Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Local Area Network (LAN)

Local Area Network (LAN) merupakan jaringan komputer terkecil


untukpemakaian pribadi. Local Area Network (LAN) memiliki skala jangkauan
mencakup 1 KM hingga 10 KM, dalam bentuk koneksi wired (kabel), wireless
(nirkabel), maupun kombinasi keduanya.(Putu Agus, 2014 : p 32).

Jaringan Local Area Network (LAN) umum juga disebut sebagai intranet.
Local Area Network (LAN) beda dengan jaringan internet. Sesuai namanya,
jaringan ini bersifat private, yaitu hanya diperuntukkan bagi pengguna di
dalam internal organisasi/ perusahaan/instansi/ruangan bersangkutan saja.

2.1.1 Ethernet

Ethernet adalah standar jaringan yang dimana tidak ada komputer


pusat atau perangkat di jaringan ( node ) yang harus mengontrol kapan
data dapat dikirim yaitu , setiap node mencoba untuk mengirimkan data
ketika menentukan jaringan available untuk menerima komunikasi .
jika dua komputer pada upaya jaringan Ethernet untuk mengirim data
pada saat yang sama , collision akan terjadi , dan komputer harus
mencoba untuk mengirim pesan mereka lagi. (Shelly, Gary B.,2011 : p
478)

2.2 Jaringan Komputer

Menurut Forouzan di dalam bukunya yang berjudul Computer Network


A Top Down Approach, disebutkan bahwa jaringan komputer adalah hubungan
dari sejumlah perangkat yang dapat saling berkomunikasi satu sama
lain.Perangkat yang dimaksud pada definisi ini mencakup semua jenis
perangkat komputer dan perangkat penhubung. (Putu Agus, 2014: p 12)

5
6

2.3 Pemodelan Layer OSI

Di dalam jaringan komputer, terdapat pemodelan secara hirarki untuk


menggambarkan secara jelas tugas dari setiap lapisan pada jaringan komputer,
terkait dengan proses pengiriman dan penerimaan paket data dari komputer
pengirim ke komputer penerima. Selain itu, pemodelan secara hirarki ini juga
turut menjelaskan fungsi-fungsi dari setiap lapisan di dalamnya terkait dengan
jaringan komputer, yang meliputi perangkat keras jaringan komputer
(hardware) dan perangkat lunak jaringan komputer (software). Lapisan-lapisan
inilah yang disebut dengan pemodelan layer pada jaringan komputer (Layer
Model). (Putu Agus, 2014 : p 46).

Layer model bertujuan untuk membuat standardisasi dan mencegah error


jika ada masalah baik di hardware maupun di software. Masalah di satu
layertidak berpengaruh ke layer lain.
OSI (Open System Interconnection) layer merupakan model dari koneksi
logis yang harus terjadi agar komunikasi data dalam jaringan dapat
berlangsung. Berikut merupakan tabel dari setiap layer dan masing-masing
fungsinya menurut Sofana (2012: p 97).

Tabel 2.1: Tabel OSI Layer

Layer Fungsi Contoh Protokol


Application Menyediakan servis bagi berbagai aplikasi SMTP, SNMP,
jaringan Telnet, HTTP,
DHCP
Presentation Mengatur konversi dan translasi berbagai ASCII, MPEG,
format data, seperti kompresi data dan enkripsi MIDI, ASCII7
data
Session Mengatur sesi yang meliputi establishing, SQL, OS,
maintaining, dan terminating antar entitas NetBIOS, NFS
yang dimiliki oleh layer presentation
Transport Menyediakan end-to-end communication TCP, IPX, UDP
protocol. Layer ini bertanggungjawab terhadap
"keselamatan data" dan "segmentasi data"
7

Network Menentukan rute/jalur yang dilalui oleh data. IPX, IP, ICMP,
Layer ini menyedikana logical addressing IPSec, OSPF,
(pengalamatan logikal) dan path determination IGRP, RIP
(penentuan rute tujuan)

Data Link Menentukan pengalamatan fisik (hardware Frame Relay,


address), error notification (pendeteksian PPP, ISL, Token
kesalahan), frame flow control (kendali aliran Ring
frame), dan topologi jaringan.
Ada dua sublayer pada Data Link layer, yaitu
Logical Link Control (LLC) dan Media Access
Control(MAC).
LLC mengatur komunikasi seperti error
notification dan flow control.
Sedangkan M AC mengatur pengalamatan
fisik yang digunakan dalam proses komunikasi
antar-adapter.

Physical Layer ini menentukan masalah 802.11a/b/g/n,


gelombang/medan dan berbagai fungsi yang hub, repeater,
berkaitan dengan link fisik, seperti besar fiber optic
tegangan arus listrik, panjang maksimal media
transmisi, jenis kabel dan konektor

2.4 Pemodelan Layer TCP/IP

Menurut Sofana (2012: p 242), model referensi TCP/IP merupakan


model referensi yang dikembangkan sebelum model OSI. Jika dibandingkan
layer yang ada di TCP/IP tidaklah sama dengan OSI. TCP/IP yang terdiri dari
empat software layer yang dijelaskan pada tabel 2.2.
Menurut Sofana (2012: p 242), model ini dikembangkan menggunakan
model referensi DARPA yang diusulkan oleh departemen pertahanan Amerika
Serikat. Model DARPA ini digunakan untuk membuat aturan untuk
ARPANET dan sudah dikembangkan jauh sebelum pengembangan model OSI.
8

Tabel2.2: Tabel TCP/IP Layer

Layer Fungsi Contoh Protokol

Applicatio Menyediakan servis bagi applikasi TCP/IP. Telnet, DHCP,


n Layer ini menangani high-level protocol, DNS, HTTP,
representasi data, encoding, dan dialog FTP, SMTP,
control yang memungkinkan terjadinya SNMP
komunikasi antar aplikasi jaringan

Transport Mengatur komunikasi antar host. Layer ini TCP, UDP


menyediakan layanan pengiriman data
dengan cara membuat logical connection di
antara pengirim dan penerima

Layer transport juga bertugas memecah data


dan menyatukan kembali

Internet Layer ini memiliki tugas utama dalam IP, ICMP, ARP,
penentuan rute terbaik yang akan dilewati RARP
oleh paket-paket data

Pada layer ini ditentukan pula alamat logika,


yaitu IP address.

Network Berfungsi meletakkan frame-frame data Ethernet, Frame


Interface yang akan dikirim ke media jaringan Relay, ATM

2.5 Perangkat Keras Jaringan

1. Hub
Hub merupakan perangkat keras penghubung di dalam jaringan
komputer yang memiliki fungsi utama sebagai penghubung fisik media
jaringan berupa serat optik (fiber optic), Ethernet, hingga sinyal. Hub
bekerja pada Physical layer dengan cara merepresentasikan sinyal yang
ada. Topologi-topologi jaringan yang umum menggunakan Hub misalkan
pada Topologi Star. Selain itu, Hub juga berfungsi sebagai media untuk
9

proses transmisi paket data dari komputer pengirim ke komputer


penerima.
Sebagai sebuah perangkat keras penghubung pada jaringan
komputer yang berada di Physical layer , Hub tidak memiliki alamat fisik
jaringan di Data link layer (berupa MAC Address) maupun alamat
jaringan di Network layer (dalam bentuk IP Address). Hal lainnya lagi
adalah Hub tidak memiliki kemampuan untuk mengecek alamat fisik
(MAC Address) dari setiap komputer atau perangkat lainnya yang
terhubung ke dalam Hub tersebut.
Selain itu, Hub juga tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan filter terhadap paket data yang keluar masuk jaringan melalui
Hub tersebut. Hal ini yang menjadikan Hub sedikit lebih berisiko
dibandingkan dengan menggunakan perangkat keras penguhubung
dengan fungsi serupa, yaitu Switch. (Putu Agus, 2014 : p 487)

2. Bridge
Bridge adalah perangkat jaringan yang digunakan untuk
memecah jaringan yang besar. Bridge bekerja pada layer data-link dari
model OSI. Bridge bekerja dengan mengenali alamat MAC asal yang
mentransmisi data ke jaringan dan secara otomatis membangun sebuah
table internal. Tabel ini berfungsi untuk menentukan ke segmen mana
paket akan di route dan menyediakan kemampuan filtering. (Ali Hariono,
H, 2011 : p 136)

3. Switch
Switch merupakan perangkat keras penghubung di dalam jaringan
komputer yang memiliki fungsi utama sebagai penghubung fisik media
jaringan berupa serat optik (fiber optic), Ethernet, hingga sinyal (untuk
dukungan wireless). (Putu Agus, 2014 : p487).
Switch bekerja di dua buah layer pada jaringan komputer, yaitu
Data Link layer dan Physical layer. Pada Data Link layer, terjadi proses
pengecekan terhadap alamat fisik jaringan (MAC Address) untuk
otentikasi alamat fisik komputer yang terhubung ke switch, untuk
kemudian disesuaikan dengan alamat jaringan pada Network layer (IP
10

Address). Pada Physical layer terjadi proses pengolahan sinyal digital.


Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh switch, yaitu:
a. Switch memiliki kemampuan untuk membaca alamat fisik (MAC
Address) dari setiap komputer yang terhubung ke dalam switch
yang bersangkutan.
b. Switch memiliki kemampuan untuk melakukan filter terhadap paket
data yang keluar masuk switch.

4. Router
Router merupakan perangkat keras pada jaringan komputer yang
berfungsi di dalam proses Routing untuk menentukan rute yang dilalui
oleh paket data dari komputer pengirim ke komputer penerima. Router
dapat membagi Network besar menjadi beberapa subnetwork. (Putu
Agus, 2014 : p 489)

2.6 Macam-Macam Topologi pada Jaringan Komputer

Pada jaringan komputer, dikenal setidaknya enam buah topologi pada


jaringan komputer. Keenam jenis topologi pada jaringan komputer tersebut
memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan masing-masing. Keenam
topologi pada jaringan komputer ini meliputi Topologi Bus, Topologi Star,
Topologi peer to peer (P2P), Topologi Ring, Topologi Tree, dan Topologi
Mesh. (Putu Agus, 2014 : p 18)

2.6.1 Topologi Bus

Topologi Bus merupakan topologi yang paling awal digunakan di


dalam model topologi pada jaringan komputer, terutama di masa-masa
awal jaringan komputer dikembangkan. Beberapa referensi
memasukkan Topologi Bus ke dalam jenis Topologi Peer To Peer
(P2P). Topologi Bus hanya menggunakan sebuah jalur koneksi, yang
kemudian digunakan secara bersama-sama oleh beberapa buah
komputer dan perangkat jaringan komputer terhubung lainnya. Tentu
11

saja, terdapat terminal di awal dan akhir bus (jalur/line koneksi) untuk
menyediakan dan menjaga koneksi di dalamnya untuk semua komputer
yang terhubung. (Putu Agus, 2014 :p 19)

Gambar 2.1: Topologi Bus pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer, 2014, p 19)

2.6.2 Topologi Star


Topologi Star adalah topologi di dalam jaringan komputer, di
mana terdapat sebuah komputer (ataupun perangkat jaringan komputer
berupa hub atau switch) yang menjadi pusat dari semua komputer yang
terhubung kedalamnya.Komputer pusat ini bertindak sebagai server.
Komputer-komputer lainnya, yang dalam hal ini bertindak sebagai
client, tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Mereka harus melalui
komputer pusat (ataupun berupa hub dan switch) terlebih dahulu, untuk
dapat bertukar data dengan sesama komputer client lainnya.
Topologi Star umumnya digunakan pada jaringan komputer skala
kecil dan menengah. Misalkan saja untuk jaringan komputer
local(intranet/LAN) di lingkungan perumahan, sekolah, kos – kosan,
penginapan, dan lain-lain. (Putu Agus, 2014 :p 21).
12

Gambar 2.2: Topologi Star pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer , 2014, p 22)

2.6.3 Topologi Peer to Peer (P2P)


Topologi Peer To Peer (P2P) adalah topologi di dalam jaringan
komputer, di mana konsep dan pemodelan Peer To Peer (P2P) dipakai
di dalamnya. Ini berarti semua komputer yang terhubung didalamnya
sama-sama berinteraksi tanpa adanya server. Setiap komputer dapat
bertindak sebagai server sekaligus clientdan saling berbagi satu sama
lain.
Pada beberapa referensi, Topologi Peer To Peer (P2P)
diidentikkan dengan Topologi Bus, namun bentuk komunikasi dan
koneksinya tidak searah layaknya pada Topologi Bus. (Putu Agus,
2014: p 23)

Gambar 2.3: Topologi Peer to Peer (P2P) pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer , 2014, p 24)


13

2.6.4 Topologi Ring


Topologi Ring merupakan salah satu topologi yang relatif
sederhana pada jaringan komputer. Topologi jaringan ini hanya
menghubungkan setiap komputer (atau disebut juga sebagai node) satu
per satu, sehingga membentuk sebuah rangkaian menyerupai cincin
(ring). Rangkaian berbentuk ring ini merupakan satu kesatuan. Sinyal
dan paket data berjalan searah melewati kesatuan rangkaian tersebut
dan melewati setiap komputer yang terhubung pada rangkaian ring ini.
Secara konsep, Topologi Ring hampir mirip dengan Topologi
Bus, hanya saja pada Topologi Ring tidak terdapat titik henti dalam
bentuk terminal, sehingga membentuk lingkaran atau cincin (ring).
(Putu Agus, 2014 :p 26)

Gambar 2.4: Topologi Ring pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer, 2014, p 26)

2.6.5 Topologi Tree


Topologi Tree merupakan salah satu topologi yang juga paling
banyak diterapkan di dalam jaringan komputer, dengan bentuk
geometris menyerupai pohon (tree). Pada topologi tree trerdapat sebuah
14

komputer (atau perangkat jaringan komputer berupa Hub ataupun


switch) pada level teratas (disebut dengan root) yang menjadi pusat
utama komunikasi bagi semua komputer lain yang terhubung
dengannya. Koneksi ini menggunakan Topologi Peer To Peer (P2P).
Kemudian pada level di bawahnya terdapat satu atau lebih komputer
lain (disebut dengan central) yang menjadi pusat bagi sejumlah
komputer di level bawahnya, yang membentuk topologi seperti
Topologi Star. Central ini menjadi penghubung antara root dengan
semua komputer lainnya yang ada di bawah central.
Dapat dikatakan bahwa Topologi Tree sejatinya merupakan
perpaduan (Hybrid/Hibrida) dari Topologi Star dan Topologi Peer To
Peer(P2P). (Putu Agus, 2014 : p 27)

Gambar 2.5: Topologi Tree pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer , 2014, p 28)

2.6.6 Topologi Mesh


Topologi Mesh adalah salah satu jenis topologi pada jaringan
komputer yang menghubungkan semua komputer secara penuh (Fully
Connected). Topologi Mesh merupakan Topologi paling kompleks dan
paling banyak digunakan pada penyedia layanan akses internet (Internet
Service Provider/ISP), sebab Topologi Mesh mampu menjaga agar
kerusakan atau gangguan yang terjadi pada salah satu komputer tidak
akan mempengerahui komputer lain atau jaringan secara keseluruhan.
15

Namun di dalam penggunaan pribadi, tidak terlalu banyak yang


menggunakan jenis Topologi Mesh ini. (Putu Agus, 2014 : p 29)

Gambar 2.6: Topologi Mesh pada Jaringan Komputer

(Sumber: Handbook Jaringan Komputer , 2014, p 30)

Topologi Mesh terdiri atas dua jenis. Kedua jenis topologi Mesh
tersebut meliputi:
1. Topologi Mesh Fully Connected
Topologi Mesh Fully Connected memiliki ciri utama di mana
semua komputer di dalamnya saling terhubung satu sama lain secara
penuh (Fully Connected). Misalkan apabila terdapat sepuluh buah
komputer di dalam Topologi Mesh, maka setiap komputer di dalamnya
akan terhubung ke Sembilan buah komputer lainnya. (Putu Agus, 2014
: p 29)
2. Topologi Mesh Partial Connected
Topologi Mesh Partial Connected memiliki ciri utama di mana
tidak semua komputer di dalamnya saling terhubung satu sama lain
(partial). (Putu Agus, 2014 : p 30)

2.7 Internet Protocol (IP)

Internet Protocol (IP) merupakan salah satu protokol terpenting di dalam


jaringan komputer, khususnya pada Network Layer, yang berfungsi di dalam
16

proses pengalamatan pada jaringan komputer (berupa IP Address) dan proses


Routing. Padajaringan komputer, Internet Protocol (IP) umumnya selalu
bekerja sama dengan protokol TCP (Transmission Control Protocol), sebuah
protokol pada Transport Layer yang bersifat Connection Oriented dan
Reliable. Di satu sisi Internet Protocol (IP) bertugas memberikan alamat pada
komputer dan proses Routing, sedangkan TCP (Transmission Control
Protocol) bertugas di dalam membantu transmisi paket data di dalam jaringan
komputer. (Putu Agus, 2014: p 379)

2.8 IP Address Public dan IP Address Private

Di dalam pemanfaatan jaringan komputer sehari-hari dilihat dari cakupan


penggunaan IP Address di dalam jaringan komputer (untuk penggunaan di
dalam jaringan lokal dan di dalam jaringan internet atau publik), maka secara
garis besarnya, IP Address dibedakan menjadi dua jenis, yaitu IP Address
Public dan IP Address Private.(Putu Agus, 2014 : p 390)

1. IP Address Public
IP Address Publicmerupakan IP address yang bersifat unik (pada
bagian Network Identifier) untuk setiap komputer dan digunakan pada
jaringan internet. IP Address Public ini hanya dimiliki oleh masing-
masing komputer di seluruh dunia, termasuk juga perangkat-perangkat
terhubung lainnya, untuk memudahkan di dalam saling mengenali satu
sama lain. Apabila masih menggunakan IPv4, maka daya tampungnya
terbatas untuk IP Address Public, sehingga salah satu cara umum yang
digunakan adalah dengan NAT (Network Address Translator). (Putu
Agus, 2014 : p 390)
2. IP Address Private
IP Address Private bersifat umum, sehingga dua buah jaringan
berbeda yang tidak saling terhubung dapat menggunakan alamat yang
sama. IP Address Private umum digunakan pada jaringan lokal, misalkan
Local Area Network (LAN). (Putu Agus, 2014 : p 391)
17

2.9 IP Address Dinamis dan IP Address Statis

IP address secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu IP address


dinamis (Dynamic IP Address) dan IP address Statis (Static IP Address). (Putu
Agus, 2014 : p 394).

1. IP address dinamis (Dynamic IP Address)


IP Address dinamis (Dynamic IP Address) merupakan IP address
yang diperoleh oleh komputer dan perangkat terhubung lainnya di dalam
jaringan komputer secara otomatis dan akan selalu berubah-ubah setiap
saat (Dynamic). Pemberian alamat berupa IP Address ini dilakukan
secara otomatis oleh suatu perangkat,aplikasi,sekaligus protokol di dalam
jaringan komputer yang bernama DHCP (Dynamic Host Controller
Protocol) dan komputer yang bertindak sebagai DHCP Server.(Putu
Agus, 2014: p 394)
2. IP addressstatis (Static IP Address)
IP Address Statis (Static IP Address) merupakan IP Address yang
diperoleh dengan cara mengatur sendiri konfigurasi pada komputer
sesuai dengan pengaturan (Setting) jaringan bersangkutan. Pada
pengaturan di dalam IP Address Statis, terdapat bagian-bagian yang harus
diketahui berupa pengkelasan pada IP Address, Subnet dan Subnet Mask,
Gateway, dan DNS (Domain Name System) server yang digunakan. (Putu
Agus, 2014: p 396)

2.10 Net Mask

Net Mask didefinisikan sebagai bit 1 dan 0 (dalam binary) untuk


menyaring bagian jaringan dari alamat berbasiskan Internet Protocol (IP
Address), sehingga hanya bagian komputer host (Host ID atau Host Address)
yang tersisa dan ditampilkan. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa Net
Mask merupakan proses Mask pada jaringan (Network) yang bersifat wajib dan
tidak dapat dimodifikasi. (Putu Agus, 2014: p 402)
18

2.11 Subnet Mask

Subnet Mask merupakan 32 bitalamat yang membagi sebuah IP Address


ke dalam bentuk Network Address dan Host Address. Subnet Mask berada di
antara keduanya tersebut, sehingga memiliki format “network-address.subnet-
mask.host-address”. Sebagai contoh IP address 192.168.55.60 memiliki
network address 192.168.* (tanda * artinya mencakup semua range IP Address
yang diawali dengan 192.168, namun ini akan berbeda untuk setiap kelas),
subnet mask 55, dan host address 60. (Putu Agus, 2014: p 404)

2.12 Subnetting

Subnetting didefinisikan sebagai proses untuk melakukan Subnet pada


pengalamatan jaringan komputer berbasiskan IP Address dengan menggunakan
Net Mask dan Subnet Mask. Subnetting digunakan untuk memudahkan
pengelola jaringan komputer, baik System Administrator, Network
Administrator, maupun pengguna biasa, di dalam mengelola jaringan,
melakukan alokasi IP Address untuk setiap ruangan dan gedung, sesuai dengan
kebutuhan. (Putu Agus, 2014: p 404)

2.13 Virtual Local Area Network (VLAN)

2.13.1 VLAN
VLAN (Virtual LAN) adalah Local Area Network yang dikonfigurasi
dengan menggunakan software bukan dengan konfigurasi secara fisik.
(Forouzan, 2007 : 458). VLAN memudahkan network administrator
untuk membuat grup komputer secara logical berdasarkan fungsi,
departemen, maupun tim proyek. (Johnson, 2008: 108).

2.13.2 Tipe VLAN


VLAN memiliki beberapa tipe-tipe yang diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian seperti berikut (Johnson, 2008: 108) :
1. Data VLAN
VLAN yang secara spesifik digunakan untuk mengirim atau
membawa traffic maupun data yang dihasilkan oleh pengguna.
19

2. Default VLAN
Setiap port pada switch akan menjadi anggota dari default VLAN
sebelum dikonfigurasi ulang. Default VLAN pada Cisco device adalah 1, dan
default VLAN tidak bisa dihapus atau dirubah namanya.
3. Native VLAN
Pada VLAN, Traffic yang belum ditandai akan dikategorikan sebagai
Native VLAN. Klasifikasi untagged didapat dari penggunaan link trunk dari
sisi pengirim.
4. Management VLAN
Management VLAN merupakan VLAN yang bisa dikonfigurasi untuk
mengakses fitur-fitur manajemen VLAN yang dimiliki switch, dapat
dikonfigurasi dengan menggunakan HTTP, Telnet, SSH, ataupun SNMP.
Biasanya default VLAN Cisco 1 dapat digunakan sebagai management
VLAN apabila belum terjadi perubahan.
5. Voice VLAN
Voice VLAN digunakan untuk memberikan prioritas terhadap paket
suara dalam Voice over IP dikarenakan paket suara membutuhkan prioritas
lebih, apabila terjadi gangguan maka lawan bicara tidak dapat mendengar
jelas suara yang diterima.

2.13.3 Pembagian VLAN


Pembagian VLAN dibagi menjadi beberapa cara yaitu (Sofana, 2012: 180) :
1. Port Numbers
Beberapa vendor VLAN menggunakan port yang ada pada switch,
administrator dapat mengkategorikan bahwa station yang terhubung
dengan port 1,2,3 dan 7 merupakan VLAN 1, dan station yang terhubung
ke port 4, 10, dan 12 merupakan VLAN 2 dan seterusnya.
2. MAC Address
Beberapa vendor VLAN menggunakan MAC Address untuk
membedakan setiap VLAN, contoh station yang memiliki MAC Address
E21342A12334 dan F2A123BCD341 merupakan VLAN 1.
20

3. IP Address
Dengan menggunakan IP address, sebagai contoh IP address
181.34.23.67, 181.34.23.72, 181.34.23.98, dan 181.34.23.112 termasuk
dalam VLAN 1.

4. Multicast IP Address
Beberapa vendor menggunakan multicast IP address untuk
mengkategorikan VLAN.

5. Kombinasi
Dengan menggunakan software, dapat menggabungkan karakteristik-
karakteristik yang ada diatas.

2.13.4 Fungsi VLAN


Secara garis besar manfaat VLAN sebagai berikut (Sofana, 2012: 177 ) :
1. Meningkatkan performa network
VLAN mampu meningkatkan performa network dengan cara
memblok paket/frame yang tidak perlu.
2. Desain jaringan yang fleksibel
VLAN memungkinkan anggota berpindah-pindah lokasi tanpa
harus merombak ulang perangkat jaringan. Cukup melakukan
konfigurasi secara software. VLAN dapat mengatasi persoalan lokasi.
3. Mengurangi biaya instalasi
Jika hendak diubah menjadi VLAN, maka tidak diperlukan biaya
instalasi maupun penambahan perangkat baru.
4. Keamanan
VLAN dapat membatasi user yang boleh mengakses suatu
aplikasi/data berdasarkan access list yang bisa ditentukan sendiri.

2.13.5 Keanggotaan VLAN


Jika dilihat dari keanggotaaan maka VLAN dapat dibagi menjadi dua,
yaitu (Sofana, 2012: 179) :
1. Static VLAN
21

Setiap anggota dari suatu VLAN ditentukan berdasarkan nomor port


switch. Keanggotaan akan tetap selamanya seperti itu hingga diubah.
Biasanya dilakukan dengan memindahkan kabel network ke port yang
lain, static VLAN disebut juga sebagai port based VLAN (Sofana,
2012: 179)
2. Dynamic VLAN
Pada dynamic VLAN, keanggotaan VLAN akan ditentukan secara
otomatis menggunakan software yang diinstal pada server pusat, yang
disebut VLAN Management Policy Server (VPMS). Dengan
menggunakan VPMS, kita dapat menentukan anggota VLAN
berdasarkan MAC address, protokol, dan aplikasi untuk membentuk
dynamic VLAN. (Sofana, 2012: 180)

Gambar 2.7: Virtual Local Area Network (VLAN)

(Sumber: Cisco Certified Network Associate Study Guide (Seventh


edition) , 2012, p 333)
22

2.14 Firewall

Firewall merupakan perangkat yang berfungsi untuk memeriksa dan


menentukan paket data yang dapat keluar atau masuk dari sebuah jaringan.
Dengan kemampuan menentukan apakah sebuah paket data bisa masuk dan
keluar dari suatu jaringan maka firewall berperan untuk melindungi jaringan
dari serangan yang berasar dari luar jaringan (outside network). Selain
ditujukan untuk melindungi jaringan, firewall juga dapat difungsikan untuk
melindungi sebuah komputer user atau host (single host). (Towidjojo,2012 : p
43)

2.15 Network Address Translation (NAT)

Network Address Translation (NAT) adalah suatu fungsi firewall yang


sebenarnya bertugas melakukan perubahan IP Address pengirim dari sebuah
paket data. NAT ini umumnya dijalankan pada router-router yang menjadi
batas antara jaringan lokal dan jaringan internet. Secara teknis NAT ini akan
mengubah paket data yang berasal dari komputer user seolah-olah berasal dari
router. (Towidjojo, 2012 : p 44)

2.15.1 Masquerade

Di dalam menerapkan Network Address Translation (NAT),


dikenal teknik masquerade yang merupakan teknik penggantian
otomatis IP Address private menjadi IP Address public yang ada di
Router Mikrotik. (Towidjojo, 2012 : p 29)

2.16 Quality of Service (QoS)

QoS (Quality of Service) merupakan sekumpulan teknik dan mekanisme


yang menjamin perfomansi dari jaringan komputer (terutamanya di internet) di
dalam penyediaan layanan kepada aplikasi – aplkasi di dalam jaringan
komputer. QoS (Quality of Service) dilihat dan diukur dari sudut pandang
penyedia layanan. Berbeda dengan QoE (Quality of Experience) dimana
penilaian dilakukan dari sudut pandang pengguna. (Putu Agus, 2014 : p 547)
23

2.16.1 Bandwidth
Bandwidth sendiri didefinisikan sebagai lebar pita jaringan
komputer yang menentukan kecepatan akses jaringan komputer.
Bandwidth kerap kali menjadi komoditi dari layanan akses
internet bagi sebagian besar pengguna awam. Untuk itulah, perlu
diperhatikan dengan baik perjanjian yang ditawarkan oleh pihak
penyedia layanan akses internet terkait dengan Bandwidth yang
diberikan, termasuk dalam satuan bit ataukah Byte. Bandwidth yang
besar akan memberikan QoS yang lebih baik.

2.16.2 Simple Queue


Simple Queue merupakan menu pada RouterOS untuk melakukan
manajemen bandwidth untuk skenario jaringan yang sederhana. Untuk
menggunakan Simple Queue, pekerjaan packet classification dan
marking packet tidak wajib untuk dilakukan.
Meskipun demikian, Simple Queue sebenarnya juga bisa
melakukan manajemen bandwidth terhadap packet-packet yang sudah
di-marking.
Konfigurasi queue yang dilakukan oleh Simple Queue tetap
menggunakan Hierachical Token Bucket sebagai metode utama. Namun
queue tersebut tidak dilakukan pada interface fisik. Simple Queue akan
melakukan queue pada interface virtual. Pada RouterOS v5 akan
dilakukan pada interface Global-In, Global-Out atau Global-Total.
Sedangkan pada RouterOS v6, Simple Queue memiliki tempat khusus
sendiri untuk melakukan queue. (Towidjojo,2012 : p 120)

2.17 Dynamic Host Configutration Protocol (DHCP)

DHCP merupakan salah satu protokol standar di jaringan komputer yang


berfungsi untuk membantu pengguna jaringan komputer memperoleh alamat
(IP address) secara cepat dan otomatis.
DHCP diciptakan berdasarkan kenyataan bahwa semakin banyak
perangkat yang terhubung ke jaringan komputer serta kecenderungan pengguna
24

untuk dapat mudah terkoneksi ke jaringan tanpa harus repot melakukan


konfigurasi alamat jaringan secara manual. DHCP banyak diterapkan di
beragam jaringan dan sistem operasi. DHCP mendukung pengalamatan baik
IPv4 maupun IPv6. (Towidjojo, 2012 : p 154)

2.18 Domain Named Server (DNS)


DNS (Domain Named Server) merupakan salah satu aplikasi standar di
Application Layer yang berfungsi untuk menterjemahkan pengalamatan
jaringan komputer dari IP address ke alamat domainyang mudah untuk diingat
oleh pengguna jaringan. Sebagai contoh, pengguna jaringan komputer lebih
mudah untuk mengingat alamat situs Google (dalam bentuk kata/kalimat)
dibandingkan alamat IP public Google (dalam bentuk numerik). DNS secara
hirarkis memberikan penamaan kepada sebuah komputer/server untuk mudah
dikenali oleh pengguna jaringan komputer. (Towidjojo, 2012 : p 154)

2.19 Perangkat Lunak Jaringan

2.19.1 WinBox
Winbox digunakan untuk mengakses fitur-fitur router Mikrotik,
yaitu konfigurasi dan manajemen, dengan menggunakan Graphic
User Interface (GUI). Semua fungsi antarmuka WinBox adalah
sedekat mungkin dengan fungsi konsol : semua fungsi WinBox yang
persis dalam hirarki yang sama di Terminal Konsol dan sebaliknya,
kecuali fungsi yang tidak diimplementasikan di WinBox. Itu sebabnya
tidak ada bagian WinBox di manual. WinBox plugin di-cache pada
disk lokal untuk setiap versi Mikrotik RouterOS. Plugin yang tidak
diunduh, jika mereka dalam cache, dan router belum diperbaharui
sejak terakhir kali diakses. (Jurnal Pambudi, 2011: p 6)
25

2.19.2 The Dude


Network monitor The Dude adalah aplikasi monitoring yang
dikembangkan oleh MikroTik dimana user dapat meningkatkan cara
untuk mengatur jaringan. The Dude akan secara otomatis memindai
semua perangkat jaringan kedalam subnet tertentu dan layout jaringan
user, memonitor layanan perangkat user dan memberi peringatan
kepada user apabila ada layanan yang mengalami masalah.
(http://www.mikrotik.com/thedude, 9 Juni 2015)

2.19.3 Mikrotik RouterOS

Mikrotik RouterOS adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang


dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang
handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan
jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot.
(http://www.mikrotik.co.id/)

2.19.4 Lisensi Mikrotik


(Athailah, 2013: p 20-21) Lisensi pada Mikrotik RouterOS adalah
menggunakan level. Lisensi pada level disesuaikan dengan kebutuhan. Jika
membutuhkan fitur yang lebih tinggi, maka level tersebut dapat ditingkatkan.
Tingkatan level pada lisensi Mikrotik adalah sebagai berikut:

1. Level 0 (Gratis)
Pada level ini tidak memerlukan lisensi untuk menggunakannya
dan penggunaan fitur ini hanya dibatasi selama 24 jam setelah
instalasi dilakukan.

2. Level 1 (Demo)
Pada level ini, Mikrotik dapat digunakan secara penuh, semua
fungsi yang disediakan oleh Mikrotik dapat digunakan. Namun,
waktu penggunaan Mikrotik dalam level ini hanya dibatasi sampai
26

24 jam saja. Setelah ini, fitur-fitur yang aktif sebelumnya akan


dikunci secara otomatis.

3. Level 3
Lisensi level ini sudah mencakup lisensi level 1, dan dilengkapi
dengan kemampuan untuk mengatur semua perangkat keras yang
berbasiskan alamat protokol internet (IP Address), baik itu Ethernet
Card, maupun hotspot nirkabel yang bertipe client.

4. Level 4
Lisensi level ini isinya adalah cakupan dari lisensi level 1 dan
3, serta ditambah fitur untuk mengelola jaringan nirkabel tipe akses
poin.

5. Level 5
Lisensi level 5 isinya adalah cakupan lisensi level 1, 3, dan 4,
serta ditambah fitur untuk mengelola hotspot nirkabel lebih banyak

6. Level 6
Ini adalah level lisensi yang tertinggi di Mikrotik. Pada
lisensi level 6 ini diberikan fitur-fitur yang ada pada semua level
lisensi Mikrotik sebelumnya, serta ditambah tanpa ada limitasi
apapun.

2.20 Address Resolution Protocol (ARP)


Address Resolution Protocol (ARP) merupakan protokol di dalam
jaringan komputer yang berfungsi untuk menghubungkan antara pengalamatan
secara fisik dan pengalamatan secara jaringan pada suatu komputer yang
terhubung ke dalam jaringan komputer. Pengalamatan fisik merupakan
pengalamatan yang diberikan secara unik oleh setiap vendor perangkat keras
berupa MAC (Medium Access Control) Address. Pengalamatan ini beserta
dengan protokol ARP (Address Resolution Protocol) terletak di Data Link
Layer. Sedangkan pengalamatan secara jaringan berbasiskan Internet Protocol
27

disebut dengan IP Address. Pengalamatan ini berada di Network Layer. (Putu


Agus, 2014 :p 112)

2.21 Load Balance


Load Balance dalam jaringan komputer adalah teknik untuk membagi
beban (load) ke dalam beberapa jalur atau link. Ini dilakukan jika untuk
menuju suatu network terdapat beberapa jalur (link). Tujuan dari load balance
ini agar tidak ada link yang mendapatkan beban yang lebih besar dari link yang
lain. Diharapkan dengan membagi beban ke dalam beberapa link tersebut,
maka akan tercapai keseimbangan (balance) penggunaan link-link tersebut.
(Towidjojo, 2012 : p 9)

2.21.1 Fail Over


Fail Over adalah suatu teknik load balancing dengan memberikan
dua jalur koneksi atau lebih dimana ketika salah satu jalur mati, maka
koneksi masih tetap berjalan dengan disokong oleh jalur lainnya.
Teknik Failover ini cukup penting ketika kita menginginkan adanya
koneksi jaringan internet yang handal.
Untuk menerapkan teknik Failover, user harus menggunakan
parameter distancepada saat akan mengkonfigurasikan static routing.
Distance ini merupakan parameter yang akan menentukan link mana
yang akan lebih diutamakan untuk digunakan, bila ada beberapa link
yang tersedia untuk menuju satu jaringan. Link yang memiliki nilai
distance terkecil akan lebih diutamakan dibandingkan link-link lainnya.
(Towidjojo, 2012 :p 12)

2.22 State of the Art

Penelitian I:
Pada jurnal berjudul Optimalisasi Keamanan Jaringan
Menggunakan Pemfilteran Aplikasi Berbasis MikroTik yang diterbitkan
pada tahun 2011 oleh Imam Riadi menjelaskan mengenai penggunaan
MikroTik sebagai pengatur lalu lintas internet dengan melakukan
28

pemfilteran beberapa aplikasi yang berpotensi mengganggu konektivitas


jaringan. Proses yang digunakan adalah dengan menggunakan firewall
sebagai alat filternya. Dalam pengujian digunakan metode stress test
yangdilakukan dengan cara mengakses beberapa alamat web yang telah
di filter oleh MikroTik, aplikasi router menggunakan MikroTik yang
dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan sistem khususnya dalam
melakukan pemfilteran aplikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna,
sehingga aplikasi tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna sesuai
dengan ketentuan yang telah rancang dan sepakati sebelumnya.

Penelitian II:
Pada jurnal berjudul Optimasi Bandwidth Menggunakan Traffic
Shapping yang diterbitkan pada tahun 2012 oleh A. Hizbullah
menjelaskan mengenai perkembangan layanan komunikasi telah
berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah pemanfaatan penggunaan
bandwith untuk mengakases jaringan Internet. Traffic
shappingbandwidth dapat memberikan efesiensi dalam hal pemanfaatan
bandwidth pada instansi yang melakukan manajemen dalam lalulintas
jaringannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
literatur yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan sumber-sumber data yang terkait dan metode eksperimen
yaitu melakukan penelitian dengan mengkonfigurasi MikroTik RouterOS
untuk melakukan traffic shapping bandwidth. Hasil penelitian ini adalah
router yang dapat melakukan traffic shapping sehingga kualitas koneksi
menjadi lebih baik untuk mengakses dan mengambil data dari sebuah
website.

Penelitian III:
Pada jurnal berjudul Implementasi Bandwidth Management dan
Pengaturan Akses Menggunakan MikroTik RouterOS yang diterbitkan
pada tahun 2013 oleh Sabar Saut Martua Narababan menjelaskan
mengenai Sebuah jaringan warnet pada umumnya belum menerapkan
manajemen bandwidth untuk setiap PC yang terhubung ke jaringan LAN.
29

Seiring dengan berkembangnya jaringan dan layanan, dibutuhkan suatu


metode manajemen bandwidth yang tepat. Implementasi metode
manajemen bandwidth ini dilakukan pada kondisi real pada jaringan
gamenet B@rnet dengan mengamati through-put rata-rata yang
didapatkan di tiap client dan pada PC Router MikroTik dengan skenario
banyak user mengakses beragam layanan. Tujuan dari manajemen
Bandwidth adalah terwujudnya Router MikroTik yang dapat
memanajemen bandwidth di setiap unit komputer dapat digunakan
dengan maksimal dan sesuai dengan kebutuhan bandwidth di setiap
bagian komputer. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan, observasi dan
wawancara. Penelitian ini dilaksanakan di gamenet B@rnet.
Permasalahan dalam perancangan jaringan di B@rnet yaitu tidak
menggunakan fitur firewall dan manajemen bandwidth yang kurang
stabil. Sebagai langkah perbaikan dan pengembangan, untuk membangun
jaringan yang lebih baik dan stabil yaitu dengan menggunakan sistem
operasi MikroTik. Dengan perbaikan serta pengembangan jaringan yang
tepat diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kenyamanan
user.

Anda mungkin juga menyukai