Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KASUS SINDROME DISPEPSIA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB II

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Ahmad Mutasar (16.IK.455)
Mellysa ( 16.IK.482)
Muji Palhadad (16.IK.484)
Siti Muhibbah (16.IK.496)
Syiva Hermawinda (16.IK.499)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2018
A. Anatomi / fisiologi

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat


mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster.lambung terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium
pilorik,terletak di bawah diafragma di depan pancreas dan limfa,menempel di
sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdri dari :
a. fundus ventrikuli,bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
karuium dan biasanya penuh berisis gas
b. korpus ventrikuli,setinggi osteum kararumm,suatu lakukan pada bagian bawah
kurvatura minor
c. antrum pylorus,bagia lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spingter piloris
d. kurvatura minor,terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari osteum
kardiak sampai piloris
e. kurvatura mayor,lebih panjang dari kurvatura minor,terbentang dari sisi kiri
osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke piloris
inferior. Irgementum gastroirenalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor
sampai ke limfa
f. osteum kardiak merupakan tempat esophagus bagian aabdomen masuk ke
lambung,pada bagian in terdapat orifisium pilorik.
Susunan lapisan dari dalam ke luar ,terdiri dari :
a. lapisan selaput lendir ,apabila lambung ini di kosongkan,lapisan ini akan berlipat-
lipat yang di sebut rugae
b. lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)
c. lapisan otot miring (muskulus obliqus)
d. lapisan jaringan ikat /serosa (peritoneum)
Fungsi lambung
a. menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltic lambung dan getah lambung
b. getah cerna lambung yang dihasilkan pepsin.fungsinya memecah putih telur
menjadi asam amino (albumin dan pepton) asam garam (HCL) fungsinya
mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan di disenfektan,serta membuat
suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsi renin fungsinya sebagai
ragi yang embekukan susu dan membentuk susu dan membentuk kasein dari
karsinogen (karsinogen & protein susu) lapisan lambung jumlahnya sediki
memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung

B. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2010).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yg tak mengenyangkan sesudah
makan, yg berhubungan dgn mual, sendawa, nyeri ulu hati & mungkin kram &
begah perut. Kerap kali kali diperberat karena makanan yg berbumbu, berlemak /
makanan berserat cukup tinggi, & karena asupan kafein yg berlebihan, dyspepsia
tiada kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams &
Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia
1.Dyspepsia organic, kalau/jika sudah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yg nyata terhadap organ
tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, pembengkakan/radang
pancreas, pembengkakan/radang empedu, & lain – lain.
2.Dyspepsia non-organik / dyspepsia fungsional, / dyspepsia non-ulkus (DNU),
kalau/jika tak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional tiada diikuti kelainan /
gangguan struktur organ berlandaskan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

C. Etiologi
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid
reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada
saluran cerna atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung
(Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami menurunnya hingga
85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, bisa menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
1.Menelan udara (aerofagi)
2.Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3.Iritasi lambung (gastritis)
4.Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
5.Kanker lambung
6.Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7.Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
8.Kelainan gerakan usus
9.Stress psikologis, kecemasan,/depresi
10.Infeksi Helicobacter pylory
11.Perubahan pola makan
12.Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
13.Alkohol & nikotin rokok
14.Stres
15.Tumor/kanker saluran pencernaan

D. Manifestasi Klinis
1.Nyeri perut (abdominal discomfort)
2.Rasa perih di ulu hati
3.Mual, kadang-kadang hingga muntah
4.Nafsu makan berkurang
5.Rasa lekas kenyang
6.Perut kembung
7.Rasa panas di dada & perut
8.Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

E. Komplikasi

Penderita sindroma dyspepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya


komplikasi yang tidak ringan. Salah satu kompliksi dyspepsia yaitu luka pada dinding
lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh
asam lambung. Bila keadaan despepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan
dapat menimbulkan komplikasi pendarahan.

Saluran cerna yang di tandai dengan terjadinya muntah darah. Dimana merupakan
pertanda yang timbul belakangan awalnya penderita pasti akan mengalami buang air
besar berwarna hitam terlebih dahulu yang artinya sudah ada pendarahan awal tapi
komplikasi yang paling di khawatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang
mengharuskan penderitanya melakukan operasi

F. Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi
demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG,
dan lain-lain.
1.Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.
2.Radiologis : Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap
saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3.Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) : Sesuai dengan definisi bahwa pada
dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4.USG (ultrasonografi) : Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini
makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap
saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5.Waktu Pengosongan Lambung : Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan
pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 –
40 % kasus.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non farmakologis :
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
 Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress
 Atur pola makan

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:


Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya
pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap
placebo. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik
(mencegah terjadinya muntah)
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati,
mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut
kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar
tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan
keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian
atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah
jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang,
sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji
Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
3. Intervensi
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
 Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
Rasional : Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
 Berikan istirahat dengan posisi semifowler
Rasional : Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi telentang
 Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja
asam lambung
Rasional : dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan aktivitas peristaltik
 Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
Rasional : mencegah terjadinya perih pada ulu hati/epigastrium
 Observasi TTV tiap 24 jam
Rasional : sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
 Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
 Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic
Rasional : Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama dengan intervensi
terapi lain
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
 Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
Rasional : Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari hasil yang diharapkan
 Timbang BB klien
Rasional : Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
 Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional : meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster
 Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas
mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
 Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
Rasional : Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet
klien.
 Monitor intake dan output secara periodik.
Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
 Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar
(BAB).
Rasional : Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan
keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
 Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran mukosa,
turgor kulit
Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
 Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
Rasional : Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit
 Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretic
Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan atau
penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut
 Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan
cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan.
Rasional : Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki keseimbangan untuk
berhasil
 Berikan/awasi hiperalimentasi IV
Rasional : Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan elektrolit
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
 Kaji tingkat kecemasan
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh klien
sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
 Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan
dengarkan semua keluhannya
Rasional : Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman dalam
segala hal tundakan yang diberikan
 Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau bekejasama
dalam perawatannya.
 Berikan dorongan spiritual
Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada yang berkuasa menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung
respon dalam keefektifan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Djojoningrat. D. 2012. Dispepsia Fungsional dalam buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid 1 edisi 5. Jakarta: Interna publishing

Manjoer, A, et al. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi 3.Jakarta: Medika


aeusculapeus.

Syaifuddin. 2016. Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi untuk


keperawatan dan kebidanan Ed.4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai