PENDAHULUAN
1
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat
tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
1.4. Manfaat
2
1.5. Batasan Permasalahan
Pada pembahasan makalah ini dibatasi pada peran dan fungsi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami aborsi secara
efektif dan efisien.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Liewollyn, 2002).
2.2. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-
kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik
tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid.
Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan Abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh
bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah
berturut-turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas
prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun
4
memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%)
dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita
yang meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena
tidak menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja
puteri, yang walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan
meningkat, terutama di kota besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi
Utara dan Bali. Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan yang tidak
diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di
luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.
Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat
perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70%
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat
perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu
disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan normal
dikatakan dapat mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar
17-20% kematian ibu. Dengan demikian, paket intervensi berupa pelayanan
paska keguguran dan pertolongan persalinan yang bersih dengan manajemen
aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu sampai
sekitar 50%.
2.3. Klasifikasi Abortus :
a. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
5
a) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan.
Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar
gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum,
yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk
memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per
vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat
didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase.
Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam
proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan
dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
a) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai
zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c) Pemeriksaan ultrasonografi
2. Abortus Insipiens
6
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
7
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah
dibiarkan lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang
16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4. Abortus kompletus
8
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
1. Missed abortion
9
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin
sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh
gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga
pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran
janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah,
mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya
janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat
dipastikan
2. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
2.4. Etiologi
1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena
kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat
10
terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi
autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan
oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada
monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi
karena adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural
kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus
euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun
faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan
genetik, faktor ibu, dan beberapa faktor ayah serta kondisi
lingkungan
(Williams,2006)
2. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a) Infeksi yang terdiri dari :
1. Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
b) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c) Penyakit kronis, misalnya :
11
- hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
- nephritis
- diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan
derajat control metabolic pada trisemester pertama.
- anemia berat
- penyakit jantung
- toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
d) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
e) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek,
retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat
menimbulkan abortus.
f) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
g) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
3. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
12
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan
bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat
buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida
dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
4. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b)Alloimun
5. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
(william,2006)
b. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan
2.5. Patofisiologi
13
2.6. Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.7. Komplikasi
a. Perdarahan (haemorrogrie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
14
a) Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut
kuretase isap .
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1) Oksitosin
b. Tentang Oksitosin
15
Digunakan oleh Dewasa
Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan manusia
telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin
Kategori kehamilan
atau adanya risiko terhadap janin. Obat dalam kategori ini
dan menyusui
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau
memiliki kemungkinan untuk hamil.
Bentuk obat Suntik dan nasal spray
Dosis Oksitosin
Rincian dosis penggunaan oksitosin secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Bentuk
Tujuan pemberian Dosis
Obat
Mengatasi perdarahan Injeksi
10-40 mg, diberikan dalam infus 1 liter.
pasca persalinan intravena
1-2 miliunit/menit yang dapat ditambah
dengan interval minimum 30 menit sehingga
tercapai kontraksi 3-4 kali dalam 10 menit.
Injeksi
Induksi persalinan Dosis maksimum tidak boleh melebihi 32
intravena
miliunit/menit. Dosis dikurangi secara
perlahan pada saat proses persalinan sudah
berlangsung.
1 semprotan kurang lebih 4 unit melalui
Induksi air susu ibu Nasal spray
hidung 5 menit sebelum menyusui.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada ibu hamil saat diberikan obat
ini meliputi:
Mual
Muntah
Sakit kepala
Kontraksi rahim yang berlebihan.
Takikardia.
Iritasi pada hidung.
Perdarahan uterus.
Sedangkan beberapa efek samping yang dapat muncul pada bayi adalah:
16
Bradikardia.
Kerusakan pada otak dan sistem saraf pusat.
Kejang.
Perdarahan retina.
1) Prostaglandin
Panduan
Dinoproston lebih disukai dari oksitosik untuk induksi persalinan pada
wanita dengan membran utuh, tanpa melihat parity atau cervical
favourability.
Dinoproston atau oksitosik memiliki efektifitas yang sama untuk induksi
persalinan pada wanita dengan membran ruptur, tanpa melihat parity atau
cervical favourability.
17
Untuk mencegah perdarahan pasca persalinan, ergometrin 500 mcg dan oksitosin
5 unit rutin disuntikkan intramuskular pada kala III (setelah bahu keluar) atau
segera setelah bayi keluar. Pada preeklamsia hanya diberikan oksitosin. Pada
pasien berisiko tinggi perdarahan karena obat oksitosik atonia uterus, dianjurkan
pemberian:
Karboprost sangat efektif pada perdarahan berat pasca persalinan yang tidak
memberikan respon pada pemberian ergometrin dan oksitosin.
DUKTUS ARTERIOSUS
Maintenance of Patency
2) Urea hiperosomik
18
2.10. WOC ABORTUS
Psikologis ibu
MK : Risti Lepasnya PD dan ABORTUS
infeksi plasenta ibu
kecemasan
Rangsangan pada uterus
perdarahan
MK: anxietas
Prostaglandin
anemia
Hipovolemik
Dilatasi serviks
kelemahan
MK : Resiko syok
nyeri
hemorrhagic
MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri
19
BAB 3
ANALISA KASUS
3.1 Kasus
Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20 minggu.
Beberapa hari lalu Ny. R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-tiba mengalami
perdarahan kemudian Tn. R melarikan Ny. R ke RS. Dr. Soetomo.
Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah abortus. Anamnesa Ny. R
menunjukkan suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi 50x/menit dan
lemah, Ny. R juga mengalami syok, dengan akral dingin, CRT > 2 detik. Dari
hasil laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL, leukosit 15.000.
3.2. Analisis Data
Gangguan aktivitas
3 S : px mengeluh nyeri Keguguran janin Gangguan rasa
di perut nyaman : nyeri
Px merintih kesaki Rangsangan pada uterus
20
O:
P= aborsi Prostaglandin
Q= severe pain
R= abdomen Dilatasi serviks
S=(skala ± 8)
T=current Nyeri
Terputusnya pembuluh
darah ibu
Perdarahan
21
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu
hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.
Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan
meningkatkan resiko aborsi.
b. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan
pasien pada umumnya adalah rasa nyeri pada bagian
abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat
menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor
pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan
keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah
dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat
kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.
3.3.2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
- RR= 18 x/menit
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
- Tekanan darah : 60/40 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 39o C
- Hb : 5 gr/Dl
- Leukosit : 15.000
- Golongan darah : A
- Akral dingin
- CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
- Nyeri di daerah perut
- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
22
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
g. Psikologis
- Ansietas
h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik
3.3.3. Pemeriksaan laboratorium
a. darah : leukosit naik 15.000
Hb : 5 gr/dL
3.3.4. Diagnosa keperawatan
23
3.. Monitor kondisi 3. Pengeluaran
TTV tiap 2 jam cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi
4. Monitor input dan 4. Jumlah cairan
output cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal
Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah 1. Tranfusi
cairan pengganti mungkin
harian(NaCl 0.9%, diperlukan pada
RL, Dekstran), kondisi
plasma dan transfusi perdarahan massif
darah
24
melalui jalan nafas
dan bila perlu
penderita diberi
cairan bikarbonat
natricus
25
5. Evaluasi 5. Menilai kondisi
perkembangan umum klien
kemampuan klien
melakukan aktivitas
3 Gangguan rasa Klien dapat Mandiri :
nyaman : beradaptasi 1. Monitor 1.Pengukuran nilai
Nyeri b.d dengan kondisi nyeri ambang nyeri dapat
Kerusakan nyeri yang yang dialami dilakukan dengan
jaringan dialami klien skala maupun
intrauteri deskripsi
Edukasi: 1. Meningkatkan
1. Terangkan nyeri koping klien dalam
yang diderita klien melakukan guidance
dan penyebabnya mengatasi nyeri
26
infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
27
infeksi pada
pasanganyang lebih
luar
Kolaborasi:
1. Lakukan 1. Berbagai kuman
pemeriksaan biakan dapat teridentifikasi
pada dischart melalui dischart
28
menentukan objektif terhadap
tujuan perawatan masalah
bersama. berkontibusi
menurunkan
Edukasi : kecemasan.
1. Terangkan hal-hal 1. Konseling bagi
seputar aborsi yang klien sangat
perlu diketahui oleh diperlukan bagi klien
klien dan keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. R dapat digolongkan pada abortus insipien. Hal ini dapat
dilihat dari gejala-gejala yang ada, diantaranya : usia kehamilan yang kurang
dari 20 minggu, adanya perdarahan selama beberapa hari, nyeri berat pada
perut.
Ny. R berusia 20 tahun tergolong dalam perempuan yang masih muda
dalam suatu kehidupan rumah tangga. Setelah mengalami pemeriksaan yang
lebih spesifik pada Ny. R di dapatkan data-data obyektif berupa suhu tubuh
diatas normal sebesar 39o, jumlah leukosit lebih dari 10.000, hipotensi, dan
nadi 50x/menit menunjukkan salah satu permasalahan Ny. R yaitu infeksi.
Permasalahan lainnya yaitu syok hipovolemik. Data yang mendukung
permasalahan ini adalah akral Ny. R dingin, CRT > 2 detik dan juga
perdarahan yang dialami oleh Ny. R yang tidak kunjung berhenti
menyebabkan kadar Hb turun dari normal sebesar 8 gr/dL. Selain itu, keadaan
Ny. R juga kemungkinan besar mengalami kelemahan secara fisik karena
jumlah darah yang keluar dari tubuh sangat banyak. Kondisi ini akan
membatasi aktivitas Ny. R. Secara psikologis Ny. R juga beresiko mengalami
anxietas, disebabkan keguguran dari kehamilan pertamanya.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan masalah keperawatan yang
diperoleh dari kasus Ny. R antara lain : devisit volume cairan, gangguan
aktivitas, gangguan rasa nyaman atau nyeri, resiko tinggi infeksi, dan cemas.
30
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.
3.2 Saran
1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.
2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan
karena nutrisi berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan
janin.
3) Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat, sehingga
bisa memperkecil angka terjadinya abortus.
31
DAFTAR PUSTAKA
32