PENDAHULUAN
Bayi Cukup Bulan (BCB) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa
gestasi/umur kehamilan antara 37 – 42 minggu (259-293 hari). Berat badan
merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi
normal (usia gestasi 37 sampai 42 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi
berat lahir rendah (BBLR) dan bayi berat berlebih (≥ 3800 gram) lebih besar
risikonya untuk mengalami masalah. Selain itu, masalah gestasi juga merupakan
indikator kesejahteraan bayi baru lahir, karena semakin cukup umur kehamilan
semakin baik kesejahteraan bayi. Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan,
berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi: Sesuai Masa Kehamilan
(SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa Kehamilan (BMK),
dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan bayi dapat digolongkan
menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan, atau lebih bulan.1
Sepsis neonatal adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir dengan
umur kurang dari 1 bulan, kebanyakan bayi-bayi tersebut menunjukkan gejala-
gejala sakit dan dengan kultur darah menunjukkan hasil yang positif. Sepsis
neonatal masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-
bayi baru lahir. Insidensi / frekuensi sepsis neonatal adalah kasus dari 1000
kelahiran hidup pada bayi aterm, dan 4 kasus dari 1000 kelahiran hidup pada bayi
prematur. Peningkatan kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000
kelahiran bayi hidup adalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah yang
terjadi 12 jam sampai lebih dari 24 jam sebelum lahir, perdarahan ibu, toksemia,
fetal distres, aspirasi mekonium, ibu dengan infeksi traktus urinarius atau
endometrium, kebanyakan pada ibu dengan demam singkat selama partus.
Peralatan pernafasan yang terkontaminasi seperti alat-alat intubasi patut diduga
penyebab timbulnya nosokomial pneumonia dan sepsis neonatus.2,3
Insiden Pneumonia neonatal diperkirakan 1% pada bayi cukup bulan,
10% pada bayi kurang bulan, serta kejadian meningkat pada neonatal yang
dirawat di NICU. Pneumonia neonatal adalah infeksi pada paru-paru, serangan
mungkin terjadi dalam beberapa jam kelahiran dan merupakan bagian yang dapat
1
disamakan dengan kumpulan gejala sepsis atau setelah tujuh hari dan terbatas
pada paru-paru. Tanda-tandanya mungkin terbatas pada kegagalan pernafasan atau
berlanjut ke arah syok dan kematian. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta,
aspirasi atau diperoleh setelah kelahiran. Diperkirakan bahwa pneumonia
memberikan kontribusi antara 750 000 dan 1,2 juta kematian neonatal per tahun,
terhitung 10% kematian anak secara global, Dari semua kematian neonatal, 96%
terjadi di Negara berkembang.3
Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil sering ditemukan
sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu
dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan negara berkembang
lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap kemungkinan adanya
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia dibawah 2 bulan harus segera
dirawat di RS.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pneumonia Neonatal
a. Definisi
b. Etiologi
Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri dari pada virus.
Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari
cairan ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari
intubasi dan ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada
neonatal dapat non-spesifik. Kegagalan untuk mengobati pneumonia pada
neonatal dapat mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus
3
menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi
yang jelas harus dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik secara rutin.6
Penyebab dari pneumonia neonatal adalah hampir sama dengan
penyebab pneumonia pada umumnya, yaitu:3
a. Bakteri: Grup B Streptokokus, Stafilokokus Aureus, Stafilokokus
Epidermidis, E. Coli, Pseudomonas, Serratia Marcescens, Klebsiella.
b. Virus: RSV, Adenovirus, Enterovirus, CMV.
c. Jamur: Candida.
c. Klasifikasi
4
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena
akan tetap normal.5
e. Manifestasi Klinis
Pneumonia pada neonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang bising atau sulit, Takipnea >
60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. WHO tidak membedakan
antara pneumonia neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti
bakteremia, karena gejala-gejala yang tampak hampir sama, dan keterlibatan
organ dan pengobatan empirik regimen yang sama. Takipnea merupakan tanda
yang paling sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain
seperti retraksi dada (36-91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan
untuk makan (43 -49%), sianosis (12-40%), dan batuk (30-84%).6
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :7
Gejala infeksi umum :
- Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare
Gejala gangguan respiratori :
- Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung,
merintih dan sianosis.
5
- Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti
malas makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan
temperatur, dan keseluruhan kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala
pernapasan seperti grunting (mendengus), tachypnea, retraksi,
sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan yang progresif. Pada
bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan
ventilasi meningkat dapat menunjukkan infeksi.
f. Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik, seperti
tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan adanya ronki,
radiografi thorax didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura. Tanda
akhir pneumonia pada neonati tidak spesifik seperti apnea,
takipnea, malas makan, distensi abdomen, jaundice, muntah,
respirasi distress, dan kolaps sirkulasi.6
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti
pekak perkusi, suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada
neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam
dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru
umumnya tidak ditemukan kelainan.5
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks6
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang
diagnosis pneumonia di IGD hanyalah pemeriksaan rontgen
thoraks posisi AP. Secara umum gambaran foto toraks
terdiri dari :
- Infiltrate interstisial, ditandai dengan peningkatan
corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan
hiperaerasi
6
- Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan
air bronchogram. Konsolidasi dapat mengenai satu
lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau terlihat
sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar,
berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan
menyerupai lesi tumor paru, dikenal sebagai round
pneumonia.
- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus
merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate
yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial.
- Gambaran foto rontgen thoraks dapat membantu
mengarahkan kecenderungan etiologi pneumonia.
Penebalan peribronkial, infiltrate interstitial merata dan
hiperinflasi cenderung terlihat pada pneumonia virus.
Infiltrate alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar,
bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat
mungkin disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia
Stafilococcus sering ditemukan abses-abses kecil dan
pneumatokel dengan berbagai ukuran.
7
pada keadaan bakteremia dan risiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi.
- Pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri
serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
c. Pemeriksaan Mikrobiologis6
- Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat
berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.
Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan
dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru. Kecuali
pada masa neonatus, kejadian bakteremia sangat rendah
sehingga kultur darah jarang yang positif.
a. Penatalaksanaan
Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit,
misalnya toksis, distress pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada
penyakit dasar lain, komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia
pasien. Sedangkan neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.6
Dasar penatalaksanaan pneumonia rawat inap adalah pengobatan
kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan
suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi
terhadap gangguan keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah.
Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Penyakit
penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin
terjadi harus dipantau dan diatasi.7
8
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama
keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada
anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Identifikasi
dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak
tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik empiris
didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor
epidemiologis.6,7
9
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : By. LP
Jenis Kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal / umur : 14 Agustus 2016 / 7 hari
Lahir di : RS. Bhayangkara
Partus di tolong oleh : Dokter
Berat badan lahir : 3700 gr
Agama : Kristen
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Minahasa
Alamat : Malalayang I
FAMILY TREE
10
ANAMNESIS
Anamnesis (Alloanamnesis) : Ibu penderita
Keluhan Utama : Saat lahir bayi tampak sesak dan kebiruan
Anamnesis Antenatal :
ANC teratur di dokter spesialis kandungan sebanyak 9 kali
Suntik TT 2 kali
Selama hamil ibu dalam keadaan sehat
11
Pertama kali tertawa : - bulan
Pertama kali berceloteh : - bulan
Pertama kali memanggil Mama : - bulan
Pertama kali memanggil Papa : - bulan
Anamnesis Makanan
ASI : Lahir – sekarang
PASI : (-)
Bubur susu : (-)
` Bubur saring : (-)
Bubur halus : (-)
Nasi lembek : (-)
Imunisasi
Dasar Ulangan
I II III I II III
BCG -
Polio +
DTP -
Campak -
Hepatitis B +
Anamnesis Keluarga :
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga
12
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit
Gizi : Normal
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Keadaan mental : Compos Mentis
Ikterus : (-)
Kejang-kejang : (-)
Heart Rate : 142x/m
Respirasi : 75x/m
Suhu : 37,8˚c
KULIT
Warna : sawo matang
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Jaringan perut : (-)
Lapisan lemak : cukup
Turgor : kulit kembali cepat
Tonus : eutoni
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah di cabut
Mata : Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
Conjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterik (-)
Corneal reflex : Normal
Pupil Bulat isokor, RC +/+, φ 2mm-2mm
Lensa : jernih
Fundus : TDE
Visus : TDE
13
Gerakan bola mata : Normal ke semua arah
THORAX
Bentuk : Simetris
Rachtic rosary : (-)
Ruang intercostal : Normal
Precordial bulging : (-)
Retraksi : (+)
PARU-PARU
Inspeksi : Simetris kiri = kanan, Retraksi (+)
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, wh-/-
JANTUNG
Detik jantung : 142 x/menit
Iktus : Cordis tidak tampak
Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
14
Bunyi jantung : bising (-)
ABDOMEN
Bentuk : cembung, lemas, BU (+) N
Hepar/lien : ttb
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : 15 Agustus 2016
HEMATOLOGI
Hematokrit : 42,9 %
Hemoglobin : 14,4 g /dL
Eritrosit : 3,65 10^6uL
Leukosit : 20820 /uL
Trombosit : 363 10^3/uL
MCH : 39,6 pg
MCHC : 33,7 g/dL
MCV : 117,5 fL
KIMIA KLINIK
SGOT : 30 U/L
SGPT : 16 U/L
Ur : 25 mg/dL
Cr : 0,4 mg/dL
15
Protein Total : 5,54 g/dL
GDS : 75 mg/dL
Albumin : 3,68 g/dL
Globulin : 1,86 g/dL
Chlorida : 103,1 mEq/L
Kalium : 5,24 mEq/L
Natrium : 138 mEq/L
Kalsium : 8,72 mg/dL
Gambaran :
Tampak bercak infiltrat dikedua lapang paru.
RESUME
Seorang Bayi Perempuan, umur 7 hari, BB : 3700 gr, PB : 37 cm MRS
15/08/2016 jam 01.00 WITA, di rujuk dari RS. Bhayangkara dengan keluhan
utama saat lahir bayi tampak sesak dan kebiruan . Bayi lahir pada tanggal 14
Agustus 2016, Jam 23.25 di RS. Bhayangkara secara SC (Sectio Caesaria) atas
16
indikasi gawat janin, oligohidramnion, bayi besar, lahir dari ibu G3P1A1 37 tahun
hamil aterm dengan BBL 3700 gram, PBL 47 cm, Skor Apgar 1-3-5-7.
KU : Tampak sakit Kesadaran : Compos mentis
HR : 142x/m R : 75x/m Sb : 37,8˚c SpO2: 98%
Kepala : Conj. Anemis (-), Sklera ikterik (-), Pupil bulat isokor ϕ 2mm-2mm,
RC +/+, pernafasan cuping hidung (+)
Thorax : Simetris, retraksi (+). C : Bising (-), P ; Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh
-/-
Abdomen : Cembung, lemas, BU (+) N, Hepar/lien : ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik.
Diagnosis :
BCB SMK + SEPSIS et causa PNEUMONIA
Diagnosis Banding :
Bronkiolitis
Perawatan/Pengobatan/Makanan :
- O2 Nasal 0,5 l/m
- IVFD D10 % 60 ml ( 10 gtt/m )
- Inj. Amoxicillin 2 x 185 mg iv
- Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
- Oral stop sementara
- GDS/24 jam
17
Follow Up
15 Agustus 2016
S : demam (-), tampak sesak (+), nafas cepat (+)
O : KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 144x/m R: 54x/m S: 36,5oC SpO2 = 94%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (+)
Thorax : Simetris, retraksi (+) SC
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A : BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P : O2 nasal kanul 0,5 l/m
IVFD D10% = 9-10 gtt/m (mikro)
Inj. Amoxicilin 2 x 18,5 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
GDS/24 jam
16 Agustus 2016
S: demam (-) , sesak (+) berkurang.
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 145x/m R: 52x/m S: 36,6oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A : BCB SMK + Sepsis e.c pneumonia + Hiperbilirubinemia
P : O2 nasal kanul 0,5 l/m
Cairan Campur : 16-17 ml/jam
IVFD D5 149 ml
D10 35 ml
NaCl 3 % 36 ml
18
KCl 7 ml
Ca. Glukonas 18 ml
Amino Steril 6 % 60 ml
Inj. Amoxicilin 2 x 185 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
Susu 8 x 3cc ( Keb. 10ml/kgBB)
GDS/24 jam
17 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (+) berkurang, sesak (+) berkurang
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 142x/m R: 42 x/m S: 36,7oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Cairan Campur : 16-17 ml/jam
IVFD D5 149 ml
D10 35 ml
NaCl 3 % 36 ml
KCl 7 ml
Ca. Glukonas 18 ml
Amino steril 6 % 60 ml
Inj. Amoxicilin 2 x 185 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
19
18 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (+) berkurang, sesak (+) berkurang
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 142x/m R: 42 x/m S: 36,7oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Cairan Campur : 16-17 ml/jam
IVFD D5 149 ml
D10 35 ml
NaCl 3 % 36 ml
KCl 7 ml
Ca. Glukonas 18 ml
Amino steril 6 % 60 ml
Inj. Amoxicilin 2 x 185 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
19 - 21 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (+) berkurang, sesak (+) berkurang
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 142x/m R: 42 x/m S: 36,7oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
20
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Cairan Campur : 16-17 ml/jam
IVFD D5 149 ml
D10 35 ml
NaCl 3 % 36 ml
KCl 7 ml
Ca. Glukonas 18 ml
Amino steril 6 % 60 ml
Inj. Amoxicilin 2 x 185 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
22 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (+) berkurang, sesak (+) berkurang
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 142x/m R: 42 x/m S: 36,7oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (+)
Sp. Bronkovesikuler, Rh+/+, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Cairan Campur : 16-17 ml/jam
IVFD D5 149 ml
D10 35 ml
NaCl 3 % 36 ml
KCl 7 ml
Ca. Glukonas 18 ml
Amino steril 6 % 60 ml
21
Inj. Amoxicilin 2 x 185 mg iv
Inj. Gentamicin 18,5 mg/24 jam iv
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
23 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (-) berkurang, sesak (-)
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 149 x/m R: 38 x/m S: 36,8oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Sp. Bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
24 Agustus 2016
S: demam (-), nafas cepat (-) berkurang, sesak (-)
O: KU: tampak sakit Kes: CM
HR: 149 x/m R: 38 x/m S: 36,8oC SpO2: 99%
Kepala : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), PCH (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Sp. Bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, Hepar/lien ttb
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
A: BCB SMK + Sepsis et causa pneumonia
P: O2 nasal kanul
Susu 8 x 10 ml/NGT (kebutuhan 30 ml/kg/hari)
GDS/24 jam
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
serta perjalanan penyakitnya.8
Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri dari pada virus.
Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan
ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan
ventilasi.9
Pneumonia pada neonatus merupakan gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir, dengan gejala seperti pernafasan yang sulit, Takipnea > 60x/menit,
retraksi dada, batuk dan mendengus. Takipnea merupakan tanda yang paling
sering didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada
(36-91% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%),
sianosis (12-40%), dan batuk (30-84%).10
Pada pasien ini ditemukan demam, pernapasan yang cepat (75x/m),
pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, dan pada auskultasi paru dapat
didengar ronkhi basah. Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala klinis yang
mengarah ke diagnosis pneumonia.
Pada gambaran foto thoraks, ditemukan adanya bercak infiltrat dikedua
lapang paru. yang juga merupakan gambaran yang menunjang diagnosis
pneumonia.
Infeksi hematogen transplasental selama atau segera sebelum persalinan
(termasuk saat pelepasan plasenta) dapat terjadi walau infeksi lebih mungkin
terjadi saat neonatus melewati jalan lahir. Banyak komplikasi penyakit dan
gangguan kandungan yang terjadi sebelum dan sesudah proses persalinan yang
berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi pada neonatus baru lahir.11
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk demam dapat
23
diberikan analgetik/antipiretik. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan
adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.12
Pilihan antibiotik lini pertama dapat menggunakan antibiotik golongan
beta-laktam atau kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap
beta-laktam dan kloramfenikol, dapat diberikan gentamisin, amikasin, atau
sefalosporin, sesuai etiologi yang ditemukan.13
Pada teori lain juga ditemukan penatalaksanaan pneumonia sesuai umur
penderita yaitu, bayi <3bulan diterapi dengan ampisilin + gentamicin, usia 3 bulan
– 5 tahun diterapi dengan ampisilin + kloramfenikol atau tambahkan makrolid jika
tidak berespon dengan keduanya, usia ≥ 5 tahun diterapi dengan makrolid atau
tambah beta laktam.jika tidak berespon dengan makrolid.14
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sylviati M D. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010.h.11-25.
2. Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2007.h.78-82
3. Anna F, Wibisono M. Jusuf. Manajemen Sepsis Pada Pneumonia. Majalah
Kedokteran Respirasi Vol. 1. No. 2 Juli 2010.h.43-46.
4. Caserta, M.T., 2009, Neonatal Pneumonia, Online, Availble,
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279l.html, diakses tanggal 26
Mei 2010.p.56-58
5. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory
Reviews. Australia: Elsevier. 2007. p.195-203
6. Said, M. Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2012.h.350-364.
7. Nissen DM. Congenital and Neonatal Pneumonia. Pediatric Respiratory
Reviews. Australia: Elsevier. 2007. p195-203.
8. Stoll JB. Clinical Manifestations of Transplacental Intrauterine Infection.
Nelson Texbook of Pediatrics. New York: Elsevier. 2011. 19th ed. p.103.639.
9. Chiesa C, Alessandra PA, Osborn JF, Simonetti AF, Pacifico1 L. Diagnosis of
neonatal sepsis: a clinical and laboratory challenge. Clin Chem 2007.p.279-
287.
10. Rahajoe Nastiti, Supriyanto Bambang, Setyanto Budi Darmawan. Buku Ajar
Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2008.h.350-354
11. Buku Ajar Neonatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia edisi pertama. FKUI :
Jakarta 2008.h.147-168.
12. Bannet NJ, Domachowske J. Pediatric Pneumonia Treatment & Management.
Feb 2013. URL: http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
13. Soetikno DR. Pneumonia neonatus. Kegawatdaruratan pada Pediatri.
Radiologi Emergency. Bandung; Rafika Aditama. 2011. h260-262
14. Pudjiaji Antonius, Hegar Badriul, Handryastuti setyo, dkk. Pedoman
Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.h.497
25