Anda di halaman 1dari 29

1.

Judul

Judul penelitian memerlukan beberapa persyaratan, yakni:[9]


 Harus menggambarkan keseluruhan isi rencana penelitian
 Ditulis dalam kalimat atau frase yang sederhana dan tidak terlalu panjang,
meski tidak dapat ditentukan batas jumlah katanya. Mungkin sifat atau isi
penelitian memerlukan judul panjang; apabila perlu dapat disertakan
subjudul.
 Tidak menggunakan singkatan kecuali yang baku
 Judul seringkali bukan berupa kalimat lengkap, namun hanya merupakan
label saja.

Judul yang diangkat dalam pemicu kali ini adalah“Hubungan AntaraTingkat


Pendidikan Ibu yang Bekerja dengan Kualitas Pemberian ASI Eksklusif”.

1. Sistematika Penyusunan
BAB I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang
Latar belakang masalah merupakan inti usulan, diterangkan
beberapa sebab mengapa dipilih suatu permasalahan tersebut.
Manfaat praktis dari penelitian ini, serta kontribusinya terhadap
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Agar mudah diikuti dan dipahami pembaca, didalam latar
belakang sebaiknya mencakup 4 hal yang mudah diikuti bila
disusun dalam urutan sebagai berikut [9]:
a. Pernyataan tentang masalah penelitian serta besaran
masalah.
b. Apa yang sudah diketahui (what is known).
c. Apa yang belum diketahui (what is not known- knowledge
gap).
d. Apa yang diharap dari penelitian yang direncanakan untuk
menutup knowledge gap tersebut.
b. Rumusan Masalah

1
Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa
pertanyaan yang biasanya terletak di awal laporan atau proposal
dan biasanya terletak setelah latar belakang yang dijelaskan
dalam laporan tersebut. Rumusan masalah digunakan untuk
menjelaskan masalah atau isu yang dibahas dokumen tersebut
kepada para pembaca. Secara umum, suatu rumusan masalah
akan menggarisbawahi fakta-fakta dasar dari masalahnya,
menjelaskan alasan masalah itu penting, dan menentukan solusi
secepat dan selangsung mungkin.[10]

Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain[10]:

1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang


lain yang meneliti masalah tersebut.
2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan
terhadap masyarakat.
3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain
terhadap masalah tersebut.
5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau
menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan
agama.
7. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan.
8. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat
dipahami oleh orang lain.
9. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang
mendukung pemecahan masalah penelitian.
10. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam
membuat kesimpulan sementara (hipotesis).
11. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

2
c. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (analitik).
Hipotesis inilah yang akan dibuktikan oleh peneliti melalui
penelitian. Tentu saja ada dua kemungkinan hasil apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti. Suatu hipotesis
harus memenuhi syarat sebagai berikut [11]:
1. Merupakan kalimat deklaratif.
2. Konsisten dengan pertanyaan penelitian.
3. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik.
4. Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama.
5. Menyebutkan variable secara spesifik.
6. Hanya mengandung satu variable bebas dan satu variable
tergentung.
7. Hipotesis boleh mengandung beberapa variable bebas, tapi
hanya mengandung satu variable tergantung.
8. Hipotesis ini dibuat dalam bentuk hipotesis negatif
maupun hipotesis positif.
9. Hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu arah
maupun dua arah.

Jenis hipotesis penelitian.

Hipotesa berdasarkan rumusannya dapat dibedakan dalam :


a. Hipotesa Aktif (Hipotesa kerja)
Hipotesa aktif merupakan hipotesa dengan hubungan
sebab-akibat (kausalitas). Hipotesis ini menggambarkan
secara jelas adanya hubungan tentang suatu peristiwa yang
terjadi apabila adanya suatu gejala yang timbul.
b. Hipotesa Pasif (Hipotesa nihil)

3
Hipotesa pasif ialah adanya suatu kesamaan atau
tidaknya perbedaan yang bermakna, antara dua kondisi
yang dipermasalahkan.
c. Hipotesa Hubungan
Hipotesa adanya hubungan yakni hipotesa yang
diduga terdapat adanya hubungan (bukan sebab akibat)
antara dua variabel.
d. Hipotesa Perbedaan
Hipotesa perbedaan, yakni hipotesa yang
menyatakan adanya kesamaan atau perbedaan antara dua
variabel.

Hipotesa berdasarkan substansinya dapat dibedakan dalam ;

a. Hipotesa Mayor (Hipotesa induk)


Hipotesa yang dirumuskan dengan menampilkan
adanya hubungan sebab akibat, namun dalam akibat
tersebut perlu dilakukan pengujian dari beberapa bagian
hipotesa kecil, dan dalam akibat dilakukan hanya
generalisasi.
b. Hipotesa Minor (Hipotesa kecil)
Ini merupakan bagian dari hipotesa mayor, yang
harus dilakukan pengujian sehingga dapat memperkuat
dugaan adanya kolerasi positif antara dua variabel.

4
Tabel jenis-jenis hipotesis (1) [12]

[12]
Tabel jenis-jenis hipotesis (2)

d. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penulis.


Antara latar belakang, rumusan dengan tujuan penelitian harus
memiliki benang merah yang jelas. Satu materi penelitian yang

5
sama mungkin dapat digunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan penelitian yang berbeda; karenanya dalam usulan
perlu disebutkan tujuan penelitian tersebut secara jelas dan
eksplisit. Biasanya uraian tentang tujuan penelitian ini
mencakup tujuan umum serta tujuan khusus. [9]
Didalam tujuan umum (ultimate objective) dinyatakan
tujuan akhir penelitian. Tujuan umum biasanya mengacu pada
aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian,
tidak terbatas pada hal-hal yang langsung diteliti atau diukur.
Dalam tujuan khusus (specific objectives) disebutkan secara
jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai, atau
diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khusus yang hanya
terdiri atas satu atau dua butir saja mungkin cukup ditulis secara
naratif dalam satu kalimat. Tetapi apabila terdapat banyak butir
dan sub-butir maka tujuan umum dan khusus perlu dipisahkan,
agar lebih jelas dan mudah dimengerti pembaca.[9]

e. Manfaat
Pada bagian ini diuraikan manfaat apa yang diharapkan
dari penelitian yang akan dilakukan, biasanya dari bidang
akademik atau ilmiah, bidang pelayanan masyarakat, serta
pengembangan penelitian itu sendiri. Selain itu penelitian dapat
bersifat quick-yielding atau non-quick yielding, maksudnya
penelitian quick yielding hasil penelitian dapat segera diterapkan
dalam praktik atau kebijakan seperti kebanyakan penelitian
klinis, sedangkan non-quick yielding hasilnya tidak segera
diterapkan seperti kebanyakan penelitian ilmu-ilmu kedokteran
dasar.[9]

BAB II (Tinjauan Pustaka)

Dalam bab tinjauan pustaka ini harus diuraikan dengan


mendalam pelbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian.

6
Hal yang telah ditulis dalam latar belakang masalah perlu
dirinci, dan hubungan antar-variabel dibahas. Meskipun
tampaknya tinjauan pustaka hanya merupakan ramuan pendapat
orang, namun nyatanya tidak mudah untuk membuat tinjauan
pustaka yang baik. Tidak jarang tinjauan pustaka hanya
merupakan mosaik pernyataan atau hasil penelitian terdahulu,
tanpa lebih dahulu dicerna, tanpa interpretasi yang memadai.
Apabila mosaik tersebut dibuat tanpa kalimat pengantar yang
baik, maka akibatnya akan makin buruk, sehingga maksud untuk
menyajikan informasi yang komprehensif dan akurat yang
memperjelas seluruh aspek penelitian yang direncanakan tidak
tercapai.[9]

Dalam tinjauan pustaka tidak perlu seluruh aspek penyakit


yang diteliti dibahas dengan proporsi yang seimbang, bak
membuat suatu buku ajar, seperti yang sering dilakukan oleh
pemula.[9]

A. Jenis literature[13]

a. Literatur primer adalah yang pertama kali diperoleh dari


sumbernya secara lengkap dan asli,biasanya berupa
karangan/tulisan asli yang memuat kajian mengenai sebuah
teori baru, atau penjelasan sebuah gagasan dalam semua
bidang. Contohnya artikel di majalah/jurnal atau surat kabar,
laporan penelitian, tesis, disertasi, laporan hasil seminar, buku
teks, makalah, standar, paten dan lain-lain.
 Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk
pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati
orang saat diterbitkan.
 Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu

7
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.

b. Literatur sekunder adalah segala jenis tulisan atau informasi


yang dapat dipergunakan untuk memperoleh jenis literature
primer, makalah, standar, paten dan lain-lain.Yang termasuk
dalam literatur sekunder ialah kamus, ensiklopedia, thesaurus,
direktori, katalog perpustakaan, majalah abstrak, majalah
indeks, bibliografi, tinjauan literatur, pangkalan data, dan lain-
lain.
 Ensiklopedia adalah sejumlah buku yang berisi
penjelasan mengenai setiap cabang ilmu
pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau
menurut kategori secara singkat dan padat.
 Bibliografi adalah cara pendokumentasian sumber
bacaan dalam bentuk daftar yang memuat semua
karya yang menurut pendapat penulis secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan isi
naskah, baik yang diacu maupun tidak diacu dalam
teks.
 Direktori adalah web yang berisi pranala ke situs
web lain dan mengatur pranala-ranala ke dalam
sistem kategori dan hirarki.

c. Literatur tersier adalah literatur yang memuat informasi


tentang bagaimana menggunakan informasi primer/atau
sekunder tadi.

d. Literature kelabu (grey literature) adalah informasi yang


tidak terkontrol oleh perhimpunan keilmuan universitas

8
pemerintah akademik lembaga bisnis,industri dalam format
tercetak ataupun elektronik.

B. Metode Pencarian Literatur

Berikut adalah langkah-langkah dalam penelusuran literatur : [11]

a. Tentukan informasi yang dibutuhkan dan lengkapi dengan


kata-kata kunci.
b. Tentukan batasan bahasa, geografi, waktu, dan jenis
dokumen.
c. Pilih sumber informasi yang sesuai (buku, laporan,
monografi, dll).
d. Catat dengan lengkap hal-hal yang ditemukan melalui
penelusuran literatur.
e. Bila dari penelusuran literatur ada artikel lengkap yang
perlu dicari, maka dapat dicari menggunakan katalog.

Terdapat beberapa metode untuk melakukan penelusuran literatur,


yakni sebagai berikut: [11]

1. Metode Katalog
Penelusuran literatur dengan petunjuk katalog dengan cara
menelusuri katalog berdasarkan subjek, nama penulis, judul
karangan, dsb. Kelemahan dari metode ini adalah, bisa saja dalam
penelusurannya hanya ditemukan karangan-karangan dengan
terbitan tahun yang sudah lama, sedangkan untuk terbitan baru
belum tersedia.
2. Metode Karya Ilmiah
Metode ini dapat dilakukan dengan cara banyak membaca
karya ilmiah yang mendekati atau ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Karya ilmiah yang dibaca tentunya
lebih dari satu, tetapi yang dicari adalah yang dapat menunjang dan
menyokong penelitian yang akan dilakukan.

9
3. Metode Petunjuk Daftar Isi Buku/Majalah
Metode ini dilakukan dengan melihat secara seksama daftar isi
dari beberapa buku yang berkaitan dengan subjek penelitian, untuk
kemudian dipilih beberapa paragraph atau bab-bab yang terkait.
4. Metode Petunjuk Indeks
Indeks atau penjurus dalam buku ilmiah dapat digunakan untuk
menelusuri literatur. Apabila dibuat sesuai dengan kaidah ilmiah,
maka akan dapat lebih mudah dalam melakukan penelusuran
literature.
5. Metode Buku Indeks
Buku indeks berbeda dengan indeks dalam karya ilmiah. Buku
indeks memuat kumpulan dan susunan artikel majalah yang
jumlahnya mungkin ribuan dan tersebar di beberapa negara dan
ditulis untuk kurun waktu tertentu dari berbagai cabang ilmu. Salah
satu contoh buku indeks adalah Indeks Medicus, yaitu suatu indeks
karangan ilmiah yang diterbitkan dalam majalah-majalah ilmiah
kedokteran dan kesehatan, serta kesehatan masyarakat. Cara
penggunaannya adalah cari istilah atau subjek untuk topik yang
dibutuhkan, kemudian cari istilah apa yang digunakan oleh Medical
Subject Heading (MeSH), kemudian telusuri tajuk yang tersusun
secara alfabetis sampai menemukan dengan istilah yang dimaksud
di atas, maka akan ditemukan karangan ilmiah yang dibutuhkan.
6. Kumpulan Abstrak
Kumpulan abstrak biasanya berupa buku atau majalah yang
terdiri dari kumpulan abstrak. Kumpulan abstrak ini memuat
intisari dari buku atau berbagai artikel. Jadi, kita tinggal
menetapkan apakah ada artikel yang berkaitan dengan subjek
penelitian. Kemudian, jika diperlukan dapat membaca tulisan
secara lengkapnya atau buku aslinya.
7. Jasa Pelayanan

10
Saat ini, banyak sekali biro jasa yang melayani pencarian
pustaka atau melakukan entry melalui perpustakaan sebuah fakultas
atau universitas, Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, dsb.
8. Sarana Elektronika
Penelusuran literatur ini memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang canggih, seperti CD ROM, internet, dsb.

B. Kerangka Konseptual[9]

Dalam pustaka metodologi penelitian, istilah kerangka teori


dan kerangka konseptual cukup kontroversial. Meski concept,
construct, dan theory memiliki makna yang berbeda, namun
sebagian ahli menganggap istilah kerangka teori sama saja dengan
kerangka konsep, jadi merupakan sinonim. Di lain sisi sebagian
ahli lainnya membedakan keduanya. Menurut paham kedua,
setelah pelbagai aspek disajikan secara rinci namun terfokus dalam
Tinjauan Pustaka (menggambarkan kerangka teori), selanjutnya
dibuat rangkuman sebagai dasar untuk membuat kerangka
konseptual. Lazimnya kerangka konseptual ini dibuat dalambentuk
diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar-variabel
yang diteliti dan variabel lainnya yang terkait. Karena tidak semua
variabel akan diukur dalam penelitian yang direncanakan pada
diagram perlu digambarkan pula batas-batas lingkup penelitian.
Diagram kerangka konseptual harus menunjukkan keterkaitan
antar-variabel.

Kerangka konseptual yang disusun dengan baik dapat


memberikan informasi yang jelas dan akan mempermudah
pemilihan desain penelitian. Salah satu kekeliruan yang sering
dilakukan adalah, alih-alih membuat kerangka konseptual, peneliti
menyusun alur atau kerangka desain penelitian (misalnya diagram
yang menunjukkan populasi terjangkau, sampel, kemudian subyek
dirandomisasi, dilakukan intervensi, jenis-jenis variabel yang

11
diukur, dan lain sebagainya). Hal ini bukan merupakan kerangka
konseptual, dan tidak sesuai dengan tujuan pembuatan kerangka
konsep penelitian, karenanya harus dihindarkan. Alur penelitian
mungkin memang perlu dibuat untuk memperjelas cara rekrutmen
dan perlakuan terhadap subyek, namun ia merupakan bagian dari
metodologi penelitian, bukan merupakan kerangka konseptual.

Jenis-jenis variabel adalah sebagai berikut :

 Variabel bebas adalah variabel yang apabila ia berubah


akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain. Variabel
bebas sering disebut dengan banyak nama lain seperti
variabel independen, predictor, risiko, determinan, atau
kausa.
 Variabel tergantung adalah variabel yang berubah akibat
perubahan variabel bebas ini disebutsebagai sinonim
variabel tergantung adalahvariabel dependen, efek, hasil,
outcome, respons, atau event.
 Variabel perancu (confounding variable) adalah jenis
variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan
variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel
antara. Keberadaan variabel perancu amat memengaruhi
validitas penelitian. Identifikasi variabel perancu ini amat
penting karena apabila tidak, ia dapat membawa kita pada
simpulan yang salah.

BAB III (Metodologi)

Maksud utama penulisan bagian ini adalah menjelaskan bagaimana


peneliti melaksanakan penelitiannya. Penulis harus menguraikan dengan
rinci apa yang telah dilakukan dalam penelitiannya sehingga apabila ada
orang yang ingin mengulanginya dapat melakukannya dengan tepat.
Karenanya metode tidak jarang merupakan bagian yang terpanjang dalam
laporan jurnal, kadang juga ditulis dengan ukuran huruf yang lebih kecil

12
ketimbang ukuran huruf pada badan laporan. Persyaratan yang tampaknya
sederhana ini (menulis metode dengan lengkap dan rinci) dalam praktik
mungkin tidak terpenuhi, apabila penulis tidak berhati-hati melakukannya.
Tidak jarang bagian ini ditulis dengan amat ringkas, seolah menganggap
bahwa pembaca melihat sendiri apa yang dilakukan oleh peneliti;
akibatnya jangankan pembaca memperoleh informasi untuk dapat
mengulang penelitian, mengikuti jalan pikiran peneliti pun sulit. Di lain
sisi kadang penulis mencampur-adukan cara kerja dan diskusi.[9]
Sebagian jurnal masih menggunakan istilah Materials and Methods
atau Bahan dan Cara Kerja. Hal ini dianggap kurang manusiawi, kecuali
bila hal yang diteliti adalah bahan kimia, alat, atau mesin. Oleh karena
penelitian klinis memakai manusia sebagai subyek, maka dianjurkan untuk
menggunakan istilah Subjects and Methods (Subyek dan Cara Keria),
Patients and Methods (Pasien dan Cara Kerja) atau cukup Methods (Cara
Kerja) saja.[9]
Pada umumnya cara kerja mencakup uraian sebagai berikut[9]:
o Desain penelitian
o Tempat dan waktu penelitian
o Sumber data: primer atau sekunder
o Populasi target dan terjangkau, sampel, cara pemilihan
sampel (sampling method), besar sampel
o Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
o Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
o Teknik pengukuran (pemeriksaan), termasuk pemeriksa,
apakah pengukuran dilakukan tersamar, apakah dilakukan
penilaian kesahihan dan keandalan pengukuran, apakah
sebelumnya telah diuji coba, alat dan obat yang dipakai,
pembuat alat atau obat persetujuan subyek, dan sebagainya.
o Analisis yang dilakukan (uji hipotesis, batas kemaknaan,
power statistika, interval kepercayaan): Seperti halnya cara
pengukuran, cara analisis yang sudah jamak dipakai tidak
perlu dijelaskan, namun apabila dipakai teknik uji hipotesis

13
atau statistika tertentu yang baru ataupun yang jarang dipakai,
perlu dijelaskan atau diberi rujukan. Nama program komputer
yang dipakai perlu disebutkan, dengan tetap menyebutkan uji
hipotesis yang digunakan.

Kesimpulan dan Saran

Simpulan berisi simpulan hasil penelitian yang merupakan


[14]
jawaban secara tegas dan lugas atas rumusan masalah.
Kesimpulan ini ada jika telah dilakukan penelitian, namun jika
masih dalam bentuk proposal maka tidak dicantumkan.

Saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman


serta pertimbangan peneliti yang ditujukan kepada para peneliti
lain yang akan melanjutkan atau mengembangkan penelitian lebih
lanjut. Saran juga dapat ditujukan kepada pihak pemakai hasil
penelitian misalnya para pemegang kebijakan. Saran yang baik
dapat dilihat dari rumusannya yang bersifat rinci dan operasional
sehingga jika orang lain melaksanakannya tidak mengalami
kesulitan. Saran tidak merupakan suatu keharusan.

BAB IV (Daftar Pustaka)

A. Cara Menulis Rujukan Yang Baik

Sebuah karya ilmiah ditandai dengan dicantumkannya daftar pustaka


yang berfungsi sebagai informasi bahwa pernyataan dalam karangan
tersebut bukan merupakan opini penulis, tetapi hasil pemikiran orang lain.
Selain itu, juga berfungsi untuk memberikan informasi selengkap-
lengkapnya tentang sumber kutipan sehingga orang yang membaca dapat
melakukan checking.[11]

Secara garis besar, di dalam pustaka yang digunakan, sebaiknya


mengandung paling sedikit tiga unsur, yakni sebagai berikut.[11]

14
 Penulis
Biasanya nama penulis terdiri dari 3 bagian, yaitu Nama tengah, dan
nama keluarga/marga. Cara menulis yang benar adalah harus menyebutkan
nama keluarga terlebih dahulu tanpa menyertakan gelar akademis atau gelar
administratif.
Contoh:
Lester Panggabean  ditulis sebagai Burket L.W.
 Judul
Judul adalah judul buku ditulis secara lengkap. Contoh: Metode
Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Buku Ajar untuk Manusia.
 Penerbit
Pada nama penerbit, kota tempat buku tersebut diterbitkan serta tahun
penerbitan. Contoh: PT RINEKA CIPTA, Jakarta, 2005.

Berdasarkan kaidah penulisan pustaka, tedapat tiga cara penulisa yang


digunakan, yakni:

1. Sistem Nama dan Tahun[11]


Contoh:
 Kawengian B (1989), melaporkan bahwa manfaat vitamin C dosis
tinggi...
 Vit. C dosis tinggi dilaporkan bermanfaat menghambat pertumbuhan sel
tumor (Kawengian B, 1989).
Apabila penulis berjumlah lebih dari satu orang, maka semua penulis
harus dicoret. Contoh:
 Hadiningrat dan Harmanto (1994), melaporkan bahwa…
 Hadiningrat, Harmanto, Subiakto (1994), melaporkan bahwa…
 Hadiningrat dkk (1994), melaporkan… dst.

2. Sistem Kombinasi Abjad dan Nomor[11]


Pada sistem ini, kutipan diberi nomor urut sesuai dengan abjad. Cara
penulisannya tidak berbeda dari yang sebelumnya. Contoh:
 Alma Buchari (2004). Metode Teknik Menyusun…

15
 Budiarto Eko (2002).
.
3. Sistem Nomor
Pada sistem nomor ini setiap rujukan diberi bernomor sesuai dengan
urutan penunjukannya di dalam makalah, yang diletakkan di antara tanda
kurung, baik di belakang nama penulis, akhir pernyataan, atau akhir kalimat.
Untuk penunjukan lebih dari satu gunakan nomor-nomor yang
bersangkutan, yang dipisahkan dengan koma.

4. Sistem Harvard
Pada sistem ini daftar rujukan disusun secara alfabetikberdasarkan
nama penulis (dengan nama keluarga di depan). Penunjukannya dalam
makalah dengan mencantumkan tahun dalam tanda kurungdi belakang nama
penulis atau mencantumkan nama keluarga penulis dan tahun di dalam
tanda kurung dengan tanda koma di antaranya. Bila nama penulis lebih dari
satu orang, di belakang tahun dibubuhkan tanda titik koma sebelum penulis
berikutnya.[9]
Contoh :
 Abnormalities of the male tract have only recently been defined
in autopsy material (Kapten et al., 1968; Oppenheimer and
Esterly, 19691.

Bila terdapat penulis yang sama, maka urutan abjad berdasarkan nama
penulis berikutnya. Apabila nama para penulis sama, maka penulisannya
berdasarkan kronologi (tahun penerbitan). Apabila nama penulisannya sama
dan tahun penerbitannya juga sama, ditambahkan huruf a, b, c dan
seterusnya di belakang tahun.[9]
Contoh :
 Jepson, j.; Lowenstein, L.: The effect of testosterone, adrenal
steroids, and prolactin on erythropoiesis. Acta Haemat . 48:
292-299 (1967a).

16
 Jepson, J.; Lowenstein, L.: Inhibition of the stem cell of
erythropoietin by estradiol valerate and the protective effect of
17 alpha-hydrocy-progesterone caproate and testosterone
propionate. Endocrinolo gy 80: 438-434 (19 67b).

5. Sistem Kombinasi Alfabet dan Nomor

Pada cara ini penunjukan di dalam makalah diberi bernomor seperti


pada butir 2 dan pada daftar rujukan nama penulis disusun secara alfabetik.
Penulisan daftar publikasi dalam daftar rujukan disusun menurut alfabet
nama penulis. Di antara nama keluarga dan nama diri diberikan tanda koma,
antara nama-nama penulis diberi tanda titik koma, dan pada akhir nama
penulis diberikan tanda titik dua, kemudian diikuti dengan judul makalah
lengkapnya. Di belakang judul makalah ditulis nama majalahyang disingkat
menurut aturan yang baku, kemudian diberi tanda titik. Di belakang nama
majalah ditulis volume majalah kemudian titik dua, halaman pertama
sampai terakhir, akhirnya ditulis tahun penerbitan yang ditulis dalam tanda
kurung.[9]

6. Sistem Van Couver

Cara ini disepakati oleh para editor majalah ilmiah berbahasa Inggris
yang terkenal dalam pertemuan di Vancouver, British Columbia, USA,
Januari 1978. Tujuannya menyeragamkan atau membakukan tata cara
penulisan makalah ilmiah di seluruh dunia. Cara ini telah mengalami revisi
beberapa kali, dan yang terakhir adalah revisi bulan Oktober 20'1.0, yang
diterbitkan oleh International Committee of Medical Journal Editors dengan
judul "Uniform requirements for manuscript submitteil to biomedical
journal". Di bawah ini diberikan beberapa contoh penulisan dengan
menggunakan cara Vancouver tersebut. Perlu dicatat bahwa meskipun suatu
jumal menyatakan menggunakan sistem Vancouver ini, namun tidak
melaksanakannya dengan tepat, sesuai dengan in-house style masine-masing
jurnal; namun semua menuliskannya dengan konsisten (taat asas).[9]

17
2. POPULASI DAN SAMPLING
a. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki
karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/diamati. Populasi
terdiri dari dua jenis, yakni[11]:
1. Populasi infinit (tidak terbatas)
Yakni populasi yang tidak diketahui dengan pasti jumlah, dan
bersifat sangat luas.
2. Populasi finit (terbatas)
Yakni populasi infinit yang diberi batasan ruang dan waktu
(missal : tempat atau periode), sehingga dapat dengan pasti
diketahui jumlahnya,tempat,waktu, serta karakteristiknya.

b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian. Adapun beberapa alaan perlunya pengambilan sampel,
yaitu[11]:
1. Pengambilan sampel dapat lebih cepat dan mudah dilakukan.
2. Sampel dapat memberikan informasi dengan jumlah sedikit,
namun dapat memberikan cakupan yang lebih luas dan dalam.
3. Sampel dapat ditangani dengan teliti.
4. Sampel juga dapat digunakan untuk studi yang lebih besar pada
populasi yang bebeda-beda.

c. Menentukan jumlah sampel


Pada pemilihan sampel, perlu dilakukan penentuan besar atau jumlah
sampel yang sangat tergantung oleh tujuan penelitian, jenis penelitian,
cara pemilihan sampel, kemaknaan statistic yang diinginkan, dan
sarana yang tersedia.[11]

d. Teknik pengambilan sampel

18
Pengambilan/penarikan sampel (sampling) bertujuan untuk
memperoleh seluruh informasi yang terkandung dalam populasi yang
dijadikan sebagai objek penelitian, dengan hanya mengatamati
sebagian saja dari seluruh jumlah populasi. Menurut Tull dan
Hawkins, proses sampling terdiri 7 langkah, yang disebut Step in the
Sampling Process, yaitu[11]:
1. Defined the population
2. Specified sampling frame
3. Specified sampling unit
4. Specified method sampling
5. Determine sampling size
6. Specified sampling plan
7. Select the sample

4. DESIGN PENELITIAN
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk
menguji hipotesis. Desain penelitian membantu peneliti untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian dengan benar, objektif,
akurat, dan hemat. Terdapat dua jenis klasifikasi desain penelitian yang
sering dikemukakan ,yaitu :
a. Penelitian deskriptif
Pada penelitian ini peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan apa adanya,
tidak dilakukan analisis mengapa fenomena terjadi. Pada studi ini tidak
memerlukan hipotesis, sehingga tidak dilakukan uji hipotesis (uji
statistika).[9]
b. Penelitian Analitik
Penelitian analitik dibagi kembali menjadi dua jenis, meliputi:
1. Penelitian analitik observasional

19
Pada penelitian analitik observasional umumnya dibagi menjadi
tiga jenis[9] :
a. Penelitian cross-sectional

Melalui penelitian ini, peneliti melakukan observasi


atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu, dimana tiap
subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran subjek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Desain penelitian
jenus sering digunakan baik dalam studi klinis dan lapangan.
Dalam studi ini mempelajari hubungan antara factor resiko
dengan penyakit (efek), pengukuran terhadap variabel bebas
(factor resiko) dan variabel tergantung (efek) yang hanya
dilakukan sekali secara bersamaan. Sehingga diketahui
jumlah subjek yang mengalami efek, baik pada kelompok
subjek yang menjadi factor resiko, maupun kelompok tanpa
faktor resiko.

b. Studi kasus control = masa sekarang –depan / sekarang-lihat


belakang lagi.

Studi kasus control, observasi atau pengukuran


variabel bebas dan tergantung tidak dilakukan pada saat yang
sama. Peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung
yakni efek, sedangkan variabel bebasnya dicari secara
restrospektf, karena itu studi ini subjek tidak hanya
diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang
ditentukan.

c. Studi Kohort

Pada penelitian ini yang diidentifikasi lebih dahulu


adalah kausa atau faktor resikonya , kemudian sekelompok
subjek (disebut kohort) diikuti secara prospektif selama
periode tertentu untuk menentukan terjadi atau tidaknya efek.

20
2. Penelitian analitik eksperimental
Penelitisan eksperimental atau studi intervensional
merupakan salah satu dari rancangan penelitian yang dipergunakan
untuk nencari hubungan sebab akibat, yang memiliki kapasitas
asosiasi lebih tinggi, yang diperoleh lebih tegas dan nyata,
sehingga simpulan yang diperoleh pun lebih definitf. Namun,
penelitian eksperimental umumnya memerlukan biaya yang mahal
dan pelaksanaannya rumit.[9]
Penelitian eksperimental mempunyai tingkatan atau
gradasi, mulai dari studi pra-eksperimental, studi kuasi-
eksperimental, dan studi eksperimental benar, dimana pada studi
eskperimental benar merupakan desain tertinggi yang dapat
menujukkan hubungan sebab akibat, melalui randomisasi. Berikut
merupakan klasifikasi dari eksperimental benar(murni)[9]:
1). Eksperimental Parallel

Pada desain ini disusun 2 kelompok (atau


lebih), dan pengobatan pada kelompok-kelompok
tersebut dilakukan secara paralel atau simultan.
Jenis yang paling banyak dilakukan adalah desain
paralel dengan 2 kelompok; satu kelompok
memperoleh pengobatan baru (disebut kelompok
eksperimental, kelompok perlakuan, kelompok
terapi), sedangkan kelompok lainnya menerima
plasebo atau terapi standar, disebut kelompok
kontrol. Agar diperoleh hasil yang sahih, maka
karakteristik kelompok-kelompok yang
diperbandingkan harus seimbang. Dengan cara
tersebut diharapkan sebelum dilakukan intervensi,
karakteristik kedua kelompok sama atau sebanding.
Untuk tujuan tersebut dapat digunakan salah satu
dari 2 teknikberikut:
o Dengan melakukan randomisasi

21
o Dengan pemilihan pasangan serasi (matching)

Gambar : Struktur studi Desain Eksperimental Paralel [9]

2). Desain Menyilang ( cross-over design)


Pada desain ini setelah dilakukan randomisasi,
peserta pada kelompok A menerima obat yang diteliti, dan
peserta kelompok Bmenjadi kontrol. Setelah periode waktu
tertentu, jenis pengobatandipertukarkan; peserta yang
semula mendapat obat yang ditelitidiganti menjadi
mendapat obat kontrol, dan sebaliknya.Desain ini sesuai
untuk diterapkan pada penyakit kronik yang relatif stabil
seperti hipertensi, asma, rinitis alergika, atau
hiperlipidemia. Syarat lainnya adalah gejala (atau kadar zat
tertentu) harus cepat memberi respons dengan terapi, dan
haruscepat kembali lagi seperti keadaan semula segera
setelah terapi dihentikan.[9]
Desain menyilang apabila dipergunakan pada
penyakit yangperjalanannya tidak stabil atau berfluktuasi,
sulit dinilai hasilnya karena mungkin derajat penyakit
berbeda pada saat satu pesertamenerima obat yang diuji dan
waktu menerima plasebo atau obat standar. Keuntungan
utama desain ini adalah jumlah peserta yangdiperlukan
berkurang (separuh daripada bila digunakan desainparalel).
Namun mungkin waktu penelitian menjadi lebih lama

22
dengan kemungkinan drop out yang lebih besar. Selain itu
desainini seperti disebut di atas, membutuhkan persyaratan
tertentu; tidaksemua penyakit atau kondisi kesehatan dapat
diteliti dengan desainmenyilang ini.[9]

Gambar : Struktur studi Desain Menyilang [9]

5. RUANG LINGKUP DALAM PENELITIAN[9]


1. Penelitian Klinis
2. Penelitian lapangan
3. Penelitian laboratorium
6. ETIKA DALAM PENELITIAN
1. Kejujuran

Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,


pelaksanaan metode dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada
kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. Hargai rekan peneliti,
jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai
pekerjaan Anda.[15]

23
2. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan
percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti,
keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian. [15]

3. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis,
upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan. [15]

4. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian; secara
teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya
kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat
korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya.[15]

5. Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya
penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru.[15]

6. Penghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)


Perhatikan paten, copyrights, dan bentuk hak-hal intelektual
lainnya. Jangan gunakan data, metode, atau hasil yang belum dipublikasi
tanpa ijin penelitinya. Tuliskan nara sumber semua yang memberikan
kontribusi pada riset Anda. Jangan pernah melakukan plagiasi.[15]

7. Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)


Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan
kriminal atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia,
[15]
maka peneliti harus menjaga kerahasiaan data tersebut.

24
8. Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang ke
[15]
pelbagai media (jurnal, seminar).

9. Pembinaan yang konstruktif


Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi
mahasiswa/peneliti pemula.Perkenankan mereka mengembangkan ide
mereka menjadi penelitian yang berkualitas.[15]

10. Penghargaan terhadap Kolega/Rekan Kerja


Hargai dan perlakukan rekan penelitian Anda dengan semestinya.
Bila penelitian dilakukan oleh suatu tim akan dipublikasikan, maka
peneliti dengan kontribusi terbesar ditetapkan sebagai penulis pertama
(first author), sedangkan yang lain menjadi penulis kedua (co-author(s)).
Urutan menunjukkan besarnya ontribusi anggota tim dalam penelitian.[15

11. Tanggung Jawab Sosial


Upayakan penelitian Anda berguna demi kemaslahan masyarakat,
meningkatkan taraf hidup, mudahkan kehidupan dan meringankan beban
hidup masyarakat. Anda juga bertanggung jawab melakukan
pendampingan bagi masyarakat yang ingin mengaplikasikan hasil
penelitian Anda. [15]

12. Tidak melakukan Diskriminasi


Hindari melakukan pembedaan perlakuan pada rekan kerja atau
mahasiswa karena alasan jenis elamin, ras, suku, dan faktor-faktor lain
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kompetensi dan integritas
ilmiah. [15]

13. Kompetensi

25
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan
dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi
Anda sampai taraf pakar. [15]

14. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah
[15]
yang terkait dengan penelitian anda.

15. Mengutamakan keselamatan manusia


Bila harus mengunakan manusia untuk menguji penelitian, maka
penelitian harus dirancang dengan teliti, efek negatif harus diminimalkan,
manfaat dimaksimalkan; hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak
obyek penelitian Anda tersebut; siapkan pencegahan dan pengobatan bila
sampel Anda menderita efek negatif penelitian. [15]

16. Rancang pengujian dengan hewan percobaan dengan baik


Bila penelitian memerlukan hewan percobaan, maka percobaan
harus dirancang sebaik mungkin, tidak dengan gegabah melakukan
sembarang perlakuan pada hewan percobaan.[15}
Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakanpada
sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat
atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.[16}

Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada


penelitian kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan
hewan dengan mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh
hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia.[16}

Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World


Medical Association, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat
makhluk hidup, kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung
jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya hewan coba), beneficiary
(bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan

26
harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan
justice(bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan). Contoh
sikap tidak adil, antara lain: hewan disuntik/ dibedah berulang untuk
menghemat jumlah hewan, memakai obat euthanasiayang menimbulkan
rasa nyeri karena harga yang lebih murah.[16}

Penelitian dengan hewan coba harus memperhatikan aspek


perlakuan yang manusiawi terhadap hewan-hewan tersebut, sesuai dengan
prinsip 5F (Freedom) yaitu: bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa
tidak nyaman, bebas dari rasa nyeri, trauma, dan penyakit, bebas dari
ketakutan dan stress jangka panjang, bebas mengekspresikan tingkah laku
alami, diberikan ruang dan fasilitas yang sesuai (pengayaan lingkungan
yang sesuai).[16}

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sugiyono. Metodologi Penelitian Administratif.Bandung: Alfabeta. 2006.


2. Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
PT. Rineka Cipta. 1992.
3. Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 1998.
4. Purwanto. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2010.
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
6. Utami Roesli, Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo.
2000:3.
7. Prayitno dan Erman A. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Edisi ke-2. 2004.
8. Mustofa A. Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika Ibu Menyusui. Yin
Yang. 2010;5(2):215-26.
9. Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. Dasar- Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta. CV. Sagung Seto. 2011.
10. Sutrisno, Hadi. Pokok – pokok Metodologi Penelitian. Yogyakarta. 1986.
11. Imron TA, Moch dan Amrul Munif. Metodologi Penelitian Bidang
Kesehatan: Bahan Ajar Mahasiswa. Jakarta.CV Sagung Seto. 2010.
12. Dahlan, MS. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Ed ke 2. Jakarta : CV Sagung Seto. 2012:56-59
13. Hartinah, Sri.Materi Pokok Penelusuran Literatur PUST2257. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2010.
14. Suharsimi A. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998.
15. Shamoo A and Resnik D. Responsible Conduct of Research, New York:
Oxford University Press. 2003
16. Ridwan E. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan.
J Indon Med Assoc. 2013;63(3):112-6.
17. Hammosh M. Human Milk. Boston: Little Brown. 1985:69-85.

28
18. Siigur U, Ormission A, Tamm A. Faecal short-chain fatty acids in breastfed
and bottle-fed infants. Acta Paediatric. 1993; 82:536-8.
19. Siregar Arifin. “Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya”. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004.
20. Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC. 2006.
21. Nasar, dkk. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Ed ke 1. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2009.
22. Khasanah, Nur. ASI atau Susu Formula.Jogjakarta: Flashbooks. 2011.
23. Roesli, Utami. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif . Jakarta: Pustaka
Bunda. 2005.
24. Pudjiadi, Solihin. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001
25. Rosita, Syarifah. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana. 2008.
26. Utami R. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo.
2001:1.
27. Verrals, S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.
2007.

29

Anda mungkin juga menyukai