflasi tahunan tersebut sebelumnya terutama disebabkan oleh kelompok
terutama berasal dari peningkatan harga subkelompok administered prices dan kelompok inti, sedangkan
padi-padian, umbi-umbian, dan lainnya, subkelompok kelompok volatile food mengalami penurunan tekanan
bumbu-bumbuan, dan subkelompok sayur-sayuran. harga yang cukup dalam.
Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi terbesar
pada kelompok ini dengan inflasi sebesar 12,76 (yoy)
dan andil sebesar 0,44% terhadap inflasi kota Tegal.
PERKEMBANGAN
72 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Kelompok administered prices mencatatkan inflasi Kelompok volatile food (VF) pada Januari 2018
tahunan sebesar 10,71% (yoy) pada keseluruhan tahun mengalami inflasi sebesar 3,52% (mtm), lebih
2017, meningkat tinggi dibandingkan tahun 2016 tinggi dibandingkan bulan Desember 2017 yang
yang mencatatkan deflasi sebesar 0,72% (yoy). mengalami inflasi sebesar 2,92% (mtm). Inflasi
Peningkatan tarif biaya perpanjangan STNK serta terutama disebabkan oleh peningkatan harga
penyesuaian tarif listrik menjadi faktor pendorong beberapa komoditas bahan makanan akibat
dominan peningkatan inflasi pada keseluruhan tahun menurunnya pasokan produksinya, diantaranya padi
2017. Demikian pula kelompok inti yang mencatatkan dan hortikultura. Kelompok bahan makanan pada
peningkatan inflasi, sebagai akibat peningkatan biaya- bulan Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 3,50%
biaya jasa sektor pendidikan dan telekomunikasi. (mtm); lebih tinggi dibandingkan Desember 2017
(2,67%; mtm) atau historis rata-rata lima tahun terakhir
Sementara itu kelompok volatile food justru
untuk periode Januari (0,66%; mtm).
menunjukkan penurunan tekanan harga yang cukup
dalam hingga mencatatkan deflasi sebesar 0,15% (yoy) Kelompok administered prices mencatatkan
pada keseluruhan tahun 2017. Normalisasi waktu deflasi 0,20% (mtm) pada Januari 2018, lebih
musim tanam serta volume produksi pertanian, baik rendah dibandingkan inflasi Desember 2017 yang
komoditas pangan maupun hortikultura pada tahun tercatat sebesar 0,64% (mtm). Penurunan inflasi
2017, menyebabkan tekanan inflasi menurun, kelompok ini terutama berasal dari subkelompok
dibandingkan tahun 2016 yang mengalami gangguan transpor yang mencatatkan deflasi sebesar 0,64%
produksi akibat fenomena iklim El-Nino. (mtm) seiring dengan normalisasi harga angkutan
udara dan angkutan antarkota pasca periode hari raya
3.6. TRACKING INFLASI TRIWULAN I 2018
3.6.1. Inflasi Januari 2018 keagamaan dan hari libur sekolah pada akhir tahun

Pada Januari 2018 Provinsi Jawa Tengah 2017. Selain itu, seiring dengan normalisasi permintaan

mencatatkan inflasi sebesar 0,88% (mtm), masyarakat akan bahan bakar rumah tangga pasca hari

meningkat dibandingkan bulan Desember 2017 raya, subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air

yang mencatatkan inflasi sebesar 0,71% (mtm) (-0,51%; mtm) juga turut mendorong deflasi

serta lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis administered prices.

selama lima tahun terakhir sebesar 0,66% (mtm).


Tekanan inflasi kelompok inti pada Januari2018
Lebih lanjut, capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan
tercatat sebesar 0,34% (mtm), lebih tinggi
inflasi nasional yang sebesar 0,62% (mtm). Dengan
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar
perkembangan tersebut, inflasi Jawa Tengah sampai
0,07%(mtm).Peningkatan inflasi inti tersebut
dengan Januari 2018 tercatat sebesar 0,88% (ytd), dan
terutama didorong oleh kenaikan tarif subkelompok
secara tahunan tercatat sebesar 3,42% (yoy). Penyebab
jasa kesehatan (0,93%; mtm) khususnya komponen
utama inflasi Jawa Tengah yaitu peningkatan harga
tarif rumah sakit dan dan laboratorium. Selanjutnya,
beras, cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, dan
subkelompok penyelenggaraan rumah tangga
tarif rumah sakit. Sementara itu, yang menahan laju
inflasi antara lain penurunan tarif angkutan udara, (1,52%;mtm) juga mendorong laju inflasi kelompok

harga telur ayam ras, bawang merah, tarif kereta api, inti, seiring dengan meningkatnya tingkat upah jasa

dan angkutan antarkota. pekerja sektor informal.


PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 73

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
3.6.2. Inflasi Triwulan I 2017
Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan I 2018 Inflasi tahunan kelompok administered prices
diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan diperkirakan sedikit meningkat. Kenaikan ini
IV 2017. Faktor yang mendorong penurunan inflasi diperkirakan didorong oleh kenaikan tarif berbagai
adalah terjaganya pasokan komoditas bahan pangan jenis angkutan, meliputi angkutan udara, antarkota,
strategis seperti beras yang akan memasuki masa dan angkutan dalam kota, diperkirakan meningkat
panen raya pada Februari-Maret, serta cabai merah dan seiring perkiraan meningkatnya harga bahan baku
cabai rawit yang akan meningkat produksinya seiring minyak dunia.
dengan penurunan curah hujan. Faktor yang perlu
diwaspadai adalah risiko peningkatan harga minyak Inflasi kelompok inti diperkirakan meningkat

bumi di pasar global yang selanjutnya mendorong pada level moderat. Tekanan inflasi inti berasal dari

peningkatan inflasi pada kelompok administered harga sandang dan makanan jadi, seiring dengan

prices. Lebih lanjut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah

(TPID) Provinsi Jawa Tengah senantiasa berupaya di Provinsi Jawa Tengah. Adapun percepatan

memperbaiki distribusi logistik dan menjaga infrastruktur di berbagai bidang dan berbagai daerah

ketersediaan pasokan komoditas pangan sehingga juga diperkirakan berpotensi menyebabkan

inflasi triwulan I 2018 dijaga berada pada rentang peningkatan permintaan untuk bahan bangunan.
bawah sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,5±1%.
Lebih jauh, peningkatan inflasi kelompok inti juga
Berdasarkan disagregasi, inflasi tahunan volatile tercermin dari ekspektasi harga di tingkat
food diperkirakan menurun. Secara pasokan, konsumen dan pedagang. Hasil Survei Konsumen
penurunan ini sejalan dengan telah masuknya masa dan Survei Pedagang Eceran yang dilakukan oleh Bank
panen beras dan bawang merah sesuai dengan pola Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
historis. Selain itu, upaya yang dilakukan pemerintah ekspektasi harga pada level moderat pada triwulan I
terkait pembangunan infrastruktur pertanian serta 2018 berdasarkan ekspektasi konsumen pada triwulan
program subsidi pertanian menjadi salah satu faktor III dan IV tahun lalu. Berdasarkan hasil survei tersebut,
pendorong peningkatan produksi pangan. Tren baik konsumen maupun pedagang eceran
perbaikan nilai tukar petani sepanjang tahun 2017 memperkirakan peningkatan harga yang tinggi pada
diperkirakan juga dapat mendorong peningkatan awal tahun 2018, dan selanjutnya akan terkoreksi
kapasitas produksi petani. menurun pada akhir triwulan I 2018.

200 INDEKS 200 INDEKS


195 190
190 180
185
170
180
160
175
150
170
140
165
160 130

155 120

150 110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD

Grafik 3.35 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen Grafik 3.36 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Pedagang Eceran
PERKEMBANGAN
74 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

3.7. PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI


DAERAH
Dalam rangka menjaga kestabilan harga dan pasokan pantauan ke daerah sentra untuk memantau
bahan pangan strategis, TPID Provinsi Jawa Tengah jumlah panen dan aliran pasokan beras.
telah menyelenggarakan berbagai kegiatan sampai C. Operasi Pasar dan Gerakan Stabilisasi
dengan Bulan Januari 2018, antara lain sebagai berikut: Pangan (GSP) TPID Jawa Tengah. .
a. High Level Meeting TPID Jateng. Dalam rangka pengendalian harga pangan, TPID
Kegiatan ini membahas harga beras yang terus Jawa Tengah telah melakukan kegiatan Operasi
naik dan harga bawang merah yang dibawah Pasar dan Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) sejak
harga pokok produksi. Dari rapat tersebut tanggal 13 Desember 2017 secara serentak di 79
diperoleh rekomendasi untuk melakukan Sidak titik se-Jawa Tengah. Hingga akhir Januari 2018,
Gabungan dengan Satgas Pangan, dengan OP dan GSP telah menggelontorkan lebih dari 22
dengan fokus pelaksanaan pada kota ribu ton beras medium dengan harga Rp.9.350,-
penyumbang inflasi Jateng dan dipimpin per kg. OP ini akan terus dilakukan hingga Maret
langsung oleh Kepala Daerah atau Sekda. Selain 2018 ketika panen raya tiba.
itu, HLM TPID juga merekomendasikan agar d. Rakorwil TPID Kabupaten/Kota
Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) dan Operasi Pada rapat yang mengundang seluruh TPID
Pasar (OP) beras terus dilakukan hingga panen kabupaten/kota se-JawaTengah telah disepakati
raya di Maret 2018 serta menyepakati rencana bahwa TPID akan memastikan ketersediaan
kegiatan rapat koordinasi dengan TPID se-Jawa pasokan dan menjaga kelancaran distribusi
Tengah di bulan Februari 2018 dalam menghadapi kemungkinan peningkatan
b. Sidak Gabungan dengan Satgas Pangan di 3 permintaan menjelang hari raya Natal dan Tahun
kota penyumbang inflasi Jawa Tengah. baru. Pada Rakorwil tersebut, juga
Gubernur Jawa Tengah memimpin langsung 2 diselenggarakan FGD dengan Bappenas terkait
(dua) kegiatan inspeksi mendadak (sidak) peran perencanaan penganggaran APBN dalam
gabungan yang berlangsung pada tanggal 17 upaya pengendalian inflasi di daerah. Dengan
Januari 2018 di Kota Semarang dan 20 Januari adanya FGD tersebut, TPID Kabupaten/kota
2018 di Kota Solo. Sementara itu, kegiatan sidak memiliki kesadaran untuk melakukan
gabungan di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal perencanaan anggaran yang matang agar
pada tanggal 23 Januari 2018 dipimpin oleh kegiatan pengendalian inflasi dapat didukung
S e k d a P r o v i n s i J a w a Te n g a h . D e n g a n dengan anggaran yang memadai.
mempertimbangkan fakta bahwa harga beras e. Melakukan FGD terkait sistem logistik
masih bertahan tinggi, maka TPID Provinsi Jawa daerah (Sislogda)
Tengah melalui Bulog Divre Jawa Tengah FGD dengan Kementerian Koordinator
berkomitmen untuk terus menyelenggarakan OP Perekonomian tersebut diharapkan dapat
dan GSP hingga Maret 2018 ketika panen raya memberikan masukan bagi Kementerian
tiba, dan secara paralel terus melakukan Koordinator Bidang Perekonomian untuk dapat
pantauan lapangan baik melalui sidak pasar, sidak mengembangkan sistem logistik yang efisien
ke gudang-gudang penggilingan maupun dan dapat menekan biaya logistik di daerah.
BAB
IV

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,


PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN,
DAN UMKM
Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami
penurunan dibandingkan triwulan III 2017, sejalan dengan peningkatan
kinerja perekonomian Jawa Tengah.
Walaupun ekspansi kredit di beberapa sektor lapangan usaha utama di Jawa Tengah
cenderung melambat, kualitas kreditnya justru menunjukkan perbaikan.

Risiko kerentanan pada sektor rumah tangga mengalami perbaikan, tercermin pada
perbaikan kualitas kredit konsumsi perseorangan.

Fungsi intermediasi perbankan mengalami perbaikan, sebagaimana tercermin dengan


akselerasi penyaluran dan perbaikan risiko kredit.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 77

4.1. PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
KEUANGAN JAWA TENGAH
Tekanan stabilitas keuangan Jawa Tengah pada mengalami kontraksi sebesar 0,22% (yoy). Namun
triwulan IV 2017 mengalami penurunan dibandingkan demikian, perbaikan kinerja sektor pertanian ini belum
triwulan III 2017 ditengah meningkatnya kinerja diikuti oleh peningkatan penyaluran kredit yang
perekonomian Jawa Tengah. Selanjutnya, kinerja tumbuh terbatas 8,46% (yoy), lebih rendah
perbankan Jawa Tengah juga mengalami perbaikan dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar

setelah mengalami penurunan pada triwulan III 2017. 19,69% (yoy). Seiring dengan peningkatan kinerja

Pertumbuhan aset dan penyaluran kredit perbankan sektor pertanian ini, kualitas kredit sektor pertanian
juga membaik dengan rasio NPL menurun hingga
Jawa Tengah menunjukkan peningkatan, sejalan
1,86%, pencapaian terbaik sejak tahun 2013.
dengan tren nasional dan Pulau Jawa pada umumnya
yang menunjukkan peningkatan. Selanjutnya, lapangan usaha konstruksi melanjutkan
tren akselerasi pertumbuhan ekonominya yang telah
4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi Jawa Tengah
Triwulan IV 2017 berlangsung sejak triwulan IV 2016. Pada triwulan IV

4.1.1.1. Perkembangan Indikator Perbankan pada 2017, lapangan usaha konstruksi tumbuh sebesar
Lapangan Usaha Utama Jawa Tengah 8,33% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
Triwulan IV 2017 sebelumnya yang tercatat sebesar 7,44% (yoy). Sejalan
Dengan kinerja perekonomian yang meningkat dengan hal tersebut, kredit sektor konstruksi tumbuh
pada triwulan IV 2017, kinerja perbankan di Jawa sebesar 22,92% (yoy) pada triwulan ini; lebih tinggi
Tengah 6 menunjukkan perkembangan yang dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar
beragam. Ekspansi kredit di beberapa sektor lapangan 9,50% (yoy). Kredit sektor konstruksi di Jawa Tengah
usaha utama cenderung melambat. Namun demikian, mengalami booming pada awal tahun 2016 akibat
kualitas kredit justru menunjukkan perbaikan, yang megaproyek infrastruktur, diantaranya pembangunan

diindikasikan dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta

triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa, mencapai puncak

triwulan lalu. akselerasinya pada triwulan I 2017 dan selanjutnya


berangsur-angsur melambat. Namun demikian, kredit
Pada triwulan IV 2017, lapangan usaha pertanian, sektor konstruksi menunjukkan penurunan kualitas
kehutanan, dan perikanan sebagai salah satu sektor dengan rasio NPL triwulan IV 2017 menjadi sebesar
utama di Jawa Tengah tumbuh terbatas sebesar 0,36% 1,62% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu
(yoy), membaik dibandingkan triwulan lalu yang yang tercatat sebesar 1,57%.

40% 16.00% 15.00%


58%
35% 14.00%
13.00%
30% 12.00% 48%
11.00%
25% 10.00%
38%
20% 8.00% 9.00%
15% 6.00%
28% 7.00%
10% 4.00%
5.00%
5% 2.00% 18%
0% 0.00% 3.00%
8%
-5% -2.00%
1.00%
-10% -4.00%
-2%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -1.00%
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
-3.00%
NPL KREDIT SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN (SKALA KANAN) NPL KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI (SKALA KANAN)
PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI LU PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN (SKALA KANAN) PERTUMBUHAN EKONOMI LU KONSTRUKSI (SKALA KANAN)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, dan Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit,
Risiko Sektor Pertanian dan Risiko Sektor Konstruksi

6. Indikator kinerja perbankan ditinjau berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Jawa Tengah.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
78 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

35% 14.00% 15.00%


33%
13.00%
30% 12.00% 28%
11.00%
25% 10.00% 23%
9.00%
20% 8.00% 18%
7.00%
13%
15% 6.00% 5.00%
8% 3.00%
10% 4.00%
3% 1.00%
5% 2.00% -2% -1.00%
0% 0.00% -7% -3.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
NPL KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (SKALA KANAN) NPL KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN (SKALA KANAN)
PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERTUMBUHAN EKONOMI LU INDUSTRI PENGOLAHAN (SKALA KANAN) PERTUMBUHAN EKONOMI LU BESAR DAN ECERAN (SKALA KANAN)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, Grafik 4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit,
dan Risiko Sektor Industri Pengolahan serta Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Lapangan usaha industri pengolahan juga mengalami 4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga Pada
akselerasi pada triwulan ini sebesar 4,34% (yoy), lebih
Triwulan IV 2017

tinggi dibandingkan 4,25% (yoy) pada triwulan III 4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
Rumah Tangga
2017. Sementara itu, realisasi kredit di sektor industri
Dengan kinerja perekonomian Jawa Tengah pada
pengolahan tumbuh melambat dari triwulan lalu yang
triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan, risiko
tercatat sebesar 11,91% (yoy) menjadi 10,43% (yoy)
kerentanan pada sektor rumah tangga mengalami
pada triwulan IV 2017. Risiko penyaluran kredit di
perbaikan. Hal ini tercermin melalui rasio Non-
sektor industri pengolahan mengalami perbaikan pada
Performing Loan (NPL) pada kredit Rumah Tangga
triwulan ini dengan penurunan rasio NPL dari 2,15%
khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit
pada triwulan lalu menjadi 1,25% pada triwulan IV
Kendaraan Bermotor (KKB) yang mengalami
2017.
penurunan pada triwulan IV 2017 dibandingkan
Sementara itu, kinerja lapangan usaha perdagangan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, pertumbuhan kredit
besar dan eceran pada triwulan IV 2017 tercatat konsumsi Jawa Tengah mengalami akselerasi sebesar
mengalami penurunan dengan hanya tumbuh sebesar 9,52% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih tinggi
3,84% (yoy); lebih lambat dibandingkan triwulan III dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat 8,68%
2017 yang tercatat tumbuh sebesar 7,18% (yoy). (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, ekspansi kredit lapangan
usaha besar dan eceran juga menunjukkan tren 4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga
Perseorangan (DPK RT) di Perbankan
penurunan hingga triwulan ini mengalami kontraksi
Pertumbuhan dana pihak ketiga Rumah Tangga di
sebesar 6,54% (yoy), terendah dalam 6 tahun terakhir.
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 melambat
Sementara itu, kualitas kredit lapangan usaha
dibandingkan triwulan III 2017. Dana pihak ketiga
perdagangan besar dan eceran menunjukkan
Rumah Tangga (DPK RT) pada triwulan IV 2017 tercatat
perbaikan dengan dengan rasio NPL 3,47% pada
tumbuh sebesar 9,59% (yoy) atau menurun
triwulan ini; lebih rendah dibandingkan triwulan III
dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar
2017 yang tercatat sebesar 3,65%.
11,14% (yoy). Sektor DPK RT masih mendominasi
pangsa DPK Perbankan di Jawa Tengah dengan rasio
sebesar 75,37% atau meningkat dibandingkan pangsa
pada triwulan III 2017 sebesar 71,51%.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 79

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
30,00 % YOY 100%
90%
25,00
80%
70%
20,00
60%
15,00 50%
40%
10,00 30%
20%
5,00
10%
0,00 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-5,00 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN
RATA-RATA PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 4.5 Perkembangan Pertumbuhan DPK, Perseorangan, dan Grafik 4.6 Perkembangan Pangsa DPK, Perseorangan, dan Bukan
Bukan Perseorangan Jawa Tengah Perseorangan Jawa Tengah

Melambatnya pertumbuhan DPK RT pada Tabel 4.1 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilainya
PENGELOMPOKAN
PANGSA NOMINAL PANGSA DEPOSAN
triwulan IV 2017 utamanya disebabkan oleh NOMINAL TABUNGAN
0-100 JUTA 48,41% 99,27%
penurunan pertumbuhan pada komponen 100-500 JUTA 27,29% 0,66%
500 JUTA - 1M
tabungan dan deposito. Pada triwulan IV 2017, 6,29% 0,04%
>1M 18,01% 0,03%
deposito RT mengalami pertumbuhan 8,52% (yoy) Sumber: Bank Indonesia, diolah

atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya


yang tumbuh sebesar 10,98 % (yoy). Selanjutnya, Purwokerto, dan Tegal menunjukkan ekspektasi
komponen tabungan RT juga tumbuh melambat dari masyarakat pada periode April-Juni terhadap perkiraan
12,27% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi sebesar jumlah tabungan untuk periode triwulan IV 2017
10,74% (yoy) pada triwulan ini. Walaupun dalam tren menunjukkan tren penurunan. Indeks ekspektasi
perlambatan, tabungan RT mengalami pertumbuhan jumlah tabungan untuk periode Desember 2017
lebih tinggi dibandingkan deposito. Sedangkan giro RT tercatat sebesar 118,25 atau menurun dibandingkan
mengalami kontraksi sebesar 1,76 (yoy); lebih dangkal periode September 2017 yang tercatat sebesar 133,42.
dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami
Sejalan dengan pola historis, ditinjau berdasarkan
pertumbuhan -6,91% (yoy).
kelompok nilai, ketergantungan perbankan Jawa
Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga Tengah terhadap deposan nilai besar perseorangan
(DPK) juga sejalan dengan perkiraan Survei masih cukup tinggi. Tercatat pada triwulan IV 2017,
Konsumen Bank Indonesia. Hasil pengolahan Survei sebanyak 0,03% dari jumlah deposan perseorangan
Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan nilai tabungan di atas Rp 1 Miliar menguasai
terhadap masyarakat di kota Semarang, Solo, 18,01% dari nilai keseluruhan tabungan perseorangan
di Jawa Tengah.
160
140
120 4.1.2.3. Kredit Perseorangan di Perbankan
100
80
Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan
60
komponen Konsumsi Rumah Tangga di Jawa
40
20 Tengah, penyaluran kredit Rumah Tangga (RT)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2016 2017
triwulan laporan mengalami akselerasi

Sumber: Bank Indonesia, diolah


dibandingkan triwulan III 2017. Pertumbuhan kredit
Grafik 4.7 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat terhadap
Peningkatan Tabungan Berdasarkan Survei Konsumen
RT pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 9,52% (yoy)
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
80 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

30 Pertumbuhan (% YOY) 125% 100%


90%
25 100% 80%
20 70%
75%
60%
15
50% 50%
10 40%
25% 30%
5
20%
0 0% 10%
-5 0%
-25% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
-50%
KREDIT PEMILIKAN RUMAH KREDIT KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA
TOTAL KPR KKB PERLENGKAPAN RT - SKALA KANAN MULTIGUNA LAINNYA
KREDIT PERLENGKAPAN RT KREDIT MULTIGUNA DAN LAINNYA

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.8 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.9 Perkembangan Pangsa Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah
Jawa Tengah

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang kontributor utama pertumbuhan kredit RT. Selanjutnya,
tercatat sebesar 8,68% (yoy). Pertumbuhan terbesar kredit multiguna juga mendorong peningkatan yang
kredit RT terjadi pada kelompok kredit perlengkapan lebih tinggi pada kredit RT, dengan pangsa sebesar
rumah tangga sebesar 58,72% (yoy), yang telah 26,39% dan pertumbuhan sebesar 11,31%.
mengalami tren akselerasi pertumbuhan sejak triwulan
Pada triwulan laporan ini, kredit RT Jawa Tengah
I 2017. Hal ini sejalan dengan peningkatan konsumsi
menunjukkan penurunan risiko kerentanan yang
masyarakat akan produk telekomunikasi, komputer,
diindikasikan dengan penurunan rasio NPL. Rasio
dan alat elektronik lainnya.
NPL Kredit RT di Jawa Tengah mengalami penurunan
Sementara itu berdasarkan andilnya, peningkatan dari sebesar 1,26% pada triwulan lalu, menjadi sebesar
kredit RT pada triwulan IV 2017 terutama 1,09% pada triwulan IV 2017. Secara agregat, tren
ditopang oleh kelompok kredit lainnya serta penurunan rasio NPL pada triwulan ini berlangsung
kelompok kredit multiguna. Dengan pangsa sebesar pada seluruh jenis kredit RT, yaitu kredit pemilikan
37,99% serta pertumbuhan sebesar 10,05% (yoy) rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit multiguna,
pada triwulan IV 2017, kredit lainnya menjadi serta kredit lainnya.

Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah
2016 2017
KOMODITAS
I II III IV I II III IV
KREDIT RUMAH TANGGA 1,20% 1,18% 1,23% 1,06% 1,17% 1,21% 1,26% 1,09%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21 1,95% 2,08% 2,56% 2,23% 2,68% 2,80% 2,90% 2,64%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70 1,91% 1,83% 1,85% 1,52% 1,70% 1,84% 1,80% 1,37%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70 2,76% 2,83% 2,98% 2,50% 2,97% 3,05% 3,36% 2,89%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN S.D. TIPE 21 0,29% 5,31% 1,92% 0,04% 1,63% 4,25% 3,43% 9,56%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE 22 S.D. 70 3,50% 2,27% 2,04% 3,00% 2,43% 2,45% 2,87% 2,01%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE DIATAS 70 6,73% 4,64% 6,81% 3,94% 3,37% 3,36% 3,60% 2,23%
PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN) 4,29% 3,77% 3,95% 4,33% 4,59% 4,19% 3,36% 2,75%
PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT 0,73% 0,63% 0,78% 0,77% 0,75% 0,83% 1,13% 1,02%
PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR 1,88% 2,38% 2,17% 1,89% 1,92% 2,02% 1,73% 1,58%
PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN RODA ENAM ATAU LEBIH 1,16% 0,70% 1,04% 1,80% 1,30% 1,36% 1,77% 2,55%
PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA 2,27% 2,10% 2,23% 0,40% 0,37% 1,71% 3,94% 2,54%
PEMILIKAN FURNITUR DAN PERALATAN RUMAH TANGGA 6,75% 6,48% 2,59% 1,76% 1,09% 1,24% 0,84% 0,42%
PEMILIKAN TELEVISI, RADIO, DAN ALAT ELEKTRONIK 0,23% 0,27% 0,90% 0,31% 0,95% 1,79% 2,10% 1,46%
PEMILIKAN KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI 5,52% 2,08% 2,97% 3,09% 4,29% 2,97% 8,29% 3,45%
PEMILIKAN PERALATAN LAINNYA 1,28% 1,10% 1,05% 1,02% 0,85% 0,60% 0,68% 0,70%
KEPERLUAN MULTIGUNA 1,04% 1,04% 1,05% 0,89% 1,02% 1,03% 1,09% 1,01%
KEPERLUAN LAINNYA 0,53% 0,51% 0,55% 0,47% 0,51% 0,57% 0,57% 0,52%
Sumber: Bank Indonesia, diolah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 81

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
40%

30%

20%
13.22% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21

10% 53.39% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70


KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70
26.96% KREDIT PEMILIKIAN FLAT/APARTEMEN
1.28% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO)
0% ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 5.15%
2014 2015 2016 2017

KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)


KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah


Grafik 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah Grafik 2.11 Pangsa Kredit Pemilikan Rumah di Jawa Tengah
di Jawa Tengah

Pada triwulan IV 2017, kredit pemilikian rumah III 2017 yang tercatat sebesar 3,43%. Tren peningkatan
(KPR) tumbuh sebesar 9,61% (yoy) atau lebih rasio NPL untuk KPR flat/apartemen tipe diatas 21
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang tersebut telah berlangsung selama 2 (dua) tahun
tumbuh sebesar 6,42% (yoy). Pendorong utama terakhir, dengan rasio NPL pada triwulan laporan ini
ekspansi KPR tersebut utamanya disebabkan akselerasi merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012.
KPR untuk golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 yang
Selanjutnya, pada triwulan IV 2017 kredit
tumbuh sebesar 12,92% (yoy) pada triwulan IV 2017,
kendaraan bermotor (KKB) mengalami
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
pertumbuhan sebesar 6,37% (yoy) atau lebih
tercatat 12,07% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang
bahwa peningkatan investasi rumah tinggal oleh
tumbuh sebesar 3,61% (yoy). Pertumbuhan kredit
kalangan masyarakat berpenghasilan menengah
kendaraan bermotor (KKB) untuk kepemilikan mobil
menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan
roda empat sebesar 13,41% (yoy) pada triwulan IV
dibandingkan triwulan III 2017. Selanjutnya, KPR untuk
2017, masih menjadi pendorong ekspansi kredit
golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 juga masih
kendaraan bermotor (KKB) di Jawa Tengah. Sedangkan
menjadi kontributor utama KPR perbankan di Jawa
ekspansi KKB untuk kepemilikan sepeda bermotor,
Tengah dengan pangsa sebesar 53,39%, diikuti oleh
justru menunjukkan kinerja negatif atau kontraksi
KPR rumah tinggal tipe diatas 70 (26,96%), dan KPR
sebesar 13,10% (yoy) pada triwulan IV 2017, turun
rumah tinggal tipe 21 (13,22%).
lebih dalam dibandingkan triwulan III 2017 yang
Secara agregat, kredit pemilikan rumah pada tercatat sebesar 11,61% (yoy). Tren penurunan
triwulan IV 2017 mengalami perbaikan kualitas
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini 5%
5%
tercermin dari rasio NPL KPR untuk rumah tinggal 4%
4%
seluruh golongan dan KPR untuk Ruko dan Rukan, yang 3%
3%
seluruhnya menunjukkan tren penurunan rasio NPL 2%
2%
pada triwulan IV 2017. Namun demikian, hal yang perlu 1%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

diwaspadai adalah KPR golongan flat/apartemen tipe 2014 2015 2016 2017

KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)

diatas 21 pada triwulan IV 2017 dengan NPL tercatat KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70

sebesar 9,56%, atau meningkat dibandingkan triwulan


Grafik 4.12 Perkembangan NPL Kredit Pemilikan Rumah di Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
82 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

2.5%
90%
2.0%
70%
1.5%
50%
1.0%
30%

10% 0.5%

-10% 0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-30% 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KKB MOBIL RODA EMPAT KKB SEPEDA BERMOTOR KKB MOBIL RODA EMPAT KKB SEPEDA BERMOTOR

Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Grafik 4.14 Perkembangan NPL Kredit Kendaraan Bermotor
di Jawa Tengah di Jawa Tengah

ekspansi KKB sepeda bermotor pada perbankan di mobil roda empat serta KKB sepeda bermotor, yang
Jawa Tengah telah berlangsung sejak tahun 2014 dan seluruhnya menunjukkan tren penurunan rasio NPL
diperkirakan akan berlanjut seiring dengan pada triwulan IV 2017.
meningkatnya preferensi masyarakat terhadap
Pada triwulan IV 2017, kredit pemilikian rumah
perusahaan pembiayaan sebagai sumber pembiayaan
(KPR) tumbuh sebesar 9,61% (yoy) atau lebih
alternatif. Selanjutnya, KKB untuk kepemilikan mobil
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang
roda empat masih menjadi kontributor utama KKB
tumbuh sebesar 6,42% (yoy). Pendorong utama
perbankan di Jawa Tengah dengan pangsa sebesar
ekspansi KPR tersebut utamanya disebabkan akselerasi
71,72%, diikuti oleh KKB sepeda bermotor dengan
KPR untuk golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 yang
pangsa sebesar 26,25%. Dengan pangsa sebesar
tumbuh sebesar 12,92% (yoy) pada triwulan IV 2017,
1,64%, volatilitas ekspansi KKB untuk kepemilikan truk
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
dan kendaraan bermotor roda enam atau lebih,
tercatat 12,07% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan
berdampak tidak signifikan terhadap kinerja KKB
bahwa peningkatan investasi rumah tinggal oleh
perbankan di Jawa Tengah.
kalangan masyarakat berpenghasilan menengah
Secara agregat, kualitas kredit kendaraan menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan
bermotor (KKB) pada triwulan IV 2017 mengalami dibandingkan triwulan III 2017. Selanjutnya, KPR untuk
perbaikan dengan penurunan rasio NPL dari golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 juga masih
1,31% pada triwulan lalu menjadi sebesar 1,20% menjadi kontributor utama KPR perbankan di Jawa
pada triwulan IV 2017. Perbaikan risiko kerentanan Tengah dengan pangsa sebesar 53,39%, diikuti oleh
kredit kendaraan bermotor juga tercermin dari KKB KPR rumah tinggal tipe diatas 70 (26,96%), dan KPR
rumah tinggal tipe 21 (13,22%).

Secara agregat, kredit pemilikan rumah pada


triwulan IV 2017 mengalami perbaikan kualitas
71.72% KREDIT PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT
KREDIT PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini
26.25% KREDIT PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN BERMOTOR
1.64% RODA ENAM ATAU LEBIH
KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA
tercermin dari rasio NPL KPR untuk rumah tinggal
0.39%
seluruh golongan dan KPR untuk Ruko dan Rukan, yang
seluruhnya menunjukkan tren penurunan rasio NPL
pada triwulan IV 2017. Namun demikian, hal yang perlu
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.15 Pangsa Kredit Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah diwaspadai adalah KPR golongan flat/apartemen tipe
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 83

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
diatas 21 pada triwulan IV 2017 dengan NPL tercatat pertumbuhan aset perbankan Jawa Tengah tersebut
sebesar 9,56%, atau meningkat dibandingkan triwulan lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan aset
III 2017 yang tercatat sebesar 3,43%. Tren peningkatan perbankan nasional yang tercatat sebesar 10,06% (yoy)
rasio NPL untuk KPR flat/apartemen tipe diatas 21 pada triwulan laporan. Sejalan dengan deselerasi
tersebut telah berlangsung selama 2 (dua) tahun pertumbuhan aset perbankan nasional, kinerja aset
terakhir, dengan rasio NPL pada triwulan laporan ini perbankan di kawasan Jawa secara umum
merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012. menunjukkan perlambatan, dengan pengecualian
perbankan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
8
4.2. KONDISI UMUM PERBANKAN JAWA TENGAH yang menunjukkan tren peningkatan pertumbuhan
Pada triwulan IV 2017, kinerja perbankan di Jawa aset.
Tengah menunjukkan perkembangan yang
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan
beragam. Indikator utama perbankan berupa
J a w a Te n g a h m e n u n j u k k a n p e r b a i k a n
pertumbuhan aset dan dana pihak ketiga yang
dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan IV 2017,
dihimpun oleh perbankan Jawa Tengah menunjukkan
penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah tumbuh
perlambatan dibandingkan triwulan III 2017, sejalan
9,15% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III
dengan tren nasional dan Pulau Jawa pada umumnya.
2017 yang tercatat sebesar 9,07% (yoy). Total kredit
Sementara itu, kinerja ekspansi dan kualitas kredit
perbankan Jawa Tengah yang tersalurkan pada
menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan
triwulan ini tercatat sebesar Rp258,42 triliun. Kinerja
sebelumnya.
ekspansi kredit perbankan di Jawa Tengah pada
Secara tahunan, total aset perbankan di Jawa triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan
Tengah mengalami perlambatan pada triwulan IV kinerja perbankan di tingkat nasional yang tumbuh
2017. Total aset perbankan Jawa Tengah tercatat sebesar 8,26% (yoy). Tren akselerasi pertumbuhan
sebesar Rp353,26 triliun atau mengalami pertumbuhan kredit perbankan di Jawa Tengah tersebut juga sejalan
sebesar 10,56% (yoy) pada triwulan laporan; tumbuh dengan tren pertumbuhan kredit perbankan nasional
lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang maupun perbankan di Jawa yang seluruhnya
tercatat sebesar 11,26% (yoy). Total aset bank umum di menunjukkan arah peningkatan. Berdasarkan jenis
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar penggunaan, peningkatan ekspansi kredit perbankan
R p 3 5 3 , 2 6 Tr i l i u n . N a m u n d e m i k i a n , k i n e r j a Jawa Tengah disebabkan oleh peningkatan kinerja

30% 30%

25% 25%

20% 20%

15% 15%

10% 10%

5% 5%

0% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Grafik 4.16 Perkembangan Pertumbuhan Aset Perbankan di Pulau Jawa Grafik 4.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan di Pulau Jawa

8. Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank


STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
84 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

30% 4.50%
4.00%
25%
3.50%
20% 3.00%
2.50%
15%
2.00%
10% 1.50%
1.00%
5%
0.50%
0% 0.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Grafik 4.18 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4.19 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan (NPL)
di Jawa Tengah Kredit Perbankan Jawa Tengah

kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 10,11% (yoy) pada level 1,69% atau menurun dibandingkan NPL
pada triwulan ini, lebih tinggi dibandingkan triwulan III sebelumnya yang tercatat sebesar 3,00%. Perbaikan
2017 yang tumbuh sebesar 9,47% (yoy). kualitas kredit perbankan Jawa Tengah ini juga sejalan
dengan tren perbaikan kualitas kredit nasional dan
Berbeda dengan kinerja kredit perbankan,
Pulau Jawa secara keseluruhan. Selanjutnya, rasio NPL
pertumbuhan DPK perbankan Jawa Tengah pada
perbankan Jawa Tengah juga tercatat lebih rendah
triwulan IV 2017 mengalami penurunan. Pada
dibandingkan rasio NPL nasional yang tercatat sebesar
triwulan ini, DPK tumbuh sebesar 9,39% (yoy) atau
1,85%.
tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017
yang tercatat sebesar 12,68% (yoy). Deselerasi Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Jawa
pertumbuhan DPK perbankan di Jawa Tengah Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami
utamanya disebabkan perlambatan pertumbuhan peningkatan. Rasio LDR perbankan Jawa Tengah pada
komponen tabungan dan deposito yang tumbuh triwulan laporan tercatat sebesar 98,27%, meningkat
masing-masing sebesar 12,19% (yoy) dan 5,79% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat sebesar
pada triwulan berjalan, atau lebih rendah dibandingkan 97,44%. Peningkatan rasio LDR ini sejalan dengan
triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 13,70% (yoy) fenomena pertumbuhan DPK perbankan di Jawa
dan 13,00% (yoy). DPK yang dihimpun perbankan Tengah yang mengalami perlambatan pada triwulan IV
Jawa Tengah sebesar Rp262,97 triliun juga tumbuh 2017. Selanjutnya, rasio LDR perbankan Jawa Tengah
lebih tinggi dibandingkan DPK nasional yang tumbuh juga tercatat lebih tinggi dibandingkan rasio LDR
sebesar 9,28% (yoy) atau sebesar sebesar Rp5.285,73 perbankan nasional yang tercatat sebesar 90,39%.
triliun. Tren perlambatan pertumbuhan DPK serta merupakan yang tertinggi di kawasan Jawa.
perbankan di Jawa Tengah tersebut juga sejalan
110%
dengan tren perlambatan perbankan di tingkat
100%

nasional. 90%

80%

Sejalan dengan kinerja ekspansi kredit yang 70%

m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n , k u a l i t a s k re d i t 60%

50%
perbankan Jawa Tengah juga tercatat mengalami I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017

perbaikan pada triwulan IV 2017. Rasio Non- NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Performing Loan (NPL) pada triwulan IV 2017 berada Grafik 4.20 Perkembangan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
Perbankan Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 85

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
400 RP TRILIUN 25 % 110%

350
105%
20
300
100%
250 15
200 95%

150 10
90%
100
5 85%
50
0 0 80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
ASET DPK KREDIT ASET DPK KREDIT LDR - SKALA KANAN

Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.22 Perkembangan Pertumbuhan Indikator Perbankan
Jawa Tengah

Peningkatan rasio LDR perbankan di Jawa Tengah pada menurun dibanding triwulan III 2017 yang tercatat
triwulan IV 2017 juga sejalan dengan tren peningkatan sebanyak 3.228 kantor. Penurunan tersebut terjadi
rasio LDR nasional dan kawasan Jawa. pada kelompok Bank Swasta Nasional khususnya pada
infrastruktur kantor cabang pembantu yang telah
4.2.1. Perkembangan Bank Umum berkurang sebanyak 18 kantor dari jumlah semula 945
4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank kantor menjadi 927 kantor pada triwulan ini. Tren
Jumlah jaringan kantor bank umum di Jawa penurunan jaringan kantor bank tersebut umumnya
Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami didasarkan pada alasan efisiensi biaya operasional
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. sekaligus mengoptimalkan agen Layanan Keuangan
Pada triwulan laporan, jumlah kantor bank umum di Digital yang telah berjalan di masyarakat.
Jawa Tengah tercatat sebesar 3.185 kantor atau

Tabel 4.3 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan di Jawa Tengah


2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV I II III IV
BANK KONVENSIONAL
JUMLAH BANK UMUM 53 54 55 55 54 53 53
JUMLAH BANK (KANTOR PUSAT) 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH KANTOR BANK UMUM 3.479 3.333 3.318 3.303 3.242 3.228 3.185
JUMLAH KANTOR BANK UMUM MENURUT
BANK PEMERINTAH 2.052 1.941 1.974 1.983 1.925 1.934 1.934
KANTOR PUSAT - - - - - -
KANTOR CABANG 80 80 89 92 92 92 92
KANTOR CABANG PEMBANTU 1.784 1.652 1.664 1.666 1.608 1.610 1.610
KANTOR KAS 188 209 221 225 225 232 232
BANK PEMERINTAH DAERAH 305 313 359 340 343 340 340
KANTOR PUSAT 1 1 1 1 1 1 1
KANTOR CABANG 44 45 49 49 49 49 49
KANTOR CABANG PEMBANTU 114 120 149 130 133 130 130
KANTOR KAS 146 147 160 160 160 160 160
BANK SWASTA NASIONAL 1.101 1.058 964 953 945 927 884
KANTOR PUSAT - - - - - -
KANTOR CABANG 192 193 186 188 187 186 186
KANTOR CABANG PEMBANTU 828 774 671 666 662 647 604
KANTOR KAS 81 91 107 99 96 94 94
BANK ASING DAN BANK CAMPURAN 21 21 21 27 29 27 27
KANTOR PUSAT - - - - - -
KANTOR CABANG 14 14 14 19 20 19 19
KANTOR CABANG PEMBANTU 6 7 7 8 8 8 8
KANTOR KAS 1 - - - 1 -
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
86 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan Dana


Pihak Ketiga
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Berdasarkan kelompok nilainya, perlambatan tabungan
triwulan IV 2017 melambat dibandingkan perbankan Jawa Tengah disebabkan tertahannya
triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan pertumbuhan kelompok deposan nilai dengan nilai
DPK tersebut disebabkan tertahannya pertumbuhan tabungan Rp100-500 juta yang tumbuh melambat
seluruh komponen DPK, dengan penurunan terdalam sebesar 13,30% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih
tercatat pada komponen deposito. rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 14,32% (yoy). Walaupun mengalami
Pada triwulan IV 2017, komponen DPK berupa
perlambatan pada triwulan laporan, kelompok
tabungan tumbuh melambat sebesar 12,19% tabungan dengan nilai Rp100-500 juta menunjukkan
(yoy) dari 13,70% (yoy) pada triwulan III 2017. tren peningkatan pangsanya terhadap tabungan
Perlambatan tersebut utamanya disebabkan perbankan di Jawa Tengah pada periode 4 tahun
tertahannya komponen utama tabungan perbankan terakhir. Sementara itu kelompok tabungan dengan
Jawa Tengah, yaitu rekening swasta perseorangan nilai kurang dari Rp10 juta terus menunjukkan tren
d e n g a n p a n g s a 9 3 , 5 8 % , Ta b u n g a n s w a s t a penurunan pada 4 tahun terakhir.
perseorangan tumbuh sebesar 10,72 % (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh Pertumbuhan deposito perbankan di Jawa Tengah
sebesar 12,26% (yoy). Walaupun mengalami pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar 5,79%
perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan, (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan III
pangsa tabungan swasta perseorangan mengalami 2017 yang tercatat sebesar 12,99% (yoy). Sejalan
peningkatan dibandingkan triwulan III 2017. Hal ini dengan perlambatan kinerja komponen tabungan,
disebabkan tabungan sektor Pemerintah khususnya komponen deposito juga mengalami perlambatan
rekening tabungan Pemerintah Daerah mengalami pada rekening swasta perseorangan. Rekening swasta
penurunan pangsanya terhadap tabungan perbankan perseorangan sebagai komponen pembentuk utama
di Jawa Tengah menjadi sebesar 0,31% pada triwulan deposito perbankan Jawa Tengah (67,95%), pada
IV 2017, dibandingkan triwulan sebelumnya yang triwulan IV 2017 tumbuh sebesar 8,50% (yoy), turun
tercatat sebesar 0,68%. dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar
10,95% (yoy). Lebih lanjut, penurunan kinerja deposito
perbankan di Jawa Tengah juga disebabkan kontraksi
300 RP TRILIUN

250 deposito sektor swasta non lembaga keuangan yang


200 tercatat sebesar 21,13% (yoy), turun drastis
150
dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan III 2017
100
yang tercatat sebesar 8,86% (yoy). Perkembangan
50

0 deposito perbankan di Jawa Tengah pada 4 tahun


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017
terakhir menunjukkan tren peningkatan pertumbuhan
GIRO TABUNGAN DEPOSITO

dan pangsa kontribusi oleh komponen deposito pada


Grafik 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum Jawa Tengah
kelompok nilai lebih dari Rp20 miliar.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 87

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
35% 100%
30% 90%
80%
25%
70%
20% 60%
15% 50%
10% 40%
30%
5%
20%
0% 10%
-5% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-10%
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KURANG DARI RP10 JUTA Rp10 - 100 JUTA Rp100 - 500 JUTA RP500JUTA - 1 MILIAR <10 JT >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 4.24 Perkembangan Pertumbuhan Tabungan Perbankan Grafik 4.25 Perkembangan Pangsa Tabungan Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai

120.00% 80.0%

100.00% 70.0%
60.0%
80.00%
50.0%
60.00%
40.0%
40.00%
30.0%
20.00% 20.0%
0.00% 10.0%

-20.00% 0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

>10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 4.26 Perkembangan Pertumbuhan Deposito Perbankan Grafik 4.27 Perkembangan Pangsa Deposito Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai

Sementara itu, kinerja giro perbankan Jawa mencerminkan kebijakan Pemerintah Daerah untuk
Tengah pada triwulan IV 2017 menunjukkan mengurangi pembayaran melalui transaksi giro
perkembangan yang relatif stabil. Pertumbuhan perbankan.
komponen giro perbankan di Jawa Tengah pada
Ketergantungan perbankan Jawa Tengah
triwulan laporan tercatat sebesar 8,32% (yoy),
terhadap deposan besar pada triwulan laporan
melambat relatif kecil dibandingkan triwulan III 2017
masih cukup tinggi. Dari hasil pengelompokkan DPK
yang tercatat sebesar 8,36% (yoy). Perlambatan
berdasarkan nilai, terlihat bahwa rekening dengan nilai
pertumbuhan giro Jawa Tengah terutama disebabkan
DPK di atas Rp 1 miliar hanya dimiliki oleh 0,08%
oleh rekening Pemerintah Daerah yang mengalami
penduduk di Jawa Tengah, namun demikian porsi
kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan
kepemilikan tersebut memiliki pangsa sebesar 40,18%
sebelumnya sebesar 0,22% (yoy), menjadi sebesar
dari total DPK perbankan di Jawa Tengah.
15,68% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini

Tabel 4.4 Pengelompokan DPK Berdasarkan Nilai


30
Nominal DPK Jumlah Persentase Persentase
25 DPK
(Rp Miliar) Rekening Nominal Rekening
20
0-100 JUTA 76.525 30.972.562 29,10% 98,90%
15
100-500 JUTA 60.299 294.389 22,93% 0,94%
10
500 JT - 1 M 20.486 27.375 7,79% 0,09%
5
>1 M 105.662 24.231 40,18% 0,08%
0
-5 TOTAL 262.972 31.318.557 100,00% 100,00%

-10 Sumber: Bank Indonesia, diolah


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
DPK DEPOSITO TABUNGAN GIRO

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 4.28 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan Jawa Tengah


STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
88 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

4.2.1.3. Penyaluran Kredit


Kinerja ekspansi kredit perbankan Jawa Tengah Apabila ditinjau berdasarkan penggunaan,
pada triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah pada
pertumbuhan. Penyaluran kredit perbankan di Jawa triwulan IV 2017 masih didominasi oleh kredit
Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat sebesar modal kerja dengan pangsa 53,53%. Sementara itu,
Rp258,42 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar kredit konsumsi dan kredit investasi menempati urutan
9,15% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2017 kedua dan ketiga dengan pangsa masing-masing
yang tercatat sebesar 9,07% (yoy). Peningkatan sebesar 30,28% dan 16,19% dari total kredit
pertumbuhan kredit tersebut berlawanan dengan arah perbankan Jawa Tengah.
pertumbuhan kredit perbankan nasional maupun
Peningkatan pertumbuhan kredit perbankan
kondisi umum perbankan di Jawa yang menunjukkan
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 didorong oleh
arah peningkatan. Kinerja pertumbuhan kredit di Jawa
kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit
Tengah ini juga masih lebih tinggi dibandingkan
modal kerja sebagai komponen terbesar kredit
pertumbuhan kredit nasional yang tumbuh sebesar
perbankan di Jawa Tengah, pada triwulan IV 2017
8,26% (yoy).
tumbuh 10,11% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan
Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran triwulan sebelumnya yang tecatat 9,47% (yoy).
kredit perbankan Jawa Tengah pada triwulan Demikian pula kredit konsumsi yang tumbuh
laporan masih didominasi oleh sektor meningkat menjadi 9,75% (yoy) dibandingkan
perdagangan besar dan eceran dengan pangsa triwulan sebelumnya yang tercatat 8,86% (yoy).
31,47% dari total nilai kredit. Sektor utama lainnya Sementara itu, perlambatan justru terjadi pada kredit
yaitu industri pengolahan, memiliki pangsa kredit investasi yang tumbuh sebesar 5,05% (yoy) pada
sebesar 19,34% diikuti oleh sektor pertanian yang triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan III
memiliki pangsa 3,35%. Rasio penyaluran kredit pada 2017 yang tercatat sebesar 8,14% (yoy).
sektor pertanian tersebut tergolong rendah
Berdasarkan pengelompokkan nilai, dapat terlihat
dibandingkan dengan kontribusi sektor Pertanian
bahwa persentase kredit di bawah Rp 500 juta memiliki
terhadap PDRB Jawa Tengah sebesar 14,09% pada
pangsa sebesar 48,51% dari total kredit yang
triwulan IV 2017. Hal ini menunjukkan pembiayaan
disalurkan di Jawa Tengah. Sementara kredit di atas
pada lapangan usaha pertanian masih sangat rendah
Rp500 juta memiliki pangsa sebesar 51,49% dari total
dan berpotensi untuk diperluas.

90 RP TRILIUN 50 %, YOY

80
70 40

60
30
50
40
20
30
20 10
10
- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 4.29 Perkembangan Kredit Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.30 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan
Berdasarkan Sektor Jawa Tengah Berdasarkan Penggunaan
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 89

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilai triwulan IV 2017. Secara umum, suku bunga deposito
Nominal DPK Jumlah Persentase Persentase
DPK
(Rp Miliar) Rekening Nominal Rekening juga menunjukkan penurunan suku bunga dari sebesar
0-100 JUTA 61.034 3.105.539 23,62% 87,86%
100-500 JUTA 64.328 384.359 24,89% 10,87%
5,93% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,54%
500 JT - 1 M 12.170 20.602 4,71% 0,58%
(yoy) pada triwulan IV 2017. Namun demikian, suku
>1 M 120.890 24.123 46,78% 0,68%
TOTAL 258.422 3.534.623 100,00% 100,00% bunga deposito menunjukkan perkembangan
Sumber: Bank Indonesia, diolah
beragam di setiap kategori jangka waktu. Suku bunga
kredit yang disalurkan di Jawa Tengah. Hal Ini deposito menunjukkan penurunan pada hampir
menunjukkan bahwa nominal penyaluran kredit skala seluruh kategori jangka waktu, dengan pengecualian
kecil dan skala besar di Jawa Tengah relatif merata. jangka waktu 24 bulan dan jangka waktu lebih dari 36
Namun ditinjau dari aspek sebaran jumlah debitur dan bulan, yang menunjukkan peningkatan suku bunga.
nominal kreditnya, penyaluran kredit di Jawa Tengah
sebagian besar masih dikuasai oleh debitur dengan Sejalan dengan penurunan suku bunga simpanan,

nominal kredit di atas Rp500 juta. Hal tersebut terlihat suku bunga kredit pada triwulan IV 2017 juga

dari 1,27% debitur di atas dengan realisasi kredit mengalami penurunan dibandingkan triwulan III

hingga Rp500 juta, memiliki pangsa nominal kredit 2017. Penurunan suku bunga pinjaman pada triwulan

hingga mencapai 51,49% dari keseluruhan nominal laporan terjadi pada seluruh komponen kredit

kredit Jawa Tengah. Berdasarkan data triwulan IV 2017, berdasarkan jenis penggunaan. Suku bunga pinjaman

mayoritas debitur kredit di atas Rp 1 Miliar merupakan untuk jenis penggunaan investasi turun dari 11,04%

golongan debitur sektor swasta non lembaga pada triwulan III 2017 menjadi 10,77% pada triwulan

keuangan. ini. Demikian pula dengan suku bunga pinjaman untuk


jenis penggunaan konsumsi yang turun menjadi
4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum 12,21% pada triwulan IV 2017 dari sebesar 12,41%
Pada triwulan IV 2017, suku bunga simpanan pada triwulan III 2017. Suku bunga kredit untuk
perbankan mengalami perkembangan beragam. penggunaan modal kerja juga menunjukkan
Suku bunga simpanan dalam bentuk giro mengalami penurunan dari 11,46% pada triwulan lalu menjadi
penurunan di triwulan laporan menjadi 1,96% dari 11,12% pada triwulan IV 2017. Penurunan suku bunga
2,42% pada triwulan III 2017. Selanjutnya, suku bunga kredit utamanya diperkirakan untuk mendorong
tabungan juga mengalami penurunan dari sebesar pertumbuhan kredit lebih tinggi lagi.
1,30% pada triwulan lalu menjadi sebesar 1,25% pada

15 % 4 % % 9

14 8
3

13 7
2
12 6

1
11 5

10 0 4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI GIRO TABUNGAN DEPOSITO (SKALA KANAN)

Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Jawa Tengah
Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
90 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

16 18 % YOY

15 17
16
14
15
13
14
12
13
11
12
10 11
9 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PERDAGANGAN BESAR & ECERAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERTUMBUHAN ASET BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.33 Perkembangan Suku Bunga Sektor Ekonomi Utama Grafik 4.34 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah
di Jawa Tengah

Perkembangan suku bunga kredit untuk sektor Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset
lapangan usaha utama di Jawa Tengah juga BPR Jawa Tengah, pertumbuhan DPK BPR Jawa
menunjukkan penurunan. Pada lapangan usaha utama Tengah pada triwulan III 2017 juga mengalami
di Jawa Tengah, penurunan terbesar terjadi pada suku peningkatan. DPK BPR Jawa Tengah pada triwulan
bunga kredit untuk lapangan usaha industri laporan tercatat tumbuh sebesar 14,40% (yoy), lebih
pengolahan serta lapangan usaha perdagangan besar tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat
dan eceran. Suku bunga pinjaman untuk lapangan sebesar 12,99% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
usaha industri pengolahan turun dari 10,47% pada tersebut didorong oleh komponen deposito. Pada
triwulan III 2017 menjadi 9,78% pada triwulan ini. komponen tersebut, BPR Jawa Tengah mampu tumbuh
Demikian pula dengan suku bunga pinjaman untuk meningkat menjadi sebesar 13,34% (yoy) pada
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran yang triwulan laporan dari triwulan lalu yang sebesar
turun menjadi 11,68% pada triwulan IV 2017 dari 11,30% (yoy). Selanjutnya, komponen tabungan
sebesar 11,85% pada triwulan lalu. Hal ini diperkirakan sebagai komponen mayoritas pada DPK BPR Jawa
sebagai respons perbankan untuk mendorong Tengah (55,81%) tumbuh meningkat menjadi sebesar
peningkatan pertumbuhan volume kredit pada 15,79% (yoy) dari 15,29% (yoy) pada triwulan
lapangan usaha utama di Jawa Tengah. sebelumnya.

4.3. PERKEMBANGAN KINERJA BANK Sejalan dengan kinerja aset, pertumbuhan kredit
PERKREDITAN RAKYAT (BPR) PROVINSI BPR Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat
JAWA TENGAH mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit BPR
Sejalan dengan peningkatan perekonomian Jawa Jawa Tengah pada triwulan laporan adalah sebesar
Tengah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah 12,95% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III
Provinsi Jawa Tengah mampu mencatatkan 2017 yang tercatat sebesar 12,16% (yoy).
peningkatan kinerja pada triwulan IV 2017 di
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan
tengah perbaikan ekonomi. Pertumbuhan aset BPR
pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah pada triwulan IV
Jawa Tengah pada triwulan laporan tercatat sebesar
2017 terutama didorong oleh kredit investasi dan
13,87% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III
konsumsi. Kredit investasi BPR Jawa Tengah tumbuh
2017 yang tercatat sebesar 12,97% (yoy).
sebesar 27,02% (yoy) pada triwulan laporan atau
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 91

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
25 %,YOY

20

15
44,19%
55,81%
10

5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017

PERTUMBUHAN DPK BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA DEPOSITO BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN DEPOSITO BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.35 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di Jawa Tengah Grafik 1.36 Pangsa Dana Pihak Ketiga BPR di Jawa Tengah

30 % YOY

25
20
15
10
58,25%
5
5,37%
0 36,18%
-5
-10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH
2013 2014 2015 2016 2017
KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN KREDIT BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH

Grafik 4.37 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR di Jawa Tengah Grafik 1.38 Pangsa Kredit BPR di Jawa Tengah
Berdasarkan Jenis Penggunaan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang pengolahan tumbuh sebesar 37,93% (yoy) pada
sebesar 21,33% (yoy). Selanjutnya, pada triwulan IV triwulan IV 2017, lebih tinggi dibandingkan triwulan
2017 kredit konsumsi BPR Jawa Tengah tumbuh lalu yang tercatat sebesar 22,77% (yoy). Sementara itu
sebesar 6,68% (yoy), meningkat dari 5,00% (yoy) pada kredit sektor perdagangan besar dan eceran melambat
triwulan lalu. Sedangkan kredit investasi BPR Jawa menjadi sebesar 16,07% (yoy), dari triwulan
Tengah mengalami perlambatan menjadi sebesar sebelumnya yang tercatat sebesar 16,31% (yoy).
15,96% (yoy) dari 16,27% (yoy) di triwulan lalu. Kondisi perlambatan ini sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan yang dialami oleh perbankan umum
Apabila ditinjau berdasarkan sektor ekonomi,
pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
peningkatan pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah
pada triwulan IV 2017 terutama disumbang oleh kredit Sejalan dengan kinerja pertumbuhan volume
sektor industri pengolahan. Kredit sektor industri kredit, kualitas kredit BPR di Jawa Tengah juga
mengalami perbaikan di triwulan laporan. Hal
40 % 40
tersebut tercermin dari tingkat NPL BPR Jawa Tengah
30
20

20
yang mengalami penurunan pada triwulan IV 2017.
0
10 NPL BPR Jawa Tengah tercatat sebesar 6,39% pada
-20
0 triwulan laporan atau menurun dibandingkan triwulan
-10 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV sebelumnya yang sebesar 7,33%.
2013 2014 2015 2016 2017
PERTUMBUHAN KREDIT BPR KESELURUHAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERTANIAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR RUMAH TANGGA - SKALA KANAN

Grafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR di Jawa Tengah


Berdasarkan Lapangan Usaha
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
92 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

12% 120%

10% 115%

8% 110%

6% 105%

4% 100%

2% 95%

0% 90%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHAN NPL INDUSTRI PENGOLAHAN LDR BPR JAWA TENGAH
NPL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN NPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

Grafik 4.40 Perkembangan NPL BPR di Jawa Tengah Grafik 4.41 Perkembangan Rasio FDR BPR Jawa Tengah

Berdasarkan sektor ekonomi, perbaikan kualitas sebesar 8,46% (yoy). Tren peningkatan pertumbuhan
kredit BPR Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 k re d i t U M K M d i J a w a Te n g a h j u g a s e j a l a n
terutama didorong oleh penurunan NPL lapangan dibandingkan pertumbuhan kredit UMKM nasional
usaha utama di Jawa Tengah yaitu sektor industri meningkat menjadi 9,76% (yoy) dibandingkan triwulan
pengolahan serta sektor perdagangan besar dan sebelumnya yang tercatat 8,72% (yoy).
eceran. Rasio NPL kredit sektor industri pengolahan
Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan
menurun signifikan dari sebesar 7,88% pada triwulan
pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah pada
lalu menjadi 6,71% pada triwulan IV 2017. Penurunan
triwulan IV 2017 didorong oleh sektor pertanian
rasio NPL juga terjadi pada kredit sektor perdagangan
serta sektor industri pengolahan. Kredit UMKM
besar dan eceran yang tercatat sebesar 8,42% pada
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat
triwulan laporan atau menurun dari triwulan II 2017
tumbuh sebesar 16,42% (yoy) pada triwulan laporan,
yang sebesar 9,62%.
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Financing to Deposit Ratio (FDR) BPR Jawa Tengah pada tercatat sebesar 16,31% (yoy). Selanjutnya kredit
triwulan IV 2017 mengalami penurunan dibandingkan UMKM sektor industri pengolahan meningkat dari
triwulan III 2017. FDR BPR Jawa Tengah tercatat sebesar 15,04% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi 14,45% (yoy)
98,41% pada triwulan laporan atau menurun di triwulan III 2017. Sedangkan kredit UMKM sektor
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat perdagangan besar dan eceran masih melanjutkan tren
sebesar 100,40%. perlambatan sejak tahun 2016 dengan mencatatkan
perlambatan pada triwulan laporan menjadi sebesar
4.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA MIKRO, 5,52% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,80%
KECIL, MENENGAH (UMKM) (yoy).
Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di
90,00%
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat 80,00%
70,00%

sebesar 39,48%, atau mengalami penurunan 60,00%


50,00%
40,00%
dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat 30,00%
20,00%
sebesar 39,71%. Pertumbuhan kredit UMKM di 10,00%
0,00%
Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 9,21% (yoy) pada -10,00%
I II
2014
III IV I II
2015
III IV I II
2016
III IV I II
2017
III IV

triwulan IV 2017, atau meningkat dibandingkan NASIONAL


JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA DI YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM di Kawasan Jawa
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 93

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
40,00% 5,00%

30,00% 4,00%

20,00% 3,00%

10,00% 2,00%

0,00% 1,00%

-10,00% 0,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN

Grafik 4.43 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM di Jawa Tengah Grafik 4.44 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM di Jawa Tengah

Kualitas kredit UMKM pada triwulan IV 2017 modal kerja UMKM di Jawa Tengah masih lebih rendah
menunjukkan perkembangan yang beragam. dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja UMKM
Secara keseluruhan kualitas kredit UMKM di Jawa nasional yang tercatat sebesar 12,44% (yoy).
Tengah menunjukkan perbaikan dengan penurunan Sementara itu, ekpansi kredit investasi UMKM Jawa
rasio NPL menjadi sebesar 3,29% pada triwulan ini, dari Tengah terus menunjukkan perlambatan, dengan
sebelumnya tercatat 3,41% pada triwulan III 2017. tumbuh hanya sebesar 0,45% (yoy) pada triwulan ini,
Perbaikan kualitas kredit UMKM di Jawa Tengah lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang
ditopang oleh perbaikan kredit UMKM sektor tercatat sebesar 1,21% (yoy).
Pertanian, dengan penurunan rasio NPL dari sebesar
Kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan III 2017
2,57% pada triwulan lalu menjadi sebesar 2,46% pada
mengalami peningkatan risiko kerentanan. Hal ini
triwulan IV 2017. Sementara itu, walaupun ekspansi
tercermin dari peningkatan rasio NPL dari sebesar
kredit UMKM sektor perdagangan besar dan eceran
3,29% pada triwulan lalu menjadi sebesar 4,09% pada
melambat, kualitas kredit mengalami peningkatan
triwulan III 2017. Peningkatan kualitas kredit UMKM
dengan penurunan rasio NPL menjadi sebesar 3,29%
terjadi pada diseluruh komponen Kredit UMKM. Rasio
pada triwulan IV 2017, dari triwulan sebelumnya yang
NPL kredit modal kerja UMKM pada triwulan IV 2017
tercatat sebesar 3,46%.
tercatat sebesar 3.97%, meningkat dibandingkan
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit UMKM yang triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%.
disalurkan ke dalam skim kredit modal kerja pada Demikian pula dengan rasio NPL kredit investasi UMKM
triwulan IV 2017 meningkat menjadi sebesar 11,37% Jawa Tengah yang meningkat menjadi sebesar 4,45%,
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,68%.
10,18% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit

40,00% 5,00%
35,00%
4,00%
30,00%
25,00% 3,00%
20,00%
15,00% 2,00%

10,00%
1,00%
5,00%
0,00% 0,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

TOTAL KREDIT UMKM INVESTASI MODAL KERJA TOTAL KREDIT UMKM INVESTASI MODAL KERJA

Grafik 4.45 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM Jawa Tengah Grafik 4.46 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
94 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

SUPLEMEN III Potensi Industri Logam Di Tegal

Pada tahun 1940-an, pada saat pendudukan memfasilitasi pengembangan IKM pengolahan
Jepang, mulai dibuat tempat pengecoran logam di logam di Tegal, antara lain :
daerah Tegal untuk mencukupi kebutuhan 1. Pelatihan keterampilan kerja.
peralatan perang bagi tentara Jepang saat itu. Dari 2. Penanganan limbah industri logam.
situ, masyarakat mulai mendapatkan keterampilan 3. Fasilitasi kemitraan dengan agen pemasok
untuk mengerjakan logam sehingga keahlian 4. Fasilitasi uji produk melalui UPTD Laboratorium
tersebut digunakan untuk membangun bengkel- Perindustrian Kabupaten Tegal.
bengkel sederhana di masa setelah itu. Seiring • Melayani pemesanan cetakan produk dari
berjalannya waktu, industri pengolahan logam di industri logam
Kota dan Kabupaten Tegal semakin berkembang. • Tarif jasanya diatur oleh Perda
Dengan banyaknya industri kecil menengah dalam • Melayani uji mesin yang digunakan untuk
pengolahan logam, Tegal sampai dijuluki membuat cetakan, uji tarik, uji kandungan
Jepangnya Indonesia karena. logam dan uji kekerasan
• Dapat mengeluarkan sertifikat
Produk-produk yang dihasilkan bervariasi, antara
lain logam untuk alat-alat pertanian (traktor, mesin Agar dapat bersaing dengan produk impor, kualitas
giling), onderdil motor dan mobil, alat berat, alat produk harus terus ditingkatkan dengan jaminan
kesehatan, sampai hidran. Kualitas yang bagus pasar yang terus ada. Oleh karena itu, Kemenperin
dengan harga yang murah membuat produk melalui program Link and Match memfasilitasi
logam Tegal diminati konsumen dalam negeri. kerjasama IKM pengolahan logam di Tegal dengan
Walaupun banyak produk olahan logam dan perusahaan-perusahaan besar. Saat ini terdapat 4
turunannya, namun hampir seluruh produk yang IKM (PT Gaya Teknik Logam, PT Mira Fix
dihasilkan adalah produk industri kecil menengah, Manufaktur, PT FNF Metalindo Utama, UD Berkah)
belum ada industri pengolahan logam dalam skala yang menjadi supplier komponen motor ke PT
besar. Astra Honda Motor (PT AHM) melalui PT. Berdikari
Metal Engineering dan PT Dharma Polimetal.
Adanya globalisasi menuntut produksi berjalan
Kedua perusahaan besar ini merupakan first tier
efisien, kualitas terstandar, serta pemasaran yang
supplier sparepart PT AHM yang juga dijembatani
efektif. Hal tersebut yang membuat industri
oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra.
pengolahan logam di Tegal jalan di tempat. Oleh
karena dianggap sebagai industri unggulan yang Melihat potensi IKM logam di Kabupaten Tegal,
dapat menjadi alternatif sumber pertumbuhan Yayasan Dharma Bhakti Astra mendirikan LPB Tegal
ekonomi baru (new source of growth), Dinas untuk mengangkat dan mengembangkan IKM
Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal logam di Kabupaten Tegal. Dengan besarnya
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 95

SUPLEMEN III

potensi IKM logam, Yayasan Dharma Bhakti Astra Sebelum adanya kerjasama dengan perusahaan
bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan besar, IKM logam yang memproduksi komponen
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal memberikan sepeda motor harus berjualan keliling Indonesia
pelatihan dan pendampingan kepada 20 IKM dimana mereka harus bersaing harga dengan
logam untuk meningkatkan kapasitas IKM logam produsen lain dan produk impor. Hal ini
dari usaha rumahan menjadi usaha yang siap menjadikan perang harga. Dengan adanya
memasuki dunia industri. IKM logam diberi kerjasama dengan perusahaan besar, kontrak kerja
pelatihan dan pendampingan terkait quality terjamin dengan harga yang telah ditentukan di
control, dilatih gambar teknik, material yang awal sehingga lebih memberikan kepastian.
standar, metode penghitungan biaya dan pelatihan Kerjasama tersebut mampu meningkatkan
5S (5R). IKM logam juga diberi pelatihan mentalitas penjualan masing-masing IKM 15.000-30.000 pcs
dasar, penataan layout tempat kerja dan per komponen per bulan dengan total omset
penerapan sistem manajemen mutu. Harapannya, tambahan mencapai Rp 200 juta – Rp 500 juta per
IKM mitra LPB Tegal yang tergabung dalam bulan.
program sektor unggulan tersebut dapat terus
Selain link and match di komponen sepeda motor,
meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi
sebelumnya juga telah ada kerjasama komponen
sehingga siap menjadi supplier bagi PT Astra Honda
alat berat kepada perusahaan besar (Komatsu,
Motor mau pun perusahaan-perusahaan lainnya.
Trakindo, Sumitomo) dengan 7 IKM pengolahan
Dengan adanya kerjasama dengan perusahaan logam di Tegal, yaitu PT Putra Bungsu, PT Milako
besar, IKM di Tegal berbenah agar memenuhi Teknik Mandiri, PT Intan Pratama, PT Karya
syarat yang ditentukan oleh perusahaan besar, Paduyasa, PT Gemilang Lestari, PT Java Mandiri, PT
antara lain layout pabrik, SOP yang jelas, serta Prima Karya.
budaya kerja yang bagus. Setiap bulan ada audit
Pada akhir 2017, dilakukan penandatanganan 18
rutin yang dilakukan oleh perusahaan first tier
MoU antara IKM di Tegal dengan perusahaan-
kepada IKM yang bekerjasama untuk meng-
perusahaan besar yang nantinya akan menampung
update standar produk, manajemen, dan
produk-produk mereka. Ke depan, industri
kebersihan.
pengolahan logam di Tegal dapat semakin
berkembang dengan dukungan pemerintah.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
96 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

SUPLEMEN III

Gambar 1. Skema Pengembangan dan Pendampingan IKM


BAB
V

PENYELENGGARAAN
SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Kegiatan sistem pembayaran tunai dan non tunai yang aman, lancar, dan
efisien, mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi keuangan
di Jawa Tengah pada triwulan IV 2017.

Transaksi keuangan ritel yang diproses melalui SKNBI meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya.

Aliran uang dari BI ke perbankan mencatatkan posisi net outflow seiring dengan
meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun ajaran baru sekolah.

Transaksi menggunakan Uang Kertas Asing (UKA) di KUPVA BB meningkat dibandingkan


triwulan sebelumnya.

Penerapan elektronifikasi semakin masif, terutama dalam transaksi pembayaran jalan tol
dan Pemerintah Daerah.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 99

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
5.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM
KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA
(SKNBI)
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh negatif sebesar 7,09% (yoy)
merupakan jasa sistem pembayaran ritel yang dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Infrastruktur memproses 1.202.339 DKE. Nilai transaksi perputaran
SKNBI dapat memfasilitasi Penyelenggaraan Transfer kliring pada triwulan IV 2017 lebih rendah 17,10%
Dana dan Kliring Berjadwal untuk memproses Data (yoy) dibandingkan nilai perputaran kliring pada
Keuangan Elektronik (DKE) pada Layanan Transfer triwulan IV 2016 sebesar Rp51,57 triliun.
Dana, Layanan Kliring Warkat Debit, Layanan
Perkembangan rata-rata transaksi kliring harian
Pembayaran Reguler, dan Layanan Penagihan Reguler.
mencatat perbaikan dari sisi volume, meskipun
Pada triwulan IV 2017, penyelesaian transaksi non tunai mengalami kontraksi dari sisi nominal. Rata-rata harian
yang bersifat ritel melalui SKNBI tercatat mengalami volume perputaran kliring di Jawa Tengah sebesar
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik 17.732 DKE, atau lebih tinggi 2,26% (qtq)
dari sisi volume maupun nominal. Perputaran volume dibandingkan rata-rata harian pada triwulan
kliring pada triwulan laporan tercatat meningkat sebelumnya yang memproses 17.340 DKE. Dari sisi
3,91% (qtq) menjadi sebesar 1.117.126 Data nominal, nilai rata-rata harian perputaran kliring
Keuangan Elektronik (DKE) dibandingkan penyelesaian sebesar Rp678,64 miliar, tercatat lebih rendah 0,28%
pada triwulan III 2017 sebesar 1.075.059 DKE. Nilai dibandingkan triwulan sebelumnya yang memproses
transaksi perputaran kliring pada triwulan IV 2017 transaksi dengan nilai Rp680,55 miliar per hari.
sebesar Rp42,75 triliun, meningkat 1,33% (qtq), Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp42,19 volume dan nominal rata-rata harian perputaran kliring
triliun. Tren pertumbuhan perputaran kliring di Jawa mengalami pertumbuhan negatif sebesar masing-
Tengah pada triwulan IV 2017 sejalan dengan masing 7,09% (yoy) dan 17,10% (yoy).
pertumbuhan kliring nasional.
Perkembangan positif penyelesaian transaksi kliring
Secara tahunan, penyelesaian transaksi kliring di Jawa pada triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan
Tengah masih melanjutkan tren kontraksi. Dari sisi sebelumnya sejalan dengan peningkatan konsumsi
volume, perputaran kliring pada triwulan IV 2017 rumah tangga serta realisasi pembayaran investasi.

1,000 RP MILIAR RIBU TRANSAKSI 20 75,0 %, YOY INDEKS 250

60,0 200
18
800
45,0
150
16
30,0
600 100
14
15,0
50

400 12 ,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
0
2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-15,0
PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - VOLUME
NOMINAL SKNBI VOLUME - SKALA KANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - NOMINAL
-50
INDEKS PENJUALAN RIIL - SKALA KANAN SALDO BERSIH TERTIMBANG SKDU - SKALA KANAN

Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring dan
di Jawa Tengah IPR SPE dan SBT SKDU
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
100 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

1.400 RIBU TRANSAKSI 70.000 RP MILIAR

1.200 60.000

1.000 50.000

800 40.000

600 30.000

400 20.000

200 10.000

- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA

Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan Grafik 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan
Daerah Pengiriman Daerah Pengiriman

Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan indikator rata- Kegiatan operasional PWD yang dilaksanakan oleh
rata Indeks Penjualan Riil (IPR) hasil Survei Penjualan KPWD selain BI di wilayah Kudus, Magelang, Salatiga,
Eceran (SPE) sebesar 7,20 poin menjadi 182,30 dan Purworejo pada triwulan IV 2017 berjalan lancar
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 175,09. sesuai jadwal. Selama periode pelaporan tidak terdapat
Selain itu, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei kendala serta permasalahan yang dihadapi termasuk
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan keadaan tidak normal dan/atau kondisi darurat. Jumlah
percepatan kegiatan usaha, yang didorong oleh perwakilan peserta yang mengikuti kegiatan PWD
peningkatan kegiatan investasi. Pertumbuhan investasi melalui KPWD selain BI di wilayah kerja KPwBI Provinsi
terjadi pada seluruh sektor ekonomi, bahkan pada Jawa Tengah sebanyak 28 bank peserta. Perputaran
sebagian besar sektor pertumbuhan lebih tinggi warkat tertinggi terdapat di KPWD Kudus dengan rata-
dibandingkan periode sebelumnya. rata harian mencapai 258 warkat dengan nilai
mencapai Rp11,05 miliar. Sementara perputaran
Di Jawa Tengah terdapat 10 Koordinator Pertukaran
warkat terendah terdapat di KPWD Purworejo dengan
Warkat Debit (KPWD), yang diselenggarakan oleh Bank
rata-rata harian 23 warkat dengan nilai mencapai
Indonesia maupun KPWD selain BI. Diantara KPWD
Rp0,61 miliar.
tersebut, kota Semarang mencatatkan transaksi kliring
terbesar di Jawa Tengah dengan pangsa volume dan Perputaran kliring Jawa Tengah didominasi oleh
nominal kliring sebesar masing-masing 43,99% dan transaksi kliring debet penyerahan berupa penyerahan
43,42%. Pangsa volume dan nilai transaksi kliring kota cek dan bilyet giro. Pada triwulan IV 2017, penarikan
Semarang pada triwulan laporan mengalami cek dan bilyet giro (BG) kosong mengalami
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar peningkatan, baik dari sisi nominal maupun volume,
masing-masing 43,36% dan 41,70%. Kota selanjutnya dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap cek dan BG kosong yang dikliringkan per hari pada
perputaran kliring Jawa Tengah adalah kota Solo triwulan laporan meningkat sebesar 2,68% (qtq)
dengan pangsa volume dan nominal masing-masing menjadi 135 lembar per hari dari triwulan sebelumnya
sebesar 23,20% dan 24,92%, sedangkan kota-kota sebesar 131 lembar per hari. Sejalan dengan
lain hanya memberikan kontribusi di bawah 8%. peningkatan volume penarikan cek dan BG kosong,
rata-rata nilai penarikan cek dan BG kosong mencatat
peningkatan sebesar 10,79% (qtq) dari Rp4,64 miliar
per hari pada triwulan III 2017 menjadi sebesar Rp5,14
miliar per hari pada triwulan laporan.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 101

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
30,0 RP MILIAR LEMBAR 350 uang kartal keluar dari Bank Indonesia (outflow)
25,0 300 menunjukkan peningkatan sebesar 61,05% (qtq) dari
20,0 250 Rp9,92 triliun pada triwulan III 2017 menjadi Rp15,98
15,0 200 triliun pada triwulan IV 2017.
10,0 150
Pertumbuhan tahunan outflow pada triwulan IV 2017
5,0 100
I II
2013
III IV I II
2014
III IV I II
2015
III IV I II III
2016
IV I II III
2017
IV
tercatat menurun 32,83% (yoy), lebih tinggi
NOMINAL VOLUME - SKALA KANAN dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
Grafik 5.5 Perkembangan Rata-Rata Penarikan Cek dan Bilyet Giro yang mencatat pertumbuhan sebesar 2,92% (yoy).
Kosong Harian di Jawa Tengah
Posisi inflow tercatat tumbuh 0,30% (yoy), lebih rendah
Pertumbuhan tahunan volume dan nominal rata-rata dibandingkan inflow pada triwulan IV 2016 yang
harian penarikan cek dan BG kosong pada triwulan IV tumbuh 16,57% (yoy). Dengan demikian posisi net
2017 mengalami perbaikan yang diindikasikan dengan outflow pada triwulan laporan tercatat tumbuh
penurunan rata-rata harian penarikan cek dan BG 148,01% (yoy), berbalik arah dibandingkan periode
kosong masing-masing sebesar 32,34% (yoy) dan yang sama tahun lalu yang mengalami posisi net inflow
39,04% (yoy). dengan pertumbuhan sebesar 98,11% (yoy).

5.2. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG Peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada
RUPIAH triwulan IV 2017 terkait dengan persiapan Natal dan
Pergerakan uang kartal melalui Bank Indonesia di Jawa tahun ajaran baru sekolah, sehingga pada periode
Tengah pada triwulan IV 2017 mencatatkan net tersebut terjadi kenaikan outflow yang signifikan saat
outflow dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi net terjadi penipisan inflow. Secara spasial, aliran uang
outflow mencapai 106,51% (qtq) atau sebesar Rp1,27 kartal melalui Bank Indonesia di Semarang dan Solo
triliun, berbalik arah setelah mencatat posisi net inflow mencatat net inflow mengingat peran kedua kota
sebesar Rp19,45 triliun pada triwulan sebelumnya. tersebut sebagai kota pusat perekonomian di Jawa
Posisi aliran uang kartal dari perbankan dan masyarakat Tengah. Sementara itu, posisi aliran kas melalui Bank
ke Bank Indonesia (inflow) menunjukkan pertumbuhan Indonesia Purwokerto dan Tegal mencatat net outflow.
negatif sebesesar 49,92% (qtq) menjadi Rp14,71 triliun
pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp29,37 triliun. Sementara aliran

30 RP TRILIUN 10 RP TRILIUN

25 8
20
6
15
4
10
5 2

- (1)
(5) (3)
(10)
(5)
(15) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (7) 2012 2013 2014 2015 2016 2017

INFLOW OUTFLOW NET INFLOW/(OUTFLOW) SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal
melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah Berdasarkan Wilayah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
102 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH

80 KALI RP MILIAR 100 10 RP TRILIUN RASIO (%) 60


70 90 9
90 8 50
60
70 7
40
50 60 6
40 50 5 30
30 40 4
30 3 20
20
20 2
10
10 10 1
0 0 - -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

NOMINAL KAS KELILING FREKUENSI KAS KELILING - SKALA KANAN PEMUSNAHAN % PEMUSNAHAN/INFLOW - SKALA KANAN

Grafik 5.8 Nominal dan Frekuensi Kas Keliling Grafik 5.9 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

Bank Indonesia aktif melakukan layanan kas, baik yang Dalam rangka menjamin ketersediaan dan
dilaksanakan di dalam kantor maupun di luar kantor. meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Bank Indonesia di Jawa Tengah secara rutin
uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang melakukan kegiatan penarikan uang Rupiah yang tidak
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan layak edar dari peredaran, untuk selanjutnya disortir
dalam kondisi layak edar atau mendorong clean money dan diganti dengan uang rupiah layak edar.
policy. Layanan kas bagi masyarakat di kantor Bank Pemusnahan uang Rupiah tidak layak edar di Jawa
Indonesia dibuka untuk melayani penukaran uang Tengah pada triwulan laporan sebesar 47,29% dari

rusak, uang cacat, serta uang yang sudah dicabut dari inflow. Rasio tingkat pemusnahan uang tidak layak edar

peredaran. lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang


berada di level 32,00%.
Salah satu bentuk layanan kas yang dilakukan Bank
Jumlah uang palsu yang ditemukan di Jawa Tengah
Indonesia di luar kantor adalah kas keliling, yang rutin di
pada 2017 sebanyak 21.628 lembar. Jumlah ini
dalam kota lokasi Bank Indonesia hingga menjangkau
mengalami penurunan 16,65% dibandingkan periode
daerah terpencil. Pada triwulan IV 2017, Kantor Bank
yang sama tahun lalu dengan temuan uang palsu
Indonesia Provinsi Jawa Tengah melakukan kegiatan
sebanyak 25.948 lembar. Apabila dibedakan menurut
kas keliling sebanyak 13 kali. Selama kegiatan kas
nominalnya, uang palsu yang paling banyak ditemukan
keliling di triwulan pelaporan, masyarakat menukarkan
adalah pecahan Rp100.000 sebanyak 12.105 lembar
uang Rupiah sebesar Rp18,26 miliar. Kas keliling dapat
(55,97%), diikuti oleh pecahan Rp50.000 sebanyak
melayani penukaran uang ke pecahan yang lebih kecil
9.048 lembar (41,83%). Sedangkan uang palsu dalam
serta uang layak edar.
pecahan lainnya memiliki pangsa masing-masing
pecahan kurang dari 2%.

10,000 LEMBAR LEMBAR


9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
55,97% 41,83% 1,02% 1,18%
4,000
3,000
2,000
1,000
-
SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL

100,000 50,000 20,000 PECAHAN<10.000 100.000 50.000 20.000 PECAHAN < 10.000

Grafik 5.10 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah Grafik 5.11 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 103

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pasar
keuangan terutama pasar valuta asing domestik untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah serta
95,31% 2,56% 2,12% 0,01% menjaga kelangsungan ekonomi.

Nilai transaksi penukaran valuta asing melalui KUPVA


BB tersebut pada triwulan pelaporan mencapai
KLARIFIKASI BANK MASYARAKAT SETORAN BANK KLARIFIKASI MASYARAKAT

Rp674,47 miliar, lebih tinggi 5,78% (qtq) dibandingkan


Grafik 5.12 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Sumber Temuan
nilai transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp637,60
Apabila dibedakan berdasarkan daerahnya, uang palsu miliar. Sejalan dengan pertumbuhan triwulanan,
paling banyak ditemukan di Semarang (42,73%). pertumbuhan tahunan transaksi penukaran valuta
Sementara pangsa penemuan uang palsu di kota lain asing juga masih melanjutkan tren positif. Nilai
adalah Solo (23,70%), Tegal (20,61%), dan Purwokerto transaksi tercatat tumbuh 5,40% (yoy), berbalik arah
(12,96%). Penemuan tersebut antara lain berasal dari dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
klarifikasi perbankan ke Bank Indonesia (95,31%), mencatat pertumbuhan negatif sebesar 2,20%.
setoran masyarakat melalui loket penukaran (2,56%), Peningkatan transaksi pembelian dan penjualan valuta
hasil setoran bank (2,12%), serta klarifikasi masyarakat asing melalui KUPVA BB ini sejalan dengan
ke Bank Indonesia (0,01%). meningkatnya kunjungan wisatawan asing ke Jawa
Tengah sebesar 31,27% (yoy). Pada triwulan IV 2017,
5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI wisatawan asing yang berkunjung ke Jawa Tengah
PENUKARAN VALUTA ASING
melalui Bandara Ahmad Yani – Semarang maupun
Di Jawa Tengah terdapat 41 penyelenggara Kegiatan
Bandara Adi Sumarmo – Solo sebesar 8.896 kunjungan,
Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB)
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
yang memiliki izin dari Bank Indonesia. Dari jumlah
sebelumnya sebesar 6.777 kunjungan.
tersebut, 23 KUPVA (56,10%) terdapat di wilayah kerja
KPwBI Provinsi Jawa Tengah, 9 KUPVA BB (21,95%) Apabila dibedakan berdasarkan jenis transaksi,
terdapat di wilayah kerja KPwBI Solo, 6 KUPVA BB transaksi pembelian valuta asing melalui KUPVA Bukan
(14,63%) terdapat di wilayah kerja KPwBI Purwokerto, Bank mencapai Rp332,46 miliar atau meningkat
dan 3 KUPVA BB (7,32%) terdapat di wilayah kerja 3,99% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya
KPwBI Tegal. Penyelenggaraan KUPVA BB berizin sebesar Rp319,71 miliar. Transaksi penjualan tercatat

750 RP MILIAR %, YOY 120 750 RP MILIAR

600 80 600

450 40 450

300 0 300

150 (40) 150

- (80) -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PEMBELIAN PERTUMBUHAN TAHUNAN KUNJUNGAN WISMAN - SKALA KANAN USD SGD MYR EUR JPY LAINNYA
PENJUALAN PERTUMBUHAN TAHUNAN TRANSAKSI - SKALA KANAN

Grafik 5.13 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan Kunjungan Grafik 5.14 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui KUPVA
Wisatawan Asing di Jawa Tengah Bukan Bank di Jawa Tengah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
104 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH

mengalami perbaikan dengan tumbuh sebesar 7,59% di Bank Indonesia agar dapat mendukung
(qtq) menjadi Rp342,01, setelah mencatat kontraksi pembentukan iklim sistem pembayaran yang aman,
sebesar 1,51% (qtq) pada triwulan sebelumnya. lancar, efisien, serta melindungi konsumen.
Pertumbuhan tahunan transaksi pembelian dan
penjualan mencatat pertumbuhan negatif sebesar 5.4. PERKEMBANGAN ELEKTRONIFIKASI
DAN KEUANGAN INKLUSIF
masing-masing 4,26% (yoy) dan 6,54% (yoy).
Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang sistem
Berdasarkan mata uang yang diperdagangkan, Dolar pembayaran memiliki tugas dan peran yang esensial
Amerika Serikat (USD) masih mendominasi transaksi dalam mengakselerasi penggunaan layanan keuangan
pada triwulan IV 2017 (32,15%) yang diikuti oleh Dolar non tunai. Saat ini, akses keuangan bagi masyarakat
Singapura (SGD, 22,48%), Euro (EUR, 8,61%), Ringgit yang difasilitasi oleh jaringan kantor bank umum masih
Malaysia (MYR, 7,24%), dan Yen Jepang (JPY, 5,90%). terpusat di kota-kota dengan aktivitas perekonomian
Sementara transaksi mata uang lainnya memiliki yang tinggi di Jawa Tengah.
pangsa 23,62%. Penggunaan USD masih mendominasi
Berdasarkan rasio ketersediaan layanan keuangan
transaksi di Jawa Tengah seiring dengan peran USD
dibandingkan 100.000 penduduk dewasa di masing-
sebagai mata uang internasional serta peran Amerika
masing kabupaten/kota Jawa Tengah, daerah yang
Serikat sebagai negara tujuan ekspor terbesar Jawa
penduduknya mendapat layanan keuangan melalui
Tengah.
kantor perbankan maupun ATM dalam jumlah tertinggi
Bank Indonesia aktif melakukan pengawasan kepada adalah Kota Magelang dengan nilai rasio 358,4, diikuti
KUPVA BB berizin untuk pengembangan industri yang oleh kota Solo dan Tegal. Sementara itu, jumlah agen
sehat dan efisien serta mencegah dimanfaatkannya LKD yang melayani setiap 100.000 penduduk dewasa
KUPVA BB untuk pencucian uang, pendanaan di Jawa Tengah berdasarkan nilai rasio dimaksud juga
terorisme, atau kejahatan lainnya. Bank Indonesia juga masih terpusat di perkotaan, yaitu Kota Semarang.
bekerjasama dengan kepolisian di daerah untuk Daerah dengan ketersediaan layanan keuangan yang
melakukan penertiban KUPVA BB yang belum berizin. relatif rendah bagi penduduk dewasa adalah
Bank Indonesia terus mendorong KUPVA BB yang Kabupaten Pekalongan.
belum berizin untuk untuk segera mengurus perizinan

400 400

300 300

200 200

100 100

0 0
KAB. SEMARANG
KAB. KENDAL
KAB. DEMAK
KAB. GROBOGAN
KAB. PEKALONGAN
KAB. TEGAL
KAB. BREBES
KAB. PATI
KAB. KUDUS
KAB. PEMALANG
KAB. JEPARA
KAB. REMBANG
KAB. BLORA
KAB. BANYUMAS
KAB. CILACAP
KAB. PURBALINGGA
KAB. BANJARNEGARA
KAB. MAGELANG
KAB. TEMANGGUNG
KAB. WONOSOBO

KAB. KEBUMEN
KAB. KLATEN
KAB. BOYOLALI
KAB. SRAGEN
KAB. SUKOHARJO
KAB. KARANGANYAR
KAB. WONOGIRI
KAB. BATANG
KOTA SEMARANG
KOTA SALATIGA
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL
KOTA MAGELANG
KOTA SURAKARTA/SOLO

KAB. SEMARANG
KAB. KENDAL
KAB. DEMAK
KAB. GROBOGAN
KAB. PEKALONGAN
KAB. TEGAL
KAB. BREBES
KAB. PATI
KAB. KUDUS
KAB. PEMALANG
KAB. JEPARA
KAB. REMBANG
KAB. BLORA
KAB. BANYUMAS
KAB. CILACAP
KAB. PURBALINGGA
KAB. BANJARNEGARA
KAB. MAGELANG
KAB. TEMANGGUNG
KAB. WONOSOBO

KAB. KEBUMEN
KAB. KLATEN
KAB. BOYOLALI
KAB. SRAGEN
KAB. SUKOHARJO
KAB. KARANGANYAR
KAB. WONOGIRI
KAB. BATANG
KOTA SEMARANG
KOTA SALATIGA
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL
KOTA MAGELANG
KOTA SURAKARTA/SOLO
KAB. PURWOREJO

KAB. PURWOREJO

RASIO KETERSEDIAAN LAYANAN KEUANGAN RASIO KETERSEDIAAN AGEN LKD RASIO KETERSEDIAAN LAYANAN KEUANGAN RASIO KETERSEDIAAN AGEN LKD

Grafik 5.15 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di Jawa Tengah Grafik 5.16 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di Jawa Tengah
dibandingkan 100.000 Penduduk Dewasa dibandingkan 1.000 km2 Luas Wilayah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 105

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Apabila ditinjau dari luas wilayahnya, rasio ketersediaan Bank Indonesia mengawal penyaluran program
layanan keuangan dibandingkan 1.000 km2 luas pemerintah berupa bantuan sosial non tunai kepada
wilayah di masing-masing kabupaten/kota Jawa Keluarga Penerima Manfaat (KPM), baik berupa
Tengah, daerah yang memiliki ketersediaan layanan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan
keuangan tertinggi dibandingkan luas wilayahnya Non Tunai (BPNT) melalui pelaksanaan koordinasi
adalah Kota Solo. Sementara daerah yang memiliki nilai dengan Dinas Sosial dan bank penyalur. Setiap
rasio terendah adalah Kabupaten Pekalongan. penyaluran bansos dilakukan dalam bentuk non tunai
melalui sistem perbankan dan diintegrasikan dalam
Aspek ini perlu menjadi perhatian bagi pemangku
satu kartu (kartu kombo), atau yang dikenal dengan
kebijakan dan industri keuangan agar dapat
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Transformasi
meningkatkan jangkauan layanan keuangan bagi
penyaluran bansos dari tunai menjadi non tunai antara
masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil.
lain dimaksudkan untuk mewujudkan pemenuhan
Bank Indonesia melakukan terobosan dalam membuka
prinsip 6T (tepat waktu, tepat sasaran, tepat jumlah,
poin layanan keuangan khususnya bagi unbanked dan
tepat kualitas, tepat harga, dan tepat administrasi) serta
underbanked melalui Layanan Keuangan Digital (LKD)
meningkatkan kesempatan dan kemampuan
untuk meningkatkan inklusivitas keuangan di
masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan
Indonesia.
layanan keuangan.

Pemanfaatan LKD dapat mendukung peningkatan


Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng turut
keuangan inklusif yang berdampak positif pada
memfasilitasi program elektronifikasi pembayaran jalan
perkembangan ekonomi nasional karena
tol, khususnya di Semarang-Salatiga. Ruas jalan tol
meningkatkan kesejahteraan individu atau rumah
yang dikelola oleh PT. Jasa Marga dan PT. Trans Marga
tangga, mengurangi tingkat kemiskinan, pemerataan
Jateng telah dielektronifikasi secara bertahap.
pendapatan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Pembayaran di ruas jalan tol dimaksud dapat difasilitasi
mulai dari tingkat lokal. Sehingga dapat berdampak
menggunakan uang elektronik yang diterbitkan oleh
positif pada stabilitas sistem pembayaran dan stabilitas
Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BCA. Elektronifikasi
sistem keuangan.
dilakukan untuk menciptakan layanan non tunai yang
aman, cepat, efisien, dan transparan.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
106 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

SUPLEMEN IV EKOSISTEM NON TUNAI DI KABUPATEN BANYUMAS

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) merupakan aspek juga mempengaruhi perkembangan
gerakan yang dicanangkan oleh Bank Indonesia ekosistem non tunai, salah satunya adalah aspek
pada tanggal 14 Agustus 2014 untuk sosial, politik, dan teknologi. Berikut hasil asesmen
meningkatkan kesadaran dan penggunaan kondisi ekosistem non tunai di Kabupaten
instrumen keuangan untuk bertransaksi secara non Banyumas:
tunai. Melalui GNNT, transaksi setiap individu
diharapkan dapat dilaksanakan dengan mudah, 1. Aspek Sosial
cepat, dan efisien. Konsep gerakan ini Profil kependudukan dan kesejahteraan dapat
dilatarbelakangi oleh GNNT sebagai ekosistem mencerminkan tingkat adaptasi penduduk dalam
strategis, dalam pencapaian Keuangan Inklusif (KI), menghadapi perubahan khususnya adaptasi
yang artinya seluruh tingkat masyarakat dapat perubahan teknologi. Berdasarkan data BPS,
memiliki akses terhadap layanan keuangan. jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas
sebanyak 1.635.909 jiwa dengan persentase
Implementasi non tunai yang telah diterapkan di
penduduk miskin sebesar 17,04%, lebih tinggi
Kabupaten Banyumas antara lain penggunaan
dibandingkan persentase penduduk miskin
Uang elektronik sebagai alternatif pembayaran di
provinsi Jawa Tengah sebesar 13,01%. Jumlah
Pasar Manis (Pasar Tradisional), implementasi non
angkatan kerja di Kabupaten Banyumas tercatat
tunai di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan
sebanyak 841.406 orang, dengan jumlah bekerja
implementasi non tunai di Pesantren Miftahul
sebanyak 785.231 orang dan pengangguran
Huda. Dalam mewujudkan ekosistem non tunai,
terbuka sebanyak 38.048 orang.
terdapat beberapa masalah struktural seperti
infrastruktur belum merata, akseptasi non tunai Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar
masih rendah, dan biaya yang bervariasi. Beberapa angkatan kerja yang sedang bekerja berpendidikan

UNIVERSITAS 6.19% JASA KEMASYARAKATAN 14.7%

DIPLOMA I/II/III/AKADEMI 2.92% KEUANGAN DAN ASURANSI 3.3%

ANGKUTAN, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 3.4%


SEKOLAH MENENGAH ATAS KEJURUAN 13.62%
PERDAGANGAN 28.1%
SEKOLAH MENENGAH ATAS 8.41%
KONSTRUKSI 14.0%
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 18.05%
LISTRIK, GAS DAN AIR 0.5%
SEKOLAH DASAR 29.40%
INDUSTRI PENGOLAHAN 17.3%

TIDAK/BELUM TAMAT SD 18.18% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.6%

TIDAK/BELUM PERNAH SEKOLAH 3.22% PERTANIAN 17.0%

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah


Grafik 1. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Yang Bekerja d Banyumas Grafik 2. Lapangan Kerja Berdasarkan Sektor di Banyumas
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 107

SUPLEMEN IV

22.10% 16.67%
46.99%
30.92% 83.33%

PUNYA
TIDAK PUNYA
BABY BOOMERS (1946-1964)
GENERATION X (1965-1980)
GENERATION Y DAN Z (1981-1994) DAN (1995-2010)

Sumber: BPS, diolah Sumber: Quick Survey KPw BI Purwokerto

Grafik 2.3 Persebaran Angkatan Kerja Berdasarkan Generasi di Banyumas Grafik 2.4 Kepemilikan Akses Layanan Keuangan di Banyumas

setingkat sekolah dasar (29,40%). Angkatan kerja generasi Y serta Z memiliki preferensi terhadap
yang bekerja di Kabupaten Banyumas, mayoritas kebebasan dan fleksibilitas. Sikap pada setiap
berada pada sektor perdagangan (28,1%), diikuti generasi terhadap teknologi juga berbeda.
industri pengolahan (17,3%) dan pertanian Generasi baby boomers merupakan IT adaptors,
(17,0%). generasi X merupakan imigran digital dan generasi
Y serta Z merupakan pengguna sistem digital dan
Berdasarkan teori generasi, terdapat beberapa
merupakan technoholics.
kelompok generasi, yaitu generasi baby boomers,
generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Berdasarkan hasil quick survey tentang akses
9
Pengelompakkan generasi ini berdasarkan tahun layanan keuangan dan implementasi non tunai ,
kelahiran yang berdampak terhadap pola pikir, diketahui bahwa sebanyak 83,33% responden
sikap terhadap teknologi, preferensi, dan adaptasi telah memiliki akses layanan keuangan yaitu
terhadap tantangan. kepemilikan rekening tabungan di perbankan.
Alasan responden memiliki rekening tabungan di
Struktur angkatan kerja kabupaten Banyumas
Bank, dikarenakan sistem pemberian gaji di
terdiri dari 22,10% generasi baby boomers;
perusahaan atau institusi responden disalurkan
46,99% generasi X dan 30,92% generasi Y dan Z.
melalui perbankan serta kebutuhan akan akses
Mulai masuknya generasi Y dan Z dalam dunia
layanan keuangan responden tersebut sangat
kerja memberikan peluang terhadap penetrasi
tinggi. Profil responden yang memiliki akses
digital yang akan berdampak pada akseptasi
layanan keuangan perbankan yaitu karyawan
penggunaan non tunai.
swasta, magang, ibu rumah tangga, mahasiswa,

Berdasarkan aspirasi dan preferensi, generasi baby wirausaha, jobseekers, PNS, dokter, pedagang,

boomers memiliki kecenderungan mendapatkan guru, dan kontraktor. Di samping itu, responden

keamanan kerja. Sedangkan generasi X lebih yang tidak memiliki akses layanan keuangan

memilih untuk mencapai work life balance, dan umumnya karena merasa tidak membutuhkan

9. Quick survey dilaksanakan terhadap 30 responden di Kabupaten Banyumas yang dipilih


dengan metode random sampling.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
108 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

SUPLEMEN IV

76.67%
23.33%

BERTRANSAKSI TUNAI >20% 11-20% 5-10%


BERTRANSAKSI NON TUNAI

Sumber: Quick Survey KPw BI Purwokerto Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 2.5 Penggunaan Instrumen Tunai VS Non Tunai di Banyumas Grafik 2.9 Persentase Penggunaan Non Tunai terhadap Total Transaksi
di Banyumas

akses layanan keuangan dalam kegiatan menjadi faktor yang penting dalam penerapan
ekonominya. Profil responden yang tidak memiliki sebuah program dengan proyeksi jangka panjang.
akses layanan keuangan perbankan yaitu Pemerintah Pusat senantiasa mendukung program
pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, implementasi non tunai, antara lain melalui Surat
wirausaha, pedagang dan buruk pabrik dengan Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor
sebaran usia 35-50 tahun. 910/1866/SJ tanggal 17 April 2017 perihal
Implementasi Transaksi Non Tunai Pada Pemerintah
Perkembangan penggunaan instrumen non tunai
Daerah Provinsi dan Surat Edaran Kementerian
di Banyumas juga dinilai masih kurang masif.
Dalam Negeri Nomor 910/1867/SJ tanggal 17 April
Sebanyak 76,67% responden masih memiliki
2017 perihal Implementasi Transaksi Non Tunai
preferensi untuk menggunakan instrumen tunai
pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
dalam bertransaksi dibandingkan menggunakan
instrumen non tunai. Hal tersebut karena perilaku Implementasi transaksi non tunai pemerintah

masyarakat yang masih belum terbiasa dan masih daerah berimplikasi positif terhadap perekonomian

terdapat masyarakat yang belum teredukasi terkait daerah. Melalui implementasi sistem non tunai

instrumen non tunai. Selain itu, masih tingginya akan memberikan pengaruh secara tidak langsung
persepsi pada masyarakat bahwa instrumen non kepada masyarakat termasuk rekanan pemerintah
tunai memberikan kesulitan dalam bertransaksi. daerah, yang sebelumnya tidak memiliki rekening
Sebanyak 23,33% responden yang telah di bank atau belum menggunakan jasa bank, harus
menggunakan non tunai dalam transaksi, membuka diri terhadap layanan jasa perbankan.
mayoritas menyatakan telah menggunakan Selain itu, dukungan pemerintah pusat dalam
instrumen non tunai dengan nominal 5-10% dari implementasi non tunai di daerah juga dapat
total transaksi perbulan. diketahui melalui penyaluran bantuan dana
dengan instrumen non tunai, salah satunya
2. Aspek Politik
Bantuan Sosial (BanSos) PKH.
Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang konsisten dan berkesinambungan
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 109

SUPLEMEN IV

Disamping itu, implementasi non tunai juga dengan penetrasi di Indonesia sebesar 11. Relatif
diterapkan pada penyaluran dana BOS. Sejauh ini, longgarnya sebaran infrastruktur (khususnya
dalam implementasi non tunai khususnya jaringan kantor cabang) perbankan di Banyumas
penyaluran bantuan dana dari kementerian terkait, telah diatasi melalui pembukaan Layanan
telah disambut baik oleh pemerintah daerah Keuangan Digital (LKD) di beberapa titik di
Kabupaten Banyumas. Pemerintah daerah Kabupaten Banyumas, yakni sebanyak 2.174 agen.
Kabupaten Banyumas ikut serta mendukung Sejauh ini perbankan di wilayah Banyumas tidak
program Kementerian Sosial dalam penyaluran mengalami kendala terkait penyediaan
PKH secara non tunai. Jumlah kecamatan yang infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan
menerima bantuan sosial PKH di Kabupaten inklusivitas keuangan dan penerapan dalam
Banyumas cukup tinggi yaitu sebanyak 27 penggunaan instrumen non tunai, khususnya bagi
kecamatan, hal ini mengingat jumlah penduduk bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik
miskin di Kabupaten Banyumas masih tergolong Negara (HIMBARA).
tinggi.
Learning Insight
Pemerintah Daerah Banyumas juga turut Berdasarkan ketiga aspek di atas, diketahui bahwa
mendukung program KPw BI Purwokerto dalam tidak terdapat kendala teknologi dari sisi penyedia
program Transaksi Non Tunai (SINONA) pada tahun jasa sistem pembayaran. Pemerintah daerah
2016, yang meliputi elektronifikasi pesantren dan Banyumas mulai beradaptasi meskipun masih
elektronifikasi pasar tradisonal. Pemerintah daerah dalam penyesuasian perubahan yang
Banyumas juga menyatakan dukungannya untuk mempengaruhi bisnis proses maupun sistem
mengimplementasikan smart city pada saat teknologi. Di sisi lain, aspek sosial masih menjadi
launching program SINONA. Namun saat ini, tantangan utama yang perlu dihadapi, karena
Pemerintah daerah masih mengalami kendala struktur sosial memiliki pengaruh terhadap
dalam proses penyesuaian terkait tindak lanjut akseptasi perubahan. Edukasi yang masif serta
kewajiban implementasi non tunai pada mulai masuknya generasi technoholics dapat
penerimaan dan pengeluaran daerah yang dimuat menjadi peluang untuk dapat mempercepat
dalam Surat Edaran Kementerian dalam Negeri. adaptasi.

3. Aspek Teknologi
Jumlah kantor bank di wilayah kabupaten
Banyumas tercatat sebanyak 36 dengan peneterasi
kantor cabang bank per 100 ribu penduduk
dewasa sebesar 4,5, lebih rendah dibandingkan
BAB
VI

KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 relatif
membaik, tercermin dari perbaikan kondisi ketenagakerjaan, perbaikan
Nilai Tukar Petani (NTP), dan berkurangnya angka kemiskinan.
Kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami perbaikan,
tercemin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan meningkatnya
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) serta membaiknya kualitas pekerja.

NTP pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan
mencatatkan surplus yang lebih tinggi.

Angka kemiskinan Jawa Tengah pada September 2017 mengalami penurunan


dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 113

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
6.1. KETENAGAKERJAAN
Jumlah penduduk usia kerja di Jawa Tengah berbeda jauh dengan kondisi di tingkat nasional, di
meningkat, mencerminkan potensi ketersediaan mana 94,50% angkatan kerja tergolong bekerja
tenaga kerja pada Agustus 2017 yang meningkat sementara 5,50% merupakan pengangguran.
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada
Sejalan dengan meningkatnya jumlah pekerja,
Agustus 2017 jumlah penduduk usia kerja Jawa Tengah
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
sebesar 26,06 juta orang, atau meningkat 1,09% (yoy)
periode laporan juga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan Agustus 2016 yang berjumlah
dibandingkan dengan periode yang sama tahun
25,78 juta orang. Kondisi ini mencerminkan besarnya
lalu. TPAK yang mengindikasikan besarnya persentase
potensi tenaga kerja di Jawa Tengah dalam hal
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi,
kuantitas penduduk usia produktif.
mengalami peningkatan dibandingkan periode yang
Jumlah penduduk usia produktif yang menjadi sama tahun sebelumnya. TPAK Jawa Tengah pada
angkatan kerja meningkat pada triwulan laporan. Agustus 2017 tercatat sebesar 69,11%, atau
Jumlah angkatan kerja meningkat dibandingkan meningkat dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat
dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 67,15%. TPAK Jawa Tengah ini juga tercatat
dari 17,31 juta orang menjadi sebanyak 18,01 juta masih lebih baik dibandingkan dengan nasional yang
orang atau tumbuh 4,04% (yoy). Peningkatan tercatat sebesar 66,67%.
pertumbuhan angkatan kerja ini lebih baik
Struktur lapangan pekerjaan relatif tidak banyak
dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja
mengalami perubahan. Sektor Pertanian masih
pada Agustus 2016 dan Februari 2017 yang masing-
menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga
masing tumbuh sebesar 0,06% (yoy) dan 1,62% (yoy).
kerja di Jawa Tengah. Meskipun demikian, sektor ini
Dari keseluruhan angkatan kerja tersebut, jumlah mengalami penurunan jumlah pekerja dibandingkan
penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 periode yang sama tahun lalu. Pada Agustus 2017,
sebanyak 17,19 juta orang atau 95,45% dari total lapangan usaha tersebut menyerap tenaga kerja
angkatan kerja. Jumlah pekerja ini tumbuh 4,12% sebanyak 4,32 juta orang atau 25,13% dari total
(yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar penduduk yang bekerja di Jawa Tengah. Angka ini
16,51 juta orang. Sementara itu, sebesar 4,55% atau menurun dibandingkan Agustus 2016 yang
0,82 juta merupakan jumlah angkatan kerja yang mencatatkan tenaga kerja sebanyak 5,07 juta orang
tergolong dalam pengangguran. Persentase ini tidak atau 30,71% dari total penduduk bekerja.

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)
2015 2016 2017
INDIKATOR
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI FEBRUARI
ANGKATAN KERJA 18,29 17,30 17,91 17,31 18,20 18,01
BEKERJA 17,32 16,44 17,16 16,51 17,44 17,19
PENGANGGURAN 0,97 0,86 0,75 0,8 0,76 0,82
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) % 72,19 67,86 69,89 67,15 70,20 69,11
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)% 5,31 4,99 4,20 4,63 4,15 4,57
PEKERJA TIDAK PENUH 4,91 4,51 4,97 4,22 4,73 4,34
SETENGAH PENGANGGUR 1,18 1,07 1,23 1,02 1,03 1,10
PARUH WAKTU 3,73 3,44 3,74 3,20 3,69 3,24
Data diolah dari Sakernas 2013-2017
Sumber : BPS Jawa Tengah
KETENAGAKERJAAN DAN
114 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)
2015 2016 2017
SEKTOR EKONOMI
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
PERTANIAN 5,39 4,71 5,16 5,07 4,97 4,32
INDUSTRI 3,33 3,27 3,22 3,25 3,6 3,56
KONSTRUKSI 1,34 1,53 1,28 1,43 1,25 1,49
PERDAGANGAN 4,01 3,8 4,11 3,71 4,12 4,13
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 0,49 0,55 0,55 0,55 0,55 0,61
KEUANGAN 0,31 0,34 0,3 0,3 0,39 0,42
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL DAN PERORANGAN 2,29 2,07 2,39 2,04 2,4 2,48
LAINNYA** 0,17 0,16 0,15 2,44 0,16 0,17
TOTAL 17,33 16,43 17,16 16,51 17,44 17,19
*Data diolah dari Sakernas 2013-2017
** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangandan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan
Sumber : BPS Jawa Tengah

Pada Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja di Selanjutnya, lapangan usaha perdagangan menempati
lapangan usaha pertanian mengalami penurunan posisi kedua dengan menyerap 4,13 juta orang atau
sebesar 0,75 juta orang atau 14,79% (yoy). Penurunan 24,03% penduduk yang bekerja di Jawa Tengah.
tersebut ditengarai terjadi di subsektor perikanan, yang Lapangan usaha perdagangan mengalami peningkatan
dipengaruhi oleh pembatasan penggunaan alat pertumbuhan jumlah pekerja sebesar 11,32% (yoy).
tangkap cantrang sehingga berpengaruh terhadap Adapun lapangan usaha industri pengolahan
beralihnya tenaga kerja di subsektor ini. Sejalan dengan menempati posisi ketiga dengan menyerap 3,56 juta
hal tersebut, kesejahteraan petani di subsektor orang (20,71%). Jumlah pekerja lapangan usaha
perikanan yang tercermin dari nilai tukar petani (NTP) industri pengolahan ini tumbuh 9,54% (yoy).
menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah pekerja di lapangan usaha
Selain subsektor perikanan, tingkat kesejahteraan perdagangan dan industri pengolahan tersebut
petani di subsektor hortikultura dan peternakan juga berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan usaha
mencatatkan penurunan NTP. NTP di subsektor pertanian yang mengalami penurunan jumlah pekerja.
hortikultura bahkan hampir selalu mencatatkan defisit Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena relokasi
dalam satu tahun terakhir (angka NTP di bawah 100). sejumlah perusahaan manufaktur ke Jawa Tengah
Imbal hasil NTP yang rendah di sektor pertanian mendorong migrasi tenaga kerja yang dahulu bekerja di
diperkirakan menjadi salah satu faktor yang sektor pertanian beralih ke sektor perdagangan dan
mendorong penduduk beralih ke lapangan usaha lain industri pengolahan. Terlebih, sifat dari tenaga kerja di
yang memberikan pendapatan lebih baik. sektor pertanian yang berhubungan erat dengan faktor
musim.
108 INDEKS

106 Status pekerjaan yang dominan pada Agustus


104

102 2017 adalah kelompok orang yang bekerja


100

98
sebagai buruh/karyawan/pegawai. Jumlah
96
kelompok orang yang bekerja sebagai
94

92 buruh/karyawan/pegawai mencapai 6,32 juta orang,


90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus 2016 yang
2014 2015 2016 2017
TOTAL HORTIKULTURA PETERNAKAN PERIKANAN
sebesar 5,75 juta orang. Meningkatnya jumlah tenaga
Grafik 6.1 Perkembangan NTP Subsektor Hortikultura, Peternakan,
kerja ini sejalan dengan fakta bahwa terjadi
dan Perikanan dalam 4 Tahun Terakhir
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 115

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus 2017 (juta orang)
2015 2016 2017
STATUS PEKERJAN UTAMA
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
BERUSAHA SENDIRI 3,03 2,68 2,86 2,63 3,07 3,30
BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP 3,02 2,93 3,35 3,09 3,23 2,77
BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP 0,57 0,58 0,54 0,50 0,59 0,51
BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI 6,09 5,71 5,89 5,75 6,05 6,32
PEKERJA BEBAS DI PERTANIAN 0,92 0,79 0,85 0,86 0,92 0,83
PEKERJA BEBAS DI NON PERTANIAN 1,34 1,54 1,34 1,43 1,14 1,56
PEKERJA TAK DIBAYAR 2,37 2,19 2,32 2,25 2,43 1,90
TOTAL 17,34 16,42 17,15 16,51 17,44 17,19
*Data diolah dari Sakernas 2013-2017
** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangandan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan
Sumber : BPS Jawa Tengah

peningkatan migrasi pekerja ke sektor industri kinerja ekonomi Jawa Tengah triwulan IV 2017 yang
pengolahan. Apabila jumlah kelompok tersebut tumbuh 5,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
ditambahkan dengan kelompok berusaha dibantu periode yang sama pada 2016 yang sebesar 5,33%
buruh tetap, maka akan membentuk proksi pekerja (yoy). Jumlah pekerja berwaktu penuh Jawa Tengah per
sektor formal. Oleh karena itu, peningkatan tersebut Agustus 2017 tercatat sebanyak 12,85 juta orang atau
juga mencerminkan banyaknya jumlah pekerja di meningkat sebesar 4,56% (yoy) dibandingkan dengan
sektor formal. Pada Agustus 2017, jumlah pekerja Agustus 2016 yang tercatat sebanyak 12,29 juta orang.
sektor formal Jawa Tengah sebanyak 6,83 juta orang Penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah pada periode
atau 39,73% dari jumlah penduduk yang bekerja. laporan sebesar 74,8% merupakan pekerja berwaktu
Jumlah pekerja sektor formal tersebut meningkat penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja
dibandingkan dengan Agustus 2016 yang tercatat pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Hal ini
sebanyak 6,25 juta orang. Jumlah pekerja di sektor mengindikasikan rasio utilisasi tinggi terhadap
informal juga turut meningkat, meskipun proporsinya mayoritas tenaga kerja waktu penuh di Jawa Tengah.
terhadap jumlah penduduk bekerja menunjukkan Sementara itu, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh
penurunan. Pada Agustus 2017 pekerja informal mengalami kenaikan, yaitu dari 4,22 juta menjadi 4,34
tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 60,27% dari juta orang pada periode yang sama, meskipun secara
jumlah penduduk bekerja, mengalami peningkatan proporsi menurun dari sebesar 25,56% pada Agustus
jumlah dibandingkan dengan Agustus 2016 yang 2016 menjadi 25,25% pada Agustus 2017.
tercatat sebanyak 10,26 juta orang (62,14%).
Perbaikan kualitas pekerja tercermin dari latar belakang
Jumlah pekerja waktu penuh Jawa Tengah pendidikan menengah ke atas yang meningkat hingga
mengalami peningkatan dibandingkan dengan melebihi jumlah pekerja dengan pendidikan SD ke
periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan bawah. Jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat

Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)
2015 2016 2017
PENDUDUK YANG BEKERJA
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
PEKERJA TIDAK PENUH 4,91 4,51 4,97 4,22 4,73 4,34
SETENGAH PENGANGGUR 1,18 1,07 1,23 1,02 1,03 1,10
PEKERJA PARUH WAKTU 3,73 3,44 3,74 3,2 3,69 3,24
PEKERJA PENUH 12,41 11,92 12,19 12,29 12,71 12,85
TOTAL 17,32 16,43 17,16 16,51 17,44 17,19
* Data diolahdariSakernas 2013-2015
Sumber : BPS Jawa Tengah
KETENAGAKERJAAN DAN
116 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang)
2015* 2016 2017
STATUS PEKERJAN UTAMA
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
SD KE BAWAH 9,39 8,61 8,92 8,44 8,69 8,40
SMP 3,15 3,16 3,28 3,29 3,47 3,35
SMA UMUM 1,94 1,91 1,9 1,78 1,97 2,11
SMA KEJURUAN 1,51 1,49 1,64 1,71 1,85 1,82
DI/II/III DAN UNIVERSITAS 0,35 0,36 0,36 0,35 0,35 0,39
UNIVERSITAS 0,98 0,91 1,06 0,93 1,12 1,12
TOTAL 17,32 16,44 17,16 16,5 17,44 17,19
*Data diolah dari Sakernas 2013-2017
** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangandan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan
Sumber : BPS Jawa Tengah

pendidikan SMP ke atas pada Agustus 2017 tercatat kondisi Agustus 2016 yang berjumlah 0,80 juta orang.
mencapai 51,13% dari jumlah tenaga kerja atau Meskipun demikian, peningkatan tersebut tidak
sebanyak 8,79 juta orang, meningkat sebesar 9,06% sebanding dengan peningkatan jumlah angkatan kerja
(yoy) dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat pada periode yang sama. Dari 0,70 juta orang yang
sebanyak 8,06 juta orang. Peningkatan pekerja dengan bertambah pada angkatan kerja, hanya sekitar 0,02
tingkat pendidikan menengah ke atas disumbang dari juta orang atau 2,85% yang belum terserap lapangan
peningkatan pekerja dengan latar belakang SMA pekerjaan. Berdasarkan data tersebut, Provinsi Jawa
Umum dan Universitas yang masing-masing meningkat Tengah menyumbang 11,65% dari total angka
sebesar 18,54% (yoy) menjadi 2,11 juta orang dan pengangguran nasional yang berjumlah 7,04 juta
meningkat sebesar 20,43% (yoy) menjadi 1,12 juta orang.
orang. Perbaikan kualitas ini diharapkan dapat
Meskipun angka pengangguran bertambah,
memenuhi permintaan tenaga kerja pada industri
namun indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
pengolahan, mengingat sejak 2015 terjadi tren relokasi
(TPT) Jawa Tengah mengalami penurunan. TPT
usaha dari Jawa Barat dan Banten menuju Jawa Tengah.
Jawa Tengah terpantau turun dari 4,63% pada Agustus
Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja dengan
2016 menjadi 4,57% pada Agustus 2017. TPT Jawa
tingkat pendidikan SD ke bawah pada Agustus 2017
Tengah ini masih lebih baik dibandingkan angka TPT
tercatat sebanyak 8,40 juta orang atau menurun
nasional yang sebesar 5,50%. Salah satu faktor yang
dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat sebanyak
turut mendorong penurunan tingkat pengangguran
8,44 juta orang. Hal ini mengindikasikan bahwa
terbuka di Jawa Tengah adalah meningkatnya lapangan
ketersediaan jumlah tenaga kerja dengan keterampilan
pekerjaan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
rendah di Jawa Tengah pada tahun 2017 telah
triwulan IV 2017 yang lebih baik dibandingkan periode
mengalami penurunan.
yang sama tahun sebelumnya.
6.2. PENGANGGURAN
Membaiknya indikator tenaga kerja ini sejalan dengan
Angka pengangguran mengalami peningkatan
hasil Survei Konsumen yang terkait dengan tenaga
pada Agustus 2017 dibandingkan periode yang
kerja. Konsumen memandang kondisi ketenagakerjaan
sama tahun sebelumnya, namun jauh lebih kecil
Jawa Tengah triwulan IV 2017 lebih baik dibandingkan
dibandingkan peningkatan jumlah angkatan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut
kerja. Jumlah angkatan kerja yang tidak
tercermin dari tingkat keyakinan terhadap kondisi
bekerja/pengangguran pada Agustus 2017 tercatat
lapangan kerja saat ini.
sebanyak 0,82 juta orang, bertambah dibandingkan
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 117

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
140 INDEKS 160 INDEKS

150
130
140
120
130
110 OPTIMIS 120

100 110
OPTIMIS
100
90 PESIMIS PESIMIS
90
80 80
70 70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PENGHASILAN LAPANGAN KERJA PENGHASILAN LAPANGAN KERJA KEGIATAN USAHA

Grafik 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Grafik 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan
Kegiatan Usaha yang Akan Datang

Tingkat keyakinan yang meningkat tersebut sejalan NTP ini sejalan dengan perbaikan pertumbuhan
dengan peningkatan keyakinan konsumen terhadap lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
kondisi lapangan kerja untuk periode 6 bulan yang pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan
akan datang. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi sebelumnya. Lapangan usaha ini mencatatkan
ketersediaan lapangan kerja yang meningkat menjadi peningkatan pertumbuhan menjadi 0,36% (yoy), lebih
132,61 dari sebelumnya 120 pada triwulan IV 2016. Hal tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami
ini mengindikasikan bahwa kondisi ketenagakerjaan kontraksi 0,22% (yoy).
pada periode 6 bulan mendatang diperkirakan relatif
Perbaikan NTP Jawa Tengah pada triwulan IV 2017
membaik dibandingkan periode laporan.
didorong oleh meningkatnya penerimaan petani yang
10 jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan pengeluaran.
6.3. NILAI TUKAR PETANI
Penerimaan yang meningkat tercermin dari indeks
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017
harga yang diterima petani dengan peningkatan
menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan
sebesar 2,07% (qtq); dari 130,92 menjadi 133,63 pada
III 2017. Dalam dua triwulan terakhir, NTP Jawa Tengah
triwulan laporan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh
telah berhasil mencatatkan surplus, tercermin dari
berakhirnya musim panen raya tanaman pangan pada
angka NTP yang berada di atas 100. NTP pada triwulan
triwulan II 2017, sehingga menyebabkan terjadinya
laporan sebesar 103,48 lebih tinggi dibandingkan
kenaikan harga beras di sepanjang semester II 2017.
dengan triwulan lalu sebesar 102,56 dan periode yang
Hal ini terkonfirmasi dari kenaikan indeks harga yang
sama tahun sebelumnya sebesar 99,35. Peningkatan
diterima petani di subsektor tanaman pangan sebesar
5,48% (qtq); dari 129,44 pada triwulan III 2017
50000 INDEKS 104
PDRB (RP MILIAR)
menjadi 136,53 pada triwulan laporan. Subsektor
103
45000 102 tanaman pangan menunjukkan peningkatan indeks
101
40000
100 tertinggi, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat
99
35000 dan perikanan, sedangkan subsektor hortikultura dan
98

30000 97 peternakan justru mengalami penurunan indeks harga


96
25000 95 pada triwulan laporan.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
NTP PDRB KATEGORI PERTANIAN

Sumber: BPS Jawa Tengah


Grafik 6.4 NTP dan PDRB Lapangan usaha Pertanian

10. Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam
laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.
KETENAGAKERJAAN DAN
118 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

130 INDEKS 115 INDEKS

125
110
120

115 105

110
100
105
95
100

95 90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
INDEKS YANG DITERIMA PETANI (It) INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (Ib) NILAI TUKAR PETANI TOTAL HORTIKULTURA PERIKANAN PETERNAKAN
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT TANAMAN PANGAN

Sumber: BPS Jawa Tengah


Grafik 6.5 NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Tengah

Sementara itu, pengeluaran petani yang digambarkan kenaikan yang tidak terlalu signifikan sebesar 0,30%
oleh indeks harga yang dibayar petani mengalami (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Lebih lanjut,
peningkatan sebesar 1,17% (qtq); dari sebelumnya ketergantungan pada musim menyebabkan fluktuasi
127,65 pada triwulan III 2017 menjadi 129,14 pada kemampuan produksi petani. Hal ini pun turut
triwulan IV 2017. Data historis menunjukan bahwa memengaruhi tingkat kesejahteraan petani
indeks yang dibayar petani mengalami tren sebagaimana tercermin dari angka NTP.
peningkatan secara persisten. Hal tersebut
mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan rumah Kemampuan produksi petani pada periode laporan

tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan

tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi dan produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha
11
penambahan barang modal. Meningkatnya Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada triwulan IV
pengeluaran petani pada periode laporan terjadi pada 2017 meningkat dari 108,79 pada triwulan III 2017
seluruh subsektor, dengan kenaikan tertinggi pada menjadi 110,71, atau naik 1,76% (qtq). Peningkatan
subsektor tanaman pangan (1,30%; qtq), diikuti NTUP pada triwulan laporan terutama didorong oleh
subsektor hortikultura (1,28%; qtq) dan perikanan subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan
(1,24%; qtq). Kenaikan indeks yang dibayar petani rakyat yang masing-masing naik 5% (qtq) dan 4,27%
terutama masih didorong oleh meningkatnya biaya (qtq) menjadi 107,90 dan 122,96 pada triwulan IV
konsumsi rumah tangga petani, sementara 2017. Sementara itu, subsektor hortikultura,
pengeluaran petani untuk Biaya Produksi dan peternakan, dan perikanan tercatat mengalami
Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan NTUP.

150 INDEKS
140 INDEKS

140
130
130
120
120
110
110

100 100

90 90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
TOTAL HORTIKULTURA TANAMAN PANGAN PETERNAKAN TOTAL HORTIKULTURA TANAMAN PANGAN PETERNAKAN
PERIKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PERIKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

Sumber: BPS Jawa Tengah Sumber: BPS Jawa Tengah

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima berdasarkan Subsektor Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar berdasarkan Subsektor
11. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana
komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan
barang modal.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 119

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 6.6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
2017 2017 2017
SUBSEKTOR
I II III IV I II III IV I II III IV
TANAMAN PANGAN 106.68 97.5 103.73 106.24 101.17 99.83 99.22 98.17 94.61 99.42 102.76 107.90
HORTIKULTURA 102.91 102.83 104.49 107.76 107.43 106.84 109.76 107.99 107.66 109.28 110.04 108.79
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT 103.71 105.4 106.87 108.6 107.97 111.07 114.32 119.03 114.35 116.07 117.92 122.96
PETERNAKAN 109.24 109.08 113.60 109.88 109.64 110.44 113.32 109.00 107.62 108.24 109.50 108.22
PERIKANAN 103.92 106.17 109.31 109.46 111.26 112.06 111.87 112.7 113.06 113.46 113.57 113.18
TOTAL 104.99 103.09 107.00 107.95 106.05 106.16 107.85 106.78 104.44 106.88 108.79 110.71
Sumber : BPS Jawa Tengah

6.4. TINGKAT KEMISKINAN


Angka kemiskinan Jawa Tengah pada September Penurunan angka kemiskinan pada September
2017 mengalami penurunan dibandingkan 2017 terutama didorong oleh penurunan jumlah
dengan periode yang sama tahun lalu. Tingkat penduduk miskin di daerah perdesaan. Apabila
kemiskinan Jawa Tengah per September 2017 dibandingkan dengan periode September 2016,
sebanyak 4.197 ribu jiwa atau menurun bila jumlah penduduk miskin di perdesaan turun sebesar
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 8,89% (yoy) atau setara dengan 232 ribu orang.
4.494 ribu jiwa. Tingkat kemiskinan Jawa Tengah Sementara di perkotaan, jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan secara persentase menjadi turun 3,40% (yoy) atau setara dengan 64 ribu orang.
12,23% dari total penduduk Jawa Tengah, atau Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada September
menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu 2017 mencapai 2.382 ribu jiwa sedangkan di
yaitu 13,19% dari jumlah penduduk. perkotaan mencapai 1.816 ribu jiwa. Secara
persentase, tingkat kemiskinan di daerah perdesaan
Penurunan persentase jumlah penduduk miskin
turun dari 14,88% pada September 2016 menjadi
tersebut terutama didorong oleh penurunan jumlah
13,92% pada September 2017, sedangkan tingkat
penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan.
kemiskinan di daerah perkotaan turun dari 11,38%
Jumlah penduduk miskin yang ada di perdesaan
pada September 2016 menjadi 10,55% pada
mengalami penurunan dari 2.614 ribu jiwa pada
September 2017. Penurunan ini ditengarai akibat
September 2016 menjadi 2.382 ribu jiwa pada
meningkatnya total penduduk perkotaan yang lebih
September 2017. Sementara itu, jumlah penduduk
tinggi dibandingkan kenaikan jumlah penduduk
miskin yang berada di perkotaan menurun dari 1.880
miskin. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah
ribu jiwa pada September 2016 menjadi 1.816 ribu jiwa
Provinsi Jawa Tengah dalam mengurangi tingkat
pada September 2017.
kemiskinan yang diturunkan melalui empat strategi,
6.000 RIBU ORANG % 17 yakni i) mengurangi beban pengeluaran masyarakat
16
5.000 miskin; ii) meningkatkan pendapatan melalui
15
4.000
14
pemberdayaan ekonomi; iii) mengembangkan UMKM,
3.000
13 dan iv) sinergitas kebijakan antar instansi dengan
2.000
12
optimalisasi program atau anggaran.
1.000 11

0 10
SEP-14 MAR-15 SEP-15 MAR-16 SEP-16 MAR-17 SEP-17
KOTA DESA KOTA+DESA
DESA (%) - SKALA KANAN KOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN

Sumber : BPS, diolah


Grafik 6.9. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah
Tahun 2011-2017 (ribuan orang)
KETENAGAKERJAAN DAN
120 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 6.7 Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-2017 (Rupiah)


MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR SEP MAR SEP
GARIS KEMISKINAN 2010 2011 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017 2017

KOTA 205.606 222.430 245.817 254.801 268.397 279.036 286.014 299.011 308.163 315.269 322.799 334.522 339.692
DESA 179.982 198.814 223.622 235.202 256.368 267.991 277.802 296.864 310.295 319.188 322.489 331.673 337.657
KOTA & DESA 192.435 209.611 233.769 244.161 261.881 273.056 281.750 297.851 309.314 317.348 322.748 333.224 338.815
Sumber : BPS Jawa Tengah

Dalam upaya pengentasan kemiskinan, Pemerintah penduduk miskin nasional, menurun dibandingkan
Provinsi Jawa Tengah melaksanakan berbagai program kontribusi pada September 2016 yang sebesar
bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) 16,19%.
yang merupakan program nasional dan program
Garis kemiskinan terus mengalami peningkatan12 .
pemerintah provinsi seperti Kartu Jateng Sejahtera (KJS)
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
dan bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH)
peningkatan garis kemiskinan perkotaan. Berdasarkan
untuk masyarakat miskin. Pada tahun 2017, jumlah
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH di Jawa Tengah pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan

yang menerima bantuan sosial non tunai berjumlah dan perdesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam

969.513 keluarga dengan total bantuan PKH yang periode yang sama tercatat mengalami peningkatan

dianggarkan sebesar Rp1,83 triliun. Jumlah KPM di tahunan sebesar 5,23% (yoy) dari Rp322.799 per

Jawa Tengah ini memiliki kontribusi sebesar 16-17% kapita/bulan pada September 2016 menjadi

terhadap jumlah KPM nasional. Sedangkan untuk KJS Rp339.692 per kapita/bulan pada September 2017.

sendiri dialokasikan bagi 12.764 penerima dengan total Sementara itu garis kemiskinan di perdesaan juga

anggaran sebesar Rp38,29 miliar. Selain itu, di tahun mengalami kenaikan sebesar 4,70% (yoy), dari

2017 pemerintah menargetkan untuk melakukan Rp322.489 per kapita/bulan pada September 2016

perbaikan 20.027 unit RLTH yang tersebar di 385 menjadi Rp337.657 per kapita/bulan pada September

Kecamatan dan di 1.141 Desa dengan total anggaran 2017. Secara keseluruhan, garis kemiskinan kota dan
sebesar Rp200 miliar dari total seluruh RLTH Jawa desa meningkat 4,98% (yoy) dari Rp322.748 per
Tengah yang berjumlah 1.682.723 unit. kapita/bulan pada September 2016 menjadi
Rp338.815 per kapita/bulan pada September 2017.
Sejalan dengan kondisi di Provinsi Jawa Tengah,
angka kemiskinan di tingkat nasional mengalami Kenaikan garis kemiskinan berpotensi dapat
penurunan dibandingkan dengan periode yang meningkatkan jumlah penduduk miskin. Penduduk
sama tahun lalu. Tercatat, penduduk miskin nasional yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di
pada September 2017 sebanyak 26,58 juta jiwa, lebih bawah garis kemiskinan akan digolongkan menjadi
rendah dibandingkan September 2016 yang sebesar penduduk miskin. Namun demikian, secara
27,76% juta jiwa. Jumlah penduduk miskin tingkat keseluruhan kesejahteraan masyarakat pada triwulan
nasional ini mengalami penurunan sebesar 4,25% laporan meningkat, sehingga pengeluaran per kapita
(yoy). Secara keseluruhan, Provinsi Jawa Tengah pada masyarakat mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan
triwulan laporan berkontribusi pada 15,79% dari total pertumbuhan garis kemiskinan.

12. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum
yang harus dikeluarkan oleh satu orang.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 121

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
70 INDEKS
80), dengan nilai IPM 70,18; meningkat dibandingkan

69
IPM tahun 2015 yang sebesar 69,55.
68
Dibandingkan dengan provinsi se-Kawasan Jawa, IPM
67
Jawa Tengah menempati urutan kedua terendah
66

setelah Jawa Timur. Di Kawasan Jawa, status

68,90
66,64

69,49
68,02

69,98
69,55
67,09

68,78
67,70

68,31

70,18
67,21

65

64
pembangunan manusia Provinsi Banten, DKI Jakarta,
2011 2012 2013 2014 2015 2016
dan DI Yogyakarta berada pada kategori sedang (nilai
JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : BPS Nasional IPM 70-78). Sementara itu, status pembangunan


Grafik 6.10. Perkembangan IPM Jawa Tengah dan Nasional
manusia Provinsi Jawa Tengah masih berada pada

6.5. PEMBANGUNAN MANUSIA13 kategori sedang, bersama dengan Jawa Barat, dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Jawa Timur. Lebih lanjut, seluruh provinsi di Kawasan

Tengah mengalami tren peningkatan dari tahun Jawa mengalami peningkatan IPM pada tahun 2016.

ke tahun. Pada tahun 2016, IPM Jawa Tengah tercatat


Namun demikian, pertumbuhan IPM Jawa Tengah
sebesar 69,98, meningkat dibanding tahun
merupakan yang terendah dibandingkan provinsi lain di
sebelumnya yang sebesar 69,49. Dengan
Kawasan Jawa.
perkembangan tersebut, status pembangunan
manusia Provinsi Jawa Tengah masih termasuk dalam Ditinjau dari komponennya, peningkatan terjadi di
kategori sedang (nilai IPM 60 – 70). Capaian Jawa seluruh dimensi, baik kesehatan, pendidikan, maupun
Tengah ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan standar hidup.
dengan nasional yang sudah mencatatkan status
Analisis secara spasial, 3 kota di Jawa Tengah sudah
pembangunan manusia kategori tinggi (nilai IPM 70 –
memiliki status pembangunan manusia sangat tinggi
Tabel 6.8 Perbandingan IPM Provinsi Peers
(nilai IPM > 80); 15 kabupaten/kota memiliki status
IPM PERTUMBUHAN
PROVINSI
2015 2016 IPM (%, YOY) pembangunan manusia tinggi (nilai IPM 70 – 80); 17
BANTEN 70,27 70,96 0,98 kabupaten/kota memiliki status pembangunan
DKI JAKARTA 78,99 79,60 0,77
JAWA BARAT 69,50 70,05 0,79 manusia sedang (nilai IPM 60 – 70); dan tidak ada yang
JAWA TENGAH 69,49 69,98 0,71
memiliki status pembangunan manusia rendah (nilai
DI YOGYAKARTA 77,59 78,38 1,02
JAWA TIMUR 68,95 69,74 1,15 IPM < 60).
NASIONAL 69,55 70,18 0,91

Tabel 6.9 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen


JAWA TIMUR TAHUN
DIMENSI SATUAN
NASIONAL 69,55 2011 2012 2013 2014 2015 2016
KESEHATAN
ANGKA HARAPAN HIDUP SAAT LAHIR (AHH) TAHUN 73,09 73,09 73,28 73,88 73,96 74,02
PENGETAHUAN
HARAPAN LAMA SEKOLAH (HLS) TAHUN 11,39 11,39 11,89 12,17 12,38 12,45
RATA-RATA LAMA SEKOLAH (RLS) TAHUN 6,77 6,77 6,8 6,93 7,03 7,15
STANDAR HIDUP LAYAK
PENGELUARAN PER KAPITA DISESUAIKAN RUPIAH 9.497 9.497 9.618 9.640 9.930 10.153
IPM % 67,21 67,21 68,02 68,78 69,49 69,86
PERTUMBUHAN IPM 0,86 0,86 1,21 1,12 1,04 0,71

13. Data IPM menggunakan metode perhitungan IPM standar tahun 2010, dengan
komponen sebagai berikut:
a. Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)
b. Pendidikan: i) Harapan Lama Sekolah (HLS); dan ii) Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
c. Standar Hidup: PNB per kapita
KETENAGAKERJAAN DAN
122 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Gambar 6.1 IPM Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tiga kota dengan status pembangunan manusia sangat Nasional yang sebesar 0,39. Dengan demikian, tingkat
tinggi yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kota pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif lebih
Semarang. Sementara itu, tiga kabupaten dengan IPM baik dibandingkan dengan nasional.
terendah yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di
Pemalang, dan Kabupaten Banjarnegara.
kawasan Jawa, koefisien Gini Jawa Tengah
menempati urutan pertama terendah, diikuti oleh
6.6. PEMERATAAN PENDUDUK
Banten (0,38) dan Jawa Barat (0,39), sedangkan tingkat
Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di
ketimpangan tertinggi terjadi di provinsi DI Yogyakarta
Jawa Tengah pada September 2017 sedikit
(0,44) dan Jawa Timur (0,42). Provinsi Banten dan Jawa
meningkat. Hal ini tercermin dari koefisien Gini yang
Barat mencatatkan adanya penurunan tingkat
mengukur ketimpangan distribusi pendapatan melalui
ketimpangan dibanding periode yang sama tahun lalu.
pengukuran yang berkisar antara 0 sampai 1. Apabila
Sementara itu, empat provinsi lain yaitu DI Yogyakarta,
koefisien Gini bernilai 0 berarti terjadi pemerataan
sempurna di dalam suatu daerah, sedangkan apabila
bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna. 0,42 INDEKS

0,40

Pada September 2017, koefisien Gini Jawa Tengah 0,38

tercatat sebesar 0,365; sedikit mengalami kenaikan 0,36

dibandingkan September 2016 yang sebesar 0,357. 0,34

Meskipun relatif kecil, hal ini mengindikasikan adanya 0,32

peningkatan ketimpangan di Jawa Tengah. Apabila 0,30


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
dibandingkan dengan nasional, koefisien Gini Jawa JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : BPS, diolah


Tengah lebih rendah dibandingkan koefisien Gini
Grafik 6.11. Perkembangan Koefisien Gini Jawa Tengah dan Nasional
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 123

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Tabel 6.10 Perbandingan Koefisien Gini Provinsi Peers
KOEFISIEN GINI PERTUMBUHAN
PROVINSI SEPT 2016/SEPT 2017
Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 (%, YOY)
JAWA TENGAH 0,366 0,357 0,365 0,365 2,24
BANTEN 0,394 0,392 0,382 0,379 -3,32
JAWA TIMUR 0,402 0,402 0,396 0,415 3,23
JAWA BARAT 0,413 0,402 0,403 0,393 -2,24
DKI JAKARTA 0,411 0,397 0,413 0,409 3,02
DI YOGYAKARTA 0,420 0,425 0,432 0,440 3,53
INDONESIA 0,397 0,394 0,393 0,391 -0,76

Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah mencatatkan


peningkatan koefisien Gini dibandingkan September
2016, yang mengindikasikan tingkat ketimpangan
yang lebih besar pada periode laporan.

Ditinjau dari wilayahnya, tingkat ketimpangan


yang lebih tinggi berada di kawasan perkotaan.
Pada September 2017, koefisien Gini perkotaan Jawa
Tengah tercatat sebesar 0,38; lebih tinggi dibandingkan
perdesaan yang sebesar 0,32. Tingkat ketimpangan
yang lebih tinggi di daerah perkotaan juga terjadi di
tingkat nasional. Koefisien Gini perkotaan nasional
sebesar 0,40; lebih tinggi dibandingkan perdesaan
yang sebesar 0,32.

0,42 INDEKS MARET 2016


SEPTEMBER 2016
MARET 2017
SEPTEMBER 2017
0,40

0,38

0,36
0.327
0.323

0.320

0.320

0,34
0.316
0.313

0.404
0.409

0.407
0.410
0.386
0.382

0.383

0.323

0.327
0.381

0,32

0,30
PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN PERDESAAN
JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : BPS, diolah

Grafik 6.12. Perkembangan Koefisien Gini Berdasarkan Wilayah


BAB
VII

PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah triwulan II 2018 diperkirakan
mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Ditinjau dari sisi pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan
ekspor luar negeri menjadi sumber meningkatnya pertumbuhan di triwulan II 2018,
seiring adanya momen Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, serta Pilkada serentak. Sementara,
konsumsi pemerintah dan investasi menunjukkan pertumbuhan yang melambat.

Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh
membaiknya kinerja lapangan usaha industri pengolahan serta perdagangan besar dan
eceran.

7
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 127

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
TRIWULAN II 2018 DAN TAHUN 2018
Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan II pemerintah yang tinggi dalam meningkatkan
2018 diperkirakan meningkat dibandingkan kemudahan investasi dan berusaha di Indonesia, serta
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Jawa komitmen dalam penyelesaian pembangunan
Tengah periode tersebut diproyeksikan berada di infrastruktur diperkirakan mendukung percepatan
kisaran 5,3%-5,7% (yoy). Peningkatan ini sesuai pertumbuhan ekonomi pada 2018. Lebih lanjut,
dengan pola musiman saat bulan Ramadan dan Idul kegiatan Pemilihan Gubernur dan Pemilihan Kepala
Fitri, ditambah dengan pengaruh Pilkada serentak yang Daerah di 7 kabupaten/kota di Jawa Tengah yang
berlangsung pada Juni 2018. Ditinjau dari sisi terjadi serentak pada triwulan II 2018 diharapkan akan
pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga, mendorong konsumsi pada sektor-sektor lainnya. Daya
konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah beli masyarakat yang relatif terjaga juga diperkirakan
tangga (LNPRT), dan ekspor luar negeri menjadi sumber berdampak pada peningkatan kinerja konsumsi.
meningkatnya pertumbuhan di triwulan II 2018. Namun demikian, peningkatan anggaran pendapatan
Sementara pada sisi lapangan usaha, peningkatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah tahun
diperkirakan terjadi pada lapangan usaha industri 2018 yang tidak setinggi kenaikan tahun sebelumnya
pengolahan serta perdagangan besar dan eceran, diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan
sedangkan pertumbuhan lapangan usaha pertanian, komponen ini relatif terbatas.
kehutanan, dan perikanan diperkirakan melambat.
7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Pengeluaran
Provinsi Jawa Tengah pada 2018 diperkirakan Konsumsi diperkirakan masih menjadi sumber utama
mengalami perbaikan dibandingkan 2017. pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, dengan pangsa
Ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 60% terhadap Pertumbuhan Domestik
tumbuh pada rentang 5,2%-5,6% (yoy), lebih tinggi Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah. Secara
dibandingkan pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar keseluruhan, konsumsi diperkirakan mengalami
5,27%. Perekonomian domestik diperkirakan membaik peningkatan pada triwulan II 2018. Peningkatan ini
sehingga mendorong daya beli dan konsumsi rumah diproyeksikan terjadi pada hampir seluruh pengeluaran
tangga. Perbaikan ekonomi global, terutama mitra konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga dan
d a g a n g u t a m a J a w a Te n g a h d i p e r k i r a k a n konsumsi LNPRT, sementara konsumsi pemerintah
meningkatkan kegiatan usaha. Selanjutnya, komitmen diperkirakan sedikit melambat.
Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan
2016* 2017** 2018p
PENGELUARAN TOTAL TOTAL
I II III IV I II III IV Ip IIp TOTALp
KONSUMSI RUMAH TANGGA 4,68 4,80 4,36 4,41 4,56 4,65 4,89 4,32 4,65 4,63
KONSUMSI LNPRT 8,73 9,17 3,47 1,60 5,61 3,24 6,19 3,94 4,33 4,43
KONSUMSI PEMERINTAH 2,90 11,02 (11,52) (0,91) (0,59) 2,22 (4,97) 6,64 5,81 2,93
PMTB 5,34 6,87 5,75 5,99 5,99 5,61 7,41 9,39 7,48 7,50
EKSPOR LUAR NEGERI (0,28) (1,59) (10,48) 3,00 (2,25) 8,30 (1,71) 33,93 13,22 12,55
IMPOR LUAR NEGERI (18,86) (4,85) (12,44) 0,60 (9,05) 16,19 (11,75) 12,81 25,07 9,98
NET EKSPOR ANTARDAERAH (22,12) 8,14 9,27 -15,68 (3,35) 20,88 (12,05) (13,55) 115,20 2,04
PDRB 5,07 5,70 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
Ket : *) angka sementara, **) angka sangat sementara, p) proyeksi Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia
PROSPEK
128 PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha


2016* 2017** 2018p
PENGELUARAN TOTAL TOTAL
I II III IV I II III IV Ip IIp TOTALp
PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN -1,96 -0,02 3,02 9,50 2,28 10,06 -3,49 -0,22 0,36 1,46
INDUSTRI PENGOLAHAN 4,15 5,08 4,19 3,02 4,10 3,74 5,04 4,25 4,34 4,35
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 7,97 6,02 2,31 6,33 5,61 5,40 8,07 7,18 3,84 6,10
PDRB 5,07 5,70 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
Ket : *) angka sementara, **) angka sangat sementara, p) proyeksi Bank Indonesia
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah, proyeksi oleh Bank Indonesia

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 7 kabupaten/kota akan mendorong aktivitas lembaga
diperkirakan meningkat relatif tinggi, seiring dengan nonprofit seperti ormas dan partai politik.
pola konsumsi masyarakat pada periode Ramadan dan
Investasi diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan
Idul Fitri. Selain itu pada periode tersebut juga
II 2018. Realisasi pembangunan infrastruktur
berlangsung kegiatan Pilkada serentak serta musim
pemerintah selama periode tersebut diperkirakan
libur sekolah, sehingga kegiatan konsumsi masyarakat
mengalami penurunan volume pekerjaan, seiring
diyakini akan meningkat. Kondisi perekonomian
dengan berkurangnya hari kerja akibat peningkatan
nasional yang juga meningkat diperkirakan akan
aktivitas jelang Pilkada seperti kegiatan kampanye dan
mengangkat daya beli, ditambah dengan percepatan
libur dalam rangka libur Idul Fitri. Sementara itu, ekspor
penyaluran bantuan pemerintah seperti bantuan
Jawa Tengah diperkirakan tumbuh lebih cepat pada
Program Keluarga Harapan (PKH) dan dana desa
triwulan II 2018. Seiring dengan membaiknya
melalui skema padat karya tunai yang akan mendorong
perekonomian global, ekspor luar negeri diharapkan
terjaganya daya beli masyarakat sehingga mendukung
mengalami pertumbuhan. Namun, terdapat risiko
kinerja konsumsi. Lebih lanjut, optimisme masyarakat
berupa ketidakpastian di pasar global, di antaranya
akan kondisi ekonomi ke depan terlihat dari hasil Survei
terkait dengan kebijakan perdagangan internasional
Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, di mana
Amerika Serikat yang cenderung bersifat protektif.
indeks ekspektasi konsumen terus berada di atas level
Mengingat besarnya pangsa Amerika Serikat dalam
100. Namun demikian, risiko kenaikan tarif energi
ekspor luar negeri Jawa Tengah (±28%), kebijakan
seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia
tersebut perlu diwaspadai menahan kinerja ekspor
perlu diwaspadai berdampak terhadap daya beli pada
untuk tumbuh lebih tinggi.
masa mendatang.

Selanjutnya, konsumsi pemerintah diperkirakan 7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi


Lapangan Usaha
tumbuh sedikit melambat pada triwulan II 2018.
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh relatif Pada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tengah
terbatasnya kenaikan anggaran pendapatan maupun masih ditopang oleh lapangan usaha industri
belanja dalam APBD Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 pengolahan; pertanian, kehutanan, dan
dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, perikanan; serta perdagangan besar dan eceran,
konsumsi LNPRT diperkirakan mengalami akselerasi reparasi mobil dan sepeda motor. Pada triwulan II
pada triwulan II 2018. Hal ini terutama dipicu oleh 2018, percepatan pertumbuhan diperkirakan didorong
kegiatan sosial keagamaan yang meningkat pada oleh lapangan usaha industri pengolahan serta
periode Ramadan dan Idul Fitri. Lebih lanjut, kegiatan perdagangan besar dan eceran. Sementara itu,
Pilkada serentak di tingkat provinsi dan di lapangan usaha pertanian diproyeksikan mengalami
perlambatan.
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 129

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
Lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan itu kondisi cuaca tahun 2018 diperkirakan relatif
tumbuh lebih cepat pada triwulan II 2018. Hal tersebut normal atau tidak terpengaruh anomali cuaca seperti
disebabkan karena meningkatnya permintaan halnya El Nino dan La Nina yang terjadi pada tahun
domestik pada momen Ramadan dan Idul Fitri. Selain 2015 dan 2016. Pada tahun 2018, BMKG memprediksi
itu, industri kecil menengah ditengarai mengalami bahwa La Nina lemah diperkirakan terjadi di musim
peningkatan pertumbuhan seiring dengan naiknya hujan (periode Januari – April 2018), sehingga
permintaan barang-barang perlengkapan kampanye penambahan curah hujan kurang berdampak signifikan
dalam rangka kegiatan Pilkada serentak bulan Juni di Jawa Tengah. Oleh karena itu, kondisi cuaca pada
2018. Beberapa pelaku industri juga diprediksi tahun 2018 dinilai lebih kondusif bagi lapangan usaha
melakukan building stock pada awal triwulan dalam pertanian.
rangka mengantisipasi peningkatan permintaan
Stimulus pemerintah berupa bantuan Program
tersebut. Permintaan ekspor yang meningkat seiring
Keluarga Harapan (PKH) dan penyaluran dana desa
dengan perbaikan kondisi ekonomi negara mitra
melalui skema padat karya tunai yang dimulai lebih
dagang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
cepat pada bulan Januari 2018, serta momen Pilkada
industri pengolahan pada periode laporan. Selanjutnya,
diproyeksikan akan mendorong permintaan domestik,
peningkatan permintaan domestik juga diperkirakan
khususnya konsumsi. Lebih lanjut, komitmen
berdampak pada pertumbuhan lapangan usaha
pemerintah untuk menyelesaikan pembangunan
perdagangan besar dan eceran.
proyek-proyek infrastruktur akan mendorong
Sementara itu, lapangan usaha pertanian diprediksi peningkatan kinerja investasi dan industri. Pada sisi
tumbuh melambat seiring dengan mulai berakhirnya swasta, komitmen pemerintah untuk meningkatkan
masa panen. Masa panen padi dari musim tanam iklim investasi dan usaha melalui reformulasi regulasi-
sebelumnya diperkirakan masih berlangsung hingga regulasi di berbagai kementerian dan lembaga, di
bulan April atau awal triwulan II 2018. Akan tetapi, tingkat pusat dan daerah; serta integrasi sistem
tingginya curah hujan pada triwulan I 2018 perizinan dan kemudahan berusaha diharapkan
menyebabkan mundur nya masa tanam padi menjadi faktor pendukung dan berdampak signifikan
selanjutnya, sehingga masa panen juga berpotensi pada perekonomian. Peningkatan Upah Minimum
mundur ke triwulan berikutnya. Kabupaten/Kota (UMK) Provinsi Jawa Tengah
diperkirakan berdampak positif terhadap menguatnya
Secara keseluruhan perekonomian Jawa Tengah
daya beli. Namun demikian, penentuan UMK perlu
tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dilakukan dengan memerhatikan kemampuan industri
dibandingkan tahun 2017. Peningkatan
serta daya saing dibanding daerah lain supaya industri
pertumbuhan berasal dari ketiga lapangan usaha
Jawa Tengah tetap atraktif.
utama Jawa Tengah yaitu industri pengolahan,
pertanian, dan perdagangan. Perbaikan ekonomi Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
global dan domestik diproyeksikan mendorong rangka menjaga pertumbuhan ekonomi pada tahun
permintaan terhadap hasil produksi Jawa Tengah, 2018 antara lain tantangan berupa tren pengetatan
sehingga akan mendorong perbaikan kinerja lapangan kebijakan moneter di beberapa negara maju, terutama
usaha perdagangan serta industri pengolahan. Selain Amerika Serikat. Perubahan kebijakan ekonomi AS
PROSPEK
130 PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL

dapat berpengaruh terhadap perekonomian nasional produksi tersebut ditunjukkan dengan penurunan
maupun Jawa Tengah, baik terkait pasar keuangan, volume produksi cabai merah dan cabai rawit pada
nilai tukar, maupun perdagangan. Selain itu, adanya sentra produksi di Kabupaten Wonosobo dan
gejala proteksionisme dapat mengganggu prospek Magelang. Namun demikian, Pemerintah senantiasa
kesinambungan pertumbuhan ekonomi global dan berkoordinasi untuk memastikan pangan di Indonesia
perdagangan internasional. Lebih lanjut, tingginya dalam kondisi aman hingga akhir tahun 2018.
persaingan di pasar global dengan negara yang
Selanjutnya inflasi pada kelompok inti juga
memiliki produk ekspor serupa dengan produk
diperkirakan akan meningkat pada triwulan II
unggulan Jawa Tengah juga perlu diwaspadai.
2018. Kejadian khusus pada tahun 2018 seperti
Perjanjian kerjasama perdagangan berpotensi tinggi
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang
seperti Indonesia European Union – Comprehensive
berlangsung hampir bersamaan dengan hari raya
Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) perlu
keagamaan dan libur sekolah, akan mendorong daya
dipercepat penyelesaiannya guna meningkatkan daya
beli masyarakat dan selanjutnya meningkatkan
saing produk ekspor Indonesia dibanding negara
tekanan inflasi kelompok inti. Dari sisi domestik, upaya
kompetitor seperti Vietnam. Saat ini, Vietnam telah
pembangunan infrastruktur dan konstruksi sektor
mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa sehingga
swasta diperkirakan akan mendorong kenaikan
produk ekspornya lebih berdaya saing di kawasan
komoditas bahan bangunan. Dari sisi eksternal,
Eropa karena mendapat tarif rendah.
tekanan inflasi kelompok inti juga berasal dari risiko

7.2. PROSPEK INFLASI TRIWULAN II 2018 pelemahan kurs mata uang Rupiah akibat kebijakan
DAN TAHUN 2018 peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat
Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan II 2018 dalam rangka normalisasi setelah indikasi makro
diperkirakan meningkat. Faktor utama yang ekonomi AS membaik.
diperkirakan mendorong inflasi terutama berasal dari
Sementara itu, risiko inflasi administered prices di
kelompok volatile food dan inti. Sementara itu, inflasi
tahun 2018 diperkirakan akan terjaga sejalan
administered diperkirakan relatif terjaga seiring dengan
dengan komitmen Pemerintah untuk menunda
komitmen Pemerintah untuk menunda kebijakan
penyesuaian tarif komoditas energi. Beberapa
penyesuaian tarif energi.
kebijakan penyesuaian tarif energi yang diperkirakan
Inflasi kelompok volatile food diperkirakan akan ditunda adalah kebijakan kenaikan tarif dasar
meningkat dibandingkan periode yang sama listrik (TDL) dan kebijakan skema distribusi tertutup
pada tahun 2017. Sesuai dengan pola historisnya, untuk bahan bakar gas bersubsidi. Namun demikian,
peningkatan konsumsi masyarakat menjelang hari terdapat risiko yang tinggi pada pada peningkatan
raya keagamaan yang akan jatuh pada triwulan II 2018 harga minyak dunia. Dengan tren peningkatan yang
akan mendorong peningkatan tekanan inflasi tinggi pada periode Oktober 2017 - Januari 2018,
kelompok volatile food. Selanjutnya, terdapat risiko Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)
gangguan pasokan produksi hortikultura dan pangan memproyeksikan harga minyak mentah untuk jenis
padi akibat tingginya curah hujan pada akhir tahun West Texas Intermediate (WTI) sebesar USD62 per barel,
2017 hingga awal tahun 2018. Indikasi awal gangguan meningkat dibandingkan dengan rata-rata harga pada
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 131

KAJIAN EKONOMI

PROVINSI JAWA TENGAH


DAN KEUANGAN REGIONAL
9 %, YOY
administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan
8 reformasi subsidi energi oleh Pemerintah. Selanjutnya,
7
6 dalam rangka menjaga kestabilan harga dan pasokan
5
komoditas pangan strategis, Bank Indonesia bersama
4
3 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa
2
1
Tengah sudah mempersiapkan berbagai program
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ip Iip IIIp IVp pengendalian inflasi di tahun 2018. Beberapa hal yang
2014 2015 2016 2017 2018p

p) Angka perkiraan dilakukan adalah penggunaan SiHaTi mobile app Gen III
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia
Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahun 2017 yang mensinergikan informasi pasokan pangan hulu-
hilir, kebijakan pasar murah, operasi pasar, dan sidak
tahun 2017 yang sebesar USD 47,33 per barel.
lapangan ketika terjadi gejolak harga di masyarakat.
Peningkatan harga minyak mentah ini selanjutnya akan
TPID Jawa Tengah juga berupaya meningkatkan
berimplikasi pada peningkatan beban subsidi Bahan
kelembagaan petani dengan tujuan mengeliminasi
Bakar Minyak (BBM) serta kenaikan Tarif Tenaga Listrik
kendala petani dalam mendapatkan pembiayaan untuk
(TTL).
modal menanam selanjutnya. Selain itu, dibangun pula
Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sistem penyimpanan menggunakan teknologi ozon
sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy). Koordinasi untuk memperkuat penyediaan pasokan komoditas
kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam strategis. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat
pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama tetap menjaga inflasi Jawa Tengah tahun 2018 pada
dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian level yang terkendali.

Tabel 7.3 Risiko Inflasi Akhir Tahun 2018

KELOMPOK RISIKO FAKTOR RISIKO TAHUN 2018

- Intensitas hujan yang tinggi hingga Februari 2018 diperkirakan mendorong penurunan produksi
hortikultura, terutama komoditas aneka cabai
TINGGI
- Gangguan cuaca berupa badai tropis yang berlangsung pada November-Desember 2018, berisiko
Volatile Food
menurunkan produksi beras.
- Gangguan pasokan komoditas bawang putih sebagai dampak kebijakan impor.

- Meningkatnya daya beli masyarakat seiring kondisi ekonomi yang membaik.


- Kenaikan harga semen di tengah meningkatnya pembangunan infrstruktur pemerintah dan swasta
Administered Prices MODERAT
Potensi depresiasi nilai tukar rupiah

- Potensi kenaikan harga BBM seiring tren kenaikan harga minyak dunia
Core Inflation RENDAH - Meningkatnya dampak lanjutan dari kenaikan BBM pada tarif angkutan
- Peningkatan harga rokok seiring kenaikan cukai

Anda mungkin juga menyukai