TINJAUAN PUSTAKA
Sejak zaman dahulu, risiko pekerjaan sudah kita kenal bahkan sejak zaman
prasejarah, tidak hanya saat berburu atau berperang tetapi juga untuk aktivitas yang lebih
tenang seperti pembuatan api dengan menggunakan batu. Dengan risiko cedera tangan
Sejarah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) berawal pada tahun 1561
berdasarkan catatan kerja harian George Agricola yang berjudul De Re Metalica yang
1567, karya Paracelsus yang berjudul On the Miner’s Sickness and Other Miner’s
Disease, buku ini menggambarkan penyakit yang terkait akibat pekerjaan tertentu.4
Pada dunia kesehatan khususnya kedokteran gigi, risiko akan penyakit atau
cedara akibat kerja cukup tinggi. Pada prinsipnya seorang dokter gigi lebih mudah dan
rentang tertular oleh penyakit infeksi menular ataupun cedera yang akibat instrumen/alat
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani ataupun rohani diri manusia pada umumnya
sebagai ilmu dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan
terhadap munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dari sudut pandang ilmu hukum,
K3 adalah upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja yang dan orang lain yang memasuki
area kerja dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber produksi dapat berjalan aman, efisien
dan produktif.5
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi. Secara garis besar K3 merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan pada hakikatnya tidak dapat
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada kedokteran gigi dapat diartikan sebagai
upaya seorang dokter gigi untuk mengurangi risiko penyakit (menular) dan cedera selama
bagaimana melakukan usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit serta
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.5 Secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja dikarenakan kesehatan kerja erat
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
Kesehatan kerja dalam praktik dokter gigi ditujukan agar semua faktor risiko pekerjaan
dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kesehatan dokter gigi, serta semua penyakit dan
gangguan kesehatan dapat dihindari selama pelayanan perawatan guna tercapainya derajat
Program kesehatan kerja merupakan kegiatan dan upaya kesehatan dalam masyarakat
pekerja guna mewujudkan kondisi pekerja uang sehat, efektif, efisien dan produktif sesuai
dengan jenis pekerjaannya.5 Upaya penyelarasan antara kapasitas kerja, beban kerja, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cedera, cacat, kematian, kerugian
harta benda dan kerusakan peralatan (instrumen) dan lingkungan secara luas.5 Keselamatan
pemeliharaan moral kerja, perlakuan sesuai martabat manusia dan moral agama. Dengan
demikian, para pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan aman guna meningkatkan hasil
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.6
Dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 (1) ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi setiap orang atau badan yang menjalankan usaha,
baik formal maupun informal, di manapun berada dalam upaya memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan semua orang yang ada di lingkungan kerja. Adapun syarat-syarat
3. Memberi kesempatan dan jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoron, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik amupun psikis,
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat perlakuan dan penyimpanan
barang.
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, seperti tertusuknya tangan dengan jarum dan
2. Memberi alat pelindung diri pada dokter gigi, seperti pemakaian sarung tangan, masker,
3. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoron, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
4. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis,
5. Memperoleh penerangan ruangan maupun area kerja pada pasien yang cukup dan sesuai.
8. Menerapkan ergonomi di tempat kerja seperti cara memposisikan tubuh dengan benar saat
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja terdiri dari 11 Bab 18 pasal.
kesehatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, dalam tanah, permukaan air,
kerja yang optimal meliputi pelayan kesehatan kerja, penyakit akibat kerja, dan syarat
kesehatan kerja.
Pasal 86 dinyatakan bahwa: (1) Setiap pekerja atau buruh mempunyai untuk memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Moral dan Kesusilaaan; dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. (2)
optimal diselenggrakan upaya K3. Pasal 87 (1) dinyatakan bahwa: setiap perusahaan wajib
4. Peraturan Pemerintah RI No. 11 Tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi.
Pasal 8 s/d 10 dinyatakan bahwa pemeriksaan pagi pekerja radiasi dilakukan 1 kali dalam
5. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
6. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatn Terhadap
7. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan
Kerja.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Yang
Menurut WHO diperkirakan hanya 20-50% pekerja di negara industri dan 5-10% yang
mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang memadai. Hal ini tentunya
berdampak pada tingkat penyakit akibat kerja yang di dapat para pekerja juga semakin tinggi.
Menurut ILO, di Indonesia terdapat 70-80% angkatan kerja yang bergerak di sektor informal,
yang umumnya bekerja dalam lingkungan kerja yang kurang baik dan belum terorganisir
dengan baik, berdasarkan informasi tersebut diperkirakan bahwa masalah kesehatan kerja di
Penyakit kerja kerja (Occupational Disease) adalah penyakit yang murni disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Sedangkan penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan (Work related disease) merupakan penyakit yang timbul dikarenakan adanya
Pada simposium yang diselengarakan oleh ILO di Linz mengenai Penyakit Akibat
1. Penyakit kerja kerja (Occupational Disease) adalah penyakit yang mempunyai penyebab
spesifik atau asossiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disease) adalah penyakit
yang mempunyai beberapa agen penyebab, di mana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam perkembangannya penyakit yang
mempunyai etiologi.
3. Penyakit yang mengenai populasi pekerja (disesases affecting working populations)
adalah penyakit yang terjadi apada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerja yang buruk bagi kesehatan.
Ada beberapa perbedaaan antara penyakit akibat kerja dengan penyakit yang
- Berkaitan antara penyebab dan efek, antara potensi bahaya dan penyakit.
Potensi bahaya yang ada di tempat kerja dapat mempengaruhi kesehatan bagi pekerja
atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Untuk mempermudah pengendalian
terhadap potensi bahaya serta mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, perlu bagi seorang
1. Bahaya fisik. Misalnya kebisingan, vibrasi (getaran), radiasi, suhu ekstrim (terlalu panas
2. Bahaya kimia. Berdasarkan data dari ILO, dari 100.000 bahan kimia yang digunakan
Dapat berasal dari tenaga kerja yang menderita penyakit tertentu (TBC, AIDS, Hepatitis
A/B) ataupun berasal dari alat dan bahan yang digunakan saat bekerja.
4. Bahaya fisiologis. Potensi bahaya yang disebakan penerapan ergonomi yang tidak baik
dan sesuai dengan aturan-aturan ergonomi dalam melakukan pekerjaan serta peralatan alat
kerja. Salah satunya adalah kesalahan dalam memposisikan tubuh saat bekerja, yang
1. Bahaya biologis.
Seorang dokter gigi mempunyai risiko untuk terkena infeksi dan dapat pula menularkan
infeksi dari pasien ke pasien lainnya atau lebih dikenal dengan nama infeksi silang. Infeksi
dapat disebabkan oleh kontaminasi alat/instrumen kedokteran gigi dan tangan operator
yang tidak steril, serta dapat melalui mulut dan saluran nafas bagian atas. Beberapa
penyakit yang dapat ditularkan selama perawatan diantaranya TBC, HIV/AIDS, influenza,
dan infeksi hepatitis, dapat ditularkan melalui darah, saliva, maupun lesi dengan kontak
tangan.8
2. Bahaya kimia.
Bahan-bahan kimia di kedokteran gigi contohnya Hg (merkuri) yang dapat memasuki atau
3. Bahaya fisik.
a. Bahaya Radiasi. Pada dasarnya radiasi tidak kasat mata, tidak mempunyai bau, warna,
atau rasa. Namun namun diketahui dampak buruk yang ditimbulkannya seperti kanker,
non-stokastik, efek somatik stokastik, dan efek genetik somatik. Efek somatik non-
stokastik adalah efek radiasi di mana seseorang mengalami kerusakan dalam tubuhnya
diakibatkan paparan radiasi dosis tertentu, yang berat ringannya sebanding dengan
dosis yang diterima (misalnya katarak, kemerahan pada kulit). Efek somatik stokastik
adalah efek radiasi yang terjadi tidak bergantung pada besaran dosis, namun
bergantung pada kesempatan dan probabiilitasnya (seperti kanker). Serta efek genetik
somatik adalah efek radiasi yang mungkin terjadi pada organ reproduksi sehingga
merusak DNA, sperma, atau sel telur, sehingga terjadi mutasi gen dan kromosom, serta
2. Dapat menimbulkan efek biologis tidak hanya terhadap sel-sel kanker tetapi juga sel-
3. Oleh karena tidak dapat dilihat oleh panca indera, maka orang yang terkena radiasi
lapisan basal.
b. Mechanical stress.
4. Bahaya fisiologis.
Dapat disebakan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik dan sesuai dengan aturan-
aturan ergonomi dalam melakukan pekerjaan serta peralatan alat kerja; seperti sikap dan
cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang
tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dokter gigi ataupun
mengingat gejalanya yang muncul lambat serta dampak yang diberikan bagi penderitanya
cukup serius. Berdasarkan data didapatkan 36% pada dokter gigi yang bekerja kurang dari
10 tahun; 27,6% untuk 10-21 tahun; 25,4% untuk 21-30 tahun dan 13,4% pada dokter gigi
Setelah mengenali potensi bahaya yang dapat mengakibatkan gangguan atau penyakit akibat
kerja, maka perlu melakukan evaluasi potensi bahaya tersebut sebagai langkah awal upaya
3. Sampling. Evaluasi ini butuh perhatian pada jenis dan bentuk potensi bahaya seta
pengaruhnya terhadap pekerja yang terpapar. Penggunaan teknik sampling yang tepat
4. Standarisasi. Perbandingan hasil pengukuran dengan nilai ambang batas (NAB) yang
berlaku.
5. Biological monitoring. Pemeriksaan tenaga kerja (darah, urin, dll) sesuai dengan potensi
bahaya yang ada guna mengetahui pengaruh potensi bahaya terhadap kesehatan kerja.
Pemeriksaan berkala atau khusus dapat memantau pengaruh potensi bahaya terhadap
berhubungan dengan potensi bahaya yang ada merupakan hal yang sangat penting dan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak pula diharapkan terjadi.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di perusahaan,
maksudnya kecelakaan dapat terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu melakukan kerja.4
Kecelakaan kerja sering kali dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya. Secara garis besar kecelakaan kerja memiliki karakteristik sebagai berikut:5
1. Tidak diduga semula karena kecelakana tidak terdapat unsur kesengajaan dan
perencanaan.
2. Tidak dinginkan dan diharapkan karena setiap kecelakaan akan menimbulkan kerugian
kerja akan tetapi secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat di kelompokkan sebagai
berikut:5,12
1. Sebab Dasar. Sebab dasar merupakan sebagai atau faktor yang mendasari secara umum
terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar meliputi beberapa faktor yang
terdiri dari:
a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam
2. Sebab Utama. Faktor dalam persyaratan K3 yang tidak dilaksanakan dengan benar
a. Tindakan Tidak Aman (unsafe action) atau Faktor manusia. Tindakan yang berbahaya
- Kebingungan dan stress akibat prosedur kerja yang belum dapat dipahami.
b. Kondisi tidak aman (unsafe condition) atau faktor lingkungan. Yaitu kondisi tidak aman
dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, serta lingkungan tempat kerja, proses kerja, sifat
kerja dan sistem kerja. Tidak hanya dilihat sebagai lingkungan fisik tetapi juga
organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa
menggangu konsentrasi.
agen penyebab, jenis cedera atau luka, dan lokasi tubuh yang terluka.5
- Terjatuh.
- Mesin-mesin.
- Peralatan-peralatan lain, seperti; instalasi listrik, motor listrik, alat-alat tangan listrik,
perkakas, dll.
- Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti; bahan yang muda meledak, debu, gas,
- Lingkungan kerja, seperti; tekanan panas dan dingin, intensitas kebisingan tinggi,
getaran, dll.
- Patah tulang.
- Keseleo/terkilir/dislokasi.
- Luka bakar.
- Keracunan akut.
2. Terpapar sinar radiasi seperti radiasi pesawat sinar-X atau sinar Gamma.
3. Gerakan yang dipaksa dan berulang-ulang, seperti saat membersihkan karang gigi
Pencegahan terhadap infeksi silang dapat dicapai dengan cara membersihkan tangan
sebelum dan sesudah perawatan gigi dan mulut. Namun hasil tindakan pensucihamaan sangat
bergantung pada faktor seperti faktor sifat dan dan banyaknya mikroorganisme, konsentrasi
bahan kimia, waktu kontak, jumlah bahan organik pada benda tersebut serta suhunya. Pada
umumnya untuk membersihkan tangan dlkukan dengan menggunakan sabun cair yang
mengandung bahan germizit dan air selama 15 detik (bila menyentuh darah dan purulen
dibersihkan selama 2-3 menit). Selain itu dapat pula digunakan etil alkohol 50-70% sebanyak
Berbagai macam cara dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara lain
dengan pemakaian proteksi diri yaitu masker, kacamata pelindung, sarung tangan, baju praktek,
maupun penutup kepala/rambut dan kebersihan lingkungan tempat kerja yang meliputi cara
pembersihan alat dan lingkungan.13 Sehingga dengan adanya prosedur ini, maka rantai infeksi
akan terputus, karena kesalahan sekecil apapun pada prosedur proteksi diri dapat menyebabkan
Bahan tambal amalgam yang mengandung Hg (merkuri) sampai kini masih banyak
dipakai. Selain karena mudah penggunaannya, harganya pun relatif tidak mahal. Namun,
karena kandungan merkurinya, tambalan ini merupakan bahan yang kontroversial. Sejauh ini,
tidak ada larangan penggunaan bahan tambal ini oleh institusi seperti FDI (Federation Dentaire
Demi keselamatan pasien dan personil kesehatan gigi, telah dikeluarkan tuntunan bagi
para dokter gigi dan asistennya dalam menangani bahan tambalan tersebut:14
1. Kenalilah gejala bahaya dan gejala dari keterpaparan terhadap Hg misalnya terjadinya
2. Hati-hatilah dalam menangani tambalan amalgam. Hindari kontak kulit dengan merkuri
atau amalgam yang baru tercampur. Pakailah masker, sarung tangan baju praktik hanya
di tempat praktik.
3. Kenalilah sumber penguapan merkuri di tempat kerja misalnya cipratan Hg, penyimpanan
sisa amalgam dan kapsul amalgam bekas pakai yang tidak tertutup rapat, kebocoran pada
oleh amalgam.
4. Pedulilah terhadap penanganan limbah amalgam dan masalah yang berkaitan dengan
lingkungan.
5. Buatlah tempat kerja yang berventilasi baik dan desain yang memudahkan pembersihan.
Pertukaran udara segar harus maksimal. Jika ruangan memakai alat penyejuk udara,
mikrogram per liter. Periksalah secara periodik kadar Hg di ruangan. Menurut ketentuan
OSHA (Occupational Safety and Health Agency) dari Departemen Perburuhan Amerika
Serikat kadar uap Hg maksimal adalah 50 mikrogram per meter kubik dalam masa kerja 8
7. Gunakanlah amalgam dalam kapsul dan gunakan amalgamator dengan tutup yang baik.
Amalgamator hendaknya memenuhi syarat spesifikasi ISO 7488. Jika memakai amalgam
8. Simpanlah merkuri dalam tempat yang tidak mudah pecah, tertutup rapat, pada tempat
9. Hati-hatilah dalam menangani tambalan amalgam. Hindari kontak kulit dengan merkuri
atau amalgam yang baru tercampur. Pakailah masker, sarung tangan baju praktik hanya
di tempat praktik.
10. Gunakan alat penyedot (oral evacuation equipment) yang cukup kuat dan pakailah masker
ketika membongkar dan memoles amalgam. Sistem penyedotan ini harus dilengkapi filter
atau kotak penadah yang harus secara teratur dibersihkan atau diganti.
11. Buanglah alat atau bahan yang terkontaminasi Hg dalam kantong tertutup. Simpan
kelebihan amalgam dalam kotak penyimpan tertutup yang berisi larutan fiksasi radiograf.
Amalgam dapat didaur ulang; kirimkan amalgam sisa ini untuk didaur ulang ke perusahaan
12. Janganlah sekal-kali membuang limbah yang terkontaminasi merkuri ke dalam tempat
sampah yang akan dibakar (insinerasi). Insinerasi kapsul bekas hendaknya dihindari untuk
14. Gunakan pemampat amalgam yang kepalanya halus, tidak lagi yang bergerigi agar mudah
15. Jangan memasang karpet lantai. Gunakan penutup permukaan, dari lantai sampai ke
Di bidang kedokteran gigi, penggunaan sumber radiasi seperti pesawat sinar-X harus
diperhatikan. Namun masih banyak praktek pribadi yang menggunakan pesawat sinar-X yang
belum sepenuhnya memenuhi persyaratan dan menaati peraturan yang ditetapkan oleh Badan
Dalam pemanfaatan sinar-X perlu berdasarkan pada prinsip ALARA (as low as
reasonably achievable), yaitu dosis radiasi sekecil mungkin, tidak melampaui nilai batas dosis
Radiological (IRCP) nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv
pertahun, sedangkan bagi masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv pertahun.9
1. Sinar diharapkan tidak menembus ruang lain dengan tebal dinding 20 cm beton atau 25
cm batu merah dengan kerapatan jenis 2,2 gr/cm2 atau setara dengan 2 mm Pb.
2. Bila terdapat koridor atau sisi ruang radiasi maka harus diberi tanda bahaya radiasi.
3. Dinding di dalam ruangan radiasi harus dilapisi Pb (timbal hitam) setebal 2 mm, agar
radiasi primer dan sekunder dapat diserap. Atau menggunakan protective barrier (sekat
barier) berupa dinding yang dapat digeser atau dipindah-pindahkakan yang dilapisi 2 mm
Pb.
4. Desain antarruang dengan ruang radiasi dari pintu ruang radiasi, dibuat sedemikian rupa
5. Penempatan pesawat sinar-X diatur sedemikian rupa agar arah sinar ke tempat yang aman
6. Menggunakan kaca tembus pandang berlabis Pb, untuk memungkinkan operator melihat
selama pemeriksaan.
7. Lampu merah sebagai tanda radiasi yang dipasang di atas pintu, yang dapat menyala saat
Pemaparan terhadap radiasi dan kontaminasi internal dapat terjadi tanpa disadari para pekerja
radiasi. Karena itu untuk mendeteksi akibat yang ditimbulkannya perlu dilakukan pemeriksaan
kesehatan baik sebelum, selama maupun sesudah masa kerja. Pemeriksaan selama kerja harus
Upaya proteksi radiasi dalam praktek dokter gigi ada beberapa macam antara lain:9
1. Apron Pb
Celemek pelindung dan penahan radiasi dipakai untuk melindungi pasien dan operator.
Celemek harus mengandung bahan yang ekivalen dengan Pb paling sedikit setebal 0,25
2. Posisi operator
Operator harus terlindungi selama penyinaran, dengan cara berdiri pada posisi sekurang-
kurangnya 2 m dari pasien dan sumber radiasi, di antara 90º dan 135º dari arah bekas sinar
radiasi primer.
3. Deteksi/pengukur radiasi
Untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang diperoleh, pekerja harus menggunakan film
badge atau pocket dosimeter. Sedangkan untuk ruangan dilakukan deteksi dengan
2.4.4 Ergonomi
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti
kerja dan Nomos memiliki arti hukum, jadi Ergonomi adalah Studi tentang manusia untuk
menciptakan sstem kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman. Seorang praktisi dibidang
kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami tujuan mempelajari ergonomi karena
dengan memahami tujuan ergonomi dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar
dari musculoskeletal disorders (MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi dapat
bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja. Sebenarnya
ergonomi bertujuan untuk mengurangi risiko cedera, meningkatkan produktivitas kerja, serta
penggunaan alat yang dilakukan oleh bagian tubuh secara berulang dalam satu unit waktu.
Gerakan ini dapat menyebabkan ketegangan yang berlebih pada otot dan juga kelebihan
penggunaan dapat mendorong ke arah kelelahan berotot. Contohnya saat melakukan skaling
2. Kekuatan (Force)
Kekuatan adalah gaya mekanik atau fisik untuk memenuhi suatu gerakan spesifik.
Sebagai contoh, menggunakan tangan sebagai ganti suatu penjepit untuk memegang suatu
obyek selagi melakukan suatu pekerjaan seperti menempatkan suatu restorasi komposit
interproksimal atau pada saat mencabut gigi dan melakukan pembersihan karang gigi secara
kelelahan otot.
3. Mechanical stresses
Mechanical stresses digambarkan sebagai cedera yang hebat akibat benda tajam,
4. Postur tubuh
Postur tubuh adalah posisi bagian dari tubuh yang berhubungan dengan suatu bagian
tubuh lain yang dihubungkan dengan sudut sambungan. Postur tubuh merupakan salah satu
dari hal yang paling sering dihubungkan dengan faktor risiko. Ada suatu zona pergerakan
netral untuk tiap gerakan yang menghubungkan satu dengan yang lain. Karena masing-masing
dihubungkan oleh pergerakan yang tidak memerlukan kekuatan dari otot atau dapat
menyebabkan ketidaknyamanan. Risiko cedera akan meningkat kapan saja pada setiap orang
saat bekerja apabila melakukan pergerakan di luar zona netral mereka sehingga posisi tubuh
tidak seimbang. Untuk lengan atas dan bahu zona netralnya adalah santai dengan bahu sejajar
lantai dan pada bidang yang sama, lengan berada disampingnya. Bekerja dengan lengan jauh
dari tubuh, overextended dan bahu yang bergerak di luar jangkauan normal yang memerlukan
kekuatan otot lebih tinggi dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya cedera. Selain itu, posisi
duduk yang tegang, seperti miring kesamping, memutar tulang punggung, membengkok ke
depan atau merosot merupakan awal respon dari kompensasi faktor risiko dengan hubungan
kerja yang dapat menjadi kebiasaan seiring berjalannya waktu. Postur tubuh dan faktor-faktor
Getaran merupakan salah satu faktor etiologi MSDs dilingkungan kerja, yaitu melalui
penggunaan peralatan yang bergetar dengan frekwensi antara 20-80 Hz. Dental handpieces dan
instrumen-instrumen otomatis bertenaga mesin yang dioperasikan pada frekwensi lebih dari
5.000-10.000 Hz dan jangka waktu penggunaannya dalam prosedur perawatan gigi relatif
singkat. Jadi dengan demikian, hal itu juga akan muncul menjadi faktor risiko di dalam profesi
6. Temperatur
Temperatur yang rendah dapat mengurangi keterampilan manual dokter gigi dan dapat
kenyamanan dokter gigi saat bekerja dan kenyamanan perawatan bagi pasiennya.
Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar, dapat digambarkan sebagai cara yang
dilakukan oleh suatu pekerjaan dengan tersusun, terawasi dan terproses. Hal ini mencerminkan
sifat yang objektif dari proses pekerjaan. Mungkin termasuk didalamnya variabel-variabel
seperti variasi pekerjaan, kendali pekerjaan, beban kerja, tekanan waktu, dan batasan-batasan
keuangan.