ASFIKSIA
DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD GENTENG
Oleh :
Fani Mohamad Yunus
2017.04.006
NIM : 2017.04.006
JUDUL LP : Asfiksia
Laporan pendahuluan dengan Asfiksia di ruang Perinatologi RSUD Genteng telah di setujui pada
tgl dan disahkan oleh :
Banyuwangi, 2018
Mahasiswa
( )
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan
(Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011)
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida (Sarwono, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal
distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan
O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolism janin menuju
metabolism anaerob, yang menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2
(Manuaba, 2008).
Tanda 0 1 2
-2 -1 0 1 2 3 4 5
Lengket, Merah seperti Licin, merah Pengelupasan Pecah2, daerah Perkamen pecah2 Seperti kulit,
rapuh, gelatin, muda, vena &/atau ruam pucat, jarang dalam, tidak pecah2, berkeriput
Kulit
transparan tembus membayang superfisial, vena terlihat vena
pandang beberapa vena
Tidak ada Jarang sekali Banyak sekali menipis (+)daerah tanpa Sebagian besar
Lanugo
rambut tanpa rambut
Tumit – Tumit – > 50 mm, Garis2 merah Garis melintang Garis lipatan Garis lipatan pada
Garis telapak ibu jari ibu jari tidak ada tipis hanya pd bag. sampai 2/3 seluruh telapak
kaki kaki < 40 kaki 40 – lipatan anterior anterior
mm 50 mm
Tidak Susah Areola datar (-) Areola berbintil- Areola Areola penuh,
dikenali dikenali penonjolan bintil, penonjolan terangkat, Penonjolan 5-10
Payudara
1-2 mm penonjolan 3-4 mm
mm
Kelopak Kelopak Kelopak Pinna sedikit Pinna Keras & Kartilago tebal,
menyatu menyatu terbuka, bergelombang, bergelombang berbentuk daun telinga kaku
Mata/ telinga
erat longgar. pinna datar, rekoil lambat baik, lembek tapi segera rekoil
tetap terlipat. siap rekoil
Skrotum Skrotum Testis di kanal Testis menuju ke Testis sudah Testis tergantung,
Genitalia pria datar & kosong, bagian atas, bawah, sedikit turun, rugae rugae dalam
halus rugae samar rugae jarang rugae jelas
Klitoris Klitoris Klitoris Labia mayora & Labia mayora Labia mayora
Genitalia menonjol, menonjol, menonjol, minora menonjol besar, labia menutupi klitoris &
wanita labia datar labia minora minora minora kecil labia minora
kecil membesar
Tabel 4. Perhitungan Kematangan
Skor Minggu
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
5. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang
mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi
baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
1. Faktor ibu
a) Preeklampsia dan eklampsia
b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Maternal Hipotensi syok dengan Aliran darah menuju plasenta akan berkurang
sebab apapun sehingga O2 dan nutrisi makin tidak seimbang
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Kemampuan transportasi O2 turun sehingga
Anemia maternal konsumsi O2 janin tidak terpenuhi
Penekanan respirasi Metabolisme janin sebagian menuju metabolisme
atau penyakit paru anaerob sehingga terjadi timbunan asam laktat dan
Malnutrisi piruvat serta menimbulkan asidosis metabol
Asidosis dan dehidrasi Semuanya memberikan kotribusi pada
Supine hipotensi pertumbuhan konsentrasi O2 dan nutrisi makin
menurun.
Anemia janin
6. Manifestasi Klinis
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda
sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit
dan selama his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal
setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan
O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung dan kelainan
paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal, pervertikular,
dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan glikogen akibat
stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram.
8. Patofisiologi
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan
terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi
terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada
gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang
mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat.
Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat
akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila
kita periksa kemudian banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan dapat terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang
dalam, denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun,
dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan
darang dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi
terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan tidak di mulai segera
(Manuaba, 2008).
9. Pathway
Sesak nafas
& sianosis
Ketidakefektif
an pola nafas
Sianosis
Resiko Cidera
Ketidakefektifan
pola nafas
Akral
dingin
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh
10. Alur dan Bagan Resusitasi Pada Bayi
Gagal CPAP
Bila LDJ PEEP 8 cm H2O
tetap<100x/mnt Flow>40%
Dengan distress nafas
Pengembangan adekuat?
Pertimbangkan intubasi
Pertimbangan intubasi
Waktu dari lahir Target SpO2 Preduktal
Observasi LDJ dan usaha 1 menit
nafas tiap 100 detik 2 menit
3 menit
LDJ<60/menit 4 menit
5 menit
Pertimbangan pemberian 10 menit
obat dan cairan intravena
Keterangan :
B. KONSEP ASKEP
a) Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas.
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Bagaiman proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang
kaki atau sungsang.
4. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/menit. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
a) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri
dari mediasternum pada ruang intercosta III/IV.
b) Murmur biasanya terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
c) Tali pusat putih dan bergelatin mengandung 2 arteri 1 vena.
5. Kebutuhan Dasar
a) Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna.
b) Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi pneumonia.
c) Kebersihan diri
Perawta dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB
dan BAK harus diganti dengan popoknya.
d) Pola Tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas.
6. Neurosensori
a) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukan abnormalitas
genetik, hipoglikemia atau efek nerkotik yang memanjang).
7. Pernafasan
a) Skor APGAR: skor optimal antara 7-10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silindrik thorak:
kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
8. Keamanan
Suhu rentan dari 36,50C -37,5oC. Ada vermiks (jumlah dan distribusi tergantung pada
usia gestasi).
9. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pada umunya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan
tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b) Tanda-tanda vital
Pada umumnya terjadi peningkatan respirasi
c) Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
e) Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
f) Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah adanya pernafasan cuping hidung.
g) Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekuensi pernafasan
yang cepat.
b) Pemeriksaan Diagnostik
• PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah
menunjukkan asfiksia bermakna.
• Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
• Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
c) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak atau tersumbatnya
jalan nafas karena aspirasi mekonium dan air ketuban.
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli,
alveolar edema, alveoli-perfusi
5. Resiko cedera b.d. Hipoksia jaringan
d) Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan dan
Tujuan
1. Ketidakefektifan 1. Tentukan kebutuhan 1. Untuk
bersihan jalan nafas b.d oral/ suction tracheal. memungkinkan
produksi mukus banyak 2. Auskultasi suara nafas reoksigenasi.
atau tersumbatnya jalan sebelum dan sesudah 2. Pernapasan bising,
nafas karena aspirasi suction. ronki dan mengi
mekonium dan air 3. Beritahu keluarga menunjukkan
ketuban. tentang suction. tertahannya secret.
Tujuan : Setelah 4. Bersihkan daerah 3. Membantu
dilakukan tindakan bagian tracheal setelah memberikan
keperawatan, bersihan suction selesai informasi yang benar
jalan nafas kembali dilakukan. pada keluarga.
efektif. 5. Monitor status oksigen 4. Mencegah
Dengan kriteria hasil : pasien, status obstruksi/aspirasi.
a. Tidak menunjukkan hemodinamik segera 5. Membantu untuk
demam 36.5-37.5oC sebelum, selama dan mengidentifikasi
b. Tidak menunjukkan sesudah suction perbedaan status
cemas oksigen sebelum dan
c. Rata-rata respirasi sesudah suction.
dalam batas normal
30-40x/mnt
d. Pengeluaran sputum
melalui jalan nafas
e. Tidak ada suara
nafas
tambahan(Wheezing
atau ronchi)
f. Mudah dalam
bernafas.
g. Tidak menunjukkan
kegelisahan.
h. Tidak adanya
sianosis.
i. PaCO2 dan PaO2
dalam batas normal
35-45 mmHg dan
80-100 mmHg.
j. Keseimbangan
perfusi ventilasi
2. Risiko 1. Hindarkan pasien dari 1. Menghindari
ketidakseimbangan kedinginan dan terjadinya hipitermia.
suhu tubuh b.d tempatkan pada 2. Mengetahui
kurangnya suplai O2 lingkungan yang terjadinya hipotermi.
dalam darah. hangat. 3. Perubahan tanda-
Tujuan : Setelah 2. Monitor temperatur dan tanda vital yang
dilakukan tindakan warna kulit. signifikan akan
keperawatan selama 3. Monitor TTV. mempengaruhi
proses keperawatan 4. Jaga temperatur suhu proses regulasi
diharapkan suhu tubuh tubuh bayi agar tetap ataupun metabolisme
normal. hangat. dalam tubuh.
Kriteria hasil : 5. Tempatkan BBL pada 4. Menghindari
a. Temperatur badan inkubator bila perlu. terjadinya hipitermia.
dalam batas normal 5. Mambantu BBL tetap
36.5-37.5oC berada pada keadaan
b. Tidak terjadi distress yang sesuai dengan
pernafasan keadaannya.
c. Tidak gelisah
d. Perubahan warna
kulit
e. Bilirubin dalam
batas normal <5
mg/dL
3. Ketidakefektifan pola 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk
nafas b.d hipoventilasi/ jalan nafas dengan menghilangkan
hiperventilasi melakukan pengisapan mucus yang
Tujuan : Setelah lender terakumulasi dari
dilakukan tindakan 2. Auskultasi jalan nafas nasofaring, tracea.
keperawatan selama untuk mengetahui 2. Bunyi nafas
proses keperawatan adanya penurunan menurun/tak ada bila
diharapkan pola nafas ventilasi jalan nafas obstruksi
menjadi efektif. 3. Berikan oksigenasi sekunder. Ronki dan
Kriteria hasil : sesuai kebutuhan mengi menyertai
a. Pasien menunjukkan obstruksi jalan
pola nafas yang nafas/kegagalan
efektif. pernafasan.
b. Ekspansi dada 3. Memaksimalkan
simetris bernafas dan
c. Tidak ada bunyi menurunkan kerja
nafas nafas.
tambahan(Wheezing
atau Ronchi)
d. Kecepatan dan
irama respirasi
dalam batas normal
30-40x/mnt
4. Gangguan pertukaran 1. Kaji bunyi paru, 1. Penurunan bunyi
gas berhubungan frekuensi nafas, nafas dapat
dengan gangguan aliran kedalaman nafas menunjukan
darah ke alveoli, dan produksi sputum atelektasis. Ronki,
alveolar edema, alveoli- 2. Pantau saturasi O2 mengi menunjukkan
perfusi. dengan oksimetri akumulasi secret/
Tujuan : Setelah 3. Berikan oksigen ketidakmampuan
dilakukan tindakan tambahan yang sesuai. untuk membersihkan
keperawatan selama jalan nafas yang
proses keperawatan dapat menimbulkan
diharapkan pertukaran peningkatan kerja
gas teratasi. pernafasan.
Kriteria hasil : 2. Penurunan
a. Tidak sesak nafas kandungan oksigen
b. Fungsi paru dalam (PaO2) dan/atau
batas normal saturasi atau
peningkatan PaCO2
menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi/perubahan
program terapi.
3. Alat dalam
memperbaiki
hipoksemia yang
dapat terjadi
sekunder terhadap
penurunan
ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar
paru.
5. Resiko cidera b.d. 1. Cuci tangan setiap 1. Mengurangi
Hipoksia jaringan, sebelum dan sesudah kontaminasi silang.
anomali kongenital merawat bayi 2. Mencegah
tidak terdeteksi atau 2. Pakai sarung tangan penyebaran
tidak teratasi pemajanan steril infeksi/kontaminasi
pada agen-agen 3. Lakukan pengkajian silang.
infeksius. fisik secara rutin 3. Untuk mengetahui
Tujuan : Setelah terhadap bayi baru apakah ada kelainan
dilakukan tindakan lahir, perhatikan pada
keperawatan selama pembuluh darah tali
proses keperawatan pusat dan adanya
diharapkan risiko cidera anomaly 4. Ajarkan
dapat dicegah. keluarga tentang tanda
Kriteria hasil : dan gejala infeksi dan
a. Bebas dari cidera/ melaporkannya pada
komplikasi pemberi pelayanan
b. Mendeskripsikan kesehatan 5. Berikan
aktivitas yang tepat agen imunisasi sesuai
dari level indikasi
perkembangan anak (imunoglobulin
c. Mendeskripsikan hepatitis B dari vaksin
teknik pertolongan hepatitis B bila serum
pertama ibu mengandung
antigen permukaan
hepatitis B (Hbs Ag),
antigen inti hepatitis B
(Hbs Ag) atau antigen
E (Hbe Ag).
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. New Jersey:
Upper Saddle River.
Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mc Closkey, C.J., et all. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Ralph dan Rosenberg. 2006. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification 2005-2006.
Philadelphila, USA.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial Ed 3
Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.