“ KERAJAAN MAKASSAR”
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis
ajukan adalah “KERAJAAN MAKASSAR”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari
berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun tentunya demi
perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan Tallo yang
membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal
dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa
dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling
sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang
berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki
raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang
dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone
yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar
bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian
pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang
terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
PEMBAHASAN
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung,
Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai
maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar
lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah
Batara Guru dan saudaranya.
Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah
Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan
dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan
Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki
sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar.
Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak
di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai
Ujung pandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan
jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para
pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari
daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar
berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
2.3 Tokoh – Tokoh Kerajaan Makassar
Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia merupakan
Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam yang memerintah dari tahun 1591 – 1638.
dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional
Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena
keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago
dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.
a. Kehidupan Politik
Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang memerintah.
Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain sebagai berikut :
Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di Maluku
yang pusatnya di Ambon terhalang oleh kekuasaan Makassar. Pertentangan antara
Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan pertentangan itu
sering terjadidi Maluku. Keberanian Sultan Hasanuddin memporak-porandakan
pasukan Belar di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Oleh karena
keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda memberikan julukan
kepada Sultan Hasanudin “Ayam Jantan dari Timur”.
4. Raia Mapasomba
Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai Sultan
Amir Hamzah) adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta setelah menyerah
kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja
sama dengan Belanda yang tujuannya agar Makassar tetap dapat bertahan. Namun,
pada kenyataannya Mapasomba jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin
sehingga Belanda kemudian mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi
perlawanan yang dilakukan Mapasomba.
b. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Goa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling
berhubungan dengan baik. Orang kemudian mengenal keduanya sebagai Kerajaan Makasar, yang
sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang disebut Ujungpandang. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan
maritim, penghasil rempah-rempah. Membentuk jalur perdagangan Nusantara yang sangat terkenal
pada abad ke-16 dan 17 Masehi dan mempunyai hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan
Ternate di Maluku. Sebelum abad 16 M, raja-raja Makasar belum memeluk Islam, setelah kedatangan
Dato' Ri Bandang, seorang penyiar Islam dari Sumatra, Makasar berkembang menjadi kerajaan Islam.
Sultan Alaudin adalah raja Makasar pertama yang memeluk agama Islam, yang berkuasa dari tahun
1591 sampai 1638 M. Nama asli Sultan Alaudin adalah Karaeng Ma'towaya Trumamenanga Ri
Agamanna. Di bawah kekuasaannya Makasar tumbuh menjadi kerajaan maritim. Para pelaut
mengembangkan perahu jenis Pinisi dan Lambo.
Setelah Sultan Alaudin meninggal, digantikan oleh Muhammad Said pada tahun 1638 - 1653 M.
Raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin yang berkuasa dari tahun 1653. Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin Makasar menjadi gemilang, majunya perdagangan dan melakukan ekspansi.
Kerajaan yang berhasil dikuasai Makasar di Sulawesi Selatan adalah Lawu, Wajo, Soppeng dan Bone.
Sultan Hasanuddin berniat menguasai jalur perdagangan Indonesia bagian timur, sehingga harus
menghadapi VOC sebelum menguasai Maluku yang kaya akan lada. Keberanian Hasanuddin melawan
Belanda menyebabkan ia mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur. Kisah tentang keberanian
Hasanuddin silahkan baca di artikel sejarah Sultan Hasanuddin Ayam jantan dari timur. Pada tahun
1667 dengan bantuan Raja Bone, Belanda berhasil menekan Makasar untuk menyetujui Perjanjian
Bongaya. Perjanjian ini berisi 3 kesepakatan, yaitu :
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 Map Somba putranya berusaha meneruskan
perjuangan ayahnya melawan Belanda. Belanda yang sangat menghargai tindakan kooperatif dari
Mapa Somba harus mempersiapkan armada perang. Pelaut Makasar sangat tangguh ini ditunjang
dengan keahlian mendesain berbagai kapal yang kuat dan indah seperti Pinisi, Lambo dan Padewalang
yang dapat mengarungi daerah nusantara bahkan sampai ke India dan Cina. Makasar memiliki hukum
perdagangan yang disebut Ade Alloping Bicaranna Pabbahi'e, juga mengadopsi hukum-hukum Islam
dan menjalin kerjasama dengan Kerajaan Islam seperti Demak dan Malaka.
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama seperti
ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin eksistensi Kesultanan
Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya
yang keras dan tidak mau bekerja sama menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-
besaran. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya.
Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.
1. Fort Rotterdam
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng
peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat
Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9
yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya
benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan
Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan
Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu
yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan
Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa
yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung
Pandang.
2. Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa
kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi
Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta
Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad
XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo,
Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau
pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation)
yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala
bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi
bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat
digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih
serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan
Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam
di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan
Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan
Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar
mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya
Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai
mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem
pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah
menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi
daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah
sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Makassar (Gowa Tallo) di wilayah nusantara pada masa yang
lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan
perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan
dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita
bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita
semua
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
http://suwandi-sejarah.blogspot.com/2010/09/kerajaan-gowa-tallo.html
http://evieliszna.blogspot.com/2015/04/makalah-kerajaan-makasar.html
http://viliakartika.blogspot.com/2014/04/makalah-kerajaan-gowa-tallo.html