FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya ”Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 2018” dapat
dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa
indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem
pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan
internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,
hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada
masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih
meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih
besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta
kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam
pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada
umumnya.
Ttd
BAB II
KEUANGAN PEMERINTAH
2.1. Realisasi APBD Triwulan IV 2017 45
2.1.1. Realisasi Pendapatan Triwulan IV 2017 46
2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan IV 2017 48
2.2. APBN Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2017 50
iv
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018
v
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018
BAB VI
KETENAGAKERJAAN
DAN KESEJAHTERAAN
6.1. Ketenagakerjaan 113
6.2. Pengangguran 116
6.3. Nilai Tukar Petani 117
6.4. Tingkat Kemiskinan 119
6.5. Pembangunan Manusia 121
6.6. Pemerataan Penduduk 122
BAB VII
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2018 dan 127
Tahun 2018
7.1.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 127
7.1.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 128
7.2. Prospek Inasi Triwulan II 2018 dan Tahun 2018 130
vi
Tabel
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan 09 Tabel 3.7 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok Bahan 61
Jawa (%, yoy) Makanan
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB menurut 12 Tabel 4.1 Pengelompokan Tabungan Perseorangan 79
Pengeluaran (Rp Miliar) Berdasarkan Nilainya
Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 12 Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan Kredit 80
menurut Pengeluaran (Rp Miliar) Rumah Tangga Jawa Tengah
Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa 12 Tabel 4.3 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan di Jawa 85
Tengah menurut Pengeluaran (%, YOY) Tengah
Tabel 1.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa 22 Tabel 4.4 Pengelompokkan DPK Berdasarkan Nilai 87
Negara Mitra Dagang Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilai 89
Tabel 1.6 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB 2010 27 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis 113
menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar) Kegiatan Utama (juta orang)
Tabel 1.7 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 27 Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang 114
menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar) Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)
Tabel 1.8 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa 28 Tabel 6.3. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 115
Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY) Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2013 – Agustus
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2017 45 2017 (juta orang)
(Rp Miliar) Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 115
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Tw IV Tahun 2016 & 2017 46 Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)
Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan IV 2016 & 2017 48 Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang 116
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBN Jawa Tengah Triwulan 51 Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta
IV 2016 & 2017 per Jenis Belanja (Rp Miliar) orang)
Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inasi 58 Tabel 6.6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 119
Bulanan Tabel 6.7 Garis Kemiskinan Menurut Daerah, 2011-2017 120
Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deasi 58 (Rupiah)
Bulanan Tabel 6.8 Perbandingan IPM Provinsi Peers 121
Tabel 3.3 Tabel Inasi Tahunan Kota Jawa Tengah 58 Tabel 6.9 IPM Jawa Tengah Menurut Komponen 121
Tabel 3.4 Perkembangan Inasi Tahunan Per Kelompok 59 Tabel 6.10 Perbandingan Koesien Gini Provinsi Peers 123
Tabel 3.5 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok 60 Tabel 7.1 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan 127
Transpor Tabel 7.2 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan 128
Tabel 3.6 Perkembangan Inasi Tahunan – Kelompok 60 Usaha
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Tabel 7.3 Risiko Inasi Tahun 2018 131
Grafik
Grak 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 09 Grak 1.17 Pertumbuhan PDRB Investasi, PDRB 17
Grak 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, 09 Konstruksi, dan Konsumsi Semen
Jawa, dan Nasional Grak 1.18 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Suku 17
Grak 1.3 Struktur Perekonomian Kawasan Jawa 09 Bunga Kredit Investasi
berdasarkan Provinsi Grak 1.19 Realisasi Penanaman Modal Asing dan 17
Grak 1.4 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan 10 Dalam Negeri
dan Pertumbuhan Ekonomi Grak 1.20 Perkembangan SBT Realisasi Investasi 18
Grak 1.5 Pertumbuhan Tahunan Outow Uang 10 (SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Investasi
Kartal, Rata-Rata Perputaran Kliring Harian, dan Grak 1.21 Perkembangan SBT Realisasi Investasi 18
Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Usaha (hasil SKDU)
Grak 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Jawa 11 Grak 1.22 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha 18
Tengah dan Nasional (Hasil Liaison)
Grak 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga 13 Grak 1.23 Likert Scale Investasi (Hasil Liaison) 18
Grak 1.8 Indeks Tendensi Konsumen 14 Grak 1.24 Pertumbuhan PDRB Ekspor Luar Negeri 19
Grak 1.9 Perkembangan Inasi dan Pertumbuhan 14 Grak 1.25 Komposisi Ekspor Luar Negeri 19
Konsumsi Rumah Tangga Nonmigas Berdasarkan Komoditas
Grak 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi, DPK 14 Grak 1.26 Pertumbuhan Nilai Ekspor TPT 20
Perorangan, dan Pertumbuhan Konsumsi Rumah Grak 1.27 Pertumbuhan Volume Ekspor TPT 20
Tangga Grak 1.28 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kayu 21
Grak 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi 14 Grak 1.29 Pertumbuhan Volume Ekspor Kayu 21
berdasarkan Jenis Konsumsi Grak 1.30 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan 21
Grak 1.12 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT 15 Negara Tujuan
Grak 1.13 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah 15 Grak 1.31 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas 21
Grak 1.14 Persentase Realisasi Pendapatan dan 16 Berdasarkan Negara Tujuan
Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Grak 1.32 Investasi Non-Residensial AS dan Harga 22
Grak 1.15 Pertumbuhan Giro Pemerintah dan 16 WTI
PDRB Konsumsi Pemerintah Grak 1.33 Tingkat Keyakinan Konsumen, Industri, 23
Grak 1.16 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap 16 dan Jasa Kawasan Eropa
Bruto
viii
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018
Grak 1.34 Perkembangan Ekspor dan Imopor Kawasan 23 Grak 1.52 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen 29
Eropa Padi di Jawa Tengah
Grak 1.35 PMI Employment dan Tingkat Keyakinan 23 Grak 1.53Perkembangan Hasil Produksi Padi di Jawa 30
Konsumen Tiongkok Tengah
Grak 1.36 Kinerja Neraca Perdagangan Tiongkok 23 Grak 1.54 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan 30
Grak 1.37 Pertumbuhan PDRB Impor Luar Negeri 23 Grak 1.55 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan 31
Grak 1.38 Perkembangan Impor Jawa Tengah 24 Domestik, dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
Grak 1.39 Pertumbuhan Impor Migas dan Nonmigas 24 Grak 1.56 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri 31
Jawa Tengah Pengolahan
Grak 1.40 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah 24 Grak 1.57 Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai 31
Berdasarkan Jenis Pengeluaran Subsektor Industri Pengolahan (Hasil SKDU)
Grak 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa 24 Grak 1.58 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 32
Tengah Berdasarkan Jenis Pengeluaran Besar dan Sedang berdasarkan Sektor (%, YOY)
Grak 1.42 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Jenis 25 Grak 1.59 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 32
Penggunaan Mikro dan Kecil berdasarkan Sektor (%, YOY)
Grak 1.43 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan 25 Grak 1.60 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar- 33
Komoditas Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor
Grak 1.44 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah 25 Grak 1.61 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan 33
Grak 1.45 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa 25 Domestik, Pertumbuhan PDRB Perdagangan
Tengah Berdasarkan Negara Asal Grak 1.62 Indeks Penjualan Riil (Hasil SPE) dan 34
Grak 1.46 Pertumbuhan Impor Provinsi Jawa Tengah 26 Pertumbuhan PDRB Perdagangan
Berdasarkan Negara Asal Grak 1.63 IPR Perrdagangan Eceran berdasarkan 34
Grak 1.47 Pertumbuhan PDRB Net Ekspor Antardaerah 26 Kelompok Komoditas
Grak 1.48 Pertumbuhan PDRB Pertanian, Kehutanan, 28 Grak 1.64 Pertumbuhan PDRB Konstruksi 34
dan Perikanan Grak 1.65 Pertumbuhan PDRB Informasi dan 35
Grak 1.49 Perkembangan SBT Realisasi Kegiatan Usaha 29 Komunikasi
(SKDU) dan Pertumbuhan PDRB Pertanian Grak 1.66 Pertumbuhan PDRB Jasa Perusahaan 35
Grak 1.50 Pertumbuhan dan NPL Kredit Pertanian 29 Grak 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan 45
Grak 1.51 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi 29 T.A. 2017
di Jawa Tengah
ix
Grafik
Grak 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah 45 Grak 3.10 Perkembangan Inasi Triwulanan 62
Triwulan IV 2016 & 2017 Kelompok Volatile Food 2012-2017
Grak 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah 46 Grak 3.11 Perkembangan Inasi Triwulanan 63
Grak 2.4 Realisasi Belanja Daerah 46 Kelompok Inti Triwulan IV 2017
Grak 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah 47 Grak 3.12 Perkembangan Output Gap, 63
Triwulan IV 2017 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan, dan Inasi Inti
Grak 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan 47 Grak 3.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap 63
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Kenaikan Harga
Grak 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan IV 48 Grak 3.14 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 63
2017 Eceran
Grak 2.8 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 50 Grak 3.15 Perkembangan Inasi Triwulanan 64
2017 Berdasarkan Jenis Belanja Kelompok Administered Prices Triwulan IV 2017
Grak 2.9 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 50 Grak 3.16 Perkembangan Tahunan Subkelompok 64
2017 Berdasarkan Jenis Belanja Inasi Kelompok Administered Prices
Grak 3.1Perkembangan Inasi Jawa Tengah dan 57 Grak 3.17 Inasi Tahunan Triwulan IV 2017 65
Nasional Grak 3.18 Perkembangan Inasi Tahunan 65
Grak 3.2 Perkembangan Inasi Triwulanan Provinsi 57 Grak 3.19 Inasi Tahunan Enam Kota 65
Jawa Tengah Grak 3.20 Inasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per 65
Grak 3.3 Inasi Tahunan Provinsi di Jawa 57 Kelompok pada Tw IV 2017
Grak 3.4 Inasi Bulanan Provinsi di Jawa 57 Grak 3.21Disagregasi Inasi Triwulanan Enam Kota 66
Grak 3.5 Perkembangan Inasi Bulanan Jawa 58 2017
Tengah 2012-2017 Grak 3.22 Disagregasi Inasi Tahunan Enam Kota 66
Grak 3.6 Event Analysis Inasi Provinsi Jawa 58 2017
Tengah Grak 3.23 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Cilacap 67
Grak 3.7 Disagregasi Inasi Tahunan 61 Grak 3.24 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota 67
Grak 3.8 Disagregasi Inasi Bulanan 61 Cilacap
Grak 3.9 Perkembangan Inasi Bulanan Kelompok 62 Grak 3.25 Disagregasi Inasi Tahunan Kota 67
Volatile Food 2012-2017 Purwokerto
x
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018
Grak 3.26 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota 67 Grak 4.8 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah 80
Purwokerto Tangga Jawa Tengah
Grak 3.27 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Kudus 69 Grak 4.9 Perkembangan Pangsa Kredit Rumah Tangga 80
Grak 3.28 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Kudus 69 Jawa Tengah
Grak 3.29 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Surakarta 69 Grak 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Pemilikan 81
Grak 3.30 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Surakarta 69 Rumah di Jawa Tengah
Grak 3.31 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Semarang 70 Grak 4.11 Pangsa Kredit Pemilikan Rumah di Jawa 81
Grak 3.32 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Semarang 70 Tengah
Grak 3.33 Disagregasi Inasi Tahunan Kota Tegal 71 Grak 4.12 Perkembangan NPL Kredit Pemilikan Rumah 81
Grak 3.34 Disagregasi Inasi Triwulanan Kota Tegal 71 di Jawa Tengah
Grak 3.35 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei 73 Grak 4.13 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 82
Konsumen Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah
Grak 3.36 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei 73 Grak 4.14 Perkembangan NPL Kredit Kendaraan 82
Pedagang Eceran Bermotor di Jawa Tengah
Grak 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 77 Grak 4.15 Pangsa Kredit Kendaraan Bermotor di Jawa 82
dan Risiko Sektor Pertanian Tengah
Grak 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 77 Grak 4.16 Perkembangan Pertumbuhan Aset Perbankan 83
dan Risiko Sektor Konstruksi di Pulau Jawa
Grak 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 78 Grak 4.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 83
dan Risiko Sektor Industri Pengolahan Perbankan di Pulau Jawa
Grak 4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, 78 Grak 4.18 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan 84
serta Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran di Jawa Tengah
Grak 4.5 Perkembangan Pertumbuhan DPK, 79 Grak 4.19 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan 84
Perseorangan, dan Bukan Perseorangan Jawa Tengah (NPL) Kredit Perbankan Jawa Tengah
Grak 4.6 Perkembangan Pangsa DPK, Perseorangan, 79 Grak 4.20 Perkembangan Rasio Loan to Deposit Ratio 84
dan Bukan Peseorangan Jawa Tengah (LDR) Perbankan Jawa Tengah
Grak 4.7 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat 79 Grak 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan Jawa 85
terhadap Peningkatan Tabungan Berdasarkan Survei Tengah
Konsumen
ix
Grafik
Grak 4.22 Perkembangan Pertumbuhan Indikator 85 Grak 4.34 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR 90
Perbankan Jawa Tengah di Jawa Tengah
Grak 4.23 Perkembangan DPK Perbankan Umum 86 Grak 4.35 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR 91
Jawa Tengah di Jawa Tengah
Grak 4.24 Perkembangan Pertumbuhan Tabungan 87 Grak 4.36 Pangsa Dana Pihak Ketiga BPR di Jawa 91
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Tengah
Nilai Grak 4.37 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR 91
Grak 4.25 Perkembangan Pangsa Tabungan 87 di Jawa Tengah
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Grak 4.38 Pangsa Kredit BPR di Jawa Tengah 91
Nilai Grak 4.39 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR 91
Grak 4.26 Perkembangan Pertumbuhan Deposito 87 di Jawa Tengah
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Grak 4.40 Perkembangan NPL BPR di Jawa 92
Nilai Tengah
Grak 4.27 Perkembangan Pangsa Deposito 87 Grak 4.41 Perkembangan Rasio FDR BPR Jawa 92
Perbankan di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Tengah
Nilai Grak 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 92
Grak 4.28 Perkembangan Pertumbuhan DPK 87 UMKM di Kawasan Jawa
Perbankan Jawa Tengah Grak 4.43 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 93
Grak 4.29 Perkembangan Kredit Perbankan Jawa 88 UMKM di Jawa Tengah
Tengah Berdasarkan Sektor Grak 4.44 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM 93
Grak 4.30 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 88 di Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Berdasarkan Penggunaan Grak 4.45 Perkembangan Pertumbuhan Kredit 93
Grak 4.31 Perkembangan Suku Bunga Simpanan 89 UMKM Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Grak 4.46 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM 93
Grak 4.32 Perkembangan Suku Bunga Kredit 89 Jawa Tengah
Perbankan Jawa Tengah Grak 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran 99
Grak 4.33 Perkembangan Suku Bunga Sektor 90 Kliring Harian di Jawa Tengah
Ekonomi Utama di Jawa Tengah Grak 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata 99
Perputaran Kliring, IPR SPE, SBT SKDU
x
KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
FEBRUARI 2018
Grak 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan 100 Grak 6.1 Perkembangan NTP Subsektor Hortikultura, 114
Daerah Pengiriman Peternakan, dan Perikanan dalam 4 Tahun Terakhir
Grak 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan 100 Grak 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan 115
Daerah Pengiriman Grak 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, 115
Grak 5.5 Perkembangan Rata-Rata Penarikan Cek dan 101 dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang
Bilyet Giro Kosong Harian di Jawa Tengah Grak 6.4 NTP dan PDRB Lapangan Usaha Pertanian 115
Grak 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran 101 Grak 6.5 NTP Jawa Tengah dan Komponen 118
Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah Penyusunnya
Grak 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran 101 Grak 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Tengah 118
Uang Kartal Berdasarkan Wilayah Grak 6.7 Indeks yang Diterima berdasarkan Subsektor 118
Grak 5.8 Frekuensi dan Nominal Kas Keliling 102 Grak 6.8 Indeks yang Dibayar berdasarkan Subsektor 118
Grak 5.9 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan 102 Grak 6.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa 119
Uang Tidak Layak Edar Tengah Tahun 2011-2017 (ribuan orang)
Grak 5.10 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah 102 Grak 6.10 Perkembangan IPM Jawa Tengah dan 121
Grak 5.11 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan 102 Nasional
Pecahan Grak 6.11 Perkembangan Koesien Gini Jawa Tengah 122
Grak 5.12 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Sumber 103 dan Nasional
Temuan Grak 6.12 Perkembangan Koesien Gini Berdasarkan 123
Grak 5.13 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan 103 Wilayah
Kunjungan Wisatawan Asing di Jawa Tengah Grak 7.1 Proyeksi Inasi Tahun 2018 131
Grak 5.14 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui 103
KUPVA Bukan Bank di Jawa Tengah
Grak 5.15 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di 104
Jawa Tengah dibandingkan 100.000 Penduduk Dewasa
Grak 5.16 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di 104
Jawa Tengah dibandingkan 1.000 km2 Luas Wilayah
ix
TABEL INDIKATOR
xii PROVINSI JAWA TENGAH
xiv
TABEL INDIKATOR
PROVINSI JAWA TENGAH xiii
KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI JAWA TENGAH
B. Perbankan dan Sistem Pembayaran
2016 2017
INDIKATOR 2014 2015 2016
I II III IV I II III
Perbankan **)
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 188,11 216,17 217,92 225,02 228,39 240,40 240,40 245,78 252,59 257,35
- Giro 24,83 29,69 33,75 31,14 32,90 30,25 30,25 35,81 35,91 35,65
- Tabungan 97,60 109,04 104,36 112,08 112,90 123,34 123,34 119,59 125,19 128,37
- Deposito 65,68 77,44 79,82 81,80 82,59 86,81 86,81 90,38 91,49 93,33
Kredit (Rp Triliun) 198,15 216,71 217,89 226,15 229,91 236,76 236,76 237,77 247,13 250,76
- Modal Kerja 106,38 115,80 115,89 120,94 122,87 125,63 125,63 125,47 132,20 134,51
- Konsumsi 29,06 34,31 35,49 36,68 37,85 39,82 39,82 40,23 40,71 40,93
- Investasi 62,71 66,60 66,51 68,53 69,20 71,30 71,30 72,08 74,21 75,33
Loan to Deposit ratio (%) 105,33 100,25 99,99 100,50 100,67 98,49 98,49 96,74 97,82 97,44
NPL Gross (%) 2,23 3,02 3,22 3,43 3,26 2,84 2,84 3,06 3,23 3,00
C. Sistem Pembayaran
2016 2017
INDIKATOR 2014 2015 2016
I II III IV I II III
Transaksi Kliring
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 567 607 853 947 800 819 855 770 707 681
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 14.459 14.612 18.817 19.694 18.545 19.085 19.035 18.555 18.814 17.340
Transaksi Kas (Rp Triliun)
-Inflow 62,32 71,23 18,75 12,45 26,63 14,67 72,49 18,38 13,91 29,38
-Outflow 39,11 46,84 7,00 23,06 10,88 12,03 52,98 10,12 24,32 9,92
*Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor)
RINGKASAN
UMUM
RINGKASAN
02 UMUM
KAJIAN EKONOMI
KAJIAN EKONOMI
subkelompok kesehatan yang utamanya disebabkan aman, lancar, dan efisien, mampu memberikan
oleh peningkatan tarif rumah sakit dan obat-obatan. dukungan pada kelancaran transaksi keuangan di Jawa
Selanjutnya sesuai dengan pola historisnya, inflasi Tengah pada triwulan IV 2017. Transaksi keuangan ritel
triwulanan kelompok inti disebabkan oleh kenaikan yang diproses melalui SKNBI meningkat dibandingkan
upah pekerja sektor informal sebagai antisipasi triwulan sebelumnya. Aliran uang dari BI ke perbankan
peningkatan upah pekerja sektor formal yang telah mencatatkan posisi net outflow seiring dengan
ditetapkan melalui Upah Minimum Kabupaten/Kota meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun ajaran
oleh Pemerintah Daerah menjelang awal tahun 2018. baru sekolah. Transaksi menggunakan Uang Kertas
Asing (UKA) di KUPVA BB meningkat dibandingkan
KAJIAN EKONOMI
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah triwulan IV 2017 tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan ekonomi
keseluruhan tahun 2017 stabil dibandingkan tahun lalu.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit
yang melayani rumah tangga (LNPRT) menunjukkan peningkatan pertumbuhan.
Sementara itu, kinerja investasi, ekspor luar negeri, dan konsumsi pemerintah tetap
tumbuh meskipun mengalami perlambatan. Di sisi lain, impor luar negeri Jawa Tengah
menunjukkan peningkatan signifikan, sehingga menahan perekonomian Jawa Tengah
untuk tumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan.
Dari sisi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian, industri
pengolahan, dan konstruksi menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi. Sementara,
lapangan usaha perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 09
KAJIAN EKONOMI
8 % 7 %, YOY
6
6
4
5
2
0 4
-2
3
-4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, Jawa, dan Nasional
III 29,70 25,15 22,04 14,71 6,91 1,48 PROVINSI TW III 2017 TW IV 2017
2017 % % % % % %
1. Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV 2017 dengan menggunakan tahun dasar
2010 berbasis SNA 2008 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat
ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KEKR adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS
pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 2017 dan 2016 masih bersifat sementara.
PERKEMBANGAN
10 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
19 80
6
15 60 6
5
11 40
4
7 20 5
3 3 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 4
KREDIT PERBANKAN PDRB - SKALA KANAN OUTFLOW UANG KARTAL PDRB - SKALA KANAN NILAI RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN
Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.4 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan dan Grafik 1.5 Pertumbuhan Tahunan Outflow Uang Kartal, Rata-Rata
Pertumbuhan Ekonomi Perputaran Kliring Harian, dan Pertumbuhan Ekonomi
sumbangan tersebut, Jawa Tengah menjadi provinsi cenderung melambat pada triwulan laporan. Hal ini
penyumbang keempat terbesar dalam perekonomian tercermin dari penyaluran kredit perbankan yang
nasional maupun kawasan Jawa, setelah DKI Jakarta, tumbuh melambat pada periode tersebut. Pada
Jawa Timur, dan Jawa Barat. Perekonomian kawasan triwulan laporan, pertumbuhan kredit perbankan yang
Jawa secara dominan masih disumbang oleh Provinsi disalurkan di Jawa Tengah tercatat sebesar 3,54%
2
DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan pangsa dari kedua (yoy) , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
daerah ini mencapai lebih dari 50%. yang sebesar 4,98% (yoy).
Kegiatan ekonomi dapat tercermin dari beberapa Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan
sarana pendukungnya, seperti aktivitas sistem pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari
pembayaran. Seiring dengan meningkatnya aktivitas komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi
ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017, lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga
kebutuhan akan uang kartal juga mengalami (LNPRT). Sementara kinerja investasi, ekspor luar
peningkatan. Hal tersebut tercermin dari aliran keluar negeri, dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh
(outflow) uang kartal melalui Kantor Perwakilan BI di meskipun mengalami perlambatan dari triwulan
Provinsi Jawa Tengah yang mengalami pertumbuhan sebelumnya. Di sisi lain, impor luar negeri Jawa Tengah
32,83% (yoy), berbalik arah dari kontraksi 8,82% (yoy) menunjukkan peningkatan yang relatif signifikan.
pada triwulan III 2017. Seiring dengan meningkatnya Sebagai komponen pengurang PDRB, tingginya
aktivitas ekonomi pada akhir tahun, aliran masuk pertumbuhan impor menahan perekonomian Jawa
(inflow) uang kartal menunjukkan perlambatan Tengah untuk tumbuh lebih tinggi pada triwulan
pertumbuhan dari 10,33% (yoy) pada triwulan III 2017 laporan.
menjadi 0,30% (yoy) pada triwulan laporan. Namun
demikian, peningkatan tidak terjadi pada aktivitas Ditinjau dari sisi lapangan usaha, meningkatnya
pembayaran nontunai. Pada triwulan IV 2017, nilai pertumbuhan lapangan usaha pertanian, industri
rata-rata perputaran kliring harian mengalami pengolahan, dan konstruksi menjadi pendorong laju
kontraksi lebih dalam dibanding triwulan lalu, yaitu pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, tingginya
menjadi -17,10% (yoy) dari -14,91% (yoy) pada pertumbuhan lapangan usaha informasi dan
triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, aktivitas perbankan komunikasi turut mendorong pertumbuhan pada
yang dicerminkan oleh kebutuhan pembiayaan triwulan laporan. Namun demikian, melambatnya
1. Pertumbuhan kredit pada Bab I menggunakan lokasi proyek Jawa Tengah, yang berarti
kredit yang disalurkan oleh bank se-Indonesia ke debitur atau proyek di Jawa Tengah.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 11
KAJIAN EKONOMI
4
oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa
60,71%. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau
3
investasi juga memberikan kontribusi signifikan, yaitu
2013 2014 2015 2016 2017
pertumbuhan lapangan usaha perdagangan yang sebagai elemen pengurang dalam perekonomian Jawa
cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya Tengah, juga berkontribusi cukup besar, yaitu 15,07%.
menjadi faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi. Komposisi ini tidak banyak berubah dibandingkan
tahun sebelumnya.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
triwulan IV 2017 mengalami peningkatan dari triwulan Percepatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan
sebelumnya, namun secara keseluruhan tahun 2017, laporan didorong oleh meningkatnya pengeluaran
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat stabil konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non-profit
dibandingkan capaian 2016. Pada tahun 2017, yang melayani rumah tangga (LNPRT), serta net ekspor
ekonomi Jawa Tengah tercatat tumbuh 5,27% (yoy) antardaerah. Sementara itu, kegiatan investasi dan
atau sama dengan pertumbuhan pada 2016. Dari sisi ekspor luar negeri yang merupakan komponen
pengeluaran, perbaikan kinerja ekspor luar negeri, pengeluaran dengan pangsa terbesar kedua dan ketiga
investasi, konsumsi rumah tangga, dan konsumsi masih tercatat tumbuh, meskipun melambat dari
pemerintah menjadi faktor pendorong pertumbuhan triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, pengeluaran
ekonomi pada 2017. Akan tetapi, komponen impor konsumsi pemerintah juga menunjukkan perlambatan
luar negeri yang juga meningkat signifikan menjadi pertumbuhan pada triwulan laporan. Di sisi lain, impor
penahan pertumbuhan ekonomi tahun 2017. luar negeri yang merupakan komponen pengurang
Sementara dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan PDRB justru menunjukkan peningkatan yang cukup
ekonomi Jawa Tengah masih ditopang oleh signifikan, sehingga menahan laju pertumbuhan
meningkatnya kinerja industri pengolahan, ekonomi Jawa Tengah untuk tumbuh lebih tinggi pada
Tabel 1.2 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHB menurut Pengeluaran (Rp Miliar)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 570.433 620.264 162.234 164.045 170.083 170.265 666.628 174.589 179.274 182.779 184.064 720.706
KONSUMSI LNPRT 10.773 11.439 3.028 3.029 3.062 3.139 12.257 3.201 3.329 3.284 3.378 13.193
KONSUMSI PEMERINTAH 75.556 85.226 13.427 20.843 20.590 33.104 87.964 14.017 20.244 22.658 36.796 93.714
INVESTASI 274.558 308.702 79.037 81.890 84.345 88.705 333.977 84.796 89.288 94.089 98.594 366.766
EKSPOR LUAR NEGERI 84.542 92.813 23.522 25.036 20.890 25.117 94.566 26.273 25.355 28.727 29.538 109.893
IMPOR LUAR NEGERI 220.421 188.360 35.475 42.047 35.942 40.353 153.817 42.374 38.786 42.872 54.864 178.897
NET EKSPOR ANTARDAERAH 99.974 66.634 12.175 13.522 15.844 1.772 43.313 17.593 11.024 16.008 5.371 49.996
PERUBAHAN INVENTORI 27.054 14.269 4.362 5.632 3.757 (5.519) 8.233 6.356 5.229 1.458 (1.368) 11.676
PDRB 922.471 1.010.987 262.309 271.950 282.631 276.230 1.093.121 284.451 294.958 306.131 301.509 1.187.049
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Tabel 1.3 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Pengeluaran (Rp Miliar)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 465.234 485.947 124.097 126.063 129.082 128.866 508.108 129.872 132.228 134.661 134.853 531.614
KONSUMSI LNPRT 8.299 8.047 2.109 2.111 2.116 2.163 8.499 2.177 2.242 2.200 2.257 8.875
KONSUMSI PEMERINTAH 56.643 58.118 9.085 13.420 13.312 21.955 57.772 9.286 12.753 14.196 23.231 59.467
INVESTASI 220.773 232.335 58.521 60.317 62.058 65.352 246.247 61.805 64.784 67.888 70.240 264.716
EKSPOR LUAR NEGERI 68.523 68.717 16.955 17.858 14.721 17.636 67.169 18.362 17.552 19.715 19.968 75.597
IMPOR LUAR NEGERI 118.498 99.894 20.800 25.027 21.580 23.449 90.856 24.166 22.086 24.345 29.327 99.925
NET EKSPOR ANTARDAERAH 47.723 48.419 13.363 14.949 16.567 1.918 46.798 16.154 13.148 14.322 4.129 47.753
PERUBAHAN INVENTORI 16.261 5.076 2.703 2.808 1.728 -1.663 5.576 3.513 2.883 636 (1.080) 5.953
PDRB 764.959 806.765 206.032 212.499 218.003 212.779 849.313 217.003 223.504 229.274 224.270 894.050
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Pengeluaran (%, YOY)
2016* 2017**
KOMPONEN PENGELUARAN 2014 2015 2016* 2017**
I II III IV I II III IV
KONSUMSI RUMAH TANGGA 4,31 4,45 4,68 4,80 4,36 4,41 4,56 4,65 4,89 4,32 4,65 4,63
KONSUMSI LNPRT 8,62 (3,04) 8,73 9,17 3,47 1,60 5,61 3,24 6,19 3,94 4,33 4,43
KONSUMSI PEMERINTAH 2,19 2,60 2,90 11,02 (11,52) (0,91) (0,59) 2,22 (4,97) 6,64 5,81 2,93
INVESTASI 4,52 5,24 5,34 6,87 5,75 5,99 5,99 5,61 7,41 9,39 7,48 7,50
EKSPOR LUAR NEGERI 10,66 0,28 (0,28) (1,59) (10,48) 3,00 (2,25) 8,30 (1,71) 33,93 13,22 12,55
IMPOR LUAR NEGERI (7,29) (15,70) (18,86) (4,85) (12,44) 0,60 (9,05) 16,19 (11,75) 12,81 25,07 9,98
NET EKSPOR ANTARDAERAH (6,80) 1,46 (22,12) 8,14 9,27 (15,68) (3,35) 20,88 (12,05) (13,55) 115,20 2,04
PERUBAHAN INVENTORI (22,63) (68,78) (0,08) (39,15) 43,27 (51,81) 9,85 29,98 2,68 (63,16) (35,01) 6,75
PDRB 5,27 5,47 5,07 5,70 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
KAJIAN EKONOMI
dari 75% dari total konsumsi rumah tangga, sehingga dari hasil Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan
perbaikan kinerja pada kelompok dimaksud mampu oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan survei
mendorong peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, kondisi ekonomi rumah tangga di Jawa
rumah tangga secara keseluruhan. Namun demikian, Tengah mengalami peningkatan dibandingkan
konsumsi pakaian dan alas kaki, konsumsi kesehatan triwulan sebelumnya, yang tercermin dari nilai Indeks
dan pendidikan, serta restoran dan hotel mengalami Tendensi Konsumen (ITK) triwulan IV 2017 yang di atas
120
8
115
110 6
4
105 4
100
2
95
90 0 3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
-2
ITK VOLUME KONSUMSI BARANG/JASA
PENDAPATAN RUMAH TANGGA PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT KONSUMSI
INFLASI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.8 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.9 Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Konsumsi
Rumah Tangga
Kinerja konsumsi yang meningkat juga terindikasi dari tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
kinerja kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Penyaluran Pertumbuhan DPK oleh golongan nasabah perorangan
kredit konsumsi di Jawa Tengah oleh perbankan menunjukkan perlambatan dari 11,13% (yoy) menjadi
tumbuh 9,52% (yoy); meningkat dibanding 9,58% (yoy) pada periode laporan.
pertumbuhan pada triwulan III 2017 sebesar 8,68%
Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan
(yoy). Peningkatan ini terutama disumbangkan oleh
konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan
perbaikan kinerja penyaluran Kredit Kepemilikan
menjadi 4,63% (yoy), dari pertumbuhan 4,56%
Kendaraan Bermotor (KKB), yaitu dari 3,61% (yoy)
(yoy) pada tahun 2016. Beberapa pelonggaran
menjadi 6,37% (yoy); serta Kredit Kepemilikan Rumah
kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia seperti
(KPR), yaitu dari 6,42% (yoy) menjadi 7,97% (yoy).
penurunan tingkat suku bunga 7-Days Reverse Repo
Kredit multiguna lainnya juga terpantau tumbuh
meningkat pada periode laporan. Sementara itu, Rate sebesar 50 basic points (bps) pada 2017 dan inflasi
pembelian peralatan rumah tangga sebagai komponen yang terjaga membantu penguatan konsumsi pada
kredit konsumsi lainnya mengalami perlambatan 2017. Konsumsi rumah tangga Jawa Tengah terutama
14 20 80
12
15 60
10 4
10 40
8
6 5 20
4 3 0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
-5 -20
KREDIT KONSUMSI PDRB KONSUMSI - SKALA KANAN DPK PERORANGAN
KKB KPR LAINNYA - SKALA KANAN PERALATAN RUMAH TANGGA
Sumber: Bank Indonesia, BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi, DPK Perorangan, dan Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Konsumsi berdasarkan Jenis Konsumsi
Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 15
KAJIAN EKONOMI
60
10
20 40
5
20
10
0 0
-20
- -5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-40
2014 2015 2016 2017
-10
(10) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -60
2014 2015 2016 2017
-15 -80
PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) - SKALA KANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)
(20)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.12 Pertumbuhan Konsumsi LNPRT Grafik 1.13 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah
Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani 6,64% (yoy). Secara triwulanan, komponen
rumah tangga (LNPRT) pada triwulan IV 2017 pengeluaran ini tumbuh 63,64% (qtq) pada triwulan
tumbuh 4,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan
pertumbuhan triwulan III 2017 yang tercatat 3,94% IV 2016 sebesar 64,92% (qtq).
(yoy). Peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan
Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD),
salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya
melambatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi
konsumsi lembaga nonprofit, khususnya partai politik
pemerintah pada triwulan laporan dipengaruhi oleh
yang mulai mempersiapkan kegiatan pemilihan umum
kepala daerah (Pilkada) Gubernur dan Pilkada di 7 tingginya realisasi belanja pegawai dan belanja
kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang akan dimulai operasional pada triwulan III 2017. Banyaknya program
pada Februari 2018. Lebih lanjut, apabila dibandingkan pemerintah yang telah diselesaikan pada triwulan III
dengan triwulan III 2017, kegiatan organisasi menyebabkan pencairan anggaran telah direalisasikan
masyarakat dan yayasan pada triwulan akhir 2017 ini lebih cepat. Percepatan penyelesaian program dan
lebih tinggi, karena pada triwulan III 2017 terdapat realisasi penyerapan anggaran tersebut terutama
penurunan aktivitas sosial yang dilakukan masyarakat terjadi untuk program-program yang bersumber dari
akibat bergesernya bulan Ramadan dan Idul Fitri ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
triwulan II. Meskipun menunjukkan peningkatan, sebagai pengaruh dari percepatan pelaksanaan proses
komponen ini hanya menyumbang 1,12% dari total pengadaan barang dan jasa. Lebih lanjut, monitoring
perekonomian Jawa Tengah, sehingga akselerasi realisasi penyerapan APBN yang cenderung lebih ketat
pertumbuhan komponen ini tidak memberikan mendorong penyelesaian program dan realisasi
dampak signifikan secara langsung. Namun demikian, anggaran dilaksanakan secara tepat waktu.
perbaikan kinerja komponen ini dapat memberikan
Pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Jawa
dampak tidak langsung terhadap perekonomian
Tengah pada 2017 mencapai 103,31% dari total
terutama melalui peningkatan konsumsi rumah
anggaran, membaik dibanding tahun sebelumnya yang
tangga.
hanya sebesar 90,37%. Lebih lanjut, dana
Lain halnya dengan sisi swasta, pertumbuhan perimbangan Pemprov Jawa Tengah juga terealisasi di
konsumsi pemerintah mengalami perlambatan atas 90%, yakni sebesar 97,09%. Perbaikan realisasi
pertumbuhan pada triwulan IV 2017. Konsumsi pendapatan mendorong realisasi belanja pemerintah
pemerintah tumbuh 5,81% (yoy); melambat setelah daerah mengalami normalisasi pada 2017, setelah
pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi sebesar pemotongan anggaran yang dilakukan tahun 2016.
PERKEMBANGAN
16 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
REALISASI PENDAPATAN REALISASI BELANJA GIRO SEKTOR PEMERINTAH PDRB KONSUMSI PEMERINTAH - SKALA KANAN
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.14 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Grafik 1.15 Pertumbuhan Giro Pemerintah dan PDRB Konsumsi
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pemerintah
Pada periode laporan, realisasi belanja tidak langsung sumbangan besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi namun komponen pengeluaran ini memberikan
Jawa Tengah setelah Perubahan (APBDP) tercatat dampak secara tidak langsung yang dapat memicu
97,29% dari total anggaran belanja, membaik pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi lebih
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tinggi. Sebagai contoh adalah pembayaran gaji, hibah,
dengan realisasi 90,31%, terutama didorong oleh dan bantuan sosial pada konsumsi pemerintah.
peningkatan realisasi belanja pegawai, bantuan sosial, Kegiatan tersebut dapat memberikan pendapatan
serta bagi hasil kepada kabupaten/kota. Peningkatan tambahan bagi rumah tangga dan membantu daya beli
kinerja keuangan pemerintah salah satunya masyarakat yang terlibat sehingga konsumsi rumah
dipengaruhi oleh PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang tangga secara keseluruhan turut meningkat.
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang
mengatur bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah 1.1.1.2. Pengeluaran Investasi
menjadi kriteria alokasi Dana Insentif Desa (DID). Pada triwulan IV 2017, investasi yang tercermin
Bertambahnya realisasi belanja pada triwulan laporan dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
tercermin dari penurunan simpanan giro pemerintah tumbuh sebesar 7,48% (yoy), lebih rendah
yang terdapat di perbankan yang berada di Jawa dibanding triwulan yang lalu yang tumbuh 9,39%
Tengah, yaitu menjadi tumbuh negatif sebesar 3,95% (yoy). Secara triwulanan, investasi tercatat tumbuh
(yoy), setelah tumbuh 6,68% (yoy) pada triwulan 3,47% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
sebelumnya. Penurunan jumlah dana pemerintah yang pada triwulan IV 2016 yang sebesar 5,31% (qtq).
berada di perbankan menandakan pemerintah lebih Perlambatan kinerja ini diindikasikan terjadi pada
aktif dalam melakukan pengeluaran belanja investasi dalam bentuk nonbangunan dan bangunan.
pemerintah.
10 %
8
Dengan optimalnya penerimaan tahun 2017 dan 6
2
pengeluaran konsumsi pemerintah secara
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
keseluruhan tahun 2017 tumbuh sebesar 2,93% (2) 2014 2015 2016 2017
(4)
(yoy), berbalik arah setelah tahun 2016 terkontraksi
(6)
sebesar 0,59% (yoy). Seperti halnya konsumsi LNPRT, PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY)
KAJIAN EKONOMI
30 35
25 30 13
25
20
20 12
15
15
10
10 11
5
5
0 - 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PDRB INVESTASI KONSUMSI SEMEN PDRB KONSTRUKSI
RRT SUKU BUNGA KREDIT INVESTASI - SKALA KANAN KREDIT INVESTASI
Sumber: Kemenperin, Kemendag, BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.17 Pertumbuhan PDRB Investasi, PDRB Konstruksi,
dan Konsumsi Semen Grafik 1.18 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Suku Bunga Kredit
Investasi
Seperti halnya pengeluaran konsumsi pemerintah, pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum untuk
melambatnya pertumbuhan investasi pada triwulan kegiatan investasi di Jawa Tengah yang terkontraksi
laporan disebabkan oleh sebagian besar proyek 12,61% (yoy), atau lebih dalam dibanding triwulan
infrastruktur pemerintah yang telah diselesaikan lebih sebelumnya yang tumbuh negatif 8,83% (yoy).
cepat pada triwulan III 2017, khususnya yang Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit
bersumber dari belanja modal APBN. Sebagaimana investasi relatif tidak banyak berubah, yaitu dari
diketahui, pencatatan PMTB dilakukan berdasarkan 10,85% pada triwulan III 2017 menjadi sebesar
pencairan atau pembayaran proyek. Dengan demikian, 10,60% pada periode laporan.
percepatan penyelesaian proyek infrastruktur yang
Ditinjau berdasarkan asal penanaman modal,
mayoritas jatuh pada triwulan III 2017 mendorong
perlambatan investasi diindikasikan terjadi pada
percepatan realisasi penyerapan anggaran, sehingga
investasi yang berasal dari dalam negeri, sedangkan
pertumbuhan investasi relatif tinggi pada triwulan lalu.
pertumbuhan investasi pihak asing masih mengalami
Hal tersebut terjadi karena proses lelang proyek
peningkatan. Nilai penanaman modal dalam negeri
infrastruktur telah diselesaikan lebih awal, sehingga
pada triwulan laporan sebesar Rp6.799,2 miliar;
kementerian/lembaga dapat melakukan belanja lebih
mengalami kontraksi 52,02% (yoy), setelah tumbuh
cepat.
73,64% (yoy) pada triwulan lalu. Sementara itu, pada
Penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah maupun triwulan IV 2017 penanaman modal asing di Jawa
investasi oleh swasta masih berlanjut dan menjadi Tengah adalah sebesar USD876,16 juta; terpantau
pendorong kegiatan investasi pada triwulan laporan. tumbuh sebesar 284,62% (yoy), meningkat setelah
Namun demikian, kinerja investasi bangunan triwulan III 2017 tumbuh 37,56% (yoy).
ditengarai mengalami perlambatan. Hal tersebut
diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan 800 %, YOY
700
konsumsi semen triwulan laporan menjadi sebesar 600
500
17,84% (yoy), setelah tumbuh tinggi sebesar 32,04% 400
200
100
Kegiatan investasi yang tumbuh melambat pada 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-100 2014 2015 2016 2017
triwulan laporan juga sejalan dengan kinerja
PMA PMDN
pembiayaan perbankan. Hal tersebut tercermin dari Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah
Grafik 1.19 Realisasi Penanaman Modal Asing dan Dalam Negeri
PERKEMBANGAN
18 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
8 6 1
5
6 4
0
4 3
INDUSTRI
BANGUNAN
LISTRIK,
PENGOLAHAN
DAN KOMUNIKASI
RESTORAN
KEUANGAN, PERSEWAAN
HOTEL DAN
JASA - JASA
PERTAMBANGAN
PENGANGKUTAN
PERTANIAN
2
2
1
- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
Pada sisi swasta, tiga lapangan usaha mengonfirmasi dilakukan pelaku usaha, sebagian besar merupakan
terjadinya perlambatan investasi dari hasil Survei investasi nonbangunan seperti pemeliharaan dan
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), yaitu lapangan usaha penggantian mesin, penambahan mesin, dan
perdagangan, hotel dan restoran; bangunan; serta peremajaan kendaraan. Adapun investasi bangunan
listrik, gas, dan air bersih. SBT kegiatan investasi dari yang dilakukan antara lain pembangunan dan
ketiga lapangan usaha tersebut pada triwulan IV 2017 perluasan pabrik, penambahan lini produksi,
sebesar 1,73%, 0,89%, dan 0,37%; lebih rendah dari penambahan dan perluasan outlet penjualan.
SBT triwulan III 2017 yang sebesar 2,74%, 1,03%, dan
Dengan pertumbuhan tinggi di dua triwulan akhir
0,52%. Namun demikian, untuk keseluruhan lapangan
2017, investasi Jawa Tengah secara akumulatif
usaha, hasil SKDU justru menunjukkan peningkatan
mengalami pertumbuhan 7,50% (yoy) pada 2017,
optimisme pelaku usaha dalam melakukan investasi,
meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun
tercermin dari SBT kegiatan investasi yang meningkat
menjadi 9,20% dari triwulan III 2017 sebesar 6,90%. sebelumnya yang sebesar 5,99% (yoy).
Peningkatan ini utamanya dalam bentuk nonbangunan
Optimisme pelaku usaha dalam melakukan kegiatan yang mengalami perbaikan signifikan, yaitu dari
investasi juga tercermin dari hasil kegiatan liaison pada tumbuh 0,81% (yoy) menjadi tumbuh 6,88% (yoy)
triwulan laporan. Nilai likert scale (LS) realisasi investasi pada 2017. Sementara itu, investasi bangunan masih
triwulan laporan sebesar 1, relatif stabil dibanding LS tumbuh dengan level yang tinggi, yaitu 7,60% (yoy),
triwulan sebelumnya sebesar 0,98. Peningkatan atau sedikit meningkat dibanding pertumbuhan pada
kegiatan investasi terutama berasal dari sektor 2016 yang sebesar 6,87% (yoy). Tingginya komitmen
pertanian, bangunan, dan perdagangan. Investasi yang pemerintah dalam pembangunan infrastruktur
1,60
1,40
1,20
1,00
III IV 0,80
2017 2017 0,60
0,40
0,20
0,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
NAIK TETAP TURUN
Grafik 1.22 Perkembangan Investasi Pelaku Usaha (Hasil Liaison) Grafik 1.23 Likert Scale Investasi (Hasil Liaison)
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 19
KAJIAN EKONOMI
30 %
10
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
(10) IV - 2017 46,30 18,98 7,02 3,64 4,09 19,96
% % % % % %
(20)
TPT (SITC 65,84) MEBEL DAN KAYU OLAHAN (SITC 63, 82) BAHAN MAKANAN (SITC 0) KIMIA (SITC 5)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) PERMESINAN DAN ALAT TRANSPORTASI (SITC 7) LAINNYA
Grafik 1.24 Pertumbuhan PDRB Ekspor Luar Negeri Grafik 1.25 Komposisi Ekspor Luar Negeri Nonmigas Berdasarkan
Komoditas
PERKEMBANGAN
20 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
di beberapa periode. Industri ini merupakan industri Kinerja ekspor kayu dan barang dari kayu (SITC 63 dan
yang bersifat padat karya sehingga biaya produksi dan 82) Jawa Tengah pada triwulan laporan juga tumbuh
harga jual lebih bergantung pada upah tenaga kerja. melambat dibandingkan triwulan lalu. Secara nilai,
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Jawa Tengah ekspor komoditas tersebut mencatatkan pertumbuhan
yang bersaing, dan disertai dengan peningkatan sebesar 2,74%, lebih rendah dibanding pertumbuhan
kondisi ekonomi negara tujuan utama ekspor triwulan sebelumnya sebesar 9,96% (yoy).
mendorong kinerja ekspor industri ini konsisten Perlambatan tersebut terjadi baik pada ekspor
tumbuh. komoditas mebel maupun olahan kayu dan gabus.
Komoditas mebel (SITC 82) mencatatkan pertumbuhan
Selanjutnya, ekspor tekstil dalam bentuk benang dan
3,59% pada periode laporan, melambat dibandingkan
kain tekstil (SITC 65) juga mengalami perlambatan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,93% (yoy).
pertumbuhan, meskipun tidak sedalam yang terjadi
Seperti halnya ekspor TPT, ekspor komoditas mebel
pada ekspor pakaian jadi. Pada triwulan laporan,
yang mencatatkan pertumbuhan positif pada dua
ekspor benang dan kain tekstil tetap tumbuh tinggi
triwulan terakhir mengindikasikan adanya perbaikan
yaitu sebesar 24,21% (yoy), namun lebih rendah dari
kinerja ekspor setelah hampir selalu tercatat kontraksi
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
sejak pertengahan tahun 2015. Lebih lanjut, komoditas
28,99% (yoy). Meskipun relatif melambat pada
olahan kayu dan gabus (SITC 63) juga tumbuh
triwulan IV, ekspor benang dan kain tekstil yang berhasil
melambat menjadi 2,14%, dari pertumbuhan triwulan
mencatatkan pertumbuhan positif pada dua triwulan
sebelumnya sebesar 9,98% (yoy).
terakhir mengindikasikan adanya perbaikan kinerja
ekspor komoditas ini, setelah sejak pertengahan tahun Berdasarkan hasil liaison, beberapa tantangan dalam
2015 selalu mencatatkan kontraksi. Berdasarkan hasil ekspor komoditas kayu dan barang dari kayu di
FGD, perbaikan ekspor tersebut didorong oleh antaranya yaitu persaingan yang semakin ketat dengan
permintaan ekspor terhadap produk yang memberikan negara pesaing yang memiliki kapasitas produksi masal
nilai tambah ekspor lebih tinggi, yaitu permintaan seperti Vietnam dan Tiongkok. Kedua negara tersebut
terhadap produk serat tekstil. Selain itu, membaiknya mampu menawarkan produk dengan harga yang lebih
kondisi ekonomi beberapa negara mitra dagang utama murah, karena memperoleh dukungan pemerintah di
seperti Tiongkok dan Eropa juga berpengaruh terhadap negara tersebut, seperti dalam aspek UMK, energi,
perbaikan ekspor. regulasi, bahan baku, maupun pembiayaan. Selain itu,
adanya pergeseran musim di Eropa juga menyebabkan
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.26 Pertumbuhan Nilai Ekspor TPT Grafik 1.27 Pertumbuhan Volume Ekspor TPT
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 21
KAJIAN EKONOMI
30
270
10
400 20
240
0 10
210
300 0
-10
180 -10
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.28 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kayu Grafik 1.29 Pertumbuhan Volume Ekspor Kayu
mundurnya permintaan produk mebel dari mitra triwulan III 2017 menjadi 22,35% (yoy) pada periode
dagang di luar negeri, khususnya untuk mebel outdoor. laporan. Ekspor nonmigas ke Jepang juga melambat
Saat ini negara tujuan ekspor produk mebel Jawa signifikan dari tumbuh 36,85% (yoy) pada triwulan III
Tengah masih didominasi oleh negara-negara 2017 menjadi 14,15% (yoy). Sementara itu
tradisional seperti Amerika Serikat, Eropa, dan pertumbuhan ekspor nonmigas Jawa Tengah ke negara
Australia. mitra dagang utama lain seperti Tiongkok, ASEAN, dan
Eropa juga mengonfirmasi terjadinya perlambatan,
Secara keseluruhan, mitra dagang utama Jawa Tengah meskipun tidak sedalam dibandingkan dua negara
untuk ekspor nonmigas masih belum mengalami sebelumnya. Pertumbuhan ekspor Tiongkok, ASEAN,
perubahan signifikan dibandingkan periode dan Eropa melambat, yaitu masing-masing dari tumbuh
sebelumnya, yaitu Amerika Serikat dan Eropa, dengan sebesar 24,63% (yoy); 24,13% (yoy); dan 24,52% (yoy)
pangsa masing-masing 28,64% dan 15,87%. Setelah pada triwulan III 2017 menjadi tumbuh 15,99% (yoy);
kedua mitra tersebut, ekspor dengan negara-negara 20,34% (yoy); dan 22,10% (yoy) pada triwulan
tujuan ke Asia juga memegang peran cukup besar, yaitu laporan.
Jepang (12,31%), Tiongkok (9,65%), dan ASEAN
(7,69%). Pada triwulan laporan, perlambatan ekspor Secara keseluruhan selama tahun 2017, ekspor
hampir terjadi ke seluruh negara tujuan utama, luar negeri Jawa Tengah tumbuh 12,55% (yoy),
terutama ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang. meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya
yang justru mengalami kontraksi 2,25% (yoy).
Ekspor nonmigas Jawa Tengah ke Amerika Serikat Peningkatan kinerja ekspor tersebut terutama
melambat dari tumbuh tinggi 45,07% (yoy) pada dipengaruhi oleh membaiknya kondisi perekonomian
50 %, YOY
40
III - 2017 29,82 15,28 11,79 8,65 6,76 27,70
% % % % % % 30
20
10
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
IV - 2017 28,64% 15,87 12,31 9,65 7,69 25,83 -10 2014 2015 2016 2017
% % % % % %
-20
Grafik 1.30 Struktur Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.31 Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan
PERKEMBANGAN
22 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
global. Pemulihan ekonomi global akan mendorong Sebagai negara tujuan ekspor utama Jawa Tengah,
volume perdagangan dunia dan harga komoditas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengalami
global, yang selanjutnya berdampak positif terhadap perbaikan, ditopang investasi yang meningkat dan
permintaan produk ekspor Jawa Tengah. konsumsi yang stabil. Sejalan dengan Amerika Serikat,
ekonomi Eropa mengalami pemulihan cukup solid
Secara umum, kondisi perekonomian negara mitra
ditopang perbaikan net ekspor dan konsumsi yang
dagang menunjukkan pemulihan, terlihat dari realisasi
membaik. Perekonomian Tiongkok juga membaik
PDB negara Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok yang
didukung oleh kinerja ekspor yang meningkat seiring
cukup solid. PDB Dunia tahun 2017 direvisi ke atas
perbaikan permintaan eksternal dari negara maju serta
menjadi 3,7%, dari sebelumnya 3,6%, yang didorong
konsumsi yang solid, meskipun di tengah kebijakan
oleh ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok yang
rebalancing yang ditempuh secara gradual.
tumbuh lebih tinggi dibanding asumsi sebelumnya.
Perkembangan ini selanjutnya mendorong volume
Pemulihan ekonomi global tersebut mengindikasikan
perdagangan dunia dan harga komoditas global,
bahwa terdapat optimisme terhadap peningkatan daya
termasuk minyak, yang lebih tinggi dibandingkan
beli di pasar global. Namun demikian faktor kompetisi
tahun sebelumnya.
dengan negara lain seperti Vietnam, Thailand dan
Kamboja tetap perlu diwaspadai sebagai faktor
penghambat pertumbuhan ekspor Jawa Tengah,
khususnya pada komoditas tekstil dan produk tekstil
serta barang kayu, mengingat komoditas tersebut
merupakan komoditas unggulan Jawa Tengah.
KAJIAN EKONOMI
10
Peningkatan kinerja impor luar negeri terjadi baik pada
-
komoditas migas maupun nonmigas. Impor komoditas I II
2014
III IV I II
2015
III IV I II
2016
III IV I II
2017
III IV
(10)
migas pada triwulan laporan mencatatkan pangsa (20)
sedangkan pangsa impor komoditas nonmigas yaitu PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)
sebesar 61,87%. Pangsa impor komoditas migas Grafik 1.37 Pertumbuhan PDRB Impor Luar Negeri
PERKEMBANGAN
24 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
4,000
40
3,500
3,000
20
2,500
2,000 0
1,500 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1,000 2014 2015 2016 2017
-20
500
0 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
-60
MIGAS NONMIGAS NONMIGAS MIGAS TOTAL
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.38 Perkembangan Impor Jawa Tengah Grafik 1.39 Pertumbuhan Impor Migas dan Nonmigas Jawa Tengah
Harga minyak dunia menunjukkan tren yang Pada triwulan IV 2017, impor nonmigas Jawa Tengah
meningkat pada triwulan akhir 2017, yang disebabkan tumbuh 40,41% (yoy), lebih tinggi dari impor triwulan
oleh meningkatnya permintaan, naiknya compliancy sebelumnya yang tumbuh 35,67% (yoy). Impor
rate pembatasan produksi OPEC dan Non-OPEC, komoditas nonmigas Jawa Tengah dapat dikatakan
gangguan supply, serta kondisi geopolitik. Pada cukup produktif. Impor tersebut utamanya ditujukan
triwulan IV 2017, rata-rata harga minyak WTI untuk kegiatan produktif, yaitu bahan baku dengan
meningkat menjadi USD55,28 per barel, dari triwulan pangsa mencapai 60,14% dari total impor nonmigas
sebelumnya yang sebesar USD48,16 per barel. Harga Jawa Tengah, dan impor barang modal dengan pangsa
minyak dunia pada triwulan laporan juga jauh lebih 25,13%. Sementara itu, impor barang konsumsi
tinggi dibanding rata-rata harga pada 2016 yang memiliki pangsa 14,73%. Komposisi ini tidak banyak
sebesar USD43,34 per barel. Seiring dengan tren berubah dari periode sebelumnya.
kenaikan harga minyak dunia, impor luar negeri Jawa
Secara nilai, peningkatan kinerja impor nonmigas
Tengah untuk komoditas migas juga turut meningkat
terutama berasal dari impor barang konsumsi dan
secara nominal. Pertumbuhan impor komoditas migas
barang modal, sedangkan impor bahan baku terpantau
tercatat 38,51% (yoy) pada triwulan IV 2017,
tumbuh melambat. Peningkatan impor pada triwulan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
laporan sayangnya didorong oleh impor barang
tumbuh 2,81% (yoy).
konsumsi yang terakselerasi secara signifikan.
Lebih lanjut, impor komoditas nonmigas Jawa Tengah Meskipun memiliki pangsa relatif kecil terhadap total
juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan, impor Jawa Tengah, impor kelompok komoditas ini
meskipun tidak setajam peningkatan impor migas. tumbuh 110,76%, jauh lebih tinggi dibanding triwulan
1,500
1,000
500
60,14% 25,13% 14,73%
IV - 2017 -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
BAHAN BAKU BARANG MODAL BARANG KONSUMSI BARANG KONSUMSI BARANG MODAL BAHAN BAKU
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.40 Struktur Impor Nonmigas Jawa Tengah Grafik 1.41 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Jenis Pengeluaran Berdasarkan Jenis Pengeluaran
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 25
KAJIAN EKONOMI
80 200
60 150
40 100
20 50
- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2014 2015 2016 2017 -50 2014 2015 2016 2017
(40) -100
(60) -150
BARANG MODAL BAHAN BAKU BARANG KONSUMSI TPT (SITC 26 & 65) BAHAN MAKANAN (SITC 0) MESIN DAN ALAT TRANSPORTASI (SITC 7)
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.42 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 1.43 Pertumbuhan Nilai Impor Berdasarkan Komoditas
sebelumnya yang tumbuh 20,19% (yoy) dan rata-rata itu, pertumbuhan impor bahan baku melambat,
pertumbuhan triwulan IV selama lima tahun terakhir walaupun masih tumbuh dengan level yang tinggi.
sebesar 10,09% (yoy). Peningkatan impor barang Impor bahan baku tumbuh menjadi 23,66% (yoy) pada
konsumsi utamanya didorong oleh naiknya impor triwulan laporan, dari 45% (yoy) pada triwulan III 2017.
makanan dan minuman untuk konsumsi RT; serta Impor bahan baku terutama melambat untuk
barang konsumsi semi-durable dan non-durable. komoditas barang setengah jadi untuk industri serta
Meningkatnya pertumbuhan impor barang konsumsi komoditas makanan dan minuman untuk industri.
tersebut seiring dengan akselerasi kinerja konsumsi Melemahnya impor kelompok komoditas tersebut
rumah tangga Jawa Tengah dan nilai tukar yang relatif
ditengarai sejalan dengan perlambatan ekspor
terjaga. Di sisi lain, tingginya impor barang konsumsi
komoditas utama Jawa Tengah.
yang tidak disertai dengan peningkatan ekspor luar
negeri mengindikasikan bahwa barang yang diimpor Secara keseluruhan, impor nonmigas Jawa Tengah
diperdagangkan di pasar domestik, sehingga terutama berasal dari Tiongkok dengan pangsa
menyebabkan net ekspor antardaerah Jawa Tengah 38,79%. Selain Tiongkok, negara mitra dagang lainnya
tumbuh tinggi pada triwulan laporan. yaitu Amerika Serikat (11,42%), ASEAN (10,37%), dan
Eropa (7,39%). Mitra dagang utama ini tidak banyak
Selanjutnya, pertumbuhan impor barang modal
berubah sepanjang waktu. Pada periode laporan
meningkat menjadi 53,64% (yoy) pada triwulan IV
2017, dari 29,87% (yoy) pada triwulan sebelumnya. pertumbuhan impor meningkat pada impor dari
Peningkatan impor ini terutama dalam bentuk seluruh negara asal impor utama di atas, kecuali dari
nonbangunan, yaitu peralatan transportasi baik untuk Tiongkok. Peningkatan impor terbesar terutama terjadi
kepentingan industri maupun nonindustri. Sementara pada impor dari negara Amerika Serikat dan Eropa.
1,500
1,000
500
IV - 2017 38,79 11,42 10,37 7,39 32,03
% % % % %
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
TIONGKOK AS ASEAN EROPA LAINNYA
AMERIKA SERIKAT ASEAN TIONGKOK EROPA LAINNYA
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.44 Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah Grafik 1.45 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Negara Asal
PERKEMBANGAN
26 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
120 %, YOY
makanan yang didukung kinerja lapangan usaha
100
pertanian yang membaik dibandingkan triwulan
80
60 sebelumnya.
40
20
-
Peningkatan permintaan domestik diindikasikan oleh
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2014 2015 2016 2017 pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari
(40)
650
pendorong kinerja ekspor antardaerah diperkirakan (50) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(150) 2014 2015 2016 2017
KAJIAN EKONOMI
Tabel 1.7 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2010 menurut Lapangan Usaha (Rp Miliar)
2016* 2017**
LAPANGAN USAHA 2015 2016* 2017**
III IV I II III IV
A PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 113.826 33.429 24.990 116.421 30.151 29.539 33.355 25.081 118.126
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 16.278 5.005 5.090 19.368 4.932 5.011 5.108 5.322 20.373
C INDUSTRI PENGOLAHAN 284.307 74.549 75.257 295.961 74.951 77.627 77.720 78.524 308.821
D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 888 228 245 928 237 241 245 254 977
E PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 577 148 152 590 153 156 159 161 628
F KONSTRUKSI 81.286 22.020 22.467 86.589 21.914 22.849 23.659 24.340 92.762
G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 115.430 30.413 31.615 121.905 31.326 32.590 32.597 32.830 129.342
H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 26.781 7.144 7.286 28.097 7.260 7.410 7.586 7.611 29.867
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 25.064 6.724 6.794 26.669 6.882 7.055 7.143 7.346 28.426
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 33.001 9.002 9.125 35.743 9.377 10.024 10.244 10.841 40.486
K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 21.637 5.954 6.114 23.608 5.999 6.239 6.294 6.345 24.878
L REAL ESTATE 14.822 3.990 4.084 15.829 4.119 4.178 4.240 4.320 16.857
M,N JASA PERUSAHAAN 2.741 770 775 3.032 794 829 813 862 3.297
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 22.195 5.608 5.707 22.720 5.621 5.731 5.813 6.139 23.305
P JASA PENDIDIKAN 29.324 7.916 7.895 31.564 8.019 8.508 8.691 8.601 33.819
Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 6.308 1.731 1.764 6.929 1.789 1.895 1.902 1.940 7.526
R,S,T,U JASA LAINNYA 12.300 3.371 3.417 13.360 3.479 3.625 3.704 3.754 14.562
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 806.765 218.003 212.779 849.313 217.003 223.504 229.274 224.270 894.050
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
PERKEMBANGAN
28 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
Tabel 1.8 Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Jawa Tengah menurut Lapangan Usaha (%, YOY)
2016* 2017**
LAPANGAN USAHA 2015 2016* 2017**
III IV I II III IV
A PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 5,60 3,02 9,50 2,28 10,06 -3,49 -0,22 0,36 1,46
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4,57 17,03 19,37 18,98 6,70 7,77 2,06 4,56 5,19
C INDUSTRI PENGOLAHAN 4,71 4,19 3,02 4,10 3,74 5,04 4,25 4,34 4,35
D PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 2,43 1,33 6,80 4,57 4,05 5,52 7,61 3,81 5,22
E PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 1,63 4,56 5,46 2,17 7,19 6,10 6,91 5,88 6,51
F KONSTRUKSI 6,00 7,61 5,06 6,52 5,55 7,08 7,44 8,33 7,13
G PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 4,09 2,31 6,33 5,61 5,40 8,07 7,18 3,84 6,10
H TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 7,69 5,80 6,59 4,91 6,24 8,44 6,18 4,46 6,30
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 6,79 6,54 6,00 6,40 6,06 5,89 6,24 8,13 6,59
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI 9,53 7,58 7,06 8,31 7,08 13,15 13,80 18,81 13,27
K JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 7,61 9,62 6,72 9,11 4,71 7,37 5,72 3,78 5,38
L REAL ESTATE 7,59 5,89 7,29 6,80 7,22 6,77 6,27 5,76 6,49
M,N JASA PERUSAHAAN 8,49 10,06 10,72 10,62 8,08 10,03 5,51 11,23 8,72
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 5,31 -0,10 0,30 2,37 -0,83 -0,10 3,65 7,57 2,57
P JASA PENDIDIKAN 7,55 9,44 1,27 7,64 1,83 8,01 9,80 8,93 7,15
Q JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 6,61 10,46 5,00 9,86 4,68 9,84 9,83 9,99 8,60
R,S,T,U JASA LAINNYA 3,21 10,43 6,75 8,62 6,25 9,92 9,88 9,85 8,99
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5,47 5,00 5,33 5,27 5,32 5,18 5,17 5,40 5,27
*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara a
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Perkembangan di lapangan usaha ini juga terkonfirmasi normalnya kondisi iklim setelah fenomena La Nina dan
dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank El Nino yang terjadi pada dua tahun terakhir, sehingga
Indonesia, yang menunjukkan bahwa Saldo Bersih masa tanam dan panen kembali ke pola semula. Lebih
Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pertanian mengalami lanjut hasil panen dari periode musim tanam II,
sebagian masih terjadi di awal triwulan IV 2017.
peningkatan dari 0,24% pada triwulan III 2017 menjadi
Berdasarkan hasil FGD, serangan hama dan bencana
alam yang tidak sebanyak tahun 2016 dinilai sebagai
40 %
30
pendorong perbaikan kinerja pertanian triwulan
20 laporan.
10
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor
(10) 2014 2015 2016 2017
KAJIAN EKONOMI
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) SBT KEGIATAN USAHA - SKALA KANAN PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN NPL PERTANIAN - SKALA KANAN
tengah diintensifkan Kementerian Pertanian pada laporan, NTP Jawa Tengah sebesar 103,48 lebih tinggi
2017. Hingga Oktober 2017, program upsus siwab di dibandingkan dengan triwulan lalu sebesar 102,56 dan
Jawa Tengah telah melebihi target, yaitu mencapai periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 99,35.
112% dari target awal sebanyak 515.000 ekor sapi
Meskipun menunjukkan peningkatan pada triwulan
indukan bunting. Sampai dengan akhir tahun 2017,
akhir 2017, secara keseluruhan tahun 2017
capaian program tersebut diprediksi melampaui 130%
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
dari target awal.
perikanan tercatat tumbuh pada level 1,46%
Faktor kenaikan harga jual komoditas pertanian juga (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
ditengarai berpengaruh positif terhadap meningkatnya 2016 yang sebesar 2,28% (yoy). Penurunan kinerja
kinerja lapangan usaha pertanian. Komoditas pertanian ini terutama dipengaruhi oleh berkurangnya luas
yang mengalami kenaikan harga, antara lain padi tanam dan luas panen komoditas padi yang merupakan
(gabah), unggas, dan hasil ternak. Meskipun kenaikan komoditas pertanian utama Jawa Tengah. Hal tersebut
harga gabah berdampak pada meningkatnya harga selanjutnya berdampak terhadap turunnya jumlah
beras di pasar konsumen, bahkan menjadi produksi padi pada 2017. Luas panen dan jumlah
penyumbang inflasi terbesar kedua di Jawa Tengah produksi padi tahun laporan menurun 0,88% (yoy) dan
tahun 2017 sebesar 0,35%; peningkatan harga jual 8,36% (yoy); lebih rendah dibanding tahun 2016 yang
tersebut memengaruhi perbaikan Nilai Tukar Petani masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar
(NTP) Jawa Tengah. Dalam dua triwulan terakhir, NTP 1,52% (yoy) dan 15,88% (yoy). Penurunan luas tanam
Jawa Tengah selalu mencatatkan surplus, tercermin dari beberapa komoditas tanaman pangan serta
angka NTP yang berada di atas 100. Pada triwulan hortikultura umumnya terjadi pada periode
p e r t e n g a h a n t a h u n , y a n g b e rd a m p a k p a d a
800.000 HEKTAR 60,00 %, YOY
700.000
50,00
600.000
40,00
500.000
400.000 30,00
300.000
20,00
200.000
10,00
100.000
0 -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 (10,00) 2014 2015 2016 2017
(20,00)
LUAS TANAM LUAS PANEN PERTUMBUHAN LUAS TANAM PADI PERTUMBUHAN LUAS PANEN PADI
Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 1.51 Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik 1.52 Pertumbuhan Luas Tanam dan Luas Panen Padi di Jawa Tengah
PERKEMBANGAN
30 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
4,000
40 dipengaruhi oleh membaiknya permintaan domestik.
30
3,000 20
Peningkatan permintaan domestik diindikasikan oleh
2,000 10 pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dari
0
1,000
-10
5,06% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 5,19%
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-20 (yoy) pada triwulan IV 2017. Lebih lanjut, perbaikan
2014 2015 2016 2017
harga komoditas global berdampak terhadap akselerasi
PRODUKSI PADI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI - SKALA KANAN
Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, diolah pertumbuhan ekonomi daerah-daerah penghasil
Grafik 1.53 Perkembangan Hasil Panen Padi di Jawa Tengah
komoditas, yang selanjutnya mendorong naiknya
penurunan produksi di periode tersebut. Berkurangnya permintaan dari luar provinsi terhadap hasil produksi
luas tanam akibat tingginya konversi lahan dari Jawa Tengah. Permintaan dari dalam provinsi sendiri
pertanian ke perumahan serta pembangunan ditengarai juga menunjukkan peningkatan. Hal
infrastruktur perlu diwaspadai sebagai downside risk tersebut diindikasikan oleh menguatnya pertumbuhan
lapangan usaha pertanian. Selain tanaman pangan dan konsumsi rumah tangga Jawa Tengah dari 4,32% (yoy)
hortikultura, perlambatan lapangan usaha pertanian menjadi 4,65% (yoy) pada periode laporan. Penguatan
juga disebabkan oleh melemahnya kinerja subsektor kinerja industri pengolahan ini juga sesuai dengan pola
perkebunan dan perikanan. konsumsi pada akhir tahun, dimana permintaan barang
dan jasa oleh masyarakat cenderung meningkat saat
1.1.2.2. Industri Pengolahan
Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan akhir tahun.
Sebagai lapangan usaha yang memiliki pangsa terbesar
Sementara itu, permintaan luar negeri masih cukup
dalam perekonomian Jawa Tengah, perbaikan
kuat, meskipun cenderung melambat pada triwulan
lapangan usaha industri pengolahan menjadi
laporan. Hal ini tercermin dari melambatnya ekspor luar
salah satu pendorong percepatan pertumbuhan
negeri Jawa Tengah, terutama ekspor komoditas
ekonomi triwulan laporan. Pada triwulan IV 2017,
unggulan Jawa Tengah seperti tekstil dan produk tekstil
kinerja industri pengolahan tercatat tumbuh meningkat
(TPT) serta kayu dan barang dari kayu.
dari 4,25% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 4,34%
(yoy) pada triwulan IV 2017. Secara triwulanan, Perkembangan tersebut sejalan dengan hasil kegiatan
lapangan usaha ini tercatat mengalami pertumbuhan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, yang juga
1,03% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan menunjukkan peningkatan penjualan dan kapasitas
pada periode yang sama tahun sebelumnya yang utilisasi pelaku usaha di sektor industri pengolahan.
sebesar 0,95% (qtq). Likert scale perkembangan penjualan domestik industri
9 % pengolahan meningkat dari 0,26 pada triwulan III 2017
8
7 menjadi 1,26 pada triwulan laporan. Pelaku usaha
6
5
mengonfirmasi bahwa perbaikan penjualan tidak
4
3
terlepas dari upaya yang dilakukan pelaku usaha
2
berupa inovasi produk baru serta diversifikasi produk
1
-
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
yang bernilai tambah lebih tinggi. Di industri mebel,
(1)
2014 2015 2016 2017
(2)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ)
kinerja penjualan domestik mengalami peningkatan
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah seiring dengan maraknya pembangunan hotel-hotel
Grafik 1.54 Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 31
KAJIAN EKONOMI
1 0,0
0 0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-1 -0,5
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
SBT KEGIATAN USAHA PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) LIKERT SCALE PENJUALAN DOMESTIK - SKALA KANAN PERTUMBUHAN KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN NPL KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN - SKALA KANAN
Grafik 1.55 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan Domestik, Grafik 1.56 Pertumbuhan dan NPL Kredit Industri Pengolahan
dan Pertumbuhan PDRB Industri Pengolahan
baru sehingga mendorong permintaan mebel untuk industri pengolahan dari 75,99% menjadi 76,60%
interior perhotelan. pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil survei
tersebut, subsektor industri pengolahan dengan
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
orientasi domestik mengalami peningkatan utilitas, di
Indonesia menunjukkan pelaku usaha tetap optimis
antaranya subsektor kertas dan barang cetakan (naik
terhadap kinerja sektor ini. Hal tersebut tercermin dari
5%); logam dasar, besi dan baja (naik 3,57%); serta
SBT realisasi investasi, yang mengindikasikan bahwa
makanan, minuman dan tembakau (naik 0,06%).
pelaku usaha di sektor industri pengolahan tetap
Sementara itu, subsektor industri dengan orientasi
melakukan ekspansi investasi di triwulan IV 2017. Pada
ekspor menunjukkan penurunan kapasitas terpakai,
triwulan laporan, SBT realisasi investasi tercatat 1,78%,
antara lain tekstil, barang kulit dan alas kaki; barang
lebih tinggi dibanding realisasi investasi triwulan
kayu dan hasil hutan lainnya; serta alat angkut, mesin
sebelumnya dengan SBT 1,18%.
dan peralatannya; dengan penurunan masing-masing
Sisi perbankan menunjukkan bahwa penyaluran kredit sebesar 2,06%; 1,70%; dan 4%. Industri berorientasi
kepada sektor industri pengolahan di Jawa Tengah ekspor yang masih menunjukkan peningkatan
tetap tumbuh dalam level yang tinggi, meskipun sedikit kapasitas terpakai yaitu industri pupuk, kimia dan
melambat dari triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit barang dari karet, dengan peningkatan 6,70%. Seiring
perbankan di sektor industri pengolahan pada triwulan dengan peningkatan kapasitas terpakai, SBT
IV 2017 tercatat tumbuh 10,43% (yoy), lebih rendah penggunaan tenaga kerja di industri pengolahan juga
dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang sebesar 11,91% (yoy). Perlambatan tersebut MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU
terutama dipengaruhi oleh melemahnya pertumbuhan TEKSTIL, BRG KULIT & ALAS KAKI
penurunan kualitas kredit. Rasio NPL kredit industri SEMEN & BARANG GALIAN NON LOGAM
pengolahan justru menunjukkan perbaikan menjadi LOGAM DASAR, BESI DAN BAJA
1,25%; dari 2,15% pada triwulan III 2017. ALAT ANGKUT, MESIN & PERALATANNYA
BARANG LAINNYA
Selanjutnya, secara detil dapat dilihat bahwa TRIWULAN III 2017 TRIWULAN IV 2017
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
berdasarkan hasil SKDU Bank Indonesia, terindikasi Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.57 Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai Subsektor
adanya peningkatan kapasitas produksi terpakai Industri Pengolahan (SKDU)
PERKEMBANGAN
32 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
INDUSTRI TEKSTIL
INDUSTRI TEKSTIL
INDUSTRI PAKAIAN JADI
INDUSTRI PAKAIAN JADI
INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT & ALAS KAKI
INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU
INDUSTRI KAYU
INDUSTRI KIMIA
INDUSTRI BAHAN KIMIA
INDUSTRI FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL
INDUSTRI FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL
INDUSTRI BARANG ELEKTRONIK
INDUSTRI KARET
INDUSTRI PERALATAN LISTRIK INDUSTRI PERALATAN LISTRIK
INDUSTRI FURNITUR INDUSTRI FURNITUR
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.58 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar Grafik 1.59 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan
dan Sedang berdasarkan Sektor (%, YOY) Kecil berdasarkan Sektor (%, YOY)
menunjukkan perbaikan, yaitu dari -0,98% pada lanjut, pada industri manufaktur skala mikro dan kecil,
triwulan III 2017 menjadi -0,20% pada triwulan IV peningkatan kinerja terutama terjadi pada industri
2017. makanan dan minuman sebagai salah satu industri
utama Jawa Tengah. Sementara itu, industri
Berdasarkan skalanya, baik industri besar dan sedang
pengolahan tembakau; pakaian jadi; kayu; serta
maupun industri mikro dan kecil menunjukkan farmasi dan obat tradisional skala mikro dan kecil,
peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan mengalami penurunan yang semakin dalam pada
produksi industri manufaktur yang disurvei oleh Badan triwulan IV 2017.
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa produksi industri Selama tahun 2017, pertumbuhan industri
manufaktur besar dan sedang maupun mikro dan kecil pengolahan tercatat 4,35% (yoy), meningkat
mengalami perbaikan masing-masing menjadi tumbuh dibandingkan pertumbuhan 4,10% (yoy) pada
2,19% (yoy) dan 0,12%, setelah mengalami tahun sebelumnya. Akselerasi pertumbuhan
pertumbuhan negatif sebesar 0,72% (yoy) dan 4,28% terutama didorong oleh perbaikan kinerja industri
(yoy) pada triwulan sebelumnya. barang logam dan barang elektronik, dari kontraksi
8,07% (yoy) menjadi 3,56% (yoy); industri logam dasar,
Pada industri manufaktur skala besar dan sedang, dari kontraksi 2,71% (yoy) menjadi 2,69% (yoy);
perbaikan utamanya terjadi pada industri kayu dan industri tekstil dan pakaian jadi, dari 3,19% (yoy)
barang dari kayu; minuman; pengolahan tembakau; menjadi 7,01% (yoy); serta industri pengolahan
serta furnitur. Industri farmasi dan obat tradisional; tembakau, dari 0,93% (yoy) menjadi 4,23% (yoy).
barang elektronik; serta peralatan listrik juga Sementara itu, melambatnya kinerja industri
menunjukkan peningkatan pertumbuhan produksi pengilangan migas, dari tumbuh 5,10% (yoy) menjadi
pada triwulan laporan. Sementara industri besar dan 0,44% (yoy), menjadi penahan laju pertumbuhan
sedang yang mengalami perlambatan yaitu industri industri pengolahan untuk tumbuh lebih tinggi pada
pakaian jadi; kimia; serta industri makanan. Lebih tahun laporan.
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 33
KAJIAN EKONOMI
8 10 2,0
8 1,5
6
6 1,0
4
4 0,5
2
2 0,0
- - -0,5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 (2) 2014 2015 2016 2017 -1,0
(2)
PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) PERTUMBUHAN TRIWULANAN (QTQ) SBT KEGIATAN USAHA PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) LIKERT SCALE PENJUALAN DOMESTIK - SKALA KANAN
(4)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.60 Pertumbuhan PDRB Perdagangan Besar-Eceran Grafik 1.61 SBT Kegiatan Usaha, Likert Scale Penjualan Domestik,
dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor Pertumbuhan PDRB Perdagangan
Pada triwulan laporan, lapangan usaha akselerasi lapangan usaha perdagangan. Penurunan
perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil- margin perdagangan, terutama yang terjadi di
sepeda motor mencatatkan pertumbuhan 3,84% komoditas-komoditas yang memberikan pangsa
(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya terbesar dalam perdagangan Jawa Tengah, juga
yang tumbuh 7,18% (yoy). Secara triwulanan, memengaruhi kinerja lapangan usaha perdagangan
lapangan usaha ini tercatat tumbuh 0,71% (qtq), lebih secara keseluruhan pada triwulan laporan.
Berdasarkan hasil FGD, output utama yang diukur 0,88% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi terkontraksi
dalam lapangan usaha perdagangan adalah margin 6,54% (yoy) pada triwulan laporan. Meskipun
penyaluran kredit perbankan menunjukkan penurunan
perdagangan. Pada triwulan laporan, margin
cukup dalam, kualitas kredit yang disalurkan tidak
perdagangan komoditas yang memiliki pangsa terbesar
terlalu terpengaruh. Hal tersebut tercermin dari NPL
dalam perdagangan Jawa Tengah justru menunjukkan
sektor perdagangan yang justru tercatat mengalami
penurunan margin dibanding triwulan sebelumnya.
perbaikan yaitu dari 3,65% menjadi 3,47%.
Sebagai contoh, pada triwulan IV 2017 komoditas
tanaman pangan yang berkontribusi ±40% terhadap Sementara itu, hasil survei dan liaison yang dilakukan
perdagangan komoditas pertanian, menunjukkan Bank Indonesia mengindikasikan masih relatif kuatnya
penurunan margin yang lebih dalam dibanding kinerja perdagangan pada periode laporan.
triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, perlambatan margin Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
perdagangan juga terjadi pada komoditas industri Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sektor
pengolahan tembakau, yang memiliki pangsa 23% perdagangan meningkat dari 3,75% pada triwulan III
terhadap perdagangan komoditas industri. Dengan 2017 menjadi 6,92% pada triwulan IV 2017. Hasil
demikian, meskipun kinerja pertanian, pertambangan, liaison juga menunjukkan optimisme pelaku usaha
dan industri pengolahan secara agregat menunjukkan terhadap kondisi penjualan pada triwulan IV, tercermin
perbaikan pertumbuhan pada triwulan laporan, hal dari likert scale penjualan domestik sektor perdagangan
tersebut tidak langsung berpengaruh terhadap pada periode laporan sebesar 0,63.
PERKEMBANGAN
34 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
400
200 8,00
300
100
160 4,00
0
SANDANG
MAKANAN, MINUMAN
DAN TEMBAKAU
SUKU CADANG
AKSESORIS
PERALATAN DAN
KOMUNIKASI DI TOKO
BAHAN BAKAR
KENDARAAN BERMOTOR
PERLENGKAPAN
RUMAH TANGGA
LAINNYA
BARANG BUDAYA
DAN REKREASI
BARANG LAINNYA
140 2,00
120 0,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
Grafik 1.62 Indeks Penjualan Riil (Hasil SPE) dan Pertumbuhan Grafik 1.63 IPR Perdagangan Eceran berdasarkan Kelompok Komoditas
PDRB Perdagangan
Secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan kuatnya kinerja lapangan usaha ini dikonfirmasi dari
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran hasil liaison, di mana likert scale penjualan dan
lebih tinggi dibandingkan capaian 2016. Pada kapasitas utilisasi di sektor bangunan mengalami
tahun laporan, lapangan usaha ini mencatatkan kenaikan dari masing-masing sebesar 1 dan -0,33 pada
pertumbuhan 6,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 menjadi sebesar 1,33 dan 2 pada
pertumbuhan tahun 2016 yang sebesar 5,61% (yoy). periode laporan. Penguatan kinerja konstruksi pada
Perbaikan pertumbuhan terutama terjadi pada triwulan akhir 2017 selanjutnya mendorong akselerasi
perdagangan mobil, motor, dan reparasinya; pertumbuhan lapangan usaha ini untuk keseluruhan
sedangkan perdagangan besar dan eceran selain tahun 2017. Pada 2017, pertumbuhan konstruksi
kendaraan bermotor mengalami sedikit perlambatan. tercatat 7,13% (yoy), lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yang sebesar 6,52% (yoy). Perbaikan ini
1.1.2.4. Lapangan Usaha Lainnya tidak terlepas dari menguatnya aktivitas investasi baik
Selain ketiga lapangan usaha utama di atas, penguatan yang dilakukan pemerintah maupun swasta di
pertumbuhan terjadi pada lapangan usaha dengan sepanjang tahun 2017.
pangsa terbesar keempat di Jawa Tengah, yaitu
konstruksi. Pada triwulan laporan, lapangan usaha Lebih lanjut, lapangan usaha lain yang mencatatkan
konstruksi menunjukkan perbaikan pertumbuhan, tingkat pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV 2017
yaitu dari 7,44% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi.
sebesar 8,33% (yoy) pada triwulan laporan. Masih Lapangan usaha tersebut secara konsisten
mencatatkan pertumbuhan dengan besaran double
digit pada tiga triwulan terakhir, sejalan dengan
9 %, YOY
KAJIAN EKONOMI
18
10
16
14
8
12
10 6
8
4
6
4
2
2
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 1.65 Pertumbuhan PDRB Informasi dan Komunikasi Grafik 1.66 Pertumbuhan PDRB Jasa Perusahaan
2016. Perkembangan teknologi yang diikuti dengan kendaraan pribadi serta meningkatnya penggunaan
meningkatnya kesadaran teknologi masyarakat moda transportasi berbasis online berpengaruh
mendorong penggunaan teknologi informasi dalam terhadap melambatnya kinerja transportasi dan
kegiatan usaha. Hal tersebut dapat terlihat dari pergudangan. Saat ini, moda transportasi berbasis
maraknya perkembangan e-commerce, dan start up online belum dihitung sebagai komponen transportasi
company yang berbasis teknologi informasi. Tidak dalam PDRB, karena yang diperhitungkan saat ini hanya
hanya pelaku usaha, pemanfaatan teknologi oleh moda transportasi/angkutan yang telah memiliki izin
instansi pemerintah juga meningkat, beberapa trayek resmi.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jawa Tengah
semakin gencar dalam memanfaatkan teknologi 1.2. TRACKING PERKEMBANGAN EKONOMI
informasi dalam pelaksanaan tugasnya, seperti melalui MAKRO REGIONAL TRIWULAN I 2018
pengembangan aplikasi mobile berbasis Android. Sesuai pola musimannya, pertumbuhan ekonomi
di Jawa Tengah diperkirakan melambat pada
Pada triwulan laporan, seluruh lapangan usaha
triwulan I 2018. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
mencatatkan pertumbuhan positif. Lapangan usaha
periode tersebut diproyeksikan berada di kisaran 5,1%-
lain yang juga menunjukkan pertumbuhan tinggi pada
5,5%. Ditinjau dari sisi pengeluaran, perlambatan
triwulan laporan yaitu lapangan usaha jasa perusahaan.
bersumber dari konsumsi rumah tangga, ekspor luar
Pertumbuhan lapangan usaha jasa perusahaan sebesar
negeri, dan konsumsi pemerintah. Sementara dari sisi
11,23% (yoy), meningkat signifikan dari pertumbuhan
lapangan usaha, perlambatan utamanya berasal dari
triwulan lalu sebesar 5,51% (yoy). Tingginya tingkat
lapangan usaha industri pengolahan. Sedangkan
pertumbuhan dipengaruhi oleh meningkatnya jasa
lapangan usaha utama Jawa Tengah lainnya yaitu
penyelenggaraan acara (event organizer) di tengah
pertanian, kehutanan, dan perikanan; serta
maraknya event/hajatan pada akhir triwulan 2017.
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
Namun demikian, terdapat beberapa lapangan usaha sepeda motor diperkirakan tumbuh lebih cepat, seiring
lain yang mencatatkan perlambatan cukup dalam pada dengan berlangsungnya musim panen padi pada
triwulan laporan, di antaranya lapangan usaha Februari sampai dengan April 2018.
pengadaan listrik dan gas; jasa keuangan dan asuransi;
serta transportasi dan pergudangan. Preferensi
masyarakat yang lebih menyukai penggunaan
PERKEMBANGAN
36 EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI
KAJIAN EKONOMI
Ekonomi Eropa dan Jepang juga diprakirakan tumbuh menunjukkan penurunan ditunjukkan oleh SBT
lebih baik, sehingga berdampak positif bagi kinerja perkiraan kegiatan usaha triwulan I 2018 yang tercatat
ekspor Jawa Tengah. Hal ini mengingat pangsa ekspor 22,18%; lebih rendah dibandingkan SBT realisasi
ke Eropa dan Jepang yang relatif besar yaitu mencapai kegiatan usaha pada triwulan IV yang sebesar 30,36%.
15,87% dan 12,31% dari total ekspor. Pertumbuhan
Pada triwulan I 2018, lapangan usaha industri
ekonomi Tiongkok yang memiliki pangsa ekspor
pengolahan, pertumbuhan diprediksi mengalami
9,65% juga diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Di
perlambatan, seiring dengan normalisasi permintaan
Eropa, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan lebih
domestik pada awal tahun dan belum banyaknya order
tinggi dari perkiraan, didukung oleh perbaikan ekspor
yang masuk dari negara mitra dagang. Hal tersebut
dan konsumsi serta kebijakan moneter yang
sejalan dengan hasil SKDU Bank Indonesia, yang
akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Jepang juga
menunjukkan bahwa kegiatan usaha industri
direvisi ke atas sejalan dengan perkembangan ekspor
pengolahan pada triwulan I 2018 diperkirakan
yang kuat, implementasi insentif perpajakan untuk
mengalami perlambatan dengan SBT 2,50%, lebih
perusahaan, dan kebijakan moneter yang masih
rendah dibandingkan SBT kegiatan usaha triwulan IV
akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok
2017 yang sebesar 4,20%. Lebih lanjut, perkiraan
diprakirakan tetap tumbuh tinggi terutama didorong
Prompt Manufacturing Index (PMI) juga menunjukkan
oleh ekspor seiring peningkatan permintaan,
ekspansi usaha sektor industri pengolahan pada
khususnya dari negara maju. Namun demikian,
triwulan I 2018 sedikit melambat menjadi sebesar
tekanan kompetisi dari Vietnam diperkirakan masih
50,44%, dari realisasi triwulan IV 2017 sebesar
menjadi faktor penahan pertumbuhan ekspor Jawa
50,67%. Penurunan tersebut diperkirakan dipengaruhi
Tengah, khususnya untuk komoditas unggulan seperti
oleh turunnya volume produksi pada periode laporan.
tekstil dan produk tekstil serta barang kayu. Selain itu,
sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap Berdasarkan hasil liaison, tantangan yang harus
perlu diwaspadai, antara lain kebijakan pengetatan diwaspadai yaitu persaingan pasar yang semakin ketat
moneter di negara maju dan faktor geopolitik. khususnya dengan negara Vietnam di industri tekstil
dan barang kayu. Industri mebel di Vietnam yang
1.2.2. Tracking Perkembangan Ekonomi
Triwulan I 2018 Sisi Lapangan Usaha cenderung bersifat masal mendorong produk dari
negara tersebut memiliki harga jual yang lebih rendah.
Pada sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tengah
Selain itu, di industri tekstil yang bersifat padat modal,
masih ditopang oleh lapangan usaha industri
permesinan yang digunakan oleh industri tekstil di Jawa
pengolahan; pertanian, kehutanan, dan
Tengah mayoritas berusia di atas 20 tahun, sehingga
perikanan; serta perdagangan besar dan eceran,
kalah efisien dengan teknologi permesinan yang
reparasi mobil dan sepeda motor. Pada triwulan I
digunakan oleh negara kompetitor.
2018, perlambatan diperkirakan terjadi pada lapangan
usaha industri pengolahan, sementara lapangan usaha Sementara itu, kinerja lapangan usaha pertanian
pertanian serta perdagangan besar dan eceran diperkirakan mengalami perbaikan dari triwulan
diprediksi mengalami perbaikan. Berdasarkan hasil sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan dengan
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pelaku puncak masa panen komoditas padi yang diperkirakan
usaha terhadap perkembangan kegiatan usaha berlangsung pada Februari s.d. April 2018 di hampir
PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL 39
KAJIAN EKONOMI
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Soloraya, Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha.
Jawa Tengah dan Nasional.
Pertumbuhan ekonomi di wilayah Soloraya tahun Sementara kinerja sektor Pertanian, Kehutanan
2016 sebesar 5,39% (yoy), lebih tinggi dan Perikanan tercatat sedikit menurun, yaitu dari
dibandingkan Jawa Tengah (5,28%, yoy) dan 4,86% (yoy) di tahun 2015 menjadi 2,62% (yoy) di
Nasional (5,02%, yoy). Pencapaian ini terutama tahun 2016.
didukung oleh 3 (tiga) sektor, yaitu Industri
Pengolahan dengan share 29,04%, sektor Pada sektor industri pengolahan, terdapat
Perdagangan dengan share 16,96% serta sektor beberapa perusahaan besar yang cukup
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan share berpengaruh terhadap kinerja industri pengolahan
14,66%. Jika dilihat lebih dalam, kinerja sektor secara keseluruhan di wilayah Soloraya. Beberapa
Industri pengolahan dan Perdagangan tercatat di antaranya adalah PT Sri Rejeki Isman, PT Pan
meningkat, yaitu masing-masing dari 5,43% (yoy) Brothers Tbk dan PT Tyfountex Indonesia di industri
dan 4,43% (yoy) di tahun 2015 menjadi sebesar tekstil, PT Konimex di industri farmasi, PT Tiga Pilar
5,92% (yoy) dan 4,75% (yoy) di tahun 2016. Sejahtera Food Tbk, PT So Good Food dan PT Agri
SUPLEMEN I
Spice Indonesia di industri makanan, serta PT Japfa Indonesia belum menjadi anggota kemitraan
Comfeed Indonesia yang bergerak di industri Agri Trans-Pasifik. Hal ini merupakan hambatan
Food. terbesar bagi perusahaan tekstil di Indonesia.
3. Kompetisi Terhadap Produk dan Negara
Perusahaan-perusahaan di atas memiliki andil yang
Lain
cukup besar terhadap perekonomian di Wilayah
Tiongkok menjadi pesaing ketat dalam produk
Soloraya. Adapun dilihat dari sisi ekpor, Industri
kain tenun dan garmen kelas bawah, didukung
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) memiliki kontribusi
infrastruktur yang baik dan upah yang rendah di
yang cukup besar terhadap ekspor di wilayah
negara tersebut.
Soloraya, yaitu mencapai 87,54%. Berdasarkan
pangsanya, Amerika Serikat menjadi negara tujuan 4. Tantangan Terhadap Perluasan Pasar
ekspor terbesar, diikuti dengan Jepang dan Korea Ekspor
Selatan. Komoditas utama produk ekspor antara Untuk memperbaiki efisiensi logistik,
lain benang, kain dan pakaian jadi. Produk yang
perusahaan mengusulkan pembangunan jalur
dihasilkan antara lain benang, kain dan seragam.
kereta api ke dry port dan Pusat Logistik Berikat
Berdasarkan konfirmasi dari perusahaan, terdapat (PLB) yang dekat dengan lokasi Industri.
beberapa tantangan bagi industri TPT dalam Pembangunan jalur kereta ini membutuhkan
rangka meningkatkan kinerja penjualan, antara dukungan modal dari pemerintah serta investor.
Kandungan Lokal
Permasalahan – permasalahan yang dikemukakan
a. Ketersediaan bahan baku dari Hutan
tersebut perlu mendapatkan tindaklanjut dari
Tanaman Industri (HT) belum optimal.
pemerintah untuk meningkatkan daya saing
b. Lokasi HTI di Kalimantan Tengah, sementara
pelaku usaha di kancah domestik dan
lokasi pabrik di Sukoharjo.
inter nasional. Secara rinci, pelaku usaha
c . Produsen Polyester existing belum bisa
mengharapkan adanya dukungan regulasi dari
memasok seluruh kebutuhan industri TPT
Pemerintah dan perbaikan infrastruktur untuk
dan dikuasai PMA.
meningkatkan efisiensi yang berimbas pada daya
d. Kebutuhan bahan baku lainnya seperti
saing pelaku usaha:
kapas, pewarna tekstil, dan lainnya masih
harus dipenuhi impor.
2. Tantangan dalam Peningkatan Kerjasama
dalam Rantai Global
PERKEMBANGAN
42 EKONOMI MAKRO REGIONAL
SUPLEMEN I
a. Perlunya perumusan regulasi terkait Kedaulatan Beberapa negara yang telah berhasil
Sandang. mengimplementasikan regulasi seperti ini yaitu
Beberapa poin utama yang perlu diatur dan Vietnam, Tiongkok dan India. Hal ini terlihat dari
sampai saat ini masih menjadi permasalahan cukup pesatnya perkembangan industri di
bagi pelaku usaha antara lain terkait: (1) Bahan negara tersebut. Selain itu, pengaturan lain
Baku, bagaimana menjamin ketersediaan yang dibutuhkan antara lain pengaturan
pasokan bahan baku yang dibutuhkan pelaku mengenai pajak dan teknologi serta perlunya
usaha dengan biaya yang efisien; (2) Energi, penambahan posisi Direktur Tekstil di
bagaimana menjamin pasokan energi yang Kementerian Perdagangan dan Kementerian
dibutuhkan pelaku usaha dari dalam negeri Perindustrian. Hal ini ditujukan agar
dengan jalur logistik yang efisien; (3) pengembangan industri tekstil ke depan lebih
Pendanaan, bagaimana menciptakan skema fokus.
pendanaan dengan nilai suku bunga yang b. Perlunya Pengembangan Moda Transportasi
rendah dan administrasi yang memudahkan dan Logistik Terintegrasi.
pelaku usaha; (4) Pengaturan Pasar, sebagai Untuk memperbaiki efisiensi logistik,
contoh antara lain kebijakan pembatasan impor perusahaan mengusulkan pembangunan jalur
untuk melindungi ritel di Indonesia dan kereta api ke dry port dan Pusat Logistik Berikat
kebijakan pengaturan kandungan lokal; serta (PLB) yang dekat dengan lokasi Industri.
(5) SDM, bagaimana pemerintah membangun Pembangunan jalur kereta ini membutuhkan
SDM yang berkualitas dan siap bersaing dalam dukungan modal dari pemerintah serta investor.
dinamika dunia kerja. Konsep pembangunannya adalah sebagai
berikut:
KEUANGAN PEMERINTAH
Persentase realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Jawa Tengah
pada triwulan IV 2017 tercatat meningkat.
Peningkatan realisasi pendapatan utamanya berasal dari penerimaan pajak daerah serta
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus yang meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya.
Peningkatan realisasi belanja berasal dari meningkatnya realisasi komponen belanja tidak
langsung, terutama belanja pegawai dan belanja bagi hasil. Hal ini khususnya sejalan
dengan kebutuhan biaya gaji pegawai, terutama guru yang kini menjadi kewenangan dari
Pemprov Jateng
Realisasi belanja APBN Provinsi Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 meningkat hampir di
seluruh komponen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016. Komponen belanja
pagu transfer (dana alokasi khusus fisik dan dana desa) meningkat signifikan, yang
mayoritas akan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana desa.
KEUANGAN PEMERINTAH 45
KAJIAN EKONOMI
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2017 (Rp Miliar)
URAIAN APBD-P 2017 REALISASI IV 2017 % REALISASI
PENDAPATAN 23,613 23,683 100.30%
PAD 12,127 12,528 103.31%
DANA PERIMBANGAN 11,400 11,068 97.09%
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 86 87 100.74%
BELANJA 23,955 22,904 95.61%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 18,082 17,592 97.29%
BELANJA LANGSUNG 5,873 5,312 90.44%
SURPLUS/DEFISIT (342) 780
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
22,904
25,000 20,000
23,955
19,629
19,368
23,613
20,000
21,155
20,988
15,000
15,000
10,000
10,000
(342)
(167)
5,000
5,000
780
261
- -
PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT) PENDAPATAN BELANJA SURPLUS (DEFISIT)
(5,000) T.A. 2016 T.A. 2017 IV 2016 IV 2017
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2016 dan T.A. 2017 Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV 2016 & 2017
46 KEUANGAN PEMERINTAH
KAJIAN EKONOMI
25 RP TRILIUN 25 RP TRILIUN
20 20
15 15
10 10
5 5
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah
KAJIAN EKONOMI
35 8
30
7
25
6
52,90% 20
5
46,73% 15
4
3,37% 10
3
5
- 2
PAD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 1
DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
PENDAPATAN PAJAK DAERAH PDRB - SKALA KANAN
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 2.5 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan IV 2017 Grafik 2.6 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi Jawa Tengah
Realisasi ini tercapai karena gencarnya sosialisasi triwulan IV 2017 (5,40%) yang lebih tinggi
program bebas denda telat bayar pajak, serta dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya
gencarnya operasi gabungan terhadap ketertiban pajak (5,33%).
kendaraan bermotor (PKB). Hal ini juga sejalan dengan
Persentase realisasi komponen retribusi daerah
program bebas bea balik nama (BBN) dan bebas denda
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
pajak kendaraan bermotor pada akhir tahun 2017,
dipisahkan juga mengalami peningkatan. Retribusi
mengulang yang pernah dilakukan di tahun 2016, di
daerah yang terkumpul hingga triwulan laporan
mana masyarakat mendapatkan keringanan
sebesar Rp107 miliar dengan persentase realisasi
penghapusan denda pajak, namun pajak terutang
mencapai 105,77%; meningkat dibandingkan triwulan
tetap dibayarkan.
IV 2016 dengan nominal realisasi sebesar Rp99 miliar
Berdasarkan perannya terhadap total pajak daerah, atau 105,29%. Selain itu, realisasi pos hasil
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama pengelolaan kekayaan daerah juga mengalami
Kendaraan Bermotor memang menjadi pemasukan peningkatan pesat di triwulan laporan dengan nominal
utama pajak daerah, dengan peran masing-masing realisasi sebesar Rp371 miliar atau 101,96%, lebih
sekitar 30-40% di tiap tahunnya. Selanjutnya, di tahun tinggi dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar Rp340
2018 mendatang, Pemprov Jateng akan miliar atau 98,95%. Selain itu, komponen lain-lain PAD
menggencarkan pendapatan dari sektor pajak rokok yang sah juga mengalami peningkatan realisasi menjadi
dan sektor pajak air permukaan (PAP). 102,77% pada triwulan IV 2017 setelah sebelumnya
terealisasi 101,37% pada triwulan yang sama tahun
Ditinjau dari pertumbuhannya, pajak daerah yang
2016.
terkumpul pada triwulan IV 2017 mengalami
akselerasi pertumbuhan dibandingkan periode B e r d a s a r k a n k o m p o n e n D a p e r, s u m b e r
yang sama di tahun sebelumnya. Pajak daerah yang pendapatan terutama berasal dari Dana Alokasi
terkumpul pada periode laporan tumbuh sebesar Khusus/DAK, dengan peran sebesar 59,33% dari
9,31% (yoy), dibandingkan pertumbuhan pajak daerah total Daper, diikuti oleh Dana Alokasi Umum/DAU
di triwulan IV 2016 yang mengalami kontraksi sebesar (33,00%), dan Dana Bagi Hasil/DBH (7,66%).
6,40% (yoy). Pertumbuhan capaian pajak daerah Meningkatnya DAK ini sejalan dengan meningkatnya
tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) seiring
48 KEUANGAN PEMERINTAH
KAJIAN EKONOMI
serapan DBH menurun menjadi Rp848 miliar dari pada triwulan laporan. Realisasi pada triwulan IV 2017
sebelumnya Rp894 miliar di triwulan IV 2016. sebesar 97,29%; lebih tinggi dibandingkan triwulan IV
2016 yang sebesar 90,31%. Ditinjau berdasarkan
Lebih lanjut, komponen Lain-lain Pendapatan Daerah komponen, belanja tidak langsung digunakan untuk
yang Sah tercatat mengalami penurunan realisasi. Pada belanja pegawai, belanja hibah dan belanja bagi hasil
triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar kepada kabupaten/kota, dengan masing-masing peran
100,74%; lebih rendah dibandingkan triwulan yang sebesar 32,03%; 28,15%; dan 27,36% dari total
sama di tahun 2016 sebesar 105,30%. Menurunnya belanja tidak langsung.
komponen ini terutama berasal dari realisasi
pendapatan hibah yang mengalami penurunan Secara komponen, belanja hibah pada triwulan IV 2017
serapan realisasi meskipun secara nominal mengalami tercatat sebesar Rp4,95 triliun atau 97,12% dari total
peningkatan. Pada triwulan laporan, realisasi anggaran, lebih rendah dibandingkan dengan
pendapatan hibah sebesar Rp37 miliar dengan serapan persentase realisasi triwulan IV 2016 sebesar 98,88%
sebesar 101,76%, setelah sebelumnya mencatatkan dari total anggaran, dengan nominal realisasi pada
realisasi di triwulan IV 2016 yang sebesar Rp34 miliar 2016 sebesar Rp5,26 triliun. Hal tersebut sejalan
dengan serapan yang lebih besar yaitu 112,05%. dengan anggaran belanja hibah yang mengalami
penurunan di tahun 2017 yang juga menunjukkan
2.1.2. Realisasi Belanja Triwulan IV 2017 adanya perbaikan pada realisasi komponen belanja
Pada triwulan IV 2017, realisasi belanja Provinsi Jawa hibah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya.
Tengah sebesar Rp22,90 triliun dari total anggaran
belanja 2017 sebesar Rp23,95 triliun. Angka realisasi ini Tabel 2.3 Realisasi Belanja triwulan IV 2016 & 2017
KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH IV - 2016 IV - 2017
meningkat dibandingkan dengan realisasi periode yang
BELANJA TIDAK LANGSUNG 90,31% 97,29%
sama tahun sebelumnya sebesar Rp19,37 triliun. BELANJA PEGAWAI 93,29% 98,54%
BELANJA HIBAH 98,88% 97,12%
Meningkatnya realisasi belanja terutama didorong oleh BELANJA BANTUAN SOSIAL 87,71% 98,61%
peningkatan belanja tidak langsung yang memiliki porsi BLNJ BAGI HASIL KPD KAB/KOTA 80,32% 98,34%
BLNJ BANT.KEU. KPD KAB/KOTA 91,16% 92,47%
sebesar 76,81% dari total belanja, khususnya pada BELANJA TDK TERDUGA 10,62% 6,46%
BELANJA LANGSUNG 94,72% 90,44%
komponen belanja pegawai. Namun demikian, belanja BELANJA PEGAWAI 94,18% 93,39%
BELANJA BARANG DAN JASA 96,11% 90,11%
langsung mengalami penurunan persentase realisasi
BELANJA MODAL 93,49% 90,31%
dari 94,72% di triwulan IV 2016 menjadi 90,44% di JUMLAH BELANJA 91,55% 95,61%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
triwulan 2017.
KEUANGAN PEMERINTAH 49
KAJIAN EKONOMI
30.74% 31.90%
24.87% 24.60%
22.19% 20.79%
0.50% 0.52%
21.69% 22.18%
BELANJA PEGAWAI BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG BELANJA BARANG
BELANJA MODAL BELANJA MODAL
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BANTUAN SOSIAL
PAGU TRANSFER PAGU TRANSFER
Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
Grafik 2.8 Alokasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2017 Berdasarkan Grafik 2.9 Realisasi APBN Provinsi Jawa Tengah 2017 Berdasarkan
Jenis Belanja Jenis Belanja
KEUANGAN PEMERINTAH 51
KAJIAN EKONOMI
Belanja modal tercatat sebesar Rp9,33 triliun atau Komponen pagu transfer terdiri dari dana alokasi
terealisasi sebesar 87,95%; lebih tinggi dibandingkan khusus fisik dan dana desa. Pada 2017, Jawa Tengah
realisasi belanja modal triwulan IV 2016 yang sebesar merupakan salah satu provinsi dengan alokasi dana
Rp7,13 triliun, walaupun dengan nominal serapan desa paling besar dibanding daerah lainnya di Indonesia
sebelumnya sebesar 90,75%. Peningkatan ini sejalan yaitu sebesar Rp 6,3 triliun. Saat ini, ada 7.809 desa dari
dengan realisasi pelaksanaan proyek pembangunan 527 kecamatan dan 29 kabupaten di Jawa Tengah. Jika
infrastruktur, khususnya akselerasi 4 proyek dirata-rata, kucuran dana untuk satu desa dapat
pembangunan jalan fly over (Dermoleng, Klonengan, mencapai Rp 817 juta. Pemprov Jateng
Kesambi dan Kretek) serta 1 proyek underpass mengemukakan bahwa lebih dari 50 persen dana desa
Jatingaleh yang diresmikan pada 25 Oktober 2017. tersebut digunakan untuk pembangunan sarana
prasarana desa.
52 KEUANGAN PEMERINTAH
Pada Juni 2015, Indonesia bersama dengan 101 penerimaan pajak. Peraturan tersebut mewajibkan
negara lainnya di dunia menandatangani lembaga keuangan untuk mengumpulkan dan
Multilateral Competent Authority Agreement melaporkan informasi keuangan kepada otoritas
(MCAA). MCAA adalah kesepakatan di antara perpajakan dan memberikan kewenangan kepada
negara-negara yang menerapkan mekanisme otoritas perpajakan untuk mempertukarkan
terstandarisasi dan efisien untuk memfasilitasi dengan negara lain. Informasi keuangan akan
pertukaran informasi sesuai dengan Standard for dilindungi dan hanya akan diakses oleh yang
Automatic Exchange of Financial Information yang berwenang dan digunakan untuk kepentingan
diperuntukkan kepentingan pajak. Dalam rangka perpajakan.
perwujudan implementasi pada MCAA yang
Lembaga keuangan yang diwajibkan melapor
memuat ketentuan AEoI (Automatic Exchange of
adalah Lembaga Jasa Keuangan (LJK) yang
Information), Pemerintah Indonesia mengeluarkan
bergerak di bidang perbankan, pasar modal, dan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
perasuransian, LJK lainnya, dan entitas lain.
(PERPU) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses
Laporan yang dikumpulkan mencakup laporan
Informasi Keuangan untuk Kepentingan
otomatis serta laporan yang didasarkan atas
Perpajakan pada 8 Mei 2017. Perpu tersebut
permintaan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
diturunkan menjadi Peraturan Menteri Keuangan
Laporan otomatis memuat informasi keuangan
(PMK) Nomor 70/PMK.03/2017 pada 31 Mei 2017
rutin yang dikelola selama satu tahun kalender.
tentang Petunjuk Teknis mengenai Akses Informasi
Laporan otomatis diperuntukkan perjanjian
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan. PMK
internasional maupun domestik.
tersebut selanjutnya diubah menjadi PMK Nomor
73/PMK.03/201 pada 12 Juni 2017 tentang Kewajiban pelaporan otomatis diberlakukan mulai
perubahan atas PMK Nomor 70/PMK.03/2017
tahun 2017. Laporan paling sedikit memuat
tentang Petunjuk Teknis mengenai Akses Informasi
identitas pemegang rekening, nomor rekening,
Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan.
identitas lembaga keuangan pelapor, saldo
Ketentuan-ketentuan mengenai akses keuangan rekening pada akhir tahun kalender, dan
tersebut selanjutnya disahkan dalam Undang- penghasilan rekening. Terkait saldo, informasi
Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Akses keuangan yang dikumpulkan merupakan informasi
Informasi Keuangan untuk Kepentingan keuangan agregat dari 1 (satu) rekening atau lebih
Perpajakan. Peraturan mengenai akses keuangan yang dimiliki pemegang rekening dalam 1 (satu)
informasi keuangan ditujukan untuk dapat bank per 31 Desember pada tahun kalender
meningkatkan keterbukaan akses informasi pelaporan.
sehingga ke depannya dapat meningkatkan
KEUANGAN PEMERINTAH 53
SUPLEMEN II
SUPLEMEN II
yang tidak produktif, seperti emas, rumah, dan dapat membuat ketentuan perlindungan dan
tanah, atau disimpan sendiri oleh pemilik dana. skema proteksi data secara normatif agar terdapat
Apabila isu dimaksud tidak ditangani dengan baik, payung hukum dan aturan yang jelas sehingga
akan dapat meningkatkan capital outflow dan meminimalisir moral hazard. Pemerintah juga
menurunkan laju kredit, sehingga dapat harus dapat membangun sistem IT yang menjamin
mengganggu likuiditas perbankan. pengawasan dan didukung dengan Standard
Operating Procedure (SOP) serta whistleblowing
Ke depannya, pemerintah diharapkan dapat
system yang memadai. Ini merupakan bentuk
memberikan perhatian khusus pada concern
perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat terkait kerahasiaan informasi
masyarakat agar informasi keuangan tidak
keuangan yang dapat diakses oleh otoritas
disalahgunakan. Selain itu, pemerintah juga perlu
perpajakan. Dalam hal ini, pemerintah perlu
melakukan sosialisasi dengan memadai dan lebih
memberikan kejelasan mengenai kewenangan
mendorong masyarakat untuk sadar dan taat
petugas pajak dalam menggunakan dan
pajak.
memanfaatkan informasi keuangan. Pemerintah
BAB
III
Peningkatan inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 berlangsung di kota
Cilacap, Surakarta, Semarang, serta Tegal. Sedangkan kota Purwokerto dan Kudus
mengalami penurunan inflasi tahunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan I 2018, tekanan inflasi diperkirakan akan berkurang seiring dengan pulihnya
pasokan komoditas pangan dan hortikultura pasca masa panen raya. Inflasi diperkirakan
akan terjaga pada target sasaran inflasi 3,5±1%.
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 57
KAJIAN EKONOMI
10 %
TRANSPOR, KOMUNIKASIDAN JASA KEUANGAN
6 SANDANG
2 BAHAN MAKANAN
UMUM
0 %
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
2013 2014 2015 2016 2017
-2
JATENG (YOY) JATENG (QTQ) NAS (YOY) NAS (QTQ) TW IV 2016 TW IV 2017 RATA-RATA TW IV 2012-2016
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah
4.50
4.00 0.80
3.50
3.00 0.60
2.50
2.00 0.40
1.50
1.00 0.20
0.50
0.00 0.00
IV 2015 IV 2016 IV 2017 OKT 2017 NOV 2017 DES 2017
JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA JABAR BANTEN JATENG DIY JATIM DKI JAWA + DKI
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.3 Inflasi Tahun Kalender Provinsi di Jawa Grafik 3.4 Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa
3. Pada tahun 2014, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 2012. 4. Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile food, dan core inflation.
Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi Bank Indonesia melakukan Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau
penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan. ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-
barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh
komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang
harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoritis,kebijakan
moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti.
PERKEMBANGAN
58 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
4 %, MTM
%, MTM
8,0 PEMBATASAN Tw IV 2017 2.5
PRODUKSI BIBIT AYAM Kenaikan Harga Pangan dan
Bahan Bakar Rumah Tangga
3 7,0 menjelang Hari Raya 2.0
KENAIKAN KENAIKAN TDL Keagamaan dan Akhir Tahun
TTLU/P1, I3, DAN ELPIJI 12 KG
R3, I4, B2, B3 1.5
6,0 KENAIKAN HARGA BBM,
GEJOLAK PANGAN 1.0
2 5,0
RAMADHAN
0.5
4,0
0.0
1
3,0 -0.5
2,0 -1.0
0 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
2015 2016 2017
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES YOY 3.5 3.9 4.2 3.5 3.1 2.9 3.0 2.4 2.7 2.8 3.1 2.3 3.0 3.8 3.3 3.9 4.4 4.6 3.7 3.4 3.5 3.4 3.1 3.7
MTM 0.4 -0. 0.3 -0. 0.1 0.4 1.0 -0. 0.0 0.0 0.5 0.2 1.1 0.5 -0. 0.1 0.5 0.6 0.1 -0. 0.2 -0. 0.2 0.7
-1 (SKALA KANAN)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2012-2017 Grafik 3.6 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah
Meskipun masih tercatat deflasi, kelompok volatile Kota Semarang sebagai kota dengan bobot terbesar
food mengalami perlambatan penurunan harga (±51%) mengalami peningkatan inflasi dari 3,62% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan pada triwulan sebelumnya menjadi 3,64% (yoy) pada
tersebut didorong oleh terjadinya penurunan pasokan triwulan IV 2017. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Cilacap
beberapa komoditas bahan makanan seiring berlalunya yang tercatat sebesar 4,42% (yoy), sedangkan inflasi
masa panen komoditas pangan. Selanjutnya, kelompok terendah terjadi di Kota Surakarta sebesar 3,10% (yoy).
inti menunjukkan perkembangan inflasi yang stabil. Seiring dengan penurunan inflasi, disparitas inflasi
Sementara itu, kelompok administered prices tercatat tahunan kota-kota di Jawa Tengah relatif menurun
mengalami peningkatan inflasi tahunan seiring dengan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbedaan inflasi
peningkatan tarif angkutan luar kota dan angkutan kota tertinggi dan terendah pada triwulan III-2017
udara pada puncak masa liburan akhir tahun 2017 ini sebesar 1,84% menjadi sebesar 1,32% .
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
Tabel 3.3. Inflasi Tahunan Kota Jawa Tengah
lalu.
INFLASI TW III INFLASI TW IV
NO. KOTA
2017 (%,YOY) 2017 (%,YOY)
Apabila ditinjau berdasarkan kota pantauan
1. SURAKARTA 2,65 3,10
KAJIAN EKONOMI
Ditinjau kelompoknya, inflasi pada triwulan IV sepanjang bulan Januari-Juni 2017 tercatat sebesar
2017 terutama disumbang oleh kelompok 29,19% (yoy) serta menyumbang andil sebesar 1,14%
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, terhadap inflasi tahunan Jawa Tengah pada tahun
serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan 2017. Selanjutnya, peningkatan biaya perpanjangan
bahan bakar. Inflasi tahunan kelompok transportasi, Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) pada Januari
komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2017 2017, mencatatkan inflasi sebesar 106,45% (yoy) dan
tercatat sebesar 6,62% (yoy) atau menyumbang andil menyumbang andil sebesar 0,53% sepanjang tahun
sebesar 0,97% terhadap inflasi tahunan Jawa Tengah. 2017.
Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan
3.2.1. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan
bahan bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar Jasa Keuangan
6,09% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1,47%
Walaupun mengalami penurunan dibandingkan
terhadap inflasi tahunan pada triwulan IV 2017. triwulan sebelumnya, kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan mencatatkan
Selanjutnya, peningkatan laju inflasi tertinggi
inflasi tertinggi tertinggi pada triwulan IV 2017
pada triwulan IV 2017 dibandingkan triwulan III-
dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan IV
2017 dicatatkan oleh kelompok sandang serta
2017, peningkatan laju inflasi tertinggi pada kelompok
kelompok bahan makanan. Kelompok sandang
ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya
mencatatkan laju inflasi tahunan tertinggi
komponen tarif jalan tol serta komponen jasa aksesoris.
dibandingkan kelompok lainnya, dengan peningkatan
Pada triwulan IV 2017, tarif jalan tol mengalami
sebesar 1,13% dibandingkan triwulan III 2017.
peningkatan inflasi tahunan sebesar 7,50%
Selanjutnya, kelompok bahan makanan mencatatkan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
peningkatan inflasi menjadi sebesar 0,27% (yoy), atau
berbalik arah dari triwulan III 2017 yang mencatatkan Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok sarana &
deflasi sebesar 0,78% (yoy). penunjang transportasi menjadi penyumbang terbesar
dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
Secara keseluruhan tahun 2017, kelompok keuangan, terhadap inflasi Jawa Tengah triwulan IV
perumahan air, listrik, gas, dan bahan bakar, serta 2017 dengan andil sebesar 0,39%. Hal tersebut
kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa terutama disebabkan oleh peningkatan biaya
keuangan menjadi penyumbang inflasi terbesar. perpanjangan STNK sebesar 106,34% (yoy) dengan
Inflasi tarif listrik yang berlangsung secara gradual andil sebesar 0,53% terhadap inflasi Jawa Tengah.
PERKEMBANGAN
60 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Tahunan – Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
2013 2014 2015 2016 2017
KOMODITAS
IV IV IV IV I II III IV
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 12,54 8,09 2,27 1,53 3,92 6,34 6,01 6,09
BIAYA TEMPAT TINGGAL 5,25 6,41 1,20 1,63 2,42 1,98 1,65 1,74
BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 11,22 15,31 3,63 0,83 8,22 18,94 18,19 18,07
PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA 12,78 3,77 3,03 1,04 1,03 1,17 1,18 1,47
PENYELENGGARAAN RUMAH TANGGA 5,66 4,37 3,89 2,68 3,49 3,62 3,83 3,67
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
3.2.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan 3.2.3. Kelompok Bahan Makanan
Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan Pada triwulan IV 2017, kelompok bahan makanan
bahan bakar pada triwulan IV 2017 tercatat cukup mengalami peningkatan laju inflasi dibandingkan
tinggi. Inflasi kelompok ini meningkat dari 6,01% (yoy) triwulan sebelumnya. Kelompok ini mengalami
pada triwulan sebelumnya menjadi 6,09% (yoy) pada inflasi sebesar 0,27% (yoy) pada triwulan IV 2017,
triwulan IV 2017. Peningkatan inflasi tertinggi terjadi berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tercatat
pada subkelompok perlengkapan rumah tangga yang deflasi sebesar 0,78% (yoy). Peningkatan laju inflasi
mencatatkan peningkatan dari 1,18% (yoy) pada terbesar berasal dari subkelompok daging dan hasil-
triwulan sebelumnya menjadi 1,47% (yoy) pada hasilnya serta subkelompok padi-padian, umbi-
triwulan IV 2017. Peningkatan ini terutama disebabkan umbuan, dan hasil-hasilnya. Subkelompok daging dan
oleh meningkatnya harga perangkat mebel non hasil-hasilnya tercatat inflasi sebesar 3,23% (yoy) pada
elektronik seperti sofa (11,73%; yoy) dan lemari triwulan IV 2017, berbalik arah dari triwulan
(7,51%; yoy). sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 1,01% (yoy).
Selanjutnya, subkelompok padi-padian, umbi-umbian,
Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok bahan
dan hasilnya meningkat inflasinya dari sebesar 2,52%
bakar, penerangan, dan air menjadi penyumbang
pada triwulan III 2017, menjadi sebesar 6,37% (yoy)
terbesar inflasi Jawa Tengah triwulan IV 2017 dengan
pada triwulan ini. Sedangkan subkelompok bumbu-
andil sebesar 0,06%. Hal tersebut terutama disebabkan
bumbuan menjadi faktor penahan inflasi tahunan pada
oleh komoditas bahan bakar rumah tangga, khususnya
kelompok bahan makanan. Hal ini terutama
gas LPG 3 kg yang mengalami inflasi tahunan sebesar
disebabkan penurunan harga yang dalam pada
6,58% (yoy) dengan andil sebesar 0,12% terhadap
komoditas cabai rawit, bawang merah, dan cabai rawit,
inflasi Jawa Tengah.
pada triwulan IV 2017 dibandingkan periode yang
sama pada tahun lalu.
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 61
KAJIAN EKONOMI
Berdasarkan andil inflasinya, subkelompok padi- dari sebesar 2,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya
padian, umbi-umbian, dan hasilnya menjadi menjadi 2,84% (yoy) pada triwulan IV 2017. Sementara
penyumbang terbesar inflasi Jawa Tengah triwulan IV itu, kelompok administered prices mengalami kondisi
2017 dengan andil sebesar 0,22%. Hal tersebut yang berbeda, mencatatkan penurunan inflasi dari
terutama disebabkan oleh komoditas beras yang sebesar 11,40% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi
mengalami inflasi tahunan sebesar 6,50% (yoy) hingga 10,71% (yoy) pada triwulan IV 2017.
Desember 2017 dengan andil sebesar 0,31% terhadap
3.3.1. Kelompok Volatile Food
inflasi Jawa Tengah. Selanjutnya, komoditas telur ayam
Kelompok volatile food pada triwulan IV 2017
ras menyumbang andil sebesar 0,13% terhadap inflasi
tercatat mengalami peningkatan inflasi. Secara
Jawa Tengah dengan mencatatkan inflasi tahunan
tahunan, kelompok volatile food deflasi sebesar 0,15%
sebesar 17,78% (yoy) pada triwulan IV 2017.
(yoy), atau mengalami peningkatan inflasi
3.3. DISAGREGASI INFLASI dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami deflasi
Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan sebesar 2,75% (yoy). Secara triwulanan, kelompok ini
inflasi terutama terjadi pada kelompok volatile mengalami inflasi sebesar 3,48% (qtq), setelah triwulan
food. Kelompok volatile food pada triwulan ini IV 2017 mengalami deflasi sebesar 4,23% (qtq).
mengalami peningkatan inflasi menjadi sebesar Walaupun mengalami peningkatan, inflasi triwulanan
-0,15% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tercatat kelompok volatile food tercatat lebih rendah
-1,23% (yoy). Inflasi kelompok inti cenderung stabil dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
terakhir sebesar 8,97% (qtq).
8 1.00
6 0.00
4 -1.00
2
-2.00
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112
2014 2015 2016 2017
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.7 Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 3.8 Disagregasi Inflasi Bulanan
PERKEMBANGAN
62 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
9.00
8,00 %, MTM 7.89
6,00 7.00
4,00
5.00
-2,00
1.09
1.00 0.47
-4,00 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah
Grafik 3.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Food Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok
2012-Tw IV 2017 Volatile Food 2012-Tw IV 2017
Secara tahunan, inflasi volatile food disumbang Selanjutnya komoditas telur ayam ras menyumbang
oleh kelompok bahan makanan, yang tercatat inflasi Jawa Tengah sebesar 0,14% (qtq) secara
inflasi sebesar 0,27% (yoy), setelah sebelumnya triwulanan dan sebesar 0,13% (yoy) secara tahunan
mengalami deflasi sebesar 0,78% (yoy) pada pada triwulan IV 2017. Puncak inflasi telur ayam ras
triwulan III 2017. Inflasi terbesar terjadi pada terjadi pada bulan Mei dan Desember seiring dengan
komoditas sayur-sayuran meliputi wortel, kentang, dan peningkatan permintaan dari masyarakat menjelang
kangkung yang disebabkan oleh penurunan hasil hari raya keagamaan.
produksi seiring dengan peningkatan curah hujan. Pada
triwulan IV 2017, wortel tercatat mengalami inflasi 3.3.2. Kelompok Inti
tertinggi sebesar 31,85% (yoy), lebih tinggi Kelompok inti pada triwulan IV 2017 mengalami
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat perkembangan inflasi yang stabil. Secara tahunan,
19,99% (yoy). Komoditas kentang tercatat mengalami inflasi kelompok inti tercatat sebesar 2,84% (yoy),
inflasi tertinggi kedua sebesar 23,61% (yoy), berbalik meningkat tipis dibandingkan triwulan III 2017 yang
arah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tercatat sebesar 2,83% (yoy). Secara triwulanan,
deflasi sebesar 1,48% (yoy). Demikian pula dengan kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,25% (qtq),
kangkung yang mengalami inflasi sebesar 23,38% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III
(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2017 2017 yang tercatat sebesar 0,95% (qtq). Inflasi
sebesar 13,26%. triwulanan periode ini tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
Selanjutnya, andil terbesar inflasi volatile food
terakhir sebesar 0,69% (qtq).
disumbang oleh komoditas beras dan telur ayam
ras. Komoditas beras menyumbang inflasi Jawa Tengah Secara tahunan, peningkatan inflasi pada
sebesar 0,22% (qtq) secara triwulanan dan sebesar kelompok inti didorong oleh subkelompok
0,31% (yoy) secara tahunan pada triwulan IV 2017. kesehatan yang mencatatkan inflasi sebesar 4,05
Komoditas beras mengalami tren peningkatan inflasi (yoy); lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017
pada periode Mei-Juli dan periode Oktober-Januari, yang tercatat 3,45% (yoy). Andil terbesar inflasi
sejalan dengan penurunan pasokan produksi pasca kelompok inti disumbang oleh upah tukang bukan
puncak panen di bulan Februari dan Agustus. mandor dan tarif rumah sakit. Upah tukang bukan
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 63
KAJIAN EKONOMI
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan IV Grafik 3.12 Perkembangan Output Gap, Pertumbuhan Ekonomi
Tahunan, dan Inflasi Inti
mandor menyumbang inflasi Jawa Tengah sebesar yang dalam hal ini diwakili oleh nilai Produk Domestik
0,05% (qtq) secara triwulanan dan sebesar 0,20% (yoy) Regional Bruto. Nilai Output gap negatif pada triwulan
secara tahunan pada triwulan IV 2017. Inflasi upah IV 2017 ditandai dengan meningkatnya pasokan
tukang bukan mandor meningkat bersamaan dengan barang dan jasa sehingga tingkat harga-harga
periode awal tahun seiring dengan peningkatan Upah komoditas kelompok inti terjaga stabil. Pada triwulan IV
Minimum Kabupaten bagi pekerja formal serta pada 2017, disparitas inflasi kelompok inti traded dan
periode hari raya dimana permintaan oleh masyarakat k e l o m p o k i n t i n o n - t r a d e d m e n g a l a m i t re n
meningkat. Selanjutnya tarif rumah sakit menyumbang penyempitan, setelah sebelumnya sejak triwulan I 2017
inflasi Jawa Tengah sebesar 0,03% (qtq) secara melebar seiring dengan meningkatnya tingkat inflasi
triwulanan dan sebesar 0,10% (yoy) secara tahunan kelompok inti traded.
pada triwulan IV 2017. Puncak inflasi tarif rumah sakit
Peningkatan inflasi pada triwulan IV 2017 sejalan
terjadi pada bulan Desember-Januari sebagai bagian
dengan ekspektasi harga yang diperoleh melalui
dari strategi bisnis untuk mengantisipasi peningkatan
Survei Konsumen dan Survei Pedagang Eceran.
komponen biaya operasional yang meningkat gradual
Berdasarkan Survei Konsumen, persepsi konsumen
sepanjang tahun .
terhadap harga barang dan jasa periode triwulan IV
Sesuai dengan pola historisnya, output gap pada 2017, meningkat hingga ke tingkat harga yang sama
triwulan IV 2017 tercatat negatif. Output gap pada periode hari raya keagamaan yang jatuh pada
adalah selisih antara output potensial dan output riil, triwulan II 2017. Demikian pula dengan persepsi
165 150
160
140
155
150 130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017
EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD
Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber: Survei Pedagang Eceran, Bank Indonesia
Grafik 3.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 3.14 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
PERKEMBANGAN
64 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
pedagang eceran, yang memperkirakan harga barang triwulan sebelumnya yang tercatat 0,34% (qtq). Secara
dan jasa pada triwulan IV akan lebih tinggi triwulanan, inflasi periode ini tercatat lebih rendah
dibandingkan triwulan III 2017. dibandingkan dengan rata-rata inflasi lima tahun
terakhir sebesar 2,89% (qtq).
Peningkatan inflasi inti juga didorong oleh faktor
eksternal yang meningkat pada triwulan IV 2017. Inflasi tahunan kelompok administered prices
Peningkatan tersebut terjadi di tengah adanya terutama berasal dari subkelompok transpor.
pelemahan kurs/apresiasi Rupiah pada triwulan Subkelompok ini mengalami penurunan dari 4,10%
laporan. Pada triwulan IV 2017, rata-rata nilai tukar (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,94% (yoy)
Rupiah terhadap Dolar AS sebesar Rp13.536 atau pada triwulan IV 2017. Hal ini terutama disebabkan
melemah 1,55% dibandingkan triwulan lalu yang oleh penurunan tarif angkutan laut, yang terus
5
sebesar Rp13.330 . Hal ini mengkonfirmasi mengalami penurunan secara gradual sepanjang
peningkatan inflasi pada komoditas kelompok inti- triwulan IV 2017 menjadi deflasi sebesar 4,18% (qtq).
traded dari sebear 1,00% (yoy) pada triwulan lalu,
Secara tahunan, penurunan inflasi kelompok
menjadi sebesar 1,56% (yoy) pada triwulan IV 2017.
administered prices pada triwulan IV 2017 berasal
3.3.3. Kelompok Administered Prices dari subkelompok transpor. Subkelompok transpor
Kelompok administered prices pada triwulan IV ini mengalami inflasi sebesar 3,94% (yoy) pada triwulan
2017 tercatat mengalami penurunan inflasi. Secara IV 2017, lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan
tahunan, kelompok administered prices inflasi sebesar pada triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 4,10%
10,71% (yoy), atau mengalami penurunan inflasi (yoy). Perlambatan inflasi tahunan subkelompok
dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami inflasi transpor ini utamanya disebabkan oleh tarif angkutan
sebesar 11,40% (yoy). Namun demikian, secara udara dan bensin yang relatif mengalami inflasi
triwulanan inflasi kelompok administered prices pada tahunan lebih rendah dibandingkan periode yang sama
triwulan IV 2017 ini mengalami peningkatan menjadi pada triwulan IV tahun lalu.
10.32
10.00 20
8.00 15
6.00
10
4.00
2.89 5
2.00 1.52 1.01 1.28
0.31 0.66 0
0.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
RATA-RATA TW IV 2012 TW IV 2013 TW IV 2014 TW IV 2015 TW IV 2016 TW IV 2017
2012-2016
TEMBAKAU DAN MINUM BERALKOHOL BAHAN BAKAR,PENERANGAN DAN AIR TRANSPOR
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.15 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Grafik 3.16 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok
Administered Prices Triwulan IV 2017 Administered Prices
KAJIAN EKONOMI
6.00
3.61
3.0 5.00
4.00
2.0
3.00
2.00
1.0
1.00
4.41 3.91 4.17 3.10 3.64 4.03
0.0 0.00
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014 2015 2016 2017
INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Triwulan IV 2017 Grafik 3.18 Perkembangan Inflasi Tahunan
6 %, YOY
10,00 %, YOY
5
8,00
4 6,00
3 4,00
2 2,00
1 0,00
-2,00
0
BAHAN MAKANAN PERUMAHAN, SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL MAKANAN JADI,ROKOK AIR, LISTRIK
-4,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.19 Inflasi Tahunan Enam Kota Grafik 3.20 Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok Tw IV 2017
PERKEMBANGAN
66 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
6 %, QTQ 18 %, YOY
16
5 14 AP
JATENG
12 10,71%
4
10
8
3
6 CI JATENG
4 2,84%
2
2
1 0 VF
JATENG
-2
0,15%
0 -4
CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.21 Disagregasi Inflasi Triwulanan Enam Kota Tw IV 2017 Grafik 3.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Enam Kota Tw IV 2017
Secara rata-rata enam kota mengalami tekanan inflasi kelompok administered prices menurun
penurunan inflasi tertinggi untuk kelompok dibandingkan triwulan sebelumnya.
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Rata-
Kelompok administered prices Kota Cilacap mengalami
rata enam kota mencatatkan penurunan inflasi dari
penurunan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar
sebesar 7,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya
12,43% (yoy) menjadi 10,88% (yoy) pada triwulan IV
menjadi sebesar 6,71% (yoy) pada triwulan IV 2017.
2017. Penurunan inflasi tahunan ini terutama berasal
Inflasi transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
dari penurunan harga barang subkelompok tembakau
menunjukkan penurunan terdalam di Kota Tegal dan
dan minuman beralkohol, terutama rokok kretek dan
Kota Semarang. Penurunan inflasi kelompok bahan
rokok putih. Sementara itu, sesuai dengan pola
makanan pada kedua kota tersebut disebabkan oleh
musimannya, inflasi triwulanan kelompok administered
menurunnya tarif angkutan laut dan angkutan udara.
prices tercatat mengalami peningkatan dari
Berdasarkan disagregasinya, deflasi kelompok volatile sebelumnya deflasi sebesar 0,51% (qtq) pada triwulan
food pada Kota Surakarta menjadi penahan inflasi di III 2017, menjadi inflasi sebesar 0,36% (qtq) pada
Provinsi Jawa Tengah, sementara kota-kota pantauan triwulan laporan. Peningkatan ini terjadi seiring dengan
lainnya mencatatkan peningkatan inflasi pada peningkatan tarif barang dan jasa subkelompok
kelompok volatile food. Selanjutnya, Kota Purwokerto transpor, terutama komoditas bensin, solar, dan tarif
menjadi kontributor penurunan inflasi dengan kereta api.
mencatatkan inflasi tahunan administered prices lebih
Inflasi volatile food mengalami peningkatan pada
rendah dibandingkan Jawa Tengah. Sementara itu,
triwulan IV 2017. Kelompok volatile food tercatat
inflasi tahunan kelompok inti yang lebih rendah dari
mengalami inflasi sebesar 0,52% (yoy), berbalik arah
inflasi Jawa Tengah terjadi pada Kota Kudus, Kota
dari triwulan III 2017 yang tercatat mengalami deflasi
Surakarta, dan Kota Tegal.
sebesar 2,62% (yoy). Inflasi triwulanan juga tercatat
3.4.1. Disagregasi Inflasi Kota Cilacap mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya
Berdasarkan disagregasi, inflasi tahunan untuk deflasi sebesar 4,50% menjadi inflasi sebesar 5,01%
kelompok volatile food, dan inti di Kota Cilacap pada triwulan IV 2017. Peningkatan ini terjadi seiring
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2017 dengan peningkatan tekanan harga pada kelompok
KAJIAN EKONOMI
6,00
15.00
4,00
2,00
10.00
0,00
-2,00
5.00
-4,00
0.00 -6,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.23 Disagregasi Inflasi Tahunan Cilacap Grafik 3.24 Disagregasi Inflasi Triwulanan Cilacap
umbi-umbian, dan hasilnya serta komoditas daging dan sebesar 0,23% (qtq). Penurunan inflasi triwulanan
hasil-hasilnya. Komoditas beras mengalami inflasi tersebut terutama disebabkan penurunan harga emas
sebesar 19,80% (yoy), meningkat tinggi dari triwulan perhiasan yang berlangsung gradual sepanjang
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 11,35% triwulan IV 2017.
(yoy). Peningkatan inflasi yang tinggi juga terjadi pada
3.4.2. Disagregasi Inflasi Kota Purwokerto
komoditas daging ayam kampung, dan daging ayam
Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan kelompok
ras. Selain komoditas daging dan hasil-hasilnya,
administered prices dan inti di Kota Purwokerto
peningkatan inflasi diikuti juga oleh komoditas bumbu-
mengalami penurunan dibandingkan triwulan
bumbuan terutama cabai merah, cabai rawit, dan
sebelumnya. Sementara itu, kelompok volatile food
bawang merah.
mencatatkan peningkatan inflasi tahunan maupun
Inflasi tahunan kelompok inti Kota Cilacap cenderung inflasi triwulanan dibandingkan dengan triwulan III
stabil dari 3,88% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 2017.
3,90% (yoy) pada triwulan IV 2017. Peningkatan inflasi
moderat pada kelompok ini didorong oleh peningkatan Inflasi tahunan kelompok administered prices pada
harga subkelompok ikan segar seperti ikan belanak dan triwulan IV 2017 tercatat sebesar 10,45% (yoy),
ikan kacangan. Sementara itu, inflasi triwulanan mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya yang
tercatat mengalami penurunan menjadi sebesar 0,11% tercatat sebesar 11,12% (yoy). Penurunan inflasi
(qtq) pada triwulan IV 2017 dari triwulan sebelumnya tahunan didorong oleh menurunnya harga barang
10,00 4,00
3,00
8,00
2,00
6,00
1,00
4,00
0,00
2,00 -1,00
0,00 -2,00
I II III IV I II III IV I II III IV II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.25 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Purwokerto Grafik 3.26 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kota Purwokerto
PERKEMBANGAN
68 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan peningkatan laju inflasi pada kelompok volatile
khususnya komoditas rokok kretek dan rokok putih. food dan administered prices, sementara kelompok inti
Namun secara triwulanan, inflasi kelompok mengalami penurunan inflasi.
administered prices meningkat dari triwulan
Inflasi tahunan kelompok administered prices
sebelumnya tercatat inflasi sebesar 0,28% (qtq)
mencatatkan inflasi 14,34% (yoy) pada triwulan
menjadi sebesar 0,90% (qtq) pada triwulan IV 2017.
laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017
Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama berasal dari
sebesar 14,74% (yoy). Meredanya tekanan harga pada
angkutan antarkota dan tarif kereta api.
kelompok ini terutama disebabkan oleh penurunan
Secara tahunan, kelompok volatile food Kota inflasi tahunan subkelompok tembakau dan minuman
Purwokerto menunjukkan peningkatan inflasi. beralkohol. Namun demikian inflasi triwulanan juga
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar mencatatkan peningkatan menjadi 0,90% (qtq), dari
2,19% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar
triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Demikian pula 0,15% (qtq).
secara triwulanan, kelompok volatile food mengalami
inflasi sebesar 3,52%, lebih tinggi dibandingkan inflasi Inflasi tahunan volatile food juga menunjukkan
triwulan sebelumnya sebesar 0,52%. Peningkatan penurunan pada triwulan IV 2017. Inflasi kelompok ini
inflasi tersebut khususnya disebabkan oleh tercatat sebesar 1,44% (yoy), lebih rendah
menignkatnya beberapa harga komoditas pangan dibandingkan triwulan III 2017 sebesar 2,20% (yoy).
seperti beras, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, Penurunan inflasi pada kelompok ini terutama
KAJIAN EKONOMI
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.27 Disagregasi Inflasi Tahunan Kudus Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kudus
utamanya disebabkan oleh penurunan harga barang- triwulan IV 2017 utamanya disebabkan oleh
barang subkelompok minuman yang tidak beralkohol meredanya tekanan inflasi subkelompok tembakau dan
serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika. minuman beralkohol khususnya komoditas rokok
putih. Selain itu penurunan inflasi tahunan pada
3.4.4. Disagregasi Inflasi Kota Surakarta
triwulan laporan juga disebabkan oleh meredanya
Kota Surakarta mengalami peningkatan inflasi pada
tekanan inflasi dari tarif dasar listrik yang telah
triwulan IV 2017 dibandingkan dengan triwulan III
meningkat sejak triwulan I 2017.
2017. Peningkatan inflasi tahunan terjadi pada
kelompok volatile food dan kelompok inti, sedangkan Sementara itu, inflasi volatile food pada triwulan
kelompok administered prices mencatatkan penurunan laporan mengalami peningkatan baik secara
inflasi pada triwulan IV 2017. triwulanan maupun tahunan. Pada triwulan IV 2017,
deflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 1,59%
Inflasi tahunan kelompok administered prices
(yoy), mengalami peningkatan inflasi dari triwulan
mengalami penurunan dari sebelumnya 11,96% (yoy)
sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 2,90% (yoy).
pada triwulan III 2017 menjadi 11,67% (yoy) pada
Ditinjau dari inflasi triwulanannya, kelompok volatile
triwulan laporan. Sementara itu, inflasi triwulanan
food mengalami peningkatan tekanan inflasi sejalan
menunjukkan peningkatan inflasi dari sebelumnya
dengan pola historisnya, dengan mencatatkan inflasi
deflasi sebesar 0,37% (qtq) pada triwulan III 2017,
sebesar 4,15% (qtq) pada triwulan IV 2017, dari
berbalik arah menjadi inflasi sebesar 1,25% (qtq) pada
triwulan sebelumnya deflasi sebesar -7,23% (qtq).
triwulan laporan. Penurunan inflasi tahunan pada
12,00
4,00
10,00
8,00 2,00
6,00
4,00 0,00
2,00
-2,00
0,00
-2,00 -4,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
-6,00
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Tahunan Surakarta Grafik 3.30 Disagregasi Inflasi Triwulanan Surakarta
PERKEMBANGAN
70 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
Peningkatan harga secara triwulanan utamanya 2017 sebesar 11,79% (yoy). Inflasi triwulanan juga
disebabkan oleh subkelompok padi-padian, umbi- mengalami penurunan, yang tercatat sebesar 0,46%
umbian, dan hasil-hasilnya khususnya komoditas beras (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mengalami inflasi sebear 6,32% (qtq) sebesar 0,82% (qtq). Penurunan inflasi kelompok ini
dibandingkan triwulan sebelumnya. terutama berasal dari pengurangan tekanan inflasi
subkelompok tembakau dan minuman beralkohol,
Sementara itu, inflasi tahunan kelompok inti
terutama komoditas rokok kretek dan rokok putih.
mengalami peningkatan pada triwulan IV 2017. Inflasi
kelompok inti pada triwulan laporan tercatat sebesar Adapun inflasi kelompok volatile food pada triwulan IV
2,19% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan 2017 tercatat sebesar -0,92% (yoy) atau 3,50% (qtq),
sebelumnya yang tercatat 1,78% (yoy). Peningkatan atau mengalami peningkatan inflasi dibandingkan
inflasi tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan triwulan III 2017 yang mengalami inflasi sebesar
harga produk-produk bahan makanan, khususnya -2,14% (yoy) atau 3,50% (qtq). Peningkatan inflasi
subkelompok ikan yang diawetkan, serta subkelompok tahunan pada kelompok ini didorong oleh peningkatan
bumbu-bumbuan. Tingginya curah hujan dan harga beras, bawang merah, cabai merah, dan cabai
gangguan cuaca menyebabkan penurunan drastis rawit sebagai dampak penurunan pasokan
pasokan produk perikanan laut dan komoditas produksinya. Kentang menunjukkan peningkatan
hortikultura bumbu-bumbuan seperti bawang merah inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV 2017 menjadi
dan cabai merah. sebesar 25,90% (yoy), dari triwulan sebelumnya
sebesar -4,12% (yoy).
3.4.5. Disagregasi Inflasi Kota Semarang
Pada triwulan IV 2017, Kota Semarang mengalami Sementara itu, inflasi kelompok inti turun pada triwulan
peningkatan inflasi baik secara tahunan maupun IV 2017 menjadi 2,94% (yoy) atau 0,21% (qtq) dari
triwulanan. Berdasarkan disagregasi, peningkatan sebelumnya sebesar 3,01 % (yoy) atau 1,07% (qtq)
inflasi disebabkan oleh kelompok volatile food, pada triwulan III 2017. Penurunan pada kelompok ini
sedangkan kelompok administered prices dan didorong oleh berkurangnya tekanan inflasi harga
kelompok inti mencatatkan penurunan inflasi. komoditas subkelompok makanan jadi serta
subkelompok minuman yang tidak beralkohol.
Inflasi kelompok administered prices menurun menjadi
10,94 % (yoy) pada triwulan IV 2017, dari triwulan III
12,00
4,00
10,00
8,00
2,00
6,00
4,00 0,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2,00 2015 2016 2017
-2,00
0,00
I II III IV I II III IV I II III IV
-2,00 2015 2016 2017 -4,00
-4,00
-6,00
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.31 Disagregasi Inflasi Tahunan Semarang Grafik 3.32 Disagregasi Inflasi Triwulanan Semarang
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH 71
KAJIAN EKONOMI
6,00 0,00
4,00
2,00 -2,00
0,00
-4,00
I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017
CORE VF AP CORE VF AP
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Grafik 3.33 Disagregasi Inflasi Tahunan Tegal Grafik 3.34 Disagregasi Inflasi Triwulanan Tegal
Kota Tegal juga mengalami peningkatan inflasi pada Inflasi tahunan kelompok inti mengalami peningkatan
triwulan IV 2017 baik secara tahunan maupun pada triwulan IV 2017, dengan mencatatkan inflasi
triwulanan. Peningkatan inflasi ini terutama didorong sebesar 2,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
oleh kelompok volatile food dan kelompok inti, triwulan III 2017 sebesar 2,18% (yoy). Peningkatan
sementara kelompok administered prices mengalami inflasi tahunan terutama dipengaruhi oleh peningkatan
penurunan inflasi tahunan. tekanan inflasi kelompok sandang dan kelompok
kesehatan. Hal ini tercermin dari peningkatan harga
Inflasi tahunan kelompok administered prices
aneka macam sandang laki-laki khususnya celana dan
mengalami penurunan menjadi 13,64% (yoy) pada
sepatu yang mencatatkan inflasi masing-masing
triwulan laporan dari sebelumnya 13,88% (yoy) pada
sebesar 16,66% (yoy) dan 17,67% (yoy). Peningkatan
triwulan III 2017. Sedangkan inflasi triwulanan
tekanan inflasi kelompok kesehatan disebabkan oleh
mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,00% (qtq),
peningkatan harga komponen obat-obatan serta jasa
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
kesehatan.
0,47% (qtq). Penurunan inflasi tahunan kelompok
administered prices ini didorong oleh penurunan
tekanan harga komoditas rokok kretek filter, rokok
3.5. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUN 2017
Secara keseluruhan tahun 2017, Provinsi Jawa
putih, serta tarif parkir.
Tengah mencatatkan inflasi tahunan sebesar
Kelompok volatile food tercatat mengalami inflasi pada 3,71% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2016
triwulan IV 2017 sebesar 2,20% (yoy) atau 3,59 % yang mencatatkan inflasi sebesar 2,36% (mtm).
(qtq), berbalik arah dibandingkan triwulan sebelumnya Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi
yang mencatatkan deflasi sebesar 0,85 % (yoy) atau tahunan pada tahun 2017 dibandingkan tahun
2,17% (qtq). Peningkatan inflasi tahunan tersebut sebelumnya terutama disebabkan oleh kelompok
terutama berasal dari peningkatan harga subkelompok administered prices dan kelompok inti, sedangkan
padi-padian, umbi-umbian, dan lainnya, subkelompok kelompok volatile food mengalami penurunan tekanan
bumbu-bumbuan, dan subkelompok sayur-sayuran. harga yang cukup dalam.
Komoditas beras menjadi penyumbang inflasi terbesar
pada kelompok ini dengan inflasi sebesar 12,76 (yoy)
dan andil sebesar 0,44% terhadap inflasi kota Tegal.
PERKEMBANGAN
72 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
Kelompok administered prices mencatatkan inflasi Kelompok volatile food (VF) pada Januari 2018
tahunan sebesar 10,71% (yoy) pada keseluruhan tahun mengalami inflasi sebesar 3,52% (mtm), lebih
2017, meningkat tinggi dibandingkan tahun 2016 tinggi dibandingkan bulan Desember 2017 yang
yang mencatatkan deflasi sebesar 0,72% (yoy). mengalami inflasi sebesar 2,92% (mtm). Inflasi
Peningkatan tarif biaya perpanjangan STNK serta terutama disebabkan oleh peningkatan harga
penyesuaian tarif listrik menjadi faktor pendorong beberapa komoditas bahan makanan akibat
dominan peningkatan inflasi pada keseluruhan tahun menurunnya pasokan produksinya, diantaranya padi
2017. Demikian pula kelompok inti yang mencatatkan dan hortikultura. Kelompok bahan makanan pada
peningkatan inflasi, sebagai akibat peningkatan biaya- bulan Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 3,50%
biaya jasa sektor pendidikan dan telekomunikasi. (mtm); lebih tinggi dibandingkan Desember 2017
(2,67%; mtm) atau historis rata-rata lima tahun terakhir
Sementara itu kelompok volatile food justru
untuk periode Januari (0,66%; mtm).
menunjukkan penurunan tekanan harga yang cukup
dalam hingga mencatatkan deflasi sebesar 0,15% (yoy) Kelompok administered prices mencatatkan
pada keseluruhan tahun 2017. Normalisasi waktu deflasi 0,20% (mtm) pada Januari 2018, lebih
musim tanam serta volume produksi pertanian, baik rendah dibandingkan inflasi Desember 2017 yang
komoditas pangan maupun hortikultura pada tahun tercatat sebesar 0,64% (mtm). Penurunan inflasi
2017, menyebabkan tekanan inflasi menurun, kelompok ini terutama berasal dari subkelompok
dibandingkan tahun 2016 yang mengalami gangguan transpor yang mencatatkan deflasi sebesar 0,64%
produksi akibat fenomena iklim El-Nino. (mtm) seiring dengan normalisasi harga angkutan
udara dan angkutan antarkota pasca periode hari raya
3.6. TRACKING INFLASI TRIWULAN I 2018
3.6.1. Inflasi Januari 2018 keagamaan dan hari libur sekolah pada akhir tahun
Pada Januari 2018 Provinsi Jawa Tengah 2017. Selain itu, seiring dengan normalisasi permintaan
mencatatkan inflasi sebesar 0,88% (mtm), masyarakat akan bahan bakar rumah tangga pasca hari
meningkat dibandingkan bulan Desember 2017 raya, subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air
yang mencatatkan inflasi sebesar 0,71% (mtm) (-0,51%; mtm) juga turut mendorong deflasi
harga telur ayam ras, bawang merah, tarif kereta api, inti, seiring dengan meningkatnya tingkat upah jasa
KAJIAN EKONOMI
bumi di pasar global yang selanjutnya mendorong pada level moderat. Tekanan inflasi inti berasal dari
peningkatan inflasi pada kelompok administered harga sandang dan makanan jadi, seiring dengan
prices. Lebih lanjut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah
(TPID) Provinsi Jawa Tengah senantiasa berupaya di Provinsi Jawa Tengah. Adapun percepatan
memperbaiki distribusi logistik dan menjaga infrastruktur di berbagai bidang dan berbagai daerah
inflasi triwulan I 2018 dijaga berada pada rentang peningkatan permintaan untuk bahan bangunan.
bawah sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,5±1%.
Lebih jauh, peningkatan inflasi kelompok inti juga
Berdasarkan disagregasi, inflasi tahunan volatile tercermin dari ekspektasi harga di tingkat
food diperkirakan menurun. Secara pasokan, konsumen dan pedagang. Hasil Survei Konsumen
penurunan ini sejalan dengan telah masuknya masa dan Survei Pedagang Eceran yang dilakukan oleh Bank
panen beras dan bawang merah sesuai dengan pola Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
historis. Selain itu, upaya yang dilakukan pemerintah ekspektasi harga pada level moderat pada triwulan I
terkait pembangunan infrastruktur pertanian serta 2018 berdasarkan ekspektasi konsumen pada triwulan
program subsidi pertanian menjadi salah satu faktor III dan IV tahun lalu. Berdasarkan hasil survei tersebut,
pendorong peningkatan produksi pangan. Tren baik konsumen maupun pedagang eceran
perbaikan nilai tukar petani sepanjang tahun 2017 memperkirakan peningkatan harga yang tinggi pada
diperkirakan juga dapat mendorong peningkatan awal tahun 2018, dan selanjutnya akan terkoreksi
kapasitas produksi petani. menurun pada akhir triwulan I 2018.
155 120
150 110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 3 BULAN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BULAN YAD
Grafik 3.35 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen Grafik 3.36 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Pedagang Eceran
PERKEMBANGAN
74 INFLASI DAERAH
KAJIAN EKONOMI
Risiko kerentanan pada sektor rumah tangga mengalami perbaikan, tercermin pada
perbaikan kualitas kredit konsumsi perseorangan.
KAJIAN EKONOMI
setelah mengalami penurunan pada triwulan III 2017. 19,69% (yoy). Seiring dengan peningkatan kinerja
Pertumbuhan aset dan penyaluran kredit perbankan sektor pertanian ini, kualitas kredit sektor pertanian
juga membaik dengan rasio NPL menurun hingga
Jawa Tengah menunjukkan peningkatan, sejalan
1,86%, pencapaian terbaik sejak tahun 2013.
dengan tren nasional dan Pulau Jawa pada umumnya
yang menunjukkan peningkatan. Selanjutnya, lapangan usaha konstruksi melanjutkan
tren akselerasi pertumbuhan ekonominya yang telah
4.1.1. Ketahanan Sektor Korporasi Jawa Tengah
Triwulan IV 2017 berlangsung sejak triwulan IV 2016. Pada triwulan IV
4.1.1.1. Perkembangan Indikator Perbankan pada 2017, lapangan usaha konstruksi tumbuh sebesar
Lapangan Usaha Utama Jawa Tengah 8,33% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
Triwulan IV 2017 sebelumnya yang tercatat sebesar 7,44% (yoy). Sejalan
Dengan kinerja perekonomian yang meningkat dengan hal tersebut, kredit sektor konstruksi tumbuh
pada triwulan IV 2017, kinerja perbankan di Jawa sebesar 22,92% (yoy) pada triwulan ini; lebih tinggi
Tengah 6 menunjukkan perkembangan yang dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh sebesar
beragam. Ekspansi kredit di beberapa sektor lapangan 9,50% (yoy). Kredit sektor konstruksi di Jawa Tengah
usaha utama cenderung melambat. Namun demikian, mengalami booming pada awal tahun 2016 akibat
kualitas kredit justru menunjukkan perbaikan, yang megaproyek infrastruktur, diantaranya pembangunan
diindikasikan dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta
triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa, mencapai puncak
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, dan Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit,
Risiko Sektor Pertanian dan Risiko Sektor Konstruksi
6. Indikator kinerja perbankan ditinjau berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Jawa Tengah.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
78 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, Grafik 4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit,
dan Risiko Sektor Industri Pengolahan serta Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
Lapangan usaha industri pengolahan juga mengalami 4.1.2. Kerentanan Sektor Rumah Tangga Pada
akselerasi pada triwulan ini sebesar 4,34% (yoy), lebih
Triwulan IV 2017
tinggi dibandingkan 4,25% (yoy) pada triwulan III 4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
Rumah Tangga
2017. Sementara itu, realisasi kredit di sektor industri
Dengan kinerja perekonomian Jawa Tengah pada
pengolahan tumbuh melambat dari triwulan lalu yang
triwulan IV 2017 menunjukkan peningkatan, risiko
tercatat sebesar 11,91% (yoy) menjadi 10,43% (yoy)
kerentanan pada sektor rumah tangga mengalami
pada triwulan IV 2017. Risiko penyaluran kredit di
perbaikan. Hal ini tercermin melalui rasio Non-
sektor industri pengolahan mengalami perbaikan pada
Performing Loan (NPL) pada kredit Rumah Tangga
triwulan ini dengan penurunan rasio NPL dari 2,15%
khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit
pada triwulan lalu menjadi 1,25% pada triwulan IV
Kendaraan Bermotor (KKB) yang mengalami
2017.
penurunan pada triwulan IV 2017 dibandingkan
Sementara itu, kinerja lapangan usaha perdagangan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, pertumbuhan kredit
besar dan eceran pada triwulan IV 2017 tercatat konsumsi Jawa Tengah mengalami akselerasi sebesar
mengalami penurunan dengan hanya tumbuh sebesar 9,52% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih tinggi
3,84% (yoy); lebih lambat dibandingkan triwulan III dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat 8,68%
2017 yang tercatat tumbuh sebesar 7,18% (yoy). (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, ekspansi kredit lapangan
usaha besar dan eceran juga menunjukkan tren 4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga
Perseorangan (DPK RT) di Perbankan
penurunan hingga triwulan ini mengalami kontraksi
Pertumbuhan dana pihak ketiga Rumah Tangga di
sebesar 6,54% (yoy), terendah dalam 6 tahun terakhir.
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 melambat
Sementara itu, kualitas kredit lapangan usaha
dibandingkan triwulan III 2017. Dana pihak ketiga
perdagangan besar dan eceran menunjukkan
Rumah Tangga (DPK RT) pada triwulan IV 2017 tercatat
perbaikan dengan dengan rasio NPL 3,47% pada
tumbuh sebesar 9,59% (yoy) atau menurun
triwulan ini; lebih rendah dibandingkan triwulan III
dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar
2017 yang tercatat sebesar 3,65%.
11,14% (yoy). Sektor DPK RT masih mendominasi
pangsa DPK Perbankan di Jawa Tengah dengan rasio
sebesar 75,37% atau meningkat dibandingkan pangsa
pada triwulan III 2017 sebesar 71,51%.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 79
KAJIAN EKONOMI
Melambatnya pertumbuhan DPK RT pada Tabel 4.1 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilainya
PENGELOMPOKAN
PANGSA NOMINAL PANGSA DEPOSAN
triwulan IV 2017 utamanya disebabkan oleh NOMINAL TABUNGAN
0-100 JUTA 48,41% 99,27%
penurunan pertumbuhan pada komponen 100-500 JUTA 27,29% 0,66%
500 JUTA - 1M
tabungan dan deposito. Pada triwulan IV 2017, 6,29% 0,04%
>1M 18,01% 0,03%
deposito RT mengalami pertumbuhan 8,52% (yoy) Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.8 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.9 Perkembangan Pangsa Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah
Jawa Tengah
atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang kontributor utama pertumbuhan kredit RT. Selanjutnya,
tercatat sebesar 8,68% (yoy). Pertumbuhan terbesar kredit multiguna juga mendorong peningkatan yang
kredit RT terjadi pada kelompok kredit perlengkapan lebih tinggi pada kredit RT, dengan pangsa sebesar
rumah tangga sebesar 58,72% (yoy), yang telah 26,39% dan pertumbuhan sebesar 11,31%.
mengalami tren akselerasi pertumbuhan sejak triwulan
Pada triwulan laporan ini, kredit RT Jawa Tengah
I 2017. Hal ini sejalan dengan peningkatan konsumsi
menunjukkan penurunan risiko kerentanan yang
masyarakat akan produk telekomunikasi, komputer,
diindikasikan dengan penurunan rasio NPL. Rasio
dan alat elektronik lainnya.
NPL Kredit RT di Jawa Tengah mengalami penurunan
Sementara itu berdasarkan andilnya, peningkatan dari sebesar 1,26% pada triwulan lalu, menjadi sebesar
kredit RT pada triwulan IV 2017 terutama 1,09% pada triwulan IV 2017. Secara agregat, tren
ditopang oleh kelompok kredit lainnya serta penurunan rasio NPL pada triwulan ini berlangsung
kelompok kredit multiguna. Dengan pangsa sebesar pada seluruh jenis kredit RT, yaitu kredit pemilikan
37,99% serta pertumbuhan sebesar 10,05% (yoy) rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit multiguna,
pada triwulan IV 2017, kredit lainnya menjadi serta kredit lainnya.
Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah
2016 2017
KOMODITAS
I II III IV I II III IV
KREDIT RUMAH TANGGA 1,20% 1,18% 1,23% 1,06% 1,17% 1,21% 1,26% 1,09%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21 1,95% 2,08% 2,56% 2,23% 2,68% 2,80% 2,90% 2,64%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70 1,91% 1,83% 1,85% 1,52% 1,70% 1,84% 1,80% 1,37%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70 2,76% 2,83% 2,98% 2,50% 2,97% 3,05% 3,36% 2,89%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN S.D. TIPE 21 0,29% 5,31% 1,92% 0,04% 1,63% 4,25% 3,43% 9,56%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE 22 S.D. 70 3,50% 2,27% 2,04% 3,00% 2,43% 2,45% 2,87% 2,01%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE DIATAS 70 6,73% 4,64% 6,81% 3,94% 3,37% 3,36% 3,60% 2,23%
PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN) 4,29% 3,77% 3,95% 4,33% 4,59% 4,19% 3,36% 2,75%
PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT 0,73% 0,63% 0,78% 0,77% 0,75% 0,83% 1,13% 1,02%
PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR 1,88% 2,38% 2,17% 1,89% 1,92% 2,02% 1,73% 1,58%
PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN RODA ENAM ATAU LEBIH 1,16% 0,70% 1,04% 1,80% 1,30% 1,36% 1,77% 2,55%
PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA 2,27% 2,10% 2,23% 0,40% 0,37% 1,71% 3,94% 2,54%
PEMILIKAN FURNITUR DAN PERALATAN RUMAH TANGGA 6,75% 6,48% 2,59% 1,76% 1,09% 1,24% 0,84% 0,42%
PEMILIKAN TELEVISI, RADIO, DAN ALAT ELEKTRONIK 0,23% 0,27% 0,90% 0,31% 0,95% 1,79% 2,10% 1,46%
PEMILIKAN KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI 5,52% 2,08% 2,97% 3,09% 4,29% 2,97% 8,29% 3,45%
PEMILIKAN PERALATAN LAINNYA 1,28% 1,10% 1,05% 1,02% 0,85% 0,60% 0,68% 0,70%
KEPERLUAN MULTIGUNA 1,04% 1,04% 1,05% 0,89% 1,02% 1,03% 1,09% 1,01%
KEPERLUAN LAINNYA 0,53% 0,51% 0,55% 0,47% 0,51% 0,57% 0,57% 0,52%
Sumber: Bank Indonesia, diolah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 81
KAJIAN EKONOMI
30%
20%
13.22% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21
Pada triwulan IV 2017, kredit pemilikian rumah III 2017 yang tercatat sebesar 3,43%. Tren peningkatan
(KPR) tumbuh sebesar 9,61% (yoy) atau lebih rasio NPL untuk KPR flat/apartemen tipe diatas 21
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang tersebut telah berlangsung selama 2 (dua) tahun
tumbuh sebesar 6,42% (yoy). Pendorong utama terakhir, dengan rasio NPL pada triwulan laporan ini
ekspansi KPR tersebut utamanya disebabkan akselerasi merupakan yang tertinggi sejak tahun 2012.
KPR untuk golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 yang
Selanjutnya, pada triwulan IV 2017 kredit
tumbuh sebesar 12,92% (yoy) pada triwulan IV 2017,
kendaraan bermotor (KKB) mengalami
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
pertumbuhan sebesar 6,37% (yoy) atau lebih
tercatat 12,07% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang
bahwa peningkatan investasi rumah tinggal oleh
tumbuh sebesar 3,61% (yoy). Pertumbuhan kredit
kalangan masyarakat berpenghasilan menengah
kendaraan bermotor (KKB) untuk kepemilikan mobil
menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan
roda empat sebesar 13,41% (yoy) pada triwulan IV
dibandingkan triwulan III 2017. Selanjutnya, KPR untuk
2017, masih menjadi pendorong ekspansi kredit
golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 juga masih
kendaraan bermotor (KKB) di Jawa Tengah. Sedangkan
menjadi kontributor utama KPR perbankan di Jawa
ekspansi KKB untuk kepemilikan sepeda bermotor,
Tengah dengan pangsa sebesar 53,39%, diikuti oleh
justru menunjukkan kinerja negatif atau kontraksi
KPR rumah tinggal tipe diatas 70 (26,96%), dan KPR
sebesar 13,10% (yoy) pada triwulan IV 2017, turun
rumah tinggal tipe 21 (13,22%).
lebih dalam dibandingkan triwulan III 2017 yang
Secara agregat, kredit pemilikan rumah pada tercatat sebesar 11,61% (yoy). Tren penurunan
triwulan IV 2017 mengalami perbaikan kualitas
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini 5%
5%
tercermin dari rasio NPL KPR untuk rumah tinggal 4%
4%
seluruh golongan dan KPR untuk Ruko dan Rukan, yang 3%
3%
seluruhnya menunjukkan tren penurunan rasio NPL 2%
2%
pada triwulan IV 2017. Namun demikian, hal yang perlu 1%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
diwaspadai adalah KPR golongan flat/apartemen tipe 2014 2015 2016 2017
diatas 21 pada triwulan IV 2017 dengan NPL tercatat KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70
2.5%
90%
2.0%
70%
1.5%
50%
1.0%
30%
10% 0.5%
-10% 0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-30% 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
KKB MOBIL RODA EMPAT KKB SEPEDA BERMOTOR KKB MOBIL RODA EMPAT KKB SEPEDA BERMOTOR
Grafik 4.13 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Grafik 4.14 Perkembangan NPL Kredit Kendaraan Bermotor
di Jawa Tengah di Jawa Tengah
ekspansi KKB sepeda bermotor pada perbankan di mobil roda empat serta KKB sepeda bermotor, yang
Jawa Tengah telah berlangsung sejak tahun 2014 dan seluruhnya menunjukkan tren penurunan rasio NPL
diperkirakan akan berlanjut seiring dengan pada triwulan IV 2017.
meningkatnya preferensi masyarakat terhadap
Pada triwulan IV 2017, kredit pemilikian rumah
perusahaan pembiayaan sebagai sumber pembiayaan
(KPR) tumbuh sebesar 9,61% (yoy) atau lebih
alternatif. Selanjutnya, KKB untuk kepemilikan mobil
tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang
roda empat masih menjadi kontributor utama KKB
tumbuh sebesar 6,42% (yoy). Pendorong utama
perbankan di Jawa Tengah dengan pangsa sebesar
ekspansi KPR tersebut utamanya disebabkan akselerasi
71,72%, diikuti oleh KKB sepeda bermotor dengan
KPR untuk golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 yang
pangsa sebesar 26,25%. Dengan pangsa sebesar
tumbuh sebesar 12,92% (yoy) pada triwulan IV 2017,
1,64%, volatilitas ekspansi KKB untuk kepemilikan truk
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
dan kendaraan bermotor roda enam atau lebih,
tercatat 12,07% (yoy). Hal tersebut mengindikasikan
berdampak tidak signifikan terhadap kinerja KKB
bahwa peningkatan investasi rumah tinggal oleh
perbankan di Jawa Tengah.
kalangan masyarakat berpenghasilan menengah
Secara agregat, kualitas kredit kendaraan menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan
bermotor (KKB) pada triwulan IV 2017 mengalami dibandingkan triwulan III 2017. Selanjutnya, KPR untuk
perbaikan dengan penurunan rasio NPL dari golongan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 juga masih
1,31% pada triwulan lalu menjadi sebesar 1,20% menjadi kontributor utama KPR perbankan di Jawa
pada triwulan IV 2017. Perbaikan risiko kerentanan Tengah dengan pangsa sebesar 53,39%, diikuti oleh
kredit kendaraan bermotor juga tercermin dari KKB KPR rumah tinggal tipe diatas 70 (26,96%), dan KPR
rumah tinggal tipe 21 (13,22%).
Grafik 4.15 Pangsa Kredit Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah diwaspadai adalah KPR golongan flat/apartemen tipe
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 83
KAJIAN EKONOMI
30% 30%
25% 25%
20% 20%
15% 15%
10% 10%
5% 5%
0% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR
Grafik 4.16 Perkembangan Pertumbuhan Aset Perbankan di Pulau Jawa Grafik 4.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan di Pulau Jawa
30% 4.50%
4.00%
25%
3.50%
20% 3.00%
2.50%
15%
2.00%
10% 1.50%
1.00%
5%
0.50%
0% 0.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR
Grafik 4.18 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan Grafik 4.19 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan (NPL)
di Jawa Tengah Kredit Perbankan Jawa Tengah
kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 10,11% (yoy) pada level 1,69% atau menurun dibandingkan NPL
pada triwulan ini, lebih tinggi dibandingkan triwulan III sebelumnya yang tercatat sebesar 3,00%. Perbaikan
2017 yang tumbuh sebesar 9,47% (yoy). kualitas kredit perbankan Jawa Tengah ini juga sejalan
dengan tren perbaikan kualitas kredit nasional dan
Berbeda dengan kinerja kredit perbankan,
Pulau Jawa secara keseluruhan. Selanjutnya, rasio NPL
pertumbuhan DPK perbankan Jawa Tengah pada
perbankan Jawa Tengah juga tercatat lebih rendah
triwulan IV 2017 mengalami penurunan. Pada
dibandingkan rasio NPL nasional yang tercatat sebesar
triwulan ini, DPK tumbuh sebesar 9,39% (yoy) atau
1,85%.
tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017
yang tercatat sebesar 12,68% (yoy). Deselerasi Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Jawa
pertumbuhan DPK perbankan di Jawa Tengah Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami
utamanya disebabkan perlambatan pertumbuhan peningkatan. Rasio LDR perbankan Jawa Tengah pada
komponen tabungan dan deposito yang tumbuh triwulan laporan tercatat sebesar 98,27%, meningkat
masing-masing sebesar 12,19% (yoy) dan 5,79% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat sebesar
pada triwulan berjalan, atau lebih rendah dibandingkan 97,44%. Peningkatan rasio LDR ini sejalan dengan
triwulan III 2017 yang tercatat sebesar 13,70% (yoy) fenomena pertumbuhan DPK perbankan di Jawa
dan 13,00% (yoy). DPK yang dihimpun perbankan Tengah yang mengalami perlambatan pada triwulan IV
Jawa Tengah sebesar Rp262,97 triliun juga tumbuh 2017. Selanjutnya, rasio LDR perbankan Jawa Tengah
lebih tinggi dibandingkan DPK nasional yang tumbuh juga tercatat lebih tinggi dibandingkan rasio LDR
sebesar 9,28% (yoy) atau sebesar sebesar Rp5.285,73 perbankan nasional yang tercatat sebesar 90,39%.
triliun. Tren perlambatan pertumbuhan DPK serta merupakan yang tertinggi di kawasan Jawa.
perbankan di Jawa Tengah tersebut juga sejalan
110%
dengan tren perlambatan perbankan di tingkat
100%
nasional. 90%
80%
m e n g a l a m i p e n i n g k a t a n , k u a l i t a s k re d i t 60%
50%
perbankan Jawa Tengah juga tercatat mengalami I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
perbaikan pada triwulan IV 2017. Rasio Non- NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR
Performing Loan (NPL) pada triwulan IV 2017 berada Grafik 4.20 Perkembangan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
Perbankan Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 85
KAJIAN EKONOMI
350
105%
20
300
100%
250 15
200 95%
150 10
90%
100
5 85%
50
0 0 80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
ASET DPK KREDIT ASET DPK KREDIT LDR - SKALA KANAN
Grafik 4.21 Perkembangan Indikator Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.22 Perkembangan Pertumbuhan Indikator Perbankan
Jawa Tengah
Peningkatan rasio LDR perbankan di Jawa Tengah pada menurun dibanding triwulan III 2017 yang tercatat
triwulan IV 2017 juga sejalan dengan tren peningkatan sebanyak 3.228 kantor. Penurunan tersebut terjadi
rasio LDR nasional dan kawasan Jawa. pada kelompok Bank Swasta Nasional khususnya pada
infrastruktur kantor cabang pembantu yang telah
4.2.1. Perkembangan Bank Umum berkurang sebanyak 18 kantor dari jumlah semula 945
4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank kantor menjadi 927 kantor pada triwulan ini. Tren
Jumlah jaringan kantor bank umum di Jawa penurunan jaringan kantor bank tersebut umumnya
Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami didasarkan pada alasan efisiensi biaya operasional
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. sekaligus mengoptimalkan agen Layanan Keuangan
Pada triwulan laporan, jumlah kantor bank umum di Digital yang telah berjalan di masyarakat.
Jawa Tengah tercatat sebesar 3.185 kantor atau
KAJIAN EKONOMI
KURANG DARI RP10 JUTA Rp10 - 100 JUTA Rp100 - 500 JUTA RP500JUTA - 1 MILIAR <10 JT >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M
Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
Grafik 4.24 Perkembangan Pertumbuhan Tabungan Perbankan Grafik 4.25 Perkembangan Pangsa Tabungan Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai
120.00% 80.0%
100.00% 70.0%
60.0%
80.00%
50.0%
60.00%
40.0%
40.00%
30.0%
20.00% 20.0%
0.00% 10.0%
-20.00% 0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
>10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M
Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
Grafik 4.26 Perkembangan Pertumbuhan Deposito Perbankan Grafik 4.27 Perkembangan Pangsa Deposito Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai
Sementara itu, kinerja giro perbankan Jawa mencerminkan kebijakan Pemerintah Daerah untuk
Tengah pada triwulan IV 2017 menunjukkan mengurangi pembayaran melalui transaksi giro
perkembangan yang relatif stabil. Pertumbuhan perbankan.
komponen giro perbankan di Jawa Tengah pada
Ketergantungan perbankan Jawa Tengah
triwulan laporan tercatat sebesar 8,32% (yoy),
terhadap deposan besar pada triwulan laporan
melambat relatif kecil dibandingkan triwulan III 2017
masih cukup tinggi. Dari hasil pengelompokkan DPK
yang tercatat sebesar 8,36% (yoy). Perlambatan
berdasarkan nilai, terlihat bahwa rekening dengan nilai
pertumbuhan giro Jawa Tengah terutama disebabkan
DPK di atas Rp 1 miliar hanya dimiliki oleh 0,08%
oleh rekening Pemerintah Daerah yang mengalami
penduduk di Jawa Tengah, namun demikian porsi
kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan
kepemilikan tersebut memiliki pangsa sebesar 40,18%
sebelumnya sebesar 0,22% (yoy), menjadi sebesar
dari total DPK perbankan di Jawa Tengah.
15,68% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini
90 RP TRILIUN 50 %, YOY
80
70 40
60
30
50
40
20
30
20 10
10
- 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
Grafik 4.29 Perkembangan Kredit Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.30 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan
Berdasarkan Sektor Jawa Tengah Berdasarkan Penggunaan
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 89
KAJIAN EKONOMI
nominal kredit di atas Rp500 juta. Hal tersebut terlihat suku bunga kredit pada triwulan IV 2017 juga
dari 1,27% debitur di atas dengan realisasi kredit mengalami penurunan dibandingkan triwulan III
hingga Rp500 juta, memiliki pangsa nominal kredit 2017. Penurunan suku bunga pinjaman pada triwulan
hingga mencapai 51,49% dari keseluruhan nominal laporan terjadi pada seluruh komponen kredit
kredit Jawa Tengah. Berdasarkan data triwulan IV 2017, berdasarkan jenis penggunaan. Suku bunga pinjaman
mayoritas debitur kredit di atas Rp 1 Miliar merupakan untuk jenis penggunaan investasi turun dari 11,04%
golongan debitur sektor swasta non lembaga pada triwulan III 2017 menjadi 10,77% pada triwulan
15 % 4 % % 9
14 8
3
13 7
2
12 6
1
11 5
10 0 4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI GIRO TABUNGAN DEPOSITO (SKALA KANAN)
Grafik 4.31 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Grafik 4.32 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Jawa Tengah
Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
90 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
KAJIAN EKONOMI
16 18 % YOY
15 17
16
14
15
13
14
12
13
11
12
10 11
9 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PERDAGANGAN BESAR & ECERAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERTUMBUHAN ASET BPR JAWA TENGAH
Grafik 4.33 Perkembangan Suku Bunga Sektor Ekonomi Utama Grafik 4.34 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah
di Jawa Tengah
Perkembangan suku bunga kredit untuk sektor Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan aset
lapangan usaha utama di Jawa Tengah juga BPR Jawa Tengah, pertumbuhan DPK BPR Jawa
menunjukkan penurunan. Pada lapangan usaha utama Tengah pada triwulan III 2017 juga mengalami
di Jawa Tengah, penurunan terbesar terjadi pada suku peningkatan. DPK BPR Jawa Tengah pada triwulan
bunga kredit untuk lapangan usaha industri laporan tercatat tumbuh sebesar 14,40% (yoy), lebih
pengolahan serta lapangan usaha perdagangan besar tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang tercatat
dan eceran. Suku bunga pinjaman untuk lapangan sebesar 12,99% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
usaha industri pengolahan turun dari 10,47% pada tersebut didorong oleh komponen deposito. Pada
triwulan III 2017 menjadi 9,78% pada triwulan ini. komponen tersebut, BPR Jawa Tengah mampu tumbuh
Demikian pula dengan suku bunga pinjaman untuk meningkat menjadi sebesar 13,34% (yoy) pada
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran yang triwulan laporan dari triwulan lalu yang sebesar
turun menjadi 11,68% pada triwulan IV 2017 dari 11,30% (yoy). Selanjutnya, komponen tabungan
sebesar 11,85% pada triwulan lalu. Hal ini diperkirakan sebagai komponen mayoritas pada DPK BPR Jawa
sebagai respons perbankan untuk mendorong Tengah (55,81%) tumbuh meningkat menjadi sebesar
peningkatan pertumbuhan volume kredit pada 15,79% (yoy) dari 15,29% (yoy) pada triwulan
lapangan usaha utama di Jawa Tengah. sebelumnya.
4.3. PERKEMBANGAN KINERJA BANK Sejalan dengan kinerja aset, pertumbuhan kredit
PERKREDITAN RAKYAT (BPR) PROVINSI BPR Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat
JAWA TENGAH mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit BPR
Sejalan dengan peningkatan perekonomian Jawa Jawa Tengah pada triwulan laporan adalah sebesar
Tengah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah 12,95% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III
Provinsi Jawa Tengah mampu mencatatkan 2017 yang tercatat sebesar 12,16% (yoy).
peningkatan kinerja pada triwulan IV 2017 di
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan
tengah perbaikan ekonomi. Pertumbuhan aset BPR
pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah pada triwulan IV
Jawa Tengah pada triwulan laporan tercatat sebesar
2017 terutama didorong oleh kredit investasi dan
13,87% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III
konsumsi. Kredit investasi BPR Jawa Tengah tumbuh
2017 yang tercatat sebesar 12,97% (yoy).
sebesar 27,02% (yoy) pada triwulan laporan atau
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 91
KAJIAN EKONOMI
20
15
44,19%
55,81%
10
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017
PERTUMBUHAN DPK BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA DEPOSITO BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN DEPOSITO BPR JAWA TENGAH
Grafik 4.35 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di Jawa Tengah Grafik 1.36 Pangsa Dana Pihak Ketiga BPR di Jawa Tengah
30 % YOY
25
20
15
10
58,25%
5
5,37%
0 36,18%
-5
-10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH
2013 2014 2015 2016 2017
KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN KREDIT BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH
Grafik 4.37 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR di Jawa Tengah Grafik 1.38 Pangsa Kredit BPR di Jawa Tengah
Berdasarkan Jenis Penggunaan
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang pengolahan tumbuh sebesar 37,93% (yoy) pada
sebesar 21,33% (yoy). Selanjutnya, pada triwulan IV triwulan IV 2017, lebih tinggi dibandingkan triwulan
2017 kredit konsumsi BPR Jawa Tengah tumbuh lalu yang tercatat sebesar 22,77% (yoy). Sementara itu
sebesar 6,68% (yoy), meningkat dari 5,00% (yoy) pada kredit sektor perdagangan besar dan eceran melambat
triwulan lalu. Sedangkan kredit investasi BPR Jawa menjadi sebesar 16,07% (yoy), dari triwulan
Tengah mengalami perlambatan menjadi sebesar sebelumnya yang tercatat sebesar 16,31% (yoy).
15,96% (yoy) dari 16,27% (yoy) di triwulan lalu. Kondisi perlambatan ini sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan yang dialami oleh perbankan umum
Apabila ditinjau berdasarkan sektor ekonomi,
pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
peningkatan pertumbuhan kredit BPR Jawa Tengah
pada triwulan IV 2017 terutama disumbang oleh kredit Sejalan dengan kinerja pertumbuhan volume
sektor industri pengolahan. Kredit sektor industri kredit, kualitas kredit BPR di Jawa Tengah juga
mengalami perbaikan di triwulan laporan. Hal
40 % 40
tersebut tercermin dari tingkat NPL BPR Jawa Tengah
30
20
20
yang mengalami penurunan pada triwulan IV 2017.
0
10 NPL BPR Jawa Tengah tercatat sebesar 6,39% pada
-20
0 triwulan laporan atau menurun dibandingkan triwulan
-10 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV sebelumnya yang sebesar 7,33%.
2013 2014 2015 2016 2017
PERTUMBUHAN KREDIT BPR KESELURUHAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERTANIAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR RUMAH TANGGA - SKALA KANAN
12% 120%
10% 115%
8% 110%
6% 105%
4% 100%
2% 95%
0% 90%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHAN NPL INDUSTRI PENGOLAHAN LDR BPR JAWA TENGAH
NPL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN NPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
Grafik 4.40 Perkembangan NPL BPR di Jawa Tengah Grafik 4.41 Perkembangan Rasio FDR BPR Jawa Tengah
Berdasarkan sektor ekonomi, perbaikan kualitas sebesar 8,46% (yoy). Tren peningkatan pertumbuhan
kredit BPR Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 k re d i t U M K M d i J a w a Te n g a h j u g a s e j a l a n
terutama didorong oleh penurunan NPL lapangan dibandingkan pertumbuhan kredit UMKM nasional
usaha utama di Jawa Tengah yaitu sektor industri meningkat menjadi 9,76% (yoy) dibandingkan triwulan
pengolahan serta sektor perdagangan besar dan sebelumnya yang tercatat 8,72% (yoy).
eceran. Rasio NPL kredit sektor industri pengolahan
Berdasarkan lapangan usahanya, peningkatan
menurun signifikan dari sebesar 7,88% pada triwulan
pertumbuhan kredit UMKM Jawa Tengah pada
lalu menjadi 6,71% pada triwulan IV 2017. Penurunan
triwulan IV 2017 didorong oleh sektor pertanian
rasio NPL juga terjadi pada kredit sektor perdagangan
serta sektor industri pengolahan. Kredit UMKM
besar dan eceran yang tercatat sebesar 8,42% pada
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tercatat
triwulan laporan atau menurun dari triwulan II 2017
tumbuh sebesar 16,42% (yoy) pada triwulan laporan,
yang sebesar 9,62%.
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Financing to Deposit Ratio (FDR) BPR Jawa Tengah pada tercatat sebesar 16,31% (yoy). Selanjutnya kredit
triwulan IV 2017 mengalami penurunan dibandingkan UMKM sektor industri pengolahan meningkat dari
triwulan III 2017. FDR BPR Jawa Tengah tercatat sebesar 15,04% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi 14,45% (yoy)
98,41% pada triwulan laporan atau menurun di triwulan III 2017. Sedangkan kredit UMKM sektor
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat perdagangan besar dan eceran masih melanjutkan tren
sebesar 100,40%. perlambatan sejak tahun 2016 dengan mencatatkan
perlambatan pada triwulan laporan menjadi sebesar
4.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA MIKRO, 5,52% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 5,80%
KECIL, MENENGAH (UMKM) (yoy).
Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di
90,00%
Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 tercatat 80,00%
70,00%
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh Grafik 4.42 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM di Kawasan Jawa
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 93
KAJIAN EKONOMI
30,00% 4,00%
20,00% 3,00%
10,00% 2,00%
0,00% 1,00%
-10,00% 0,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN
Grafik 4.43 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM di Jawa Tengah Grafik 4.44 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM di Jawa Tengah
Kualitas kredit UMKM pada triwulan IV 2017 modal kerja UMKM di Jawa Tengah masih lebih rendah
menunjukkan perkembangan yang beragam. dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja UMKM
Secara keseluruhan kualitas kredit UMKM di Jawa nasional yang tercatat sebesar 12,44% (yoy).
Tengah menunjukkan perbaikan dengan penurunan Sementara itu, ekpansi kredit investasi UMKM Jawa
rasio NPL menjadi sebesar 3,29% pada triwulan ini, dari Tengah terus menunjukkan perlambatan, dengan
sebelumnya tercatat 3,41% pada triwulan III 2017. tumbuh hanya sebesar 0,45% (yoy) pada triwulan ini,
Perbaikan kualitas kredit UMKM di Jawa Tengah lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang
ditopang oleh perbaikan kredit UMKM sektor tercatat sebesar 1,21% (yoy).
Pertanian, dengan penurunan rasio NPL dari sebesar
Kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan III 2017
2,57% pada triwulan lalu menjadi sebesar 2,46% pada
mengalami peningkatan risiko kerentanan. Hal ini
triwulan IV 2017. Sementara itu, walaupun ekspansi
tercermin dari peningkatan rasio NPL dari sebesar
kredit UMKM sektor perdagangan besar dan eceran
3,29% pada triwulan lalu menjadi sebesar 4,09% pada
melambat, kualitas kredit mengalami peningkatan
triwulan III 2017. Peningkatan kualitas kredit UMKM
dengan penurunan rasio NPL menjadi sebesar 3,29%
terjadi pada diseluruh komponen Kredit UMKM. Rasio
pada triwulan IV 2017, dari triwulan sebelumnya yang
NPL kredit modal kerja UMKM pada triwulan IV 2017
tercatat sebesar 3,46%.
tercatat sebesar 3.97%, meningkat dibandingkan
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit UMKM yang triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%.
disalurkan ke dalam skim kredit modal kerja pada Demikian pula dengan rasio NPL kredit investasi UMKM
triwulan IV 2017 meningkat menjadi sebesar 11,37% Jawa Tengah yang meningkat menjadi sebesar 4,45%,
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,68%.
10,18% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit
40,00% 5,00%
35,00%
4,00%
30,00%
25,00% 3,00%
20,00%
15,00% 2,00%
10,00%
1,00%
5,00%
0,00% 0,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
TOTAL KREDIT UMKM INVESTASI MODAL KERJA TOTAL KREDIT UMKM INVESTASI MODAL KERJA
Grafik 4.45 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM Jawa Tengah Grafik 4.46 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM Jawa Tengah
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
94 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
Pada tahun 1940-an, pada saat pendudukan memfasilitasi pengembangan IKM pengolahan
Jepang, mulai dibuat tempat pengecoran logam di logam di Tegal, antara lain :
daerah Tegal untuk mencukupi kebutuhan 1. Pelatihan keterampilan kerja.
peralatan perang bagi tentara Jepang saat itu. Dari 2. Penanganan limbah industri logam.
situ, masyarakat mulai mendapatkan keterampilan 3. Fasilitasi kemitraan dengan agen pemasok
untuk mengerjakan logam sehingga keahlian 4. Fasilitasi uji produk melalui UPTD Laboratorium
tersebut digunakan untuk membangun bengkel- Perindustrian Kabupaten Tegal.
bengkel sederhana di masa setelah itu. Seiring • Melayani pemesanan cetakan produk dari
berjalannya waktu, industri pengolahan logam di industri logam
Kota dan Kabupaten Tegal semakin berkembang. • Tarif jasanya diatur oleh Perda
Dengan banyaknya industri kecil menengah dalam • Melayani uji mesin yang digunakan untuk
pengolahan logam, Tegal sampai dijuluki membuat cetakan, uji tarik, uji kandungan
Jepangnya Indonesia karena. logam dan uji kekerasan
• Dapat mengeluarkan sertifikat
Produk-produk yang dihasilkan bervariasi, antara
lain logam untuk alat-alat pertanian (traktor, mesin Agar dapat bersaing dengan produk impor, kualitas
giling), onderdil motor dan mobil, alat berat, alat produk harus terus ditingkatkan dengan jaminan
kesehatan, sampai hidran. Kualitas yang bagus pasar yang terus ada. Oleh karena itu, Kemenperin
dengan harga yang murah membuat produk melalui program Link and Match memfasilitasi
logam Tegal diminati konsumen dalam negeri. kerjasama IKM pengolahan logam di Tegal dengan
Walaupun banyak produk olahan logam dan perusahaan-perusahaan besar. Saat ini terdapat 4
turunannya, namun hampir seluruh produk yang IKM (PT Gaya Teknik Logam, PT Mira Fix
dihasilkan adalah produk industri kecil menengah, Manufaktur, PT FNF Metalindo Utama, UD Berkah)
belum ada industri pengolahan logam dalam skala yang menjadi supplier komponen motor ke PT
besar. Astra Honda Motor (PT AHM) melalui PT. Berdikari
Metal Engineering dan PT Dharma Polimetal.
Adanya globalisasi menuntut produksi berjalan
Kedua perusahaan besar ini merupakan first tier
efisien, kualitas terstandar, serta pemasaran yang
supplier sparepart PT AHM yang juga dijembatani
efektif. Hal tersebut yang membuat industri
oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra.
pengolahan logam di Tegal jalan di tempat. Oleh
karena dianggap sebagai industri unggulan yang Melihat potensi IKM logam di Kabupaten Tegal,
dapat menjadi alternatif sumber pertumbuhan Yayasan Dharma Bhakti Astra mendirikan LPB Tegal
ekonomi baru (new source of growth), Dinas untuk mengangkat dan mengembangkan IKM
Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal logam di Kabupaten Tegal. Dengan besarnya
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 95
SUPLEMEN III
potensi IKM logam, Yayasan Dharma Bhakti Astra Sebelum adanya kerjasama dengan perusahaan
bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan besar, IKM logam yang memproduksi komponen
Tenaga Kerja Kabupaten Tegal memberikan sepeda motor harus berjualan keliling Indonesia
pelatihan dan pendampingan kepada 20 IKM dimana mereka harus bersaing harga dengan
logam untuk meningkatkan kapasitas IKM logam produsen lain dan produk impor. Hal ini
dari usaha rumahan menjadi usaha yang siap menjadikan perang harga. Dengan adanya
memasuki dunia industri. IKM logam diberi kerjasama dengan perusahaan besar, kontrak kerja
pelatihan dan pendampingan terkait quality terjamin dengan harga yang telah ditentukan di
control, dilatih gambar teknik, material yang awal sehingga lebih memberikan kepastian.
standar, metode penghitungan biaya dan pelatihan Kerjasama tersebut mampu meningkatkan
5S (5R). IKM logam juga diberi pelatihan mentalitas penjualan masing-masing IKM 15.000-30.000 pcs
dasar, penataan layout tempat kerja dan per komponen per bulan dengan total omset
penerapan sistem manajemen mutu. Harapannya, tambahan mencapai Rp 200 juta – Rp 500 juta per
IKM mitra LPB Tegal yang tergabung dalam bulan.
program sektor unggulan tersebut dapat terus
Selain link and match di komponen sepeda motor,
meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi
sebelumnya juga telah ada kerjasama komponen
sehingga siap menjadi supplier bagi PT Astra Honda
alat berat kepada perusahaan besar (Komatsu,
Motor mau pun perusahaan-perusahaan lainnya.
Trakindo, Sumitomo) dengan 7 IKM pengolahan
Dengan adanya kerjasama dengan perusahaan logam di Tegal, yaitu PT Putra Bungsu, PT Milako
besar, IKM di Tegal berbenah agar memenuhi Teknik Mandiri, PT Intan Pratama, PT Karya
syarat yang ditentukan oleh perusahaan besar, Paduyasa, PT Gemilang Lestari, PT Java Mandiri, PT
antara lain layout pabrik, SOP yang jelas, serta Prima Karya.
budaya kerja yang bagus. Setiap bulan ada audit
Pada akhir 2017, dilakukan penandatanganan 18
rutin yang dilakukan oleh perusahaan first tier
MoU antara IKM di Tegal dengan perusahaan-
kepada IKM yang bekerjasama untuk meng-
perusahaan besar yang nantinya akan menampung
update standar produk, manajemen, dan
produk-produk mereka. Ke depan, industri
kebersihan.
pengolahan logam di Tegal dapat semakin
berkembang dengan dukungan pemerintah.
STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
96 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
SUPLEMEN III
PENYELENGGARAAN
SISTEM PEMBAYARAN DAN
PENGELOLAAN UANG RUPIAH
Kegiatan sistem pembayaran tunai dan non tunai yang aman, lancar, dan
efisien, mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi keuangan
di Jawa Tengah pada triwulan IV 2017.
Transaksi keuangan ritel yang diproses melalui SKNBI meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Aliran uang dari BI ke perbankan mencatatkan posisi net outflow seiring dengan
meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun ajaran baru sekolah.
Penerapan elektronifikasi semakin masif, terutama dalam transaksi pembayaran jalan tol
dan Pemerintah Daerah.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 99
KAJIAN EKONOMI
60,0 200
18
800
45,0
150
16
30,0
600 100
14
15,0
50
400 12 ,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
0
2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-15,0
PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - VOLUME
NOMINAL SKNBI VOLUME - SKALA KANAN PERTUMBUHAN TAHUNAN RATA-RATA PERPUTARAN KLIRING HARIAN JAWA TENGAH - NOMINAL
-50
INDEKS PENJUALAN RIIL - SKALA KANAN SALDO BERSIH TERTIMBANG SKDU - SKALA KANAN
Grafik 5.1 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Rata-Rata Perputaran Kliring dan
di Jawa Tengah IPR SPE dan SBT SKDU
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
100 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI
1.200 60.000
1.000 50.000
800 40.000
600 30.000
400 20.000
200 10.000
- -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA SEMARANG SOLO PURWOKERTO TEGAL KUDUS PEKALONGAN LAINNYA
Grafik 5.3 Pangsa Volume Transaksi SKNBI Berdasarkan Grafik 5.4 Pangsa Nominal Transaksi SKNBI Berdasarkan
Daerah Pengiriman Daerah Pengiriman
Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan indikator rata- Kegiatan operasional PWD yang dilaksanakan oleh
rata Indeks Penjualan Riil (IPR) hasil Survei Penjualan KPWD selain BI di wilayah Kudus, Magelang, Salatiga,
Eceran (SPE) sebesar 7,20 poin menjadi 182,30 dan Purworejo pada triwulan IV 2017 berjalan lancar
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 175,09. sesuai jadwal. Selama periode pelaporan tidak terdapat
Selain itu, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei kendala serta permasalahan yang dihadapi termasuk
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan keadaan tidak normal dan/atau kondisi darurat. Jumlah
percepatan kegiatan usaha, yang didorong oleh perwakilan peserta yang mengikuti kegiatan PWD
peningkatan kegiatan investasi. Pertumbuhan investasi melalui KPWD selain BI di wilayah kerja KPwBI Provinsi
terjadi pada seluruh sektor ekonomi, bahkan pada Jawa Tengah sebanyak 28 bank peserta. Perputaran
sebagian besar sektor pertumbuhan lebih tinggi warkat tertinggi terdapat di KPWD Kudus dengan rata-
dibandingkan periode sebelumnya. rata harian mencapai 258 warkat dengan nilai
mencapai Rp11,05 miliar. Sementara perputaran
Di Jawa Tengah terdapat 10 Koordinator Pertukaran
warkat terendah terdapat di KPWD Purworejo dengan
Warkat Debit (KPWD), yang diselenggarakan oleh Bank
rata-rata harian 23 warkat dengan nilai mencapai
Indonesia maupun KPWD selain BI. Diantara KPWD
Rp0,61 miliar.
tersebut, kota Semarang mencatatkan transaksi kliring
terbesar di Jawa Tengah dengan pangsa volume dan Perputaran kliring Jawa Tengah didominasi oleh
nominal kliring sebesar masing-masing 43,99% dan transaksi kliring debet penyerahan berupa penyerahan
43,42%. Pangsa volume dan nilai transaksi kliring kota cek dan bilyet giro. Pada triwulan IV 2017, penarikan
Semarang pada triwulan laporan mengalami cek dan bilyet giro (BG) kosong mengalami
peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar peningkatan, baik dari sisi nominal maupun volume,
masing-masing 43,36% dan 41,70%. Kota selanjutnya dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap cek dan BG kosong yang dikliringkan per hari pada
perputaran kliring Jawa Tengah adalah kota Solo triwulan laporan meningkat sebesar 2,68% (qtq)
dengan pangsa volume dan nominal masing-masing menjadi 135 lembar per hari dari triwulan sebelumnya
sebesar 23,20% dan 24,92%, sedangkan kota-kota sebesar 131 lembar per hari. Sejalan dengan
lain hanya memberikan kontribusi di bawah 8%. peningkatan volume penarikan cek dan BG kosong,
rata-rata nilai penarikan cek dan BG kosong mencatat
peningkatan sebesar 10,79% (qtq) dari Rp4,64 miliar
per hari pada triwulan III 2017 menjadi sebesar Rp5,14
miliar per hari pada triwulan laporan.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 101
KAJIAN EKONOMI
5.2. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG Peningkatan kebutuhan uang kartal masyarakat pada
RUPIAH triwulan IV 2017 terkait dengan persiapan Natal dan
Pergerakan uang kartal melalui Bank Indonesia di Jawa tahun ajaran baru sekolah, sehingga pada periode
Tengah pada triwulan IV 2017 mencatatkan net tersebut terjadi kenaikan outflow yang signifikan saat
outflow dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi net terjadi penipisan inflow. Secara spasial, aliran uang
outflow mencapai 106,51% (qtq) atau sebesar Rp1,27 kartal melalui Bank Indonesia di Semarang dan Solo
triliun, berbalik arah setelah mencatat posisi net inflow mencatat net inflow mengingat peran kedua kota
sebesar Rp19,45 triliun pada triwulan sebelumnya. tersebut sebagai kota pusat perekonomian di Jawa
Posisi aliran uang kartal dari perbankan dan masyarakat Tengah. Sementara itu, posisi aliran kas melalui Bank
ke Bank Indonesia (inflow) menunjukkan pertumbuhan Indonesia Purwokerto dan Tegal mencatat net outflow.
negatif sebesesar 49,92% (qtq) menjadi Rp14,71 triliun
pada triwulan laporan dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp29,37 triliun. Sementara aliran
30 RP TRILIUN 10 RP TRILIUN
25 8
20
6
15
4
10
5 2
- (1)
(5) (3)
(10)
(5)
(15) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(20) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (7) 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 5.6 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal Grafik 5.7 Perkembangan Pola Penarikan dan Setoran Uang Kartal
melalui Bank Indonesia di Jawa Tengah Berdasarkan Wilayah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
102 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI
NOMINAL KAS KELILING FREKUENSI KAS KELILING - SKALA KANAN PEMUSNAHAN % PEMUSNAHAN/INFLOW - SKALA KANAN
Grafik 5.8 Nominal dan Frekuensi Kas Keliling Grafik 5.9 Perkembangan Penarikan dan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Bank Indonesia aktif melakukan layanan kas, baik yang Dalam rangka menjamin ketersediaan dan
dilaksanakan di dalam kantor maupun di luar kantor. meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Bank Indonesia di Jawa Tengah secara rutin
uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang melakukan kegiatan penarikan uang Rupiah yang tidak
cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan layak edar dari peredaran, untuk selanjutnya disortir
dalam kondisi layak edar atau mendorong clean money dan diganti dengan uang rupiah layak edar.
policy. Layanan kas bagi masyarakat di kantor Bank Pemusnahan uang Rupiah tidak layak edar di Jawa
Indonesia dibuka untuk melayani penukaran uang Tengah pada triwulan laporan sebesar 47,29% dari
rusak, uang cacat, serta uang yang sudah dicabut dari inflow. Rasio tingkat pemusnahan uang tidak layak edar
100,000 50,000 20,000 PECAHAN<10.000 100.000 50.000 20.000 PECAHAN < 10.000
Grafik 5.10 Temuan Uang Palsu Berdasarkan Wilayah Grafik 5.11 Persentase Temuan Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 103
KAJIAN EKONOMI
600 80 600
450 40 450
300 0 300
- (80) -
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
PEMBELIAN PERTUMBUHAN TAHUNAN KUNJUNGAN WISMAN - SKALA KANAN USD SGD MYR EUR JPY LAINNYA
PENJUALAN PERTUMBUHAN TAHUNAN TRANSAKSI - SKALA KANAN
Grafik 5.13 Transaksi Penukaran Valuta Asing dan Kunjungan Grafik 5.14 Pangsa Valuta Asing yang ditukarkan melalui KUPVA
Wisatawan Asing di Jawa Tengah Bukan Bank di Jawa Tengah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
104 DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH
KAJIAN EKONOMI
mengalami perbaikan dengan tumbuh sebesar 7,59% di Bank Indonesia agar dapat mendukung
(qtq) menjadi Rp342,01, setelah mencatat kontraksi pembentukan iklim sistem pembayaran yang aman,
sebesar 1,51% (qtq) pada triwulan sebelumnya. lancar, efisien, serta melindungi konsumen.
Pertumbuhan tahunan transaksi pembelian dan
penjualan mencatat pertumbuhan negatif sebesar 5.4. PERKEMBANGAN ELEKTRONIFIKASI
DAN KEUANGAN INKLUSIF
masing-masing 4,26% (yoy) dan 6,54% (yoy).
Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang sistem
Berdasarkan mata uang yang diperdagangkan, Dolar pembayaran memiliki tugas dan peran yang esensial
Amerika Serikat (USD) masih mendominasi transaksi dalam mengakselerasi penggunaan layanan keuangan
pada triwulan IV 2017 (32,15%) yang diikuti oleh Dolar non tunai. Saat ini, akses keuangan bagi masyarakat
Singapura (SGD, 22,48%), Euro (EUR, 8,61%), Ringgit yang difasilitasi oleh jaringan kantor bank umum masih
Malaysia (MYR, 7,24%), dan Yen Jepang (JPY, 5,90%). terpusat di kota-kota dengan aktivitas perekonomian
Sementara transaksi mata uang lainnya memiliki yang tinggi di Jawa Tengah.
pangsa 23,62%. Penggunaan USD masih mendominasi
Berdasarkan rasio ketersediaan layanan keuangan
transaksi di Jawa Tengah seiring dengan peran USD
dibandingkan 100.000 penduduk dewasa di masing-
sebagai mata uang internasional serta peran Amerika
masing kabupaten/kota Jawa Tengah, daerah yang
Serikat sebagai negara tujuan ekspor terbesar Jawa
penduduknya mendapat layanan keuangan melalui
Tengah.
kantor perbankan maupun ATM dalam jumlah tertinggi
Bank Indonesia aktif melakukan pengawasan kepada adalah Kota Magelang dengan nilai rasio 358,4, diikuti
KUPVA BB berizin untuk pengembangan industri yang oleh kota Solo dan Tegal. Sementara itu, jumlah agen
sehat dan efisien serta mencegah dimanfaatkannya LKD yang melayani setiap 100.000 penduduk dewasa
KUPVA BB untuk pencucian uang, pendanaan di Jawa Tengah berdasarkan nilai rasio dimaksud juga
terorisme, atau kejahatan lainnya. Bank Indonesia juga masih terpusat di perkotaan, yaitu Kota Semarang.
bekerjasama dengan kepolisian di daerah untuk Daerah dengan ketersediaan layanan keuangan yang
melakukan penertiban KUPVA BB yang belum berizin. relatif rendah bagi penduduk dewasa adalah
Bank Indonesia terus mendorong KUPVA BB yang Kabupaten Pekalongan.
belum berizin untuk untuk segera mengurus perizinan
400 400
300 300
200 200
100 100
0 0
KAB. SEMARANG
KAB. KENDAL
KAB. DEMAK
KAB. GROBOGAN
KAB. PEKALONGAN
KAB. TEGAL
KAB. BREBES
KAB. PATI
KAB. KUDUS
KAB. PEMALANG
KAB. JEPARA
KAB. REMBANG
KAB. BLORA
KAB. BANYUMAS
KAB. CILACAP
KAB. PURBALINGGA
KAB. BANJARNEGARA
KAB. MAGELANG
KAB. TEMANGGUNG
KAB. WONOSOBO
KAB. KEBUMEN
KAB. KLATEN
KAB. BOYOLALI
KAB. SRAGEN
KAB. SUKOHARJO
KAB. KARANGANYAR
KAB. WONOGIRI
KAB. BATANG
KOTA SEMARANG
KOTA SALATIGA
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL
KOTA MAGELANG
KOTA SURAKARTA/SOLO
KAB. SEMARANG
KAB. KENDAL
KAB. DEMAK
KAB. GROBOGAN
KAB. PEKALONGAN
KAB. TEGAL
KAB. BREBES
KAB. PATI
KAB. KUDUS
KAB. PEMALANG
KAB. JEPARA
KAB. REMBANG
KAB. BLORA
KAB. BANYUMAS
KAB. CILACAP
KAB. PURBALINGGA
KAB. BANJARNEGARA
KAB. MAGELANG
KAB. TEMANGGUNG
KAB. WONOSOBO
KAB. KEBUMEN
KAB. KLATEN
KAB. BOYOLALI
KAB. SRAGEN
KAB. SUKOHARJO
KAB. KARANGANYAR
KAB. WONOGIRI
KAB. BATANG
KOTA SEMARANG
KOTA SALATIGA
KOTA PEKALONGAN
KOTA TEGAL
KOTA MAGELANG
KOTA SURAKARTA/SOLO
KAB. PURWOREJO
KAB. PURWOREJO
RASIO KETERSEDIAAN LAYANAN KEUANGAN RASIO KETERSEDIAAN AGEN LKD RASIO KETERSEDIAAN LAYANAN KEUANGAN RASIO KETERSEDIAAN AGEN LKD
Grafik 5.15 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di Jawa Tengah Grafik 5.16 Rasio Ketersediaan Layanan Keuangan di Jawa Tengah
dibandingkan 100.000 Penduduk Dewasa dibandingkan 1.000 km2 Luas Wilayah
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 105
KAJIAN EKONOMI
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) merupakan aspek juga mempengaruhi perkembangan
gerakan yang dicanangkan oleh Bank Indonesia ekosistem non tunai, salah satunya adalah aspek
pada tanggal 14 Agustus 2014 untuk sosial, politik, dan teknologi. Berikut hasil asesmen
meningkatkan kesadaran dan penggunaan kondisi ekosistem non tunai di Kabupaten
instrumen keuangan untuk bertransaksi secara non Banyumas:
tunai. Melalui GNNT, transaksi setiap individu
diharapkan dapat dilaksanakan dengan mudah, 1. Aspek Sosial
cepat, dan efisien. Konsep gerakan ini Profil kependudukan dan kesejahteraan dapat
dilatarbelakangi oleh GNNT sebagai ekosistem mencerminkan tingkat adaptasi penduduk dalam
strategis, dalam pencapaian Keuangan Inklusif (KI), menghadapi perubahan khususnya adaptasi
yang artinya seluruh tingkat masyarakat dapat perubahan teknologi. Berdasarkan data BPS,
memiliki akses terhadap layanan keuangan. jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas
sebanyak 1.635.909 jiwa dengan persentase
Implementasi non tunai yang telah diterapkan di
penduduk miskin sebesar 17,04%, lebih tinggi
Kabupaten Banyumas antara lain penggunaan
dibandingkan persentase penduduk miskin
Uang elektronik sebagai alternatif pembayaran di
provinsi Jawa Tengah sebesar 13,01%. Jumlah
Pasar Manis (Pasar Tradisional), implementasi non
angkatan kerja di Kabupaten Banyumas tercatat
tunai di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan
sebanyak 841.406 orang, dengan jumlah bekerja
implementasi non tunai di Pesantren Miftahul
sebanyak 785.231 orang dan pengangguran
Huda. Dalam mewujudkan ekosistem non tunai,
terbuka sebanyak 38.048 orang.
terdapat beberapa masalah struktural seperti
infrastruktur belum merata, akseptasi non tunai Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar
masih rendah, dan biaya yang bervariasi. Beberapa angkatan kerja yang sedang bekerja berpendidikan
SUPLEMEN IV
22.10% 16.67%
46.99%
30.92% 83.33%
PUNYA
TIDAK PUNYA
BABY BOOMERS (1946-1964)
GENERATION X (1965-1980)
GENERATION Y DAN Z (1981-1994) DAN (1995-2010)
Grafik 2.3 Persebaran Angkatan Kerja Berdasarkan Generasi di Banyumas Grafik 2.4 Kepemilikan Akses Layanan Keuangan di Banyumas
setingkat sekolah dasar (29,40%). Angkatan kerja generasi Y serta Z memiliki preferensi terhadap
yang bekerja di Kabupaten Banyumas, mayoritas kebebasan dan fleksibilitas. Sikap pada setiap
berada pada sektor perdagangan (28,1%), diikuti generasi terhadap teknologi juga berbeda.
industri pengolahan (17,3%) dan pertanian Generasi baby boomers merupakan IT adaptors,
(17,0%). generasi X merupakan imigran digital dan generasi
Y serta Z merupakan pengguna sistem digital dan
Berdasarkan teori generasi, terdapat beberapa
merupakan technoholics.
kelompok generasi, yaitu generasi baby boomers,
generasi X, generasi Y, dan generasi Z. Berdasarkan hasil quick survey tentang akses
9
Pengelompakkan generasi ini berdasarkan tahun layanan keuangan dan implementasi non tunai ,
kelahiran yang berdampak terhadap pola pikir, diketahui bahwa sebanyak 83,33% responden
sikap terhadap teknologi, preferensi, dan adaptasi telah memiliki akses layanan keuangan yaitu
terhadap tantangan. kepemilikan rekening tabungan di perbankan.
Alasan responden memiliki rekening tabungan di
Struktur angkatan kerja kabupaten Banyumas
Bank, dikarenakan sistem pemberian gaji di
terdiri dari 22,10% generasi baby boomers;
perusahaan atau institusi responden disalurkan
46,99% generasi X dan 30,92% generasi Y dan Z.
melalui perbankan serta kebutuhan akan akses
Mulai masuknya generasi Y dan Z dalam dunia
layanan keuangan responden tersebut sangat
kerja memberikan peluang terhadap penetrasi
tinggi. Profil responden yang memiliki akses
digital yang akan berdampak pada akseptasi
layanan keuangan perbankan yaitu karyawan
penggunaan non tunai.
swasta, magang, ibu rumah tangga, mahasiswa,
Berdasarkan aspirasi dan preferensi, generasi baby wirausaha, jobseekers, PNS, dokter, pedagang,
boomers memiliki kecenderungan mendapatkan guru, dan kontraktor. Di samping itu, responden
keamanan kerja. Sedangkan generasi X lebih yang tidak memiliki akses layanan keuangan
memilih untuk mencapai work life balance, dan umumnya karena merasa tidak membutuhkan
SUPLEMEN IV
76.67%
23.33%
Sumber: Quick Survey KPw BI Purwokerto Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah
Grafik 2.5 Penggunaan Instrumen Tunai VS Non Tunai di Banyumas Grafik 2.9 Persentase Penggunaan Non Tunai terhadap Total Transaksi
di Banyumas
akses layanan keuangan dalam kegiatan menjadi faktor yang penting dalam penerapan
ekonominya. Profil responden yang tidak memiliki sebuah program dengan proyeksi jangka panjang.
akses layanan keuangan perbankan yaitu Pemerintah Pusat senantiasa mendukung program
pembantu rumah tangga, ibu rumah tangga, implementasi non tunai, antara lain melalui Surat
wirausaha, pedagang dan buruk pabrik dengan Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor
sebaran usia 35-50 tahun. 910/1866/SJ tanggal 17 April 2017 perihal
Implementasi Transaksi Non Tunai Pada Pemerintah
Perkembangan penggunaan instrumen non tunai
Daerah Provinsi dan Surat Edaran Kementerian
di Banyumas juga dinilai masih kurang masif.
Dalam Negeri Nomor 910/1867/SJ tanggal 17 April
Sebanyak 76,67% responden masih memiliki
2017 perihal Implementasi Transaksi Non Tunai
preferensi untuk menggunakan instrumen tunai
pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
dalam bertransaksi dibandingkan menggunakan
instrumen non tunai. Hal tersebut karena perilaku Implementasi transaksi non tunai pemerintah
masyarakat yang masih belum terbiasa dan masih daerah berimplikasi positif terhadap perekonomian
terdapat masyarakat yang belum teredukasi terkait daerah. Melalui implementasi sistem non tunai
instrumen non tunai. Selain itu, masih tingginya akan memberikan pengaruh secara tidak langsung
persepsi pada masyarakat bahwa instrumen non kepada masyarakat termasuk rekanan pemerintah
tunai memberikan kesulitan dalam bertransaksi. daerah, yang sebelumnya tidak memiliki rekening
Sebanyak 23,33% responden yang telah di bank atau belum menggunakan jasa bank, harus
menggunakan non tunai dalam transaksi, membuka diri terhadap layanan jasa perbankan.
mayoritas menyatakan telah menggunakan Selain itu, dukungan pemerintah pusat dalam
instrumen non tunai dengan nominal 5-10% dari implementasi non tunai di daerah juga dapat
total transaksi perbulan. diketahui melalui penyaluran bantuan dana
dengan instrumen non tunai, salah satunya
2. Aspek Politik
Bantuan Sosial (BanSos) PKH.
Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang konsisten dan berkesinambungan
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 109
SUPLEMEN IV
Disamping itu, implementasi non tunai juga dengan penetrasi di Indonesia sebesar 11. Relatif
diterapkan pada penyaluran dana BOS. Sejauh ini, longgarnya sebaran infrastruktur (khususnya
dalam implementasi non tunai khususnya jaringan kantor cabang) perbankan di Banyumas
penyaluran bantuan dana dari kementerian terkait, telah diatasi melalui pembukaan Layanan
telah disambut baik oleh pemerintah daerah Keuangan Digital (LKD) di beberapa titik di
Kabupaten Banyumas. Pemerintah daerah Kabupaten Banyumas, yakni sebanyak 2.174 agen.
Kabupaten Banyumas ikut serta mendukung Sejauh ini perbankan di wilayah Banyumas tidak
program Kementerian Sosial dalam penyaluran mengalami kendala terkait penyediaan
PKH secara non tunai. Jumlah kecamatan yang infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan
menerima bantuan sosial PKH di Kabupaten inklusivitas keuangan dan penerapan dalam
Banyumas cukup tinggi yaitu sebanyak 27 penggunaan instrumen non tunai, khususnya bagi
kecamatan, hal ini mengingat jumlah penduduk bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik
miskin di Kabupaten Banyumas masih tergolong Negara (HIMBARA).
tinggi.
Learning Insight
Pemerintah Daerah Banyumas juga turut Berdasarkan ketiga aspek di atas, diketahui bahwa
mendukung program KPw BI Purwokerto dalam tidak terdapat kendala teknologi dari sisi penyedia
program Transaksi Non Tunai (SINONA) pada tahun jasa sistem pembayaran. Pemerintah daerah
2016, yang meliputi elektronifikasi pesantren dan Banyumas mulai beradaptasi meskipun masih
elektronifikasi pasar tradisonal. Pemerintah daerah dalam penyesuasian perubahan yang
Banyumas juga menyatakan dukungannya untuk mempengaruhi bisnis proses maupun sistem
mengimplementasikan smart city pada saat teknologi. Di sisi lain, aspek sosial masih menjadi
launching program SINONA. Namun saat ini, tantangan utama yang perlu dihadapi, karena
Pemerintah daerah masih mengalami kendala struktur sosial memiliki pengaruh terhadap
dalam proses penyesuaian terkait tindak lanjut akseptasi perubahan. Edukasi yang masif serta
kewajiban implementasi non tunai pada mulai masuknya generasi technoholics dapat
penerimaan dan pengeluaran daerah yang dimuat menjadi peluang untuk dapat mempercepat
dalam Surat Edaran Kementerian dalam Negeri. adaptasi.
3. Aspek Teknologi
Jumlah kantor bank di wilayah kabupaten
Banyumas tercatat sebanyak 36 dengan peneterasi
kantor cabang bank per 100 ribu penduduk
dewasa sebesar 4,5, lebih rendah dibandingkan
BAB
VI
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 relatif
membaik, tercermin dari perbaikan kondisi ketenagakerjaan, perbaikan
Nilai Tukar Petani (NTP), dan berkurangnya angka kemiskinan.
Kondisi ketenagakerjaan Jawa Tengah pada triwulan IV 2017 mengalami perbaikan,
tercemin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan meningkatnya
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) serta membaiknya kualitas pekerja.
NTP pada triwulan laporan tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan
mencatatkan surplus yang lebih tinggi.
KAJIAN EKONOMI
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang)
2015 2016 2017
INDIKATOR
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI FEBRUARI
ANGKATAN KERJA 18,29 17,30 17,91 17,31 18,20 18,01
BEKERJA 17,32 16,44 17,16 16,51 17,44 17,19
PENGANGGURAN 0,97 0,86 0,75 0,8 0,76 0,82
TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) % 72,19 67,86 69,89 67,15 70,20 69,11
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)% 5,31 4,99 4,20 4,63 4,15 4,57
PEKERJA TIDAK PENUH 4,91 4,51 4,97 4,22 4,73 4,34
SETENGAH PENGANGGUR 1,18 1,07 1,23 1,02 1,03 1,10
PARUH WAKTU 3,73 3,44 3,74 3,20 3,69 3,24
Data diolah dari Sakernas 2013-2017
Sumber : BPS Jawa Tengah
KETENAGAKERJAAN DAN
114 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI
Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang)
2015 2016 2017
SEKTOR EKONOMI
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
PERTANIAN 5,39 4,71 5,16 5,07 4,97 4,32
INDUSTRI 3,33 3,27 3,22 3,25 3,6 3,56
KONSTRUKSI 1,34 1,53 1,28 1,43 1,25 1,49
PERDAGANGAN 4,01 3,8 4,11 3,71 4,12 4,13
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 0,49 0,55 0,55 0,55 0,55 0,61
KEUANGAN 0,31 0,34 0,3 0,3 0,39 0,42
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL DAN PERORANGAN 2,29 2,07 2,39 2,04 2,4 2,48
LAINNYA** 0,17 0,16 0,15 2,44 0,16 0,17
TOTAL 17,33 16,43 17,16 16,51 17,44 17,19
*Data diolah dari Sakernas 2013-2017
** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangandan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan
Sumber : BPS Jawa Tengah
Pada Agustus 2017, jumlah penduduk yang bekerja di Selanjutnya, lapangan usaha perdagangan menempati
lapangan usaha pertanian mengalami penurunan posisi kedua dengan menyerap 4,13 juta orang atau
sebesar 0,75 juta orang atau 14,79% (yoy). Penurunan 24,03% penduduk yang bekerja di Jawa Tengah.
tersebut ditengarai terjadi di subsektor perikanan, yang Lapangan usaha perdagangan mengalami peningkatan
dipengaruhi oleh pembatasan penggunaan alat pertumbuhan jumlah pekerja sebesar 11,32% (yoy).
tangkap cantrang sehingga berpengaruh terhadap Adapun lapangan usaha industri pengolahan
beralihnya tenaga kerja di subsektor ini. Sejalan dengan menempati posisi ketiga dengan menyerap 3,56 juta
hal tersebut, kesejahteraan petani di subsektor orang (20,71%). Jumlah pekerja lapangan usaha
perikanan yang tercermin dari nilai tukar petani (NTP) industri pengolahan ini tumbuh 9,54% (yoy).
menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah pekerja di lapangan usaha
Selain subsektor perikanan, tingkat kesejahteraan perdagangan dan industri pengolahan tersebut
petani di subsektor hortikultura dan peternakan juga berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan usaha
mencatatkan penurunan NTP. NTP di subsektor pertanian yang mengalami penurunan jumlah pekerja.
hortikultura bahkan hampir selalu mencatatkan defisit Hal ini mengindikasikan bahwa fenomena relokasi
dalam satu tahun terakhir (angka NTP di bawah 100). sejumlah perusahaan manufaktur ke Jawa Tengah
Imbal hasil NTP yang rendah di sektor pertanian mendorong migrasi tenaga kerja yang dahulu bekerja di
diperkirakan menjadi salah satu faktor yang sektor pertanian beralih ke sektor perdagangan dan
mendorong penduduk beralih ke lapangan usaha lain industri pengolahan. Terlebih, sifat dari tenaga kerja di
yang memberikan pendapatan lebih baik. sektor pertanian yang berhubungan erat dengan faktor
musim.
108 INDEKS
98
sebagai buruh/karyawan/pegawai. Jumlah
96
kelompok orang yang bekerja sebagai
94
KAJIAN EKONOMI
peningkatan migrasi pekerja ke sektor industri kinerja ekonomi Jawa Tengah triwulan IV 2017 yang
pengolahan. Apabila jumlah kelompok tersebut tumbuh 5,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
ditambahkan dengan kelompok berusaha dibantu periode yang sama pada 2016 yang sebesar 5,33%
buruh tetap, maka akan membentuk proksi pekerja (yoy). Jumlah pekerja berwaktu penuh Jawa Tengah per
sektor formal. Oleh karena itu, peningkatan tersebut Agustus 2017 tercatat sebanyak 12,85 juta orang atau
juga mencerminkan banyaknya jumlah pekerja di meningkat sebesar 4,56% (yoy) dibandingkan dengan
sektor formal. Pada Agustus 2017, jumlah pekerja Agustus 2016 yang tercatat sebanyak 12,29 juta orang.
sektor formal Jawa Tengah sebanyak 6,83 juta orang Penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah pada periode
atau 39,73% dari jumlah penduduk yang bekerja. laporan sebesar 74,8% merupakan pekerja berwaktu
Jumlah pekerja sektor formal tersebut meningkat penuh (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja
dibandingkan dengan Agustus 2016 yang tercatat pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Hal ini
sebanyak 6,25 juta orang. Jumlah pekerja di sektor mengindikasikan rasio utilisasi tinggi terhadap
informal juga turut meningkat, meskipun proporsinya mayoritas tenaga kerja waktu penuh di Jawa Tengah.
terhadap jumlah penduduk bekerja menunjukkan Sementara itu, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh
penurunan. Pada Agustus 2017 pekerja informal mengalami kenaikan, yaitu dari 4,22 juta menjadi 4,34
tercatat sebanyak 10,36 juta orang atau 60,27% dari juta orang pada periode yang sama, meskipun secara
jumlah penduduk bekerja, mengalami peningkatan proporsi menurun dari sebesar 25,56% pada Agustus
jumlah dibandingkan dengan Agustus 2016 yang 2016 menjadi 25,25% pada Agustus 2017.
tercatat sebanyak 10,26 juta orang (62,14%).
Perbaikan kualitas pekerja tercermin dari latar belakang
Jumlah pekerja waktu penuh Jawa Tengah pendidikan menengah ke atas yang meningkat hingga
mengalami peningkatan dibandingkan dengan melebihi jumlah pekerja dengan pendidikan SD ke
periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan bawah. Jumlah penduduk yang bekerja dengan tingkat
Tabel 6.4. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang)
2015 2016 2017
PENDUDUK YANG BEKERJA
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
PEKERJA TIDAK PENUH 4,91 4,51 4,97 4,22 4,73 4,34
SETENGAH PENGANGGUR 1,18 1,07 1,23 1,02 1,03 1,10
PEKERJA PARUH WAKTU 3,73 3,44 3,74 3,2 3,69 3,24
PEKERJA PENUH 12,41 11,92 12,19 12,29 12,71 12,85
TOTAL 17,32 16,43 17,16 16,51 17,44 17,19
* Data diolahdariSakernas 2013-2015
Sumber : BPS Jawa Tengah
KETENAGAKERJAAN DAN
116 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI
Tabel 6.5. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang)
2015* 2016 2017
STATUS PEKERJAN UTAMA
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS
SD KE BAWAH 9,39 8,61 8,92 8,44 8,69 8,40
SMP 3,15 3,16 3,28 3,29 3,47 3,35
SMA UMUM 1,94 1,91 1,9 1,78 1,97 2,11
SMA KEJURUAN 1,51 1,49 1,64 1,71 1,85 1,82
DI/II/III DAN UNIVERSITAS 0,35 0,36 0,36 0,35 0,35 0,39
UNIVERSITAS 0,98 0,91 1,06 0,93 1,12 1,12
TOTAL 17,32 16,44 17,16 16,5 17,44 17,19
*Data diolah dari Sakernas 2013-2017
** Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Transportasi, Pergudangandan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate dan Usaha Persewaan
Sumber : BPS Jawa Tengah
pendidikan SMP ke atas pada Agustus 2017 tercatat kondisi Agustus 2016 yang berjumlah 0,80 juta orang.
mencapai 51,13% dari jumlah tenaga kerja atau Meskipun demikian, peningkatan tersebut tidak
sebanyak 8,79 juta orang, meningkat sebesar 9,06% sebanding dengan peningkatan jumlah angkatan kerja
(yoy) dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat pada periode yang sama. Dari 0,70 juta orang yang
sebanyak 8,06 juta orang. Peningkatan pekerja dengan bertambah pada angkatan kerja, hanya sekitar 0,02
tingkat pendidikan menengah ke atas disumbang dari juta orang atau 2,85% yang belum terserap lapangan
peningkatan pekerja dengan latar belakang SMA pekerjaan. Berdasarkan data tersebut, Provinsi Jawa
Umum dan Universitas yang masing-masing meningkat Tengah menyumbang 11,65% dari total angka
sebesar 18,54% (yoy) menjadi 2,11 juta orang dan pengangguran nasional yang berjumlah 7,04 juta
meningkat sebesar 20,43% (yoy) menjadi 1,12 juta orang.
orang. Perbaikan kualitas ini diharapkan dapat
Meskipun angka pengangguran bertambah,
memenuhi permintaan tenaga kerja pada industri
namun indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
pengolahan, mengingat sejak 2015 terjadi tren relokasi
(TPT) Jawa Tengah mengalami penurunan. TPT
usaha dari Jawa Barat dan Banten menuju Jawa Tengah.
Jawa Tengah terpantau turun dari 4,63% pada Agustus
Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja dengan
2016 menjadi 4,57% pada Agustus 2017. TPT Jawa
tingkat pendidikan SD ke bawah pada Agustus 2017
Tengah ini masih lebih baik dibandingkan angka TPT
tercatat sebanyak 8,40 juta orang atau menurun
nasional yang sebesar 5,50%. Salah satu faktor yang
dibandingkan Agustus 2016 yang tercatat sebanyak
turut mendorong penurunan tingkat pengangguran
8,44 juta orang. Hal ini mengindikasikan bahwa
terbuka di Jawa Tengah adalah meningkatnya lapangan
ketersediaan jumlah tenaga kerja dengan keterampilan
pekerjaan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
rendah di Jawa Tengah pada tahun 2017 telah
triwulan IV 2017 yang lebih baik dibandingkan periode
mengalami penurunan.
yang sama tahun sebelumnya.
6.2. PENGANGGURAN
Membaiknya indikator tenaga kerja ini sejalan dengan
Angka pengangguran mengalami peningkatan
hasil Survei Konsumen yang terkait dengan tenaga
pada Agustus 2017 dibandingkan periode yang
kerja. Konsumen memandang kondisi ketenagakerjaan
sama tahun sebelumnya, namun jauh lebih kecil
Jawa Tengah triwulan IV 2017 lebih baik dibandingkan
dibandingkan peningkatan jumlah angkatan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut
kerja. Jumlah angkatan kerja yang tidak
tercermin dari tingkat keyakinan terhadap kondisi
bekerja/pengangguran pada Agustus 2017 tercatat
lapangan kerja saat ini.
sebanyak 0,82 juta orang, bertambah dibandingkan
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 117
KAJIAN EKONOMI
150
130
140
120
130
110 OPTIMIS 120
100 110
OPTIMIS
100
90 PESIMIS PESIMIS
90
80 80
70 70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
PENGHASILAN LAPANGAN KERJA PENGHASILAN LAPANGAN KERJA KEGIATAN USAHA
Grafik 6.2 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Grafik 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan
Kegiatan Usaha yang Akan Datang
Tingkat keyakinan yang meningkat tersebut sejalan NTP ini sejalan dengan perbaikan pertumbuhan
dengan peningkatan keyakinan konsumen terhadap lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
kondisi lapangan kerja untuk periode 6 bulan yang pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan
akan datang. Hal ini terlihat dari indeks ekspektasi sebelumnya. Lapangan usaha ini mencatatkan
ketersediaan lapangan kerja yang meningkat menjadi peningkatan pertumbuhan menjadi 0,36% (yoy), lebih
132,61 dari sebelumnya 120 pada triwulan IV 2016. Hal tinggi dibandingkan triwulan III 2017 yang mengalami
ini mengindikasikan bahwa kondisi ketenagakerjaan kontraksi 0,22% (yoy).
pada periode 6 bulan mendatang diperkirakan relatif
Perbaikan NTP Jawa Tengah pada triwulan IV 2017
membaik dibandingkan periode laporan.
didorong oleh meningkatnya penerimaan petani yang
10 jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan pengeluaran.
6.3. NILAI TUKAR PETANI
Penerimaan yang meningkat tercermin dari indeks
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017
harga yang diterima petani dengan peningkatan
menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan
sebesar 2,07% (qtq); dari 130,92 menjadi 133,63 pada
III 2017. Dalam dua triwulan terakhir, NTP Jawa Tengah
triwulan laporan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh
telah berhasil mencatatkan surplus, tercermin dari
berakhirnya musim panen raya tanaman pangan pada
angka NTP yang berada di atas 100. NTP pada triwulan
triwulan II 2017, sehingga menyebabkan terjadinya
laporan sebesar 103,48 lebih tinggi dibandingkan
kenaikan harga beras di sepanjang semester II 2017.
dengan triwulan lalu sebesar 102,56 dan periode yang
Hal ini terkonfirmasi dari kenaikan indeks harga yang
sama tahun sebelumnya sebesar 99,35. Peningkatan
diterima petani di subsektor tanaman pangan sebesar
5,48% (qtq); dari 129,44 pada triwulan III 2017
50000 INDEKS 104
PDRB (RP MILIAR)
menjadi 136,53 pada triwulan laporan. Subsektor
103
45000 102 tanaman pangan menunjukkan peningkatan indeks
101
40000
100 tertinggi, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat
99
35000 dan perikanan, sedangkan subsektor hortikultura dan
98
10. Pada Desember 2013, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam
laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan.
KETENAGAKERJAAN DAN
118 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI
125
110
120
115 105
110
100
105
95
100
95 90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
INDEKS YANG DITERIMA PETANI (It) INDEKS YANG DIBAYAR PETANI (Ib) NILAI TUKAR PETANI TOTAL HORTIKULTURA PERIKANAN PETERNAKAN
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT TANAMAN PANGAN
Sementara itu, pengeluaran petani yang digambarkan kenaikan yang tidak terlalu signifikan sebesar 0,30%
oleh indeks harga yang dibayar petani mengalami (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Lebih lanjut,
peningkatan sebesar 1,17% (qtq); dari sebelumnya ketergantungan pada musim menyebabkan fluktuasi
127,65 pada triwulan III 2017 menjadi 129,14 pada kemampuan produksi petani. Hal ini pun turut
triwulan IV 2017. Data historis menunjukan bahwa memengaruhi tingkat kesejahteraan petani
indeks yang dibayar petani mengalami tren sebagaimana tercermin dari angka NTP.
peningkatan secara persisten. Hal tersebut
mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan rumah Kemampuan produksi petani pada periode laporan
tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tercatat mengalami peningkatan. Kemampuan
tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi dan produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha
11
penambahan barang modal. Meningkatnya Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada triwulan IV
pengeluaran petani pada periode laporan terjadi pada 2017 meningkat dari 108,79 pada triwulan III 2017
seluruh subsektor, dengan kenaikan tertinggi pada menjadi 110,71, atau naik 1,76% (qtq). Peningkatan
subsektor tanaman pangan (1,30%; qtq), diikuti NTUP pada triwulan laporan terutama didorong oleh
subsektor hortikultura (1,28%; qtq) dan perikanan subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan
(1,24%; qtq). Kenaikan indeks yang dibayar petani rakyat yang masing-masing naik 5% (qtq) dan 4,27%
terutama masih didorong oleh meningkatnya biaya (qtq) menjadi 107,90 dan 122,96 pada triwulan IV
konsumsi rumah tangga petani, sementara 2017. Sementara itu, subsektor hortikultura,
pengeluaran petani untuk Biaya Produksi dan peternakan, dan perikanan tercatat mengalami
Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami penurunan NTUP.
150 INDEKS
140 INDEKS
140
130
130
120
120
110
110
100 100
90 90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017
TOTAL HORTIKULTURA TANAMAN PANGAN PETERNAKAN TOTAL HORTIKULTURA TANAMAN PANGAN PETERNAKAN
PERIKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PERIKANAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT
Grafik 6.7 Indeks yang Diterima berdasarkan Subsektor Grafik 6.8 Indeks yang Dibayar berdasarkan Subsektor
11. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, dimana
komponen indeks yang dibayar hanya terdiri dari biaya produksi dan penambahan
barang modal.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 119
KAJIAN EKONOMI
0 10
SEP-14 MAR-15 SEP-15 MAR-16 SEP-16 MAR-17 SEP-17
KOTA DESA KOTA+DESA
DESA (%) - SKALA KANAN KOTA (%) - SKALA KANAN KOTA+DESA (%) - SKALA KANAN
KOTA 205.606 222.430 245.817 254.801 268.397 279.036 286.014 299.011 308.163 315.269 322.799 334.522 339.692
DESA 179.982 198.814 223.622 235.202 256.368 267.991 277.802 296.864 310.295 319.188 322.489 331.673 337.657
KOTA & DESA 192.435 209.611 233.769 244.161 261.881 273.056 281.750 297.851 309.314 317.348 322.748 333.224 338.815
Sumber : BPS Jawa Tengah
Dalam upaya pengentasan kemiskinan, Pemerintah penduduk miskin nasional, menurun dibandingkan
Provinsi Jawa Tengah melaksanakan berbagai program kontribusi pada September 2016 yang sebesar
bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) 16,19%.
yang merupakan program nasional dan program
Garis kemiskinan terus mengalami peningkatan12 .
pemerintah provinsi seperti Kartu Jateng Sejahtera (KJS)
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
dan bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RLTH)
peningkatan garis kemiskinan perkotaan. Berdasarkan
untuk masyarakat miskin. Pada tahun 2017, jumlah
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH di Jawa Tengah pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan
yang menerima bantuan sosial non tunai berjumlah dan perdesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam
969.513 keluarga dengan total bantuan PKH yang periode yang sama tercatat mengalami peningkatan
dianggarkan sebesar Rp1,83 triliun. Jumlah KPM di tahunan sebesar 5,23% (yoy) dari Rp322.799 per
Jawa Tengah ini memiliki kontribusi sebesar 16-17% kapita/bulan pada September 2016 menjadi
terhadap jumlah KPM nasional. Sedangkan untuk KJS Rp339.692 per kapita/bulan pada September 2017.
sendiri dialokasikan bagi 12.764 penerima dengan total Sementara itu garis kemiskinan di perdesaan juga
anggaran sebesar Rp38,29 miliar. Selain itu, di tahun mengalami kenaikan sebesar 4,70% (yoy), dari
2017 pemerintah menargetkan untuk melakukan Rp322.489 per kapita/bulan pada September 2016
perbaikan 20.027 unit RLTH yang tersebar di 385 menjadi Rp337.657 per kapita/bulan pada September
Kecamatan dan di 1.141 Desa dengan total anggaran 2017. Secara keseluruhan, garis kemiskinan kota dan
sebesar Rp200 miliar dari total seluruh RLTH Jawa desa meningkat 4,98% (yoy) dari Rp322.748 per
Tengah yang berjumlah 1.682.723 unit. kapita/bulan pada September 2016 menjadi
Rp338.815 per kapita/bulan pada September 2017.
Sejalan dengan kondisi di Provinsi Jawa Tengah,
angka kemiskinan di tingkat nasional mengalami Kenaikan garis kemiskinan berpotensi dapat
penurunan dibandingkan dengan periode yang meningkatkan jumlah penduduk miskin. Penduduk
sama tahun lalu. Tercatat, penduduk miskin nasional yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di
pada September 2017 sebanyak 26,58 juta jiwa, lebih bawah garis kemiskinan akan digolongkan menjadi
rendah dibandingkan September 2016 yang sebesar penduduk miskin. Namun demikian, secara
27,76% juta jiwa. Jumlah penduduk miskin tingkat keseluruhan kesejahteraan masyarakat pada triwulan
nasional ini mengalami penurunan sebesar 4,25% laporan meningkat, sehingga pengeluaran per kapita
(yoy). Secara keseluruhan, Provinsi Jawa Tengah pada masyarakat mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan
triwulan laporan berkontribusi pada 15,79% dari total pertumbuhan garis kemiskinan.
12. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum
yang harus dikeluarkan oleh satu orang.
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN 121
KAJIAN EKONOMI
69
IPM tahun 2015 yang sebesar 69,55.
68
Dibandingkan dengan provinsi se-Kawasan Jawa, IPM
67
Jawa Tengah menempati urutan kedua terendah
66
68,90
66,64
69,49
68,02
69,98
69,55
67,09
68,78
67,70
68,31
70,18
67,21
65
64
pembangunan manusia Provinsi Banten, DKI Jakarta,
2011 2012 2013 2014 2015 2016
dan DI Yogyakarta berada pada kategori sedang (nilai
JAWA TENGAH NASIONAL
6.5. PEMBANGUNAN MANUSIA13 kategori sedang, bersama dengan Jawa Barat, dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jawa Jawa Timur. Lebih lanjut, seluruh provinsi di Kawasan
Tengah mengalami tren peningkatan dari tahun Jawa mengalami peningkatan IPM pada tahun 2016.
13. Data IPM menggunakan metode perhitungan IPM standar tahun 2010, dengan
komponen sebagai berikut:
a. Kesehatan: Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH)
b. Pendidikan: i) Harapan Lama Sekolah (HLS); dan ii) Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
c. Standar Hidup: PNB per kapita
KETENAGAKERJAAN DAN
122 KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI
Tiga kota dengan status pembangunan manusia sangat Nasional yang sebesar 0,39. Dengan demikian, tingkat
tinggi yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kota pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif lebih
Semarang. Sementara itu, tiga kabupaten dengan IPM baik dibandingkan dengan nasional.
terendah yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten
Jika dibandingkan dengan provinsi lain di
Pemalang, dan Kabupaten Banjarnegara.
kawasan Jawa, koefisien Gini Jawa Tengah
menempati urutan pertama terendah, diikuti oleh
6.6. PEMERATAAN PENDUDUK
Banten (0,38) dan Jawa Barat (0,39), sedangkan tingkat
Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di
ketimpangan tertinggi terjadi di provinsi DI Yogyakarta
Jawa Tengah pada September 2017 sedikit
(0,44) dan Jawa Timur (0,42). Provinsi Banten dan Jawa
meningkat. Hal ini tercermin dari koefisien Gini yang
Barat mencatatkan adanya penurunan tingkat
mengukur ketimpangan distribusi pendapatan melalui
ketimpangan dibanding periode yang sama tahun lalu.
pengukuran yang berkisar antara 0 sampai 1. Apabila
Sementara itu, empat provinsi lain yaitu DI Yogyakarta,
koefisien Gini bernilai 0 berarti terjadi pemerataan
sempurna di dalam suatu daerah, sedangkan apabila
bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna. 0,42 INDEKS
0,40
KAJIAN EKONOMI
0,38
0,36
0.327
0.323
0.320
0.320
0,34
0.316
0.313
0.404
0.409
0.407
0.410
0.386
0.382
0.383
0.323
0.327
0.381
0,32
0,30
PERKOTAAN PERDESAAN PERKOTAAN PERDESAAN
JAWA TENGAH NASIONAL
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah triwulan II 2018 diperkirakan
mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Ditinjau dari sisi pengeluaran, akselerasi konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan
ekspor luar negeri menjadi sumber meningkatnya pertumbuhan di triwulan II 2018,
seiring adanya momen Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, serta Pilkada serentak. Sementara,
konsumsi pemerintah dan investasi menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
Dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh
membaiknya kinerja lapangan usaha industri pengolahan serta perdagangan besar dan
eceran.
7
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 127
KAJIAN EKONOMI
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 7 kabupaten/kota akan mendorong aktivitas lembaga
diperkirakan meningkat relatif tinggi, seiring dengan nonprofit seperti ormas dan partai politik.
pola konsumsi masyarakat pada periode Ramadan dan
Investasi diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan
Idul Fitri. Selain itu pada periode tersebut juga
II 2018. Realisasi pembangunan infrastruktur
berlangsung kegiatan Pilkada serentak serta musim
pemerintah selama periode tersebut diperkirakan
libur sekolah, sehingga kegiatan konsumsi masyarakat
mengalami penurunan volume pekerjaan, seiring
diyakini akan meningkat. Kondisi perekonomian
dengan berkurangnya hari kerja akibat peningkatan
nasional yang juga meningkat diperkirakan akan
aktivitas jelang Pilkada seperti kegiatan kampanye dan
mengangkat daya beli, ditambah dengan percepatan
libur dalam rangka libur Idul Fitri. Sementara itu, ekspor
penyaluran bantuan pemerintah seperti bantuan
Jawa Tengah diperkirakan tumbuh lebih cepat pada
Program Keluarga Harapan (PKH) dan dana desa
triwulan II 2018. Seiring dengan membaiknya
melalui skema padat karya tunai yang akan mendorong
perekonomian global, ekspor luar negeri diharapkan
terjaganya daya beli masyarakat sehingga mendukung
mengalami pertumbuhan. Namun, terdapat risiko
kinerja konsumsi. Lebih lanjut, optimisme masyarakat
berupa ketidakpastian di pasar global, di antaranya
akan kondisi ekonomi ke depan terlihat dari hasil Survei
terkait dengan kebijakan perdagangan internasional
Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, di mana
Amerika Serikat yang cenderung bersifat protektif.
indeks ekspektasi konsumen terus berada di atas level
Mengingat besarnya pangsa Amerika Serikat dalam
100. Namun demikian, risiko kenaikan tarif energi
ekspor luar negeri Jawa Tengah (±28%), kebijakan
seiring dengan meningkatnya harga minyak dunia
tersebut perlu diwaspadai menahan kinerja ekspor
perlu diwaspadai berdampak terhadap daya beli pada
untuk tumbuh lebih tinggi.
masa mendatang.
KAJIAN EKONOMI
dapat berpengaruh terhadap perekonomian nasional produksi tersebut ditunjukkan dengan penurunan
maupun Jawa Tengah, baik terkait pasar keuangan, volume produksi cabai merah dan cabai rawit pada
nilai tukar, maupun perdagangan. Selain itu, adanya sentra produksi di Kabupaten Wonosobo dan
gejala proteksionisme dapat mengganggu prospek Magelang. Namun demikian, Pemerintah senantiasa
kesinambungan pertumbuhan ekonomi global dan berkoordinasi untuk memastikan pangan di Indonesia
perdagangan internasional. Lebih lanjut, tingginya dalam kondisi aman hingga akhir tahun 2018.
persaingan di pasar global dengan negara yang
Selanjutnya inflasi pada kelompok inti juga
memiliki produk ekspor serupa dengan produk
diperkirakan akan meningkat pada triwulan II
unggulan Jawa Tengah juga perlu diwaspadai.
2018. Kejadian khusus pada tahun 2018 seperti
Perjanjian kerjasama perdagangan berpotensi tinggi
pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang
seperti Indonesia European Union – Comprehensive
berlangsung hampir bersamaan dengan hari raya
Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) perlu
keagamaan dan libur sekolah, akan mendorong daya
dipercepat penyelesaiannya guna meningkatkan daya
beli masyarakat dan selanjutnya meningkatkan
saing produk ekspor Indonesia dibanding negara
tekanan inflasi kelompok inti. Dari sisi domestik, upaya
kompetitor seperti Vietnam. Saat ini, Vietnam telah
pembangunan infrastruktur dan konstruksi sektor
mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa sehingga
swasta diperkirakan akan mendorong kenaikan
produk ekspornya lebih berdaya saing di kawasan
komoditas bahan bangunan. Dari sisi eksternal,
Eropa karena mendapat tarif rendah.
tekanan inflasi kelompok inti juga berasal dari risiko
7.2. PROSPEK INFLASI TRIWULAN II 2018 pelemahan kurs mata uang Rupiah akibat kebijakan
DAN TAHUN 2018 peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat
Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan II 2018 dalam rangka normalisasi setelah indikasi makro
diperkirakan meningkat. Faktor utama yang ekonomi AS membaik.
diperkirakan mendorong inflasi terutama berasal dari
Sementara itu, risiko inflasi administered prices di
kelompok volatile food dan inti. Sementara itu, inflasi
tahun 2018 diperkirakan akan terjaga sejalan
administered diperkirakan relatif terjaga seiring dengan
dengan komitmen Pemerintah untuk menunda
komitmen Pemerintah untuk menunda kebijakan
penyesuaian tarif komoditas energi. Beberapa
penyesuaian tarif energi.
kebijakan penyesuaian tarif energi yang diperkirakan
Inflasi kelompok volatile food diperkirakan akan ditunda adalah kebijakan kenaikan tarif dasar
meningkat dibandingkan periode yang sama listrik (TDL) dan kebijakan skema distribusi tertutup
pada tahun 2017. Sesuai dengan pola historisnya, untuk bahan bakar gas bersubsidi. Namun demikian,
peningkatan konsumsi masyarakat menjelang hari terdapat risiko yang tinggi pada pada peningkatan
raya keagamaan yang akan jatuh pada triwulan II 2018 harga minyak dunia. Dengan tren peningkatan yang
akan mendorong peningkatan tekanan inflasi tinggi pada periode Oktober 2017 - Januari 2018,
kelompok volatile food. Selanjutnya, terdapat risiko Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)
gangguan pasokan produksi hortikultura dan pangan memproyeksikan harga minyak mentah untuk jenis
padi akibat tingginya curah hujan pada akhir tahun West Texas Intermediate (WTI) sebesar USD62 per barel,
2017 hingga awal tahun 2018. Indikasi awal gangguan meningkat dibandingkan dengan rata-rata harga pada
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH 131
KAJIAN EKONOMI
p) Angka perkiraan dilakukan adalah penggunaan SiHaTi mobile app Gen III
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan proyeksi Bank Indonesia
Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahun 2017 yang mensinergikan informasi pasokan pangan hulu-
hilir, kebijakan pasar murah, operasi pasar, dan sidak
tahun 2017 yang sebesar USD 47,33 per barel.
lapangan ketika terjadi gejolak harga di masyarakat.
Peningkatan harga minyak mentah ini selanjutnya akan
TPID Jawa Tengah juga berupaya meningkatkan
berimplikasi pada peningkatan beban subsidi Bahan
kelembagaan petani dengan tujuan mengeliminasi
Bakar Minyak (BBM) serta kenaikan Tarif Tenaga Listrik
kendala petani dalam mendapatkan pembiayaan untuk
(TTL).
modal menanam selanjutnya. Selain itu, dibangun pula
Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sistem penyimpanan menggunakan teknologi ozon
sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5±1% (yoy). Koordinasi untuk memperkuat penyediaan pasokan komoditas
kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam strategis. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat
pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama tetap menjaga inflasi Jawa Tengah tahun 2018 pada
dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian level yang terkendali.
- Intensitas hujan yang tinggi hingga Februari 2018 diperkirakan mendorong penurunan produksi
hortikultura, terutama komoditas aneka cabai
TINGGI
- Gangguan cuaca berupa badai tropis yang berlangsung pada November-Desember 2018, berisiko
Volatile Food
menurunkan produksi beras.
- Gangguan pasokan komoditas bawang putih sebagai dampak kebijakan impor.
- Potensi kenaikan harga BBM seiring tren kenaikan harga minyak dunia
Core Inflation RENDAH - Meningkatnya dampak lanjutan dari kenaikan BBM pada tarif angkutan
- Peningkatan harga rokok seiring kenaikan cukai