Anda di halaman 1dari 5

Jumat, 08 Juli 2011

Kanker Endometrium
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di
negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan
sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium. Kanker endometrium paling sering terdiagnosis pada
usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian
sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat premenopause. Kanker endometrium uterus telah mengalami
peningkatan angka kejadian di Indonesia, sebagian Karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih
akurat. Sekitar 32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita
dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus. Usia rata-rata adalah 61, dan kebanyakan pasien
setidaknya berusia 55 tahun.
Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium yaitu hormon
replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause, nulipara atau dengan paritas rendah,
dan keadaan anovulasi. Hal-hal tersebut berkaitan dengan keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan
risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau
meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang
bersifat protektif. Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker
endometrium terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan
menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut. Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan pervaginam
pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis pada stadium dini. Teknik
skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan
D&C dan biopsi endometrium yang merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan
endometrium dan menjadi bakuan dalam menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai
sensitifitas yang baik dengan negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam
pengambilan. Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah melalui
prosedur pembedahan. Oleh karena itu, penanganan Ca endometrium sangat memerlukan tindakan khusus dari
perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang
mengalami Ca endometrium dalam kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien. Pada laporan kasus ini
akan dibahas mengenai satu kasus kanker endometrium beserta penatalaksanaannya.

B. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan Ca
endometrium

Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian Ca endometrium
2. Mahasiswa memahami klasifikasi dari Ca endometrium
3. Mahasiswa memahami etiologi dari Ca endometrium
4. Mahasiswa memahami tanda dan gejala pada pasien Ca endometrium
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dan pathway dari Ca endometrium
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang
7. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan dari Ca endometrium
8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien Ca endometrium

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim.
Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya
janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa
menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena
sering menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)

B. Klasifikasi (Pada tahun 1988 FIGO menetapkan kriteria stadium surgikal)


IA (G1, G2, G3) : Tumor tebatas pada endometrium
IB (G1, G2,G3) : Menginvasi kurang dari setengah miometrium
IC (G1, G2, G3) : Menginvasi lebih dari setengah miometrium
IIA (G1, G2, G3) : Mengenai kelenjar endoserviks
IIB (G1, G2, G3) : Menginvasi stroma serviks
IIIA (G1,G2,G3) : Menginvasi ke lapisan serosa dan/atau adneksa dan /atau pemeriksaan sitologi peritoneum
positif
IIIB (G1, G2, G3) : Metastasis ke vagina
IIIC (G1, G2,G3) : Metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau para-aorta
IVA (G1, G2,G3) : Invasi ke kandung kemih dan/atau mukosa usus.
IVB : Metastasis jauh termasuk ke rongga abdomen dan/atau kelenjar getah bening ingunal.
Keterangan : Kanker endometrium dibagi atas derajat (G) sesuai dengan derajat diferensiasi histologik.
G1 = 5% atau kurang gambaran pertumbuhan padat;
G2 = 6-50% gambaran pertumbuhan padat
G3 = > 50 % gambaran pertumbuhan padat

C. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa penelitiian
menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker
endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion menjadi estron. Pada
obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker
endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal
menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari
25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada
wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode
numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas.
Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker
endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum dibanding wanita
yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah
melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan
meningkatnya resiko kanker endometrium.

e. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir rahim disertai
peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia
endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko keganasan endometrium.
Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%,
sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita
penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara
bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan endometrium lenih tinggi
daripada di ngara-negara yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan
Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan
mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang
menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada
orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-
orang Asia yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya
di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara Asia
lainnya
i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang terkena kanker ini,
meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan angka kejadian
kanker endometrium.

D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan bertambah pada saat
berhubungan seks.
3. Sakit punggung pada bagian bawah.
4. Sulit buang air besar atau diare.
5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

E. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya
jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan
saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun
yang sudah tua dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi masuk
kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut
menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan endometrium terbawa ke luar rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum tindakan operasi, pemeriksaan yang perlu dilakukan:
1. Foto toraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru
2. Tes Pap, untuk menyingkirkan kanker serviks
3. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati, faal ginjal, elektrolit.

G. Penatalaksaan Medis
Sampai saat ini belum ada metode skrining untuk kanker endometrium.
Hanya untuk pasien yang termasuk dalam risiko tinggi seperti Lynch syndrome tipe 2 perlu dilakukan evaluasi
endometrium secara seksama dengan hysteroscopy dan biopsy. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan test
non invasif awal yang efektif dengan negative predictive value yang tinggi apabila ditemukan ketebalan
endometrium kurang dari 5 mm. Pada banyak kasus histeroskopi dengan instrumen yang fleksibel akan
membantu dalam penemuan awal kasus kanker endometrium.
Pada stadium II dilakukan histerektomi radikal modifikasi, salpingo-ooforektomi bilateral, deseksi kelenjar
getah bening pelvis dan biopi paraaorta bila mencurigakan, bilasan peritoneum, biopsi omenteum (omentektomi
partialis),biopsi peritoneum.
Pada stadium III dan IV : operasi dan/atau radiasi dan/atau kemoterapi. Pengangkatan tumor merupakan terapi
yang utama, walaupun telah bermetastasis ke abdomen.

H. Pathway

Kanker endometrium
Tanda dan gejala

nosa

Proses Keperawatan
Pengkajian
Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pelvis, serta pemeriksaan laboratorium dilakukan. Data pengkajian
tambahan mencakup respon psikososial pasien, karena keharusan untuk menjalani pembedahan dapat
menunjukkan reaksi emosional yang kuat dan adanya ketakutan. Jika pembedahan dilakukan untuk mengangkat
kanker endometrium, cemas yang berhubengan dengan ketakutan akan kanker dan kematian menambah stress
pada pasien dan keluarganya.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
3. Keletihan berhubungan dengan keadaan penyakit
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan aspek pembedahan dan perawatan diri
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas
Perencanaan dan Implementasi
1. Nyeri b.d agen injuri biologi
Tujuan.
- Menunjukkan tehnik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
- Menunjukkan penurunan tingkat nyeri
- Melaporkan kesejahterraan fisik dan psikologis
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk menceah nyeri
- Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
Intrvensi
- Pemberian analgetik : penggunaan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
- Penetalaksanaan nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien
2. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri
Tujuan
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal/nonverbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk memecahkan masalah yang
dialaminya

Intervensi
- Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan perawatan dan prosedur tidak
menggaggu waktu istirahat.
Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang digunakan.
- Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan merasakan sendiri dari
pengontrolannya.
- Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
- Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan terekspresi.
- Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.
Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi lebih baik.

3.

Anda mungkin juga menyukai