Arah Dan Kinerja Investais Bidang Jalan
Arah Dan Kinerja Investais Bidang Jalan
Oleh :
Disampaikan pada :
Konferensi Nasional Teknik Jalan (KNTJ) 8
Jakarta, 4 – 5 September 2007
1. UMUM
Salah satu aspek yang penting didalam manajemen aset adalah utilisasi aset
yang indikatornya antara lain tercermin dari besaran kondisi kerataan
permukaan jalan, jumlah lajur kilometer maupun kecepatan kendaraan.
Indikator tersebut marupakan ukuran kinerja penyelenggaraan subsektor jalan.
Gambaran alokasi dana antara kebutuhan (Renstra) dengan alokasi pada DIPA
adalah sebagai berikut :
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga meliputi visi, misi, tujuan, dan
sasaran, serta kebijakan, program, dan sasaran kegiatan sebagaimana ditetapkan
dalam Renstra Ditjen. Bina Marga 2005 – 2009 sesuai Permen PU No.
03/PRT/M/2007 sebagai perubahan Permen PU No. 51/PRT/M/2005 tentang
Rencana Strategis Departemen PU tahun 2005 – 2009.
Adapun kebijakan Direktorat Jenderal Bina Marga tahun 2006 untuk dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya sasaran,
tujuan, misi dan visinya meli[puti 3 (tiga) kebijakan yang dirinci kedlaam 14
(empat belas) sasaran, meliputi :
a. Preservasi Jalan
GAMBAR SCAN
Jalan bebas hambatan dengan sistem tol yang merupakan alternatif dari jalan
umum non tol yang ada merupakan bagian dari jaringan jalan nasional, yang
dibiayai oleh pengguna jalan untuk mendapatkan kenyamanan sekaligus
pengurangan biaya operasi kendaraan (BOK). Setelah mulai tahun 1975
membangun jalan tol, telah dioperasikan sekitar 600 km jalan tol. Sejak tahun
2005, pemerintah telah melakukan komitmen untuk memprioritaskan
pembangunan infrastruktur melalui keterlibatan pihak swasta.
Tercatat sekitar 1.000 km Jalan tol akan dibangun termasuk di dalamnya Jalan
Tol yang sudah diaward pemenangnya akan tetapi belum financial close,
ataupun jalan tol yang sudah financial close akan tetapi terhambat
pembangunannya karena kebijakan pemerintah pada saat pasca krisis yang tidak
menyetujui pembangunan jalan tol untuk mencegah economy overheating.
Sejak tahun 2006 dalam ajang internasional yang disebut dengan Indonesia
infrastruktur Conference and Exhibition, pemerintah menyipkan 2 Model proyek
jalan tol, yang diharapkan akan menjadi model proyek, karena penyiapan jalan
tol tersebut harus berdasarkan best practices, termasuk didalamnya pembagian
resiko antara pemerintah dengan pihak swasta yang sampai saat ini masih terus
dipertajam. Sesuai dengan Undang-undang Jalan, model pembiayaan jalan tol
dapat penuh oleh ionvestor apabila secara ekonomi maupun finansial layak,
maka pemerintah dapat membiayai sebagian biaya investasi agar menjadi layak
bagi investor. Adapun dua model proyek jalan tol yang ditetapkan adalah
Proyek Jalan Tol Medan-Kualanamu dan proyek jalan tol Solo-Kertosono, yang
kebetulan keduanya belum layak secara financial dan untuk itu kontribusi
pemerintah berupa subsidi harus diberikan yang dianggarkan melalui APBN.
Masih berkaitan reformasi kelembagaan jalan tol, Badan Pengatur Jalan Tol yang
selain bertanggung jawab terhadap pengusahaan jalan tol, juga berfungsi ganda
sebagai Badan Layanan Umum yang bertugas melakukan ”bridging financing”
pembebasan lahan jalan tol dan saat ini dana yang tersedia untuk pembebasan
lahan pada BLU BPJT namun proses Pembebasan lahan (panitia pengadaan
lahan) tetap melalui Ditjen Bina Marga. Permasalahan yang dihadapi atas belum
lancarnya pemanfaatan BLU BPJT adalah keharusan BPJT untuk membayar
bunga atas penggunaan uang pembebasan lahan, yang otomatis nantinya
pertnggung jawab pembiayaannya akan dibebankan kepada investor jalan tol
dan adanya Surety Bond yang harus diberikan investor saat mengajukan dana
pembebasan tanah pada BLU.
Adapun prioritas percepatan saat ini adalah pembangunan jalan tol trans Java
dimulai dari Jakarta ke Surabaya. Beberapa pemikiran dalam pembangunan
Jalan Tol Jakarta – Surabaya antara lain dilaksanakan bersamaan menunjuk SPV
(Special Purpose Vehicle) terdiri dari gabungan SPV atau pemegang konsesi
jalan tol Jakarta – Surabaya, atau secara ”cluster” seperti cluster Jakarta – Solo
dan Solo – Surabaya, namun yang dedang berjalan pada saat ini ditangani
masing-masing ruas seperti diilustrasikan pada Gambar 2.
Direktorat Jenderal Bina Marga saat ini telah menyiapkan Medium Term
Expenditures Plan sebagai suatu master plan penyelenggaraan sektor jalan ke
depan termasuk penyertaan biaya dari pinjaman luar negeri.
8. PENUTUP
Dari realisasi investasi di bidang jalan sejauh ini, memang kinerja jaringan jalan
nasional masih perlu terus ditingkat untuk melayani masyarakat pengguna jalan.
Dengan akan meningkatnya alokasi anggaran untuk prasarfana jalan pada tahun
2008 – 2009, diharapkan kinerja jalan nasional pada akhir tahun anggaran 2009
dapat semakin handal, baik kondisi permukaan jalan maupun kapasitasnya.
Untuk itu diharapkan dukungan para pemangku kepentingan termasuh anggota
HPJI dan peserta KNTJ – 8 untuk secara kolektif berupaya mewujudkannya yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.