PENDAHULUAN
kalangan remaja semakin merebak dan meluas. Seperti survey yang dilakukan oleh
PKBI pada tahun 2007, menyebutkan 63 persen remaja di beberapa kota besar telah
melakukan seks pranikah Jabodetabek 51%; Bandung 54%; Surabaya 47%; dan
Medan 52% (PKBI, 2007). Berdasarkan penelitian diempat SMP Negeri di Mataram
terhadap 1415 siswa 14% telah melakukan masturbasi, 45% siswa telah berpacaran
dan 13% pernah berciuman mulut (Mariani & Bachtiar, 2010). Sedangkan didelapan
SMP di Kota Batu pada bulan Februari 2013 dari 1777 siswa SMP kelas VII dan VIII
usia 12-15 tahun, 8 diantaranya pernah melakukan hubungan seksual pra nikah.
Beberapa penyimpangan perilaku seksual yang pernah dilakukan remaja lainnya yaitu
melihat film khusus orang dewasa 501 siswa atau sekitar 28,28 % siswa dan melihat
gambar atau video porno 327 siswa atau 18,40%, 315 siswa atau 17,72 % pernah
melakukan sentuhan lebih dari pegangan tangan dan sebanyak 219 siswa atau 12,32
% pernah melakukan ciuman dengan pacar dengan intensitas satu kali dalam
Sejalan perkembangan jaman yang semakin pesat, orang tua di tuntut untuk
1
2
remaja tidak mendapatkan pemahaman yang benar, serta peran pola asuh dari orang
tua yang baik maka remaja akan terjerumus pada prilaku seks bebas (BKKBN, 2008).
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak memperoleh
pendidikan di sekolah, karena dari keluargalah anak pertama kalinya belajar. Jadi
keluarga tidak hanya berfungsi terbatas sebagai penerus keturunan saja, tetapi lebih
dari itu adalah pembentuk kepribadian anak. Pola asuh orang tua merupakan interaksi
antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini
berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat
(Stewart dan Koch dalam Aisyah, 2010). Orang tua memberikan dasar
pembentukkan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Pengaruh
pola asuh orang tua dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah
besar artinya. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantaranya
ialah mengasuh anak-anaknya. Dalam mengasuh anaknya orang tua di pengaruhi oleh
budaya yang ada di lingkunganya. Disamping itu, orang tua juga di warnai oleh sikap-
tersebut dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orang
identitas anak. Akan tetapi, banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara
bahkan ada yang merasa tidak di sayang oleh orang tuanya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Baumrind (Latifah. M, 2010) menunjukkan bahwa: “orang tua yang
tanggung jawab. Sementara, orang tua yang otoriter merugikan, karena anak tidak
mandiri, kurang bertanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang permisif
mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyelesaikan diri di luar rumah”. Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat dari Grotevant & Cooper (dalam Adwiyah,
2010) menyatakan bahwa keluarga dan pola asuh orang tua memiliki peran penting
pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak banyak ditemukan juga bahwa
tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan rencana apalagi ketika muncul
perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti perilaku seksual anak yang salah
ataupun menyimpang.
Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari membaca
buku porno, nonton film porno, perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan,
bercumbu, dan bersenggama. Perilaku seksual ini lebih baik diketahui dari orang
tuanya, dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat atau khayalan sendiri,
teman, buku-buku, atau pun film-film porno yang kini dapat di akses secara bebas.
Khayalan itu bisa saja membuat mereka menyalahgunakan arti dan fungsi organ
seksualnya, maka salah satu yang mungkin bisa mengontrol perilaku seksual anak saat
beranjak remaja adalah monitoring orang tua. Jadi orang tua mempunyai peranan
penting karena yang pertama sekali saat anak beranjak remaja tumbuh di keluarganya
sendiri. Artinya orang tua harus menyediakan waktu yang ekstra untuk
menuju dewasa, berkisar antara usia 13 sampai 20 tahun (Potter &Perry, 2009). Masa
ini tidak hanya menjanjikan kesempatan untuk menuju kehidupan yang berhasil
Perubahan fisik masa remaja terutama ditandai dengan perubahan seks primer dan
perubahan seks sekunder. Perubahan seks sekunder yang terjadi pada masa remaja
berkaitan dengan hormon seksual yang berperan terhadap fungsi reproduksi (Depkes,
lawan jenis kelaminnya menyebabkan perilaku remaja mulai diarahkan kepada minat
terhadap kehidupan seksual (Kusmiran, 2011). Hal ini menjadi titik rawan karena
pada tahun 2007 mendapatkan data bahwa perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang
aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Pada remaja laki-laki didapatkan data yang
pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, 6,4 persen remaja laki-laki
dan 1,3 persen remaja perempuan (SKRRI, 2007). Studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti pada bulan Juli 2014 di LP Anak Kelas (II) Kota Blitar, terhadap 10
orang remaja dari 104 narapidana anak selaku pidana pelaku pelecehan seksual dari
bulan Januari sampai Mei tahun 2014. Peneliti mencari data tentang latar belakang
perilaku seksual yang salah dan menyimpang berkaitannya dengan pola asuh orangtua
5
yang tidak benar. Sepuluh orang remaja yang di wawancarai mengatakan sudah
pernah berciuman pipi, bibir, dan meraba payudara pasangannya, bahkan juga ada
kasus dengan sodomi dan perilaku seksual yang disertai dengan kekerasan.
Dari uraian diatas perilaku seksual pada remaja dapat disebabkan karena
kondisi pengasuhan dari keluarga, khususnya dari pola asuh orang tua. Kesalahan
pengasuhan itu dapat berupa pola asuh yang tidak tepat sehingga berdampak
terhadap perilaku seksual remaja itu sendiri. Melihat kondisi seperti ini peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan untuk mengetahui “Hubungan Pola Asuh
masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan pola asuh orang tua
dengan perilaku seksual pada remaja di LP anak kelas (II) kota blitar?”
Orang tua Dengan perilaku seksual remaja di LP Anak Kelas (II) Kota Blitar.
6
a) Mengidentifikasi pola asuh orang tua kepada anak usia remaja yang
khususnya remaja.
pendidikan keperawatan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan data pada penelitian
5. Bagi Responden
Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan peran orang tua dalam
1. Hubungan peran dan pengetahuan orang tua dalam pendidikan seks dengan
Metode penelitian yang digunakan oleh Putri Yuli Sapitri (2012) adalah
beserta orang tuanya dengan cara simple random sampling. Analisis dengan uji chi-
dan peran orang tua dalam pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja.
menggunakan subjek remaja yang ada di SMK Pariwisata Satya Widya Surabaya
sedangkan dalam penelitian ini berbeda dalam subjek yang digunakan, penelitian ini
menggunakan subjek remaja di LP Anak Kelas (II) kota Blitar. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan penelitian Sapitri
8
pendidikan seks.
2. Hubungan pengetahuan dan peran keluarga dengan perilaku seksual pranikah pada
penelitian kuesioner. Analisis dengan menggunakan Uji chi-square test dengan taraf
signifikasi (α = 0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja anak jalan yang
orang tua kurang baik. Hasil analisis korelasi diperoleh hasil yang signifikan ( P value
< 0,05) yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
(2010) dengan penelitian ini adalah subjek penelitian merupakan remaja di LP Anak
Kelas (II) kota Blitar dan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple
random sampling. Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel dependen peran
orang tua dalam memberikan seks edukasi dini dan variabel dependen perilaku
seksual remaja.