Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Kedokteran Keluarga


1. Definisi Keluarga
a. UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
b. Menurut Friedman, keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih yang satu
sama lain saling terkait secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu
daerah yang berdekatan.
c. Menurut Goldenberg (1980), keluarga adalah tidak hanya merupakan suatu kumpulan
individu yang bertempat tinggal yang sama dalam satu ruang fisik dan psikis yang sama
saja, tetapi merupakan suatu sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaan bersama,
mematuhi peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, tata cara negosiasi,
serta tata cara penyelesaian masalah yang disepakati bersama, yang memungkinkan
berbagai tugas dapat dilaksanakan secara efektif.

2. Bentuk Keluarga
Menurut Goldenberg, bentuk keluarga terdiri sembilan macam, antara lain:
a. Keluarga inti (nuclear family)
b. Keluarga besar (extended family)
c. Keluarga campuran (blended family)
d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
e. Keluarga orang tua tunggal
f.Keluarga hidup bersama (commune family)
g. Keluarga serial (serial family)
h. Keluarga gabungan (composive family)
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (co habitation family)

4
5

3. Fungsi dan Siklus Keluarga


Berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 Tahun 1994 fungsi keluarga dibagi menjadi
delapan jenis, yaitu fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi,
fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan
lingkungan. Apabila fungsi keluarga terlaksana dengan baik, maka dapat diharapkan
terwujudnya keluarga yang sejahtera. Yang dimaksud keluarga sejahtera adalah keluarga
yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kehidupan spiritual, dan
materiil yang layak.1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ogburn (1969), telah terbukti adanya
perubahan pelaksanaan fungsi keluarga. Olehnya disebutkan, bahwa keluarga memiliki
fungsi:3
a. Fungsi ekonomi
b. Fungsi pelindungan
c. Fungsi agama
d. Fungsi rekreasi
e. Fungsi pendidikan
f.Fungsi status sosial
Terdapat 8 tahap pokok yang terjadi dalam keluarga (siklus keluarga), yaitu:3
a. Tahap awal perkawinan (newly married family)
b. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)
c. Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with children in school)
d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in school)
e. Tahap keluarga dengan anak usia remaja
f. Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga
g. Tahap orang tua usia menengah
h. Tahap keluarga dalam masa pensiun dan lansia

4. Arti dan Kedudukan Keluarga dalam Kesehatan


Keluarga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesehatan. Adapun arti dan
kedudukan keluarga dalam kesehatan adalah sebaga berikut.3
a. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat dan melibatkan mayoritas
penduduk, bila masalah kesehatan setiap keluarga dapat di atasi maka masalah
kesehatan masyarakat secara keseluruhan akan dapat turut terselesaikan.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok yang mempunyai peranan mengembangkan,
6

mencegah, mengadaptasi, dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang diperlukan


dalam keluarga, maka pemahaman keluarga akan membantu memperbaiki masalah
kesehatan masyarakat.
c. Masalah kesehatan lainnya, misalnya ada salah satu anggota keluarga yang sakit
akan mempengaruhi pelaksanaan fungsi-fungsi yang dapat dilakukan oleh keluarga
tersbut yang akan mempengaruhi terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi masyarakat
secara keseluruhan.
d. Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan kesehatan yang penting, yang akan
mempengaruhi kebrhasilan layanan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
e. Keluarga sebagai wadah dan ataupun saluran yang efektif untuk melaksanakan
berbagai upaya dan atau menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

5. Peran Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan


Pelayanan dokter keluarga mengutamakan pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien maka dari itu masalah kesehatan dibidang biaya kesehatan yang harus dikeluarkan
oleh keluarga dapat ditekan. Selain itu, pelayanan ini mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif sehingga kesehatan anggota keluarga tetap dapat terpelihara. Dokter keluarga harus
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat pada
keluarga, tidak haanya memandang individu yang sakit saja. Dokter keluarga bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pintu masuk
ke sistem pelayanan kesehatan , memeberikan pelayanan menyeluruh dan berkesinambungan
serta bertindak sebagai coordinator pelayanan kesehatan. Dengan demikian, syarat pokok
yang harus dipenuhi oleh dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
(Comprehensive Medical Services). Keberhasilan penerapan paradigma sehat yang sadar
mutu dan sadar biaya, sangat ditentukan oleh penerapan pelayanan kedokteran keluarga.2

B. Tubekulosis
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, paling banyak mengenai paru. Infeksi ini dapat ditularkan dari satu orang ke
orang lain melalui droplet dari tenggorokan dan paru orang yang sedang memiliki penyakit
paru.9
7

2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x
3 mikrometer. Bakteri ini merupakan bakteri “tahan asam”, karena dengan 95% etil alkohol
mengandung 3% asam hidroklorat dengan cepat menghilangkan semua bakteri kecuali
mikobakterium. Sifat mikobakterium adalah aerob obligat dan cenderung lebih resistan
terhadap bahan – bahan kimia karena permukaan selnya bersifat hidrofobik.7
Secara umum, M. tuberculosis memiliki sifat umum berupa berbentuk batang dengan
panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron, tahan asam dengan metode pewarnaan Ziehl
Neelsen, memerlukan media khusus untuk biakan seperti Lowenstein Jensen, kuman nampak
berbentuk batang berwarna merah dibawah mikroskop, tahan terhadap suhu rendah 4 C
hingga minus 70 C, peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga kuman
akan mati dalam waktu beberapa menit, dalam dahak pada suhu 30-37 C akan mati dalam
waktu sekitar 1 minggu dan kuman dapat bersifat dorman.7

Gambar 1. Mycobacterium tuberculosis (CDC, 2013)

3. Epidemiologi
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi dinegara-
negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia produktif yaitu 20-
49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 % dari

kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul di Asia. Alasan utama yang muncul

atau meningkatnya penyakit TB global ini disebabkan :11


a. Kemiskinan pada berbagai penduduk
b. Meningkatnya penduduk dunia
c. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupid.
d. Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TB.
e. Terlantar dan kurangnya biaya pendidikan.
8

Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB
didunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan kematian 62.246 orang.
Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2011).
Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013
adalah 0.4 persen. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua
(0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%) ,
dengan kelompok umur tertinggi terjadi pada usia 65-74 tahun yaitu 0,8% (Riskesdas, 2013).
Indonesia menempati posisi kedua dengan beban Tuberculosis (TB) tertinggi di dunia sesuai
data WHO Global Tuberculosis Report 2016.9

8 (Zumla et al, 2013)

4. Penularan
Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui partikel udara yang disebut dengan
droplet dengan diameter 1-5mikron. Infeksius droplet dihasilkan oleh individu dengan infeksi
TB paru atau laring saat batuk, bersin, berteriak atau menyanyi. Partikel kecil ini dapat hidup
di udara selama beberapa jam, tergantung dari kondisi lingkungannya.11
9

Gambar 3. Cara Penularan TB (CDC, 2013)

5. Faktor Risiko
TB merupakan infeksi yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu :
kontak dengan dengan sumber penularan yang dipengaruhi oleh peluang dan lamanya waktu
kontak, konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup, tingkat dan reaksi daya tahan tubuh, usia.
Factor lingkungan juga berpengaruh terhadap kemungkinan penularan.15
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan
menjadi sakit TB. Dengan ARTI 1%,diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi
1000 terinfeksi TB dan10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun.
Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.9

Tabel 1. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penularan TB


Faktor Keterangan
Konsentrasi dari infeksius droplet Semakin banyak droplet di udara semakin
mungkin M. tuberculosis ditularkan
Ruang Pajanan di ruangan kecil atau ruang tertutup
Ventilasi Ventilasi yang tidak adekuat menghasilkan
pelemahan atau pembuangan droplet infeksius
yang tidak efektif
Sirkulasi udara Resirkulasi dari udara yang mengandung droplet
terinfeksi
Penanganan specimen Prosedur penanganan sesimen yang tidak benar
10

akan menularkan droplet infeksius


Tekanan udara Tekanan udara positif didalam ruangan pasien
terinfeksi akan menyebabkan M. tuberculosis
menyebar ke area lain
Sumber: CDC, 2013

6. Patogenesis
Kuman TB yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di
hilus (limfadenitis regional) afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal
sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :6
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus). Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus biasanya bronkus lobus
medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal
sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan akan tetetapi bila tidak terdapat imunitas yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal,
genitalia dan sebagainya.
11

3. Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah
tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer
mempunyai nama yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,
.6
localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya

Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi masalah kesehatan


masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun
lobus inferior.Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :6
a. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. Sarang tersebut
akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam
bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
b. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti
sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi Meluas kembali dan menimbulkan
sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni iniakan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan di atas memadat dan membungkus diri dan disebut
tuberkuloma.Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin
pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi atau bersih dan
menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan
membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang
(stellate shaped) .
12

Gambar 4. Patogenesis TB Paru


7. Klasifikasi
1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam:
a) Tuberkulosis Paru BTA (+)
o Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
o Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
o Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b) Tuberkulosis Paru BTA (-)
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak
respons dengan pemberian antibiotic spektrum luas
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis
2) Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu :
a) Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
(Obat Anti Tuberkulosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (30 dosis harian).
b) Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
13

kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik
sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan be berapa
kemungkinan:
o Infeksi sekunder
o Infeksi jamur
o TB paru kambuh
c) Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten
dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah
d) Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat (PDPI, 2006).

8. Gejala Klinis

Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala klinis tuberkulosis
dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang
terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang
terlibat).6
o Respiratorik : Batuk > 3 minggu, berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak napas
o Sistemik : demam, keringat malam, malaise, nafsu makan menurin, berat badan
turun (Hasan H, 2010).

Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.6

9. Diagnosis
1) Pemeriksaan Bateriologik
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Beberapa bahan
14

dapat menjdai bahan pemeriksaan, salah satunya adalah dahak. Dengan cara
pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut – turut atau sewaktu , pagi,
sewaktu (SPS) dan menggunakan cara pemeriksaan mikroskopik. lnterpretasi hasil
pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
o 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif
o 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian bila 1 kali positif, 2
kali negatif → Mikroskopik positif
o bila 3 kali negatif → Mikroskopik negatif.
2) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
o Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
o Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
o Bayangan bercak milier
o Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
o Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
o Kalsifikasi atau fibrotic
o Kompleks ranke
o Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
3) Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah
dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis
yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti,
apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi
dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang
didapat besar sekali atau bula
15

Gambar 5. Skema alur diagnosis TB Paru (PDPI, 2006)

Gambar 6. Skema alur diagnosis dan tindak lanjut TB Paru (PDPI, 2006)
16

10. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan.4
Tahap awal (intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA (+) menjadi BTA (-) (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Panduan Obat Anti Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
a. TB paru (kasus baru), BTA (+) atau pada foto toraks: lesi luas paduan obat yang
dianjurkan :
1. 2 RHZE/4RH atau
2. 2 RHZE/4R3H3 atau
3. 2 RHZE/6HE
Paduan ini dianjurkan untuk
1) TB paru BTA (+), kasus baru
2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas (termasuk luluh
paru)
Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk memperpanjang
fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang ditentukan. (Bila perlu
dapat dirujuk ke ahli paru). Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan
disesuaikan dengan hasil uji resistensi.
17

Gambar 7. Pengelompokan OAT (Kemenkes, 2011)

Gambar 8. OAT lini pertama (Kemenkes, 2014)


TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh menggunakan 5 macam OAT pada fase intensif
selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji
resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 5 bulan atau lebih, sehingga paduan obat
yang diberikan : 2 RHZES/1 RHZE/5 RHE. Bila diperlukan pengobatan dapat
diberikan lebih lama tergantung dari perkembangan penyakit. Bila tidak ada/tidak
dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5
R3H3E3 (P2 TB).4
TB Paru kasus gagal pengobatan
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi dengan menggunakan
minimal 5 OAT (minimal 3 OAT yang masih sensitif), seandainya H resisten tetap
diberikan. Lama pengobatan minimal selama 1-2 tahun. Sambil menunggu hasil uji
resistensi dapat diberikan obat 2 RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji
resistensi.4
18

1) Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan paduan
obat : 2 RHZES/1 RHZE/5 H3R3E3 (P2TB)
2) Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang
optimal
3) Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru d. TB Paru kasus putus
berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Pasien yang menghentikan pengobatannya <2 bulan, pengobatan OAT
dilanjutkan sesuai jadwal.
2) Pasien menghentikan pengobatannya 2 bulan:
 Berobat 4 bulan, BTA saat ini negatif, klinik dan radiologik tidak
aktif/perbaikan, pengobatan OAT STOP. Bila gambaran radiologik aktif,
lakukan analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti TB
maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan
jangka waktu pengobatan yang lebih lama. Jika telah diobati dengan kategori
II maka pengobatan kategori II diulang dari awal. 
 Berobat >4 bulan, BTA saat ini positif : pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
Jika telah diobati dengan kategori II maka pengobatan kategori II diulang dari
awal. 
 Berobat <4 bulan, BTA saat ini positif atau negatif dengan klinik dan
radiologik positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
sama. Jika memungkinkan sebaiknya diperiksa uji kepekaan (kultur resistensi)
terhadap OAT. 

TB Paru kasus kronik
1) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 3 macam OAT yang masih sensitif dengan H tetap diberikan
walaupun resisten) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam,
makrolid. 4
19

2) Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.


3) Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
penyembuhan
4) Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru. Catatan : TB diluar
paru lihat TB dalam keadaan khusus (PDPI, 2006)

Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:4
a. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal.
b. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja.
c. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan
standar.
d. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
e. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi (Kemenkes, 2011).

Gambar 9. Dosis panduan OAT lini pertama (Kemenkes, 2011)

Gambar 10. Dosis panduan OAT KDT kategori 1 (Kemenkes, 2011)


20

Gambar 11. Dosis panduan OAT Kombipak Kategori 1 (Kemenkes, 2011)

Gambar 12. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2 (Kemenkes, 2011)

Gambar 13. Dosis Panduan OAT Kombipak Kategori 2 (Kemenkes, 2011)

Gambar 14. Penanganan Efek Samping OAT (PDPI, 2006)


21

Evaluasi Pengobatan
Evaluasi klinik meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik setiap 2 minggu pada
1 bulan pertama dan selanjutnya tiap 1 bulan. Evaluasi bakteriologik 0-2-6/9 secara
mikroskopis, biakan bila ada fasilitas. Evaluasi radiologik 0-2-6/9. Evaluasi efek
samping fungsi hati, ginjal, darah lengkap, asam urat, pemeriksaan visus dan uji buta
warna, uji keseimbangan dan audiometri. Evaluasi keteraturan obat dan evaluasi
penderita TB yang telah dinyatakan sembuh minimal dalam 2 tahun pertama setelah
sembuh untuk mengetahui terjadinya kekambuhan.4

11. Komplikasi
1) Batuk darah
2) Pneumotoraks
3) Luluh paru
4) Gagal napas
5) Gagal jantung
6) Efusi pleura

12. Pencegahan
1) Terapi pencegahan untuk penderita HIV atau AIDS dengan INH 5mg/kgBB (tidak
lebih dari 300mg) sehari selama minimal 6 bulan.
2) Diagnosis dan pengobatan TB BTA (+) untuk mencegah penularan

Anda mungkin juga menyukai