Anda di halaman 1dari 21

BAB III

LAPORAN KASUS

A Identitas Pasien
Nama : Ny. Arianah
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Alamat : Jetis, Desa Ngadirejo RT 19/10 Salaman

Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B Karakterisitik Kedatangan Pasien ke Pelayanan Kesehatan


Pasien datang pertama kali sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien datang dengan
keluhan batuk lama yang tidak kunjung sembuh selama hampir 2 bulan disertai
rasa badan yang lemas dan selalu berkeringat malam hingga akhirnya pasien batuk
darah. Saat itu pasien berdomisili di daerah Salaman, sehingga pasien datang ke
puskesmas setempat. Saat itu pasien diperiksa dahak dan disarankan untuk
melakukan pemeriksaan rontgen dada dan pemeriksaan dahak, didapatkan hasil
pemeriksaan dahak BTA (+) dan rontgen didapatkan gambaran TB paru. Setelah
didiagnosis sebagai TB paru aktif, pasien diberikan surat untuk mengambil obat
rutin selama 6 bulan dan rutin pemeriksaan dahak setiap 1 bulan sekali di
puskesmas.
Pengobatan dimulai pada bulan Maret 2018 dan saat ini telah memasuki
bulan ketiga pengobatan. Pasien mengatakan bahwa 10 tahun yang lalu sering
mengalami batuk hingga 1 bulan lebih namun tidak pernah batuk berdarah dan
tidak pernah lemas seperti saat ini, maka pasien hanya mengobati dengan obat
batuk yang terdapat di warung, pasien memiliki riwayat diabetes mellitus 5 bulan
yang lalu namun tidak pernah minum obat dan tidak terkontrol.

23
C Karakteristik Demografis Keluarga
Pasien tinggal di Desa Jetis, RT 19/RW 10, Desa Ngadirejo, Kecamatan
Salaman. Saat ini pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Suami pasien
berusia 52 tahun, anak pertamanya sudah berusia 20 tahun dan berjenis kelamin
laki-laki dan belum menikah, anak kedua pasien berusia 8 tahun berjenis kelamin
perempuan.

Kedudukan Umur Pendidikan


No. Nama Sex Pekerjaan Ket.
di keluarga (thn) Terakhir

Tn. Agus
1. Mulyanto KK L 52 Tamat SMA Buruh Sehat
(Tn. A)
Ny. Arianah Ibu Rumah
2. Istri P 47 Tamat SD Pasien
(Ny. A) Tangga

An. Bagus
3. Anak L 20 Tamat SMA Buruh Sehat
(An. B)

An. Lia
4. Anak L 8 SD Tidak bekerja Sehat
(An. L)

.
5. Ny. Saadiah Ibu P 68 SD Tidak bekerja Sehat

Tabel 2 Daftar Anggota Keluarga Serumah


Sumber : Data primer hasil wawancara dengan pasien

24
Gambar 15 Genogram Keluarga
(Sumber : Ny. Arianah, 7 Mei 2018)

Keterangan :

1. Suami Pasien : Tn A, 52 tahun, sehat


2. Suami Pasien : Ny. A, 47 tahun, TB Paru Aktif
3. Ibu Pasien : Ny.S, 68 tahun, sehat
4. Anak Kedua Pasien : An.L, 8 tahun, sehat
5. Anak Pertama Pasien : An. B, 20 tahun, sehat
X1. Bapak pasien : Meninggal sebelum pasien menikah
X2. Bapak mertua pasien : Meninggal setelah pasien menikah
Y2. Ibu mertua pasien : Meninggal setelah pasien menikah

: tinggal satu rumah

25
D Bentuk dan Siklus Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah extended family, dimana keluarga inti disertai
adanya sanak keluarga lain, pada keluarga ini adalah nenek. Keluarga ini berada
dalam 1 siklus keluarga. Gambaran hubungan tiap anggota keluarga (family map):

Ny. A

Ny. S Tn. A

An. L An. B

Gambar 16 Family Map

Hubungan tiap anggota keluarga baik, pasien lebih sering bersama kedua
anaknya.

E Komponen APGAR

Skor

Komponen Indikator 1 0
2
(kadang- (tidak sama
(selalu)
kadang) sekali)
Adaptation Saya puas bahwa saya dapat
kembali ke keluarga saya bila  
saya menghadapi masalah

Partnership Saya puas dengan cara


keluarga saya membahas dan 
membagi masalah dengan
saya

26
Growth Saya puas dengan cara
keluarga saya menerima dan
mendukung keinginan saya 
untuk melakukan kegiatan
baru atau arah hidup yang
baru
Affection Saya puas dengan cara
keluarga saya meng-
ekspresikan kasih sayangnya  
dan merespon emosi saya
seperti kemarahan perhatian,
dll
Resolve Saya puas dengan cara
keluarga saya dan cara 
membagi waktu bersama-sama

Tabel 3 Komponen APGAR


Kesimpulan :
Skor APGAR berjumlah 7, menunjukkan bahwa fungsi keluarga kurang sehat
(moderately dysfunctional family).

F Sumber Daya Keluarga (Family Screem)

Sumber Patologis
Pasien dan keluarga memiliki
waktu untuk berkumpul
SOCIAL bersama. Hubungan pasien, Tidak ada
keluarga pasien, dan tetangga
sekitar baik.
Pasien melakukan kegiatan di
lingkungan tempat tinggalnya
CULTURAL Tidak ada
sesuai dengan kebudayaan
Jawa yang berlaku.
Pasien dan keluarga beragama
RELIGIOUS Islam dan selalu menjalankan Tidak ada
ibadah dengan taat.
Biaya hidup pasien bersumber
Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga Dari suami dan anaknya
Suami bekerja sebagai buruh sebagai buruh
ECONOMIC
Anak pertamanya bekerja
.buruh

27
dijadikan sumber biaya hidup
pasien.
Pasien hanya menempuh
Pasien tidak melanjutkan
pendidikan hingga SD,
EDUCATION pendidikan karena masalah
anak pasien menempuh
pendidikan hingga SMA dan biaya.
masih di bangku SD
Jarak dari tempat tinggal ke
Puskesmas cukup dekat dan
Pasien hanya berkunjung ke
dapat diakses dengan
MEDICAL fasilitas kesehatan saat sakit/ada
kendaraan umum. Jika sakit
keluhan saja
pasien memiliki kartu KIS
untuk berobat, pasien selalu di
antar oleh anaknya.

Tabel 4. Family Screem


(Sumber : Data primer hasil wawancara dengan pasien)

Dalam keluarga Ny. Arianah terdapat 3 fungsi sumber daya keluarga yang
patologis. Fungsi tersebut diantaranya adalah fungsi economic, education, dan
medical. Dari fungsi economic, pasien mengandalkan biaya hidupnya dari suami
dan anaknya yang bekerja sebagai buruh. Dari fungsi education, pendidikan
pasien masih minim hanya sampai jenjang Sekolah Dasar akibat kendala biaya.
Sedangkan dari segi medical, kesadaran pasien untuk berobat teratur masih
kurang, yaitu hanya saat pasien sakit atau ada keluhan saja.

G Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness


Pasien tidak melanjutkan
1983 12 tahun Tamat SD sekolah karena masalah
biaya.
Pasien merasa memiliki
Pasien membantu orangtua
tanggung jawab lebih
pasien berjualan di pasar,
1984 13 tahun setelah berkewajiban
membantu
perekonomian keluarga

28
Pasien memiliki
Pasien menikah dan ikut
1996 25 tahun tanggung jawab baru
dengan suaminya
sebagai seorang istri

Pasien memiliki tanggung


Pasien melahirkan anak
1998 27 tahun jawab baru sebagai
pertama
seorang ibu

Pasien memiliki beban


Pasien mengalami sakit batuk lebih karena batuknya
2008 37 tahun
lama Dan sering cepat lelah

Pasien merasakan
Pasien mengalam sakit batuk
2018 47 tahun kesedihan mendalam
lama disertai batuk darah karena sakit yang diderita
dan dirasakannya

Pasien harus
Pasien menjalani pengobatan
2018 47 tahun mengkonsumsi obat rutin
selama 6 bulan

Tabel 5. Family Life Line

H Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

No. Indikator PHBS Ya Tidak


1 Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga
kesehatan terampil yang dilakukan di fasilitas 
kesehatan (bukan di rumah sendiri)
2 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama 
hamil
3 Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai 
usia 6 bulan
4 Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali 
setahun)
5 Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 

29
6 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari- 
hari
7 Keluarga biasa BAB di jamban sehat 
8 Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari 
9 Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah) 
10 Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas 
fisik minimal 30 menit perhari?
11 Tidak merokok 
12 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan 
sesudah BAB
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 
14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman 
keras (bir, alkohol, arak, anggur)/narkoba?
15 Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi 
Kesehatan/JAMKESMAS (peserta JKN/BPJS)?
16 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 
seminggu sekali?

Tabel 3.5 PHBS


Dari penilaian indikator tersebut, dapat ditentukan kriteria PHBS tatanan
rumah tangga, yaitu :
1. Sehat pratama = 0-5
2. Sehat madya = 6 -10
3. Sehat utama = 11 -15
4. Sehat paripurna = 16
Kesimpulan :
Keluarga pasien masuk kedalam perilaku hidup bersih dan sehat utama dengan
skor 11.

I Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang telah diberikan


Anamnesis Pasien
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, 7 Mei 2018 pukul
12.00 WIB di rumah pasien.

30
a. Keluhan utama
Batuk-batuk sejak 3 bulan yang lalu.
b. Keluhan tambahan
Lemas, keringat dingin di malam hari, dan berdarah
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan batuk-batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk disertai
dengan dahak yang berwarna bening kehijauan, terkadang dahak disertai
semburan merah seperti darah. Selain itu pasien juga merasakan tubuhnya
lemah, berkeringat dingin tiap malam dan menurunnya nafsu makan dan
menurunnya berat badan pasien, hal ini disadari oleh pasien karena
bajunya terasa longgar. Setelah 2 bulan batuk, pasien memeriksakan
dirinya ke puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan dahak dan rontgen
dada, pasien dinyatakan menderita TB paru. Kemudian pasien diberikan
obat yang diminum rutin selama 6 bulan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 10 tahun yang lalu, ketika
itu pasien tidak berobat ke puskesmas hanya meminum obat warung
hingga keluhan hilang. Pasien tidak memiliki riwayat sakit asma,
hipertensi dan penyakit lain, namun memiliki diabetes mellitus 5 bulan
yang lalu serta tidak pernah minum obat dan tidak terkontrol.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.
f. Riwayat lingkungan
Saat ini di dusun tempat pasien tinggal terdapat 1 warga yang batuk lama
seperti pasien namun saat periksa dahak dan rontgen tidak ada tanda
bahwa warga tersebut TB paru. Warga tersebut merupakan tetangga baik
pasien dan sering bertemu.
Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, 7 Mei 2018, pukul 13.00 WIB.

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 55 kg

31
TB : 155 cm
IMT : 22,3 (normoweight)
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
T : 36,5° C

Kulit : Turgor kulit baik


Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata
Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3 mm,
reflek cahaya +/+

Telinga : Bentuk normal, sekret -/-


Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, septum deviasi -/-
Mulut : Mukosa lembab, faring tidak hiperemis
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran KGB (-)

Dada : Pulmo :
Inspeksi : Normochest, dinding dada simetris
saat statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus kiri menurun,
ekspansi dinding dada simetris,
nyeri tekan (-)
Perkusi : Pekak pada lapang paru kiri atas
Auskultasi : Vesikuler menurun pada apeks paru
kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor :
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Apeks jantung, redup pada ICS V
linea midclavicula sinistra; kiri atas,
redup pada ICS III linea
parasternalis sinistra; Kanan bawah,

32
redup pada ICS IV linea
parasternalis dextra; Kanan atas,
redup pada ICS II linea parasternalis
dextra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, Gallop -/-,
Murmur -/-
 Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) tidak meningkat
Palpasi : Supel, turgor kulit baik, nyeri tekan
(-), pembesaran hepar dan lien (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik

Hasil Pemeriksaan Penunjang


BTA (+)

Diagnosis Kerja
TB Paru Aktif

Rencana Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin 1x450 mg,
serta Etambutol 1x250 mg.
b. Non Medikamentosa
1) Membuka pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara.
2) Membuka gorden jendela kamar agar sinar matahari dapat masuk ke
dalam ruangan yang dapat membunuh bakteri TB.
3) Minum OAT secara teratur.
4) Menjelaskan pentingnya peranan PMO dalam pengobatan TB.
5) Anak, menantu, dan cucu memakai masker, memeriksakan diri ke
dokter dan melakukan pemeriksaan sputum.
6) Kontrol diabetes mellitus dan rajin menebus obat yang diresepkan.

33
Hasil Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan dilakukan saat kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 7
Mei 2018, kondisi pasien sudah lebih membaik. Keluhan batuk berdahak
 sudah berkurang, nafsu makan membaik dan berat badan
pada pasien
 menaik.
Faktor pendukung: peran keluarga untuk mendukung minum obat maupun
 seluruh anggota keluarga ke
hidup sehat, dan istirahat cukup, pemeriksaan
puskesmas atau BKPM untuk tes BTA.

 Faktor penghambat: -
Indikator keberhasilan: pengetahuan keluarga meningkat, kesadaran

anggota keluarga untuk meningkatkan sirkulasi udara dan pencahayaan
rumah, dan kepatuhan untuk minum obat.

J Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga


a. Fungsi Keagamaan
Seluruh anggota keluarga pasien beragama Islam dan menjalankan ibadah
dengan taat di rumah, namun tidak ada ruangan khusus untuk beribadah di
rumah.
b. Fungsi Budaya
Keluarga pasien adalah suku Jawa dan mengikuti adat, etika, nilai, serta
norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya yang juga keturunan Jawa.
Keluarga pasien tidak melakukan ritual khusus terkait dengan kebudayaan
Jawa dan dilarang oleh agama yang dianutnya.
c. Fungsi Cinta Kasih
Hubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Seluruh anggota
keluarga pasien saling menyayangi, menghormati, dan menghargai.
d. Fungsi Melindungi
Komunikasi yang baik dan terjalinnya rasa saling percaya antar anggota
keluarga pasien memperlihatkan bahwa sudah terpenuhinya rasa aman,
nyaman, dan penuh kehangatan di keluarga pasien.
e. Fungsi Reproduksi
Pasien memiliki dua anak yang masing-masing berusia 20 tahun dan 8
tahun. Kedua anak pasien masih satu rumah dengan pasien. Anak pertama
pasien sudah bekerja, sedangkan anak keduanya sedang sekolah di
bangkus SD.
34
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamatan SD. Pasien tidak melanjutkan
pendidikannya karena masalah ekonomi. Setelah lulus SD, pasien
membantu perekonomian keluarga dengan membantu orangtuanya
berjualan di pasar. anak pasien sudah melampaui pendidikan pasien, yaitu
tamatan SMA.
g. Fungsi Ekonomi
Sumber penghasilan keluarga berasal dari suami dan anak pertama pasien
yang bekerja sebagai buruh.
h. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami, ibu dan kedua anaknya. Hubungan antar
keluarga baik. Sehari-sehari anak-anaknya selalu bersama pasien di
rumahnya untuk menghabiskan waktu bersama. Semua masalah yang
berhubungan dengan keluarga diselesaikan dengan musyawarah.
i. Fungsi Biologis
Pasien menderita TB Paru Relaps dan saat ini sedang dalam pengobatan
yang sudah berlangsung 2 bulan. Pasien pertama kali menderita TB paru
saat ini namun pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 10 tahun
lalu, dan telah tuntas menerima pengobatan. Tidak ada anggota keluarga
lain yang memiliki keluhan seperti pasien, tetapi di sekitar rumah pasien
ada tetangga pasien yang memiliki keluhan sama dengan pasien.
j. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di kawasan pedesaan yang padat penduduk. Pergaulan
umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah. Keluarga pasien
berhubungan baik dengan lingkungan sekitar dimana pasien dan
keluarganya sering bersosialisasi bersama tetangga di sekitar rumahnya.

35
K Pola Konsumsi Makanan Pasien dan Keluarga
Frekuensi makan pasien dan keluarga teratur, yaitu 3 kali sehari. Variasi
makanan yang dikonsumsi keluarga antara lain nasi, lauk (tahu, tempe, telur),
sayur (sup, sayur sawi, sayur bayam, dll), dan buah tetapi jarang.

L Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Faktor Perilaku Keluarga
Sehari-hari pasien lebih sering di rumah, namun pada sore hari pasien
sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah di halaman rumah
mereka. Pasien menyapu dan mengepel rumahnya setiap hari, namun
mengepel 3 hari sekali. Pasien dan keluarga jarang membuka jendela di
rumahnya. Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya dibawa ke
puskesmas ataupun tempat praktik bidan desa.
b. Faktor Non Perilaku Keluarga
Puskesmas atau tempat praktik bidan desa di sekitar rumah pasien dapat
diakses menggunakan sepeda motor milik pribadi ataupun angkutan umum
berupa bus. Pembiayaan pengobatan pasien maupun keluarga
menggunakan KIS.

M Identifikasi Lingkungan Rumah


a. Gambaran Lingkungan
Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang tidak terlalu padat
dan termasuk pemukiman biasa di pedesaan.
b. Kondisi Rumah
2
Luas bangunan ± 70 m . Secara umum rumah terdiri atas 1 ruang tamu, 1
ruang keluarga, 3 ruang tidur, dapur, dan kamar mandi beserta jamban.
Jarak kamar mandi dan jamban dari rumah sekitar 2 meter. Atap rumah
terbuat dari genteng tanpa langit-langit, dinding berupa tembok, sedangkan
lantai seluruhnya kedap air dimana sebagian diubin dan sebagian lagi
berupa lantai semen. Setiap ruangan

36
memiliki jendela dan ventilasi. Pencahayaan masih kurang sehingga perlu
bantuan lampu jika dibutuhkan untuk membaca.
c. Sanitasi dasar
Sumber air bersih merupakan sumur dengan mesin pompa. Limbah rumah
tangga dialirkan ke septic tank. Tempat sampah di rumah tersedia, setelah
penuh keluarga pasien memiliki kebiasaan untuk membakar sampah di
halaman.
d. Denah Rumah

Gambar 17 Denah
Rumah

Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Ruang keluarga
3. Ruang tidur pasien
4. Ruang tidur anak pertama pasien
5. Ruang tidur anak kedua dan ibu pasien
6. Kamar mandi
7. Jamban

37
e. Peta Rumah Dicapai dari Pelayanan Kesehatan

Puskesmas
Salaman

Rumah
Ny. A

Gambar 18 Peta Rumah dari Pelayanan Kesehatan

38
N Diagram Realita yang Ada pada Keluarga

Lingkungan

 Kebersihan kurang
 Pencahayaan kurang
 Ventilasi kamar kurang
 Keadaan lembab

Genetik Derajat Kesehatan Pelayanan


Ny. A Kesehatan
Diabetes mellitus Pasien TB Paru Baru
5 bulan lalu Pelayanan
kesehatan
mudah diakses

Perilaku

 Pasien jarang membuka jendela kamar


 tidur
 Pasien tidak pernah berolahraga
 Pasien sadar diri memeriksakan diri ke
puskesmas

Bagan 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan dalam Keluarga

39
O Segitiga Epidemiologi pada Pasien

HOST
Ny. A, 47 tahun, IRT
BMI: 22,3
(Normoweight)

AGENT ENVIRONMENT
Mycobacterium  Tetangga ada yang menderita
tuberculosis  TB Paru
 Kebersihan, pencahayaan,
 dan ventilasi kamar kurang
 Rumah lembab

Bagan 2 Segitiga Epidemiologi Ny. A

P Diagnosis Holistik
a. Aspek Personal
1. Aspek kedatangan
Pasien datang berobat ke puskesmas karena keluhan batuk kronis
disertai darah. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 10 tahun
lalu namun tidak berobat.
2. Kekhawatiran
Pasien khawatir keluhannya bertambah parah dan menyebabkan
kematian, serta dapat menularkan penyakitnya kepada anggota
keluarga yang lain.
3. Harapan
Pasien berharap sembuh dan tidak mengalami keluhan yang sama
dikemudian hari.

40
b. Aspek Klinis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang disimpulkan bahwa diagnosis pasien tersebut adalah TB Paru
Baru.
c. Aspek Internal
1. Genetik
Diabetes melitus 5 bulan lalu tidak terkontrol
2. Pola makan
Frekuensi makan pasien dan keluarga teratur, yaitu 3 kali sehari dan
menu makanan bervariasi setiap hari.
3. Kebiasaan
Sehari-hari pasien paling sering berada di rumah, namun pada sore
hari pasien sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumah di
halaman rumah mereka.
4. Spiritual
Pasien menerima penyakit yang dideritanya saat ini dan berdoa agar
diberikan kesembuhan dan yakin dapat sembuh.
d. Aspek Eksternal
Hubungan antar anggota keluarga cukup baik, anak pertama pasien
berperan sebagai pengawas minum obat dan pasien sendiri sadar untuk
disiplin dalam meminum obat. Pasien tinggal di lingkungan rumah yang
tidak terlalu padat penduduk dan sering kontak/komunikasi dengan
tetangga. Rumah pasien kurang pencahayaan dan sirkulasi udara
sehingga memungkinkan kuman berkembang biak dengan baik.
Penghasilan rata-rata per bulan berasal dari suami anak pasien,
namun penghasilan tersebut kurang untuk biaya hidup pasien dan
keluarga. Pasien dan keluarga memiliki kartu KIS dan menggunakannya
untuk pengobatan TB Paru pasien. Jarak rumah pasien dengan fasilitas
kesehatan yang lumayan jauh namun mudah diakses, yaitu Puskesmas
Salaman, dimana pasien dan keluarga biasanya menggunakan kendaraan
umum ataupun sepeda motor milik pribadi.

41
e. Derajat Fungsional
Menurut skala, pasien termasuk derajat 2 dimana pasien dapat
melakukan aktivitas ringan secara mandiri.

Q Manajemen Komprehensif
a. Promotif
Edukasi untuk meningkatkan kondisi rumah menjadi rumah sehat,
seperti membuka gorden jendela agar pencahayaan baik, membuka pintu
dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran udara, membersihkan
rumah setiap hari termasuk sudut-sudut rumah.
b. Preventif
a. Primary prevention
i. Edukasi tentang penyakit TB meliputi penyebab, faktor risiko,
perjalanan penyakit, gejala, pemeriksaan terkait, pengobatan,
pencegahan, dan komplikasi.
ii. Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menjaga jarak saat
berbicara, menerapkan etika bersin, batuk, dan membuang ludah
yang baik dan benar, menghindari kedua cucu pasien yang masih
berusia 3 tahun dari jangkauan pasien, serta jika ada dana lebih
membeli masker untuk digunakan pasien.
iii. Edukasi tentang penyakit TB Paru merupakan salah satu penyakit
menular yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar rumah
yang tidak memenuhi syarat rumah sehat dan perilaku hidup bersih
dan sehat.
iv. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar rumah dengan
menerapkan prinsip rumah tangga sehat yang memperhatikan
syarat rumah sehat yang merupakan faktor risiko penularan
penyakit TB Paru.
v. Edukasi untuk membuka gorden jendela agar pencahayaan baik,
membuka pintu dan jendela setiap hari agar terjadi pertukaran

42
udara, dan membersihkan rumah setiap hari termasuk sudut-sudut
rumah.
b. Secondary prevention
Menyarankan keluarga pasien untuk memeriksakan diri ke puskesmas,
mengingat bahwa TB Paru merupakan penyakit yang sangat mudah
menular.
c. Tertiary prevention
i. Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya rutin meminum obat
dan kontrol ke puskesmas.
ii. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai peran keluarga dalam
proses kesembuhan pasien sebagai pengawas minum obat dan
memotivasi pasien untuk sembuh.
iii. Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai bahayanya
putus obat pada pasien dengan TB paru.
c. Kuratif
Tablet FDC yang mengandung Isoniazid 2x300 mg, Rifampisin
1x450 mg, serta Etambutol 1x250 mg.
d. Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan.
e. Paliatif
Belum perlu dilakukan.

43

Anda mungkin juga menyukai