a. Pengertian
Ijarah berasal dari bahasa Arab yang artinya upah , sewa, jasa, atau imbalan. Definisi ijarah menurut
ulama mazhab Syafi’I adalah transaksi tertentu terhadap suatu manfaat yang dituju, bersifat mubah dan
bisa dimanfaatkan dengan imbalan tertentu. Kontrak sewa menyewa merupakan jual-beli dengan
mengambil manfaat.
Artinya :
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada
kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”.
Hadist yang dijadikan dasar hukum ijarah adalah hadist dari Ibnu Umar r.a yang artinya
“Berikanlah upah/ jasa kepada orang yang kamu pekerjakan sebelum kering keringatnya” (H.R. Abu
Ya’la, Ibnu Majah, Tabrani, dan Tirmizi).
c. Macam-macam Ijarah
1) Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa-menyewa. Apabila manfaat itu termasuk
manfaat yang dibolehkan syarat untuk dipergunakan, maka ulama fikih sepakat boleh
dijadikan objek sewa-menyewa.
2) Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk
melakuka suatu pekerjaan.
2) Kedua pihak bertransaksi dengan kerelaan, artinya tidak terpaksa atau dipaksa.
3) Barang yang akan disewakan diketahui kondisi dan manfaatnya oleh penyewa.
4) Objek ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat.
5) Objek ijarah merupakan sesuatu yang dihalalkan syara’.
8) Upah/ sewa dalam transaksi ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang bernilai harta.
2) Sewa/ imbalan
3) Manfaat
Karena ijarah bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang tersebut tidak bisa dimanfaatkan, maka
hal-hal yang dapat menyebabkan berakhirnya akad ijarah adalah sebagai berikut :