Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTOMA OVARII

A. Pengertian
Kistoma ovarii adalah kista yang dapat timbul karena akibat pertumbuhan
abdomen dan epitelium ovarium. (Brunner dan Suddarth. 2001)
Kista ovarii adalah kista retensi yang berasal dari korpus luteum dan bersifat
non neoplastik ( Bagian obstetri dan genikologi FKUI Padjajaran. Bandung)
Kistoma Ovarii adalah tumor yang terdapat di overium dan menjadi masalah
malignasi terbesar kedua pada organ reproduksi wanita. ( Daniella dan jene
chrette. 1999)

B. Klasifikasi
Kista ovarii di bedakan menjadi beberapa kistik
1. Folikel
Kista ini bersal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia foliculi.
2. Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan,lebih jarang dalam kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya berasal dari corpus luteum hematoma.
3. Strein levanthal ovari
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik
4. Endometrial
Tumor ovarium ini biasanya bersamaan dengan adanya bukti endometriosis
lain
5. Peradangan tuba ovarium
Tumor jinak dan kista tuba fallopi dan ligamentum latum
6. Inklusial germinal
Terjadi oleh karena infaginasi dari epitel germinal dari ovarium

C. Etiologi
Asal tumor ini belum diketahui secara pasti, faktor predisposisi:
1. Genetik
2. Penggunaan kontrasepsi mengandung hormonal
3. Ovulasi yang terus berlangsung tanpa intervensi dalam waktu lama
4. Terapi estrogen
5. Menopause lambat
6. Nulipara > 45 tahun/ kehamilan pertama lebih dari 30 tahun.

D. Manifestasi klinis
1. Gangguan miksi dan defekasi
2. Rasa berat pada perut
3. Obstipasi
4. Sesak napas
5. Edema pada tungkai
6. Anoreksia
E. Patofisiologi
Kista ovarium dapat disebabkan oleh adanya metastase dari Ca mamae, colon
dan lambong serata faktor-faktor predisposisi diatas. Memang sulit menimbulkan
gejala baru dapat dipalpasi bila sudah bermetastase. Sayangnya tidak ada tanda
atau gejala yang spesifik dari tumor ovarii.
Tumor ovarii dapat bermetastase dari infasi lambung ke struktur yang
berdekatan pada panggul dan panggul melalui cairan peritoneal ke rongga
abdomen dan panggul. Jika tumor menembus kapsul maka timbul metastase
metastase serosa di kavum douglas, di apendik dan didalam dinding perut depan.
Omentum juga sering mendapatkan metastase. Mungkin bahkan sebelum
perluasan ini tumor dapat mengadakan metastase limfoma, melalui pembuluh
lumfe dan ligamentum latum yang mengikuti pembuluh darah ovarial sampai
ginjal dan dan sesudah itu baru ke medial masuk dalam kelenjar-kelanjar limfe
para aortal.
Asites dapat terjadi dan cairan yang mengandung sel tumor melalui saluran
limfe (limfogen) menuju pleura dan akhirnya menyebabkan efusi pleura yang
sering ditakutkan dan paling berbahaya dalam kehamilan adalah adanya putaran
tungkai (torsi) yang menyebabkan nekrosis dan infeksi dengan gejala-gejala yang
mendadak . Kista dapat pecah karena trauma, misalnya penderita jatuh /akibat
partus spontan. Apabila kista dalam panggul terkena oleh epala janin turun atau
tindakan pengukiran partus, masa nifas lebih berbahaya lagi karena pengecilan
rahim membesar kemungkinan akan terjadi pertukaran tungkai. Sebaliknya tumor
ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim/
dapat menghalangi masuknya kepala kedalam panggul. (C.J.H.Van de velde F.T
Bosman.1996)
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya dalam kehamilam, tumor ovarium yang lebih besar dari pada telur
angsa harus dikeluarkan. Hal itu didasarkan atas 3 pertimbangan:
1. Kemungkinan keganasan
2. Kemungkinan torsi dan abdomen akut
3. Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik
Maka tindakan yang dapat dilakukan.
1. Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa
harus dikeluarkan
2. Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16 – 20
minggu, harus diberikan substitusi progesteron
a. Beberapa hari sebelum operasi
b. Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum
terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan ganas.
3. Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut
4. Bila tidak bisa persalinan di selesaikan dengan seksio sesaria dan
sekaligus tumor diangkat. (Rustam Mochtar. MPH)
a. Pada wanita muda dapat dilakukan kritektomi ovarium
b. Pada wanita hamil usia 40 tahun keatas dengan salpingo ooforektomi
bilateral dan histerektomi total
c. Non operasi
1) Clamiphone citrat (clanide) 50 mg selama 5 – 10 hari
2) Gonodotropin 4500 IU selama 3 hari

G. Pemeriksaaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin: Hb, leukosit, trombosit
2. Pemeriksaan radiologi
a. Laparoscopi
b. USG
c. Foto rontgen
d. Foto thorax
H. Komplikasi
1. Torsi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada tumor dengan ukuran sedang.
Adanya putaran menyebebkan gangguan peredaran darah yang disebabkan
oleh torsi, ini terutama mengenai susunan vena saja. Torsi yang berlebihan
menyebabkan kista terlepas sama sekali. Peristiwa torsi kadang-kadang
disertai rasa nyeri yang hebat dan terus-menerus, terkadang rasa nyeri ini
hanya sebentar.
2. Ruptur dari kista
Hal ini disertai gejala sakit, enek dan muntah. Bila ada pembuluh darah yang
pecah dapat disertai gejala syok
3. Supurasi dari kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi/ berdiri sindiri secara secara
hematogen/ limfogen.
Gejala peradangan seperti sakit, nyeri tekan, perut tegang, demam dan
terositis.
4. Perubahan keganasan
Dari suatu tumor kistik ovarium benigna dapat terjadi keganasan
5. Partus lama/macet
Akibat dari tumor/kistoma ovarii yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan –kelainan letak janin dalam rahim yang menghalangi masuknya
kepala janin kedalam panggul.
6. Infertilitas
Bagi pasien wanita pre manopause dengan tindakan histerektomi

I. Teori asuhan keperawatan


1. Pengkajian fokus
a. Demografi
1) Umur : 20 tahun keatas
2) Jenis kelamin : wanita
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
c. Pola fungsional Gordon
1) Nutrisi dan metabolik
Pasien merasa mual, muntah, akibat adanya cairan dalam rongga
abdomen sehingga pasien merasa kurang nafsu makan
2) Eliminasi
Feses : Terjadi obstipasi karena perut tegang sehingga terjadi
penurunan mobilitas usus disamping itu kurang asupan nutrisi
Urine : BAK lebih sering karena adanya tekanan pada kandung kemih
3) Pola aktifitas dan latihan
Kistoma dalam ovarium mendesak diafragma sehingga menyebabkan
atelektasis, paru kurang optimal dan terjadi sesak napas sehingga
pasien lebih cepat lelah dalam melakukan aktifitas dan latihan
4) Istirahat tidur
Adanya sesak napas menyebabkan gangguan pola tidur pasien
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien mengeluh adanya nyeri pada abdomen
6) Pola reproduksi dan seksual
Terjadi infektifitas jika dilakukan histerektomi total/ hipermenarche
dan aminar
che dapat terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
KU: Pasien tampak lelah
TTV : TD normal RR: meningkat N: Meningkat S: meningkat
Kepala:
Rambut :
Mata : Simetris, konjungtifa, sklera.
Hidung : kebersihan, sekret, napas cuping hidung.
Mulut : kebersihan, bau, karies.
Telinga : simetris, kebersihan, pendengaran, kelainan.
Dada :
Paru : simetris, vasikuler, sonor, taktil fremitus.
Jantung : ictus cordis, pekak, bunyi normal
Abdomen
Ekstermitas
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium:
Hb rendah, Leukisit dan trombosit menurun
b. Pemeriksaan radiologi:
1) Laparoskopi
2) USG
3) Foto Rontgen
4) Parasintesis
5) Scanning Ultra Sound Abdomen
6) Ekografi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
Nyeri berhubungan 1. Melapo 1. Ukur TTV 1. peningkatan
dengan stimulasi rkan nyeri (RR, TD, Nadi,
serabut syaraf ASC berkurang Suhu)
atau
terkontrol
2. Menunj 2. membantu
ukkan atau 2. Ajarkan menurunkan skala
menggunaka klien teknik nyeri
n prilaku relaksasi seperti
untuk teknik nafas
mengurangi dalam, mental 3. nyeri
kekambuhan imagery, distraksi merupakan
3. Teliti pengalaman
keluhan nyeri , subjektif dan harus
catat dijelaskan oleh
intensitasnya pasien identifikasi
dengan (skala 0- karakteristik nyeri
10), dan factor yang
karakteristiknya berhubungan
merupakan suatu
hal yang amat
penting untuk
memilih intervensi
yang cocok dan
untuk
mengevaluasi
keefektifan dari
terapi yang
4. Obserfasi diberikan
adanya tanda- 4. merupakan
tanda nyeri non indicator /derajat
verbal, nyeri yang tidak
seperti:ekspresi langsung yang
wajah, posisi dialami
tubuh,
gelisah/menangis
, menarik diri,
diaforesis,
perubahan
frekuensi
jantung/
pernafasan
,tekanan darah
5. Kaji/hubung 5. Faktor yang
kan faktor berpengaruh
fisik/emosi dari terhadap
keadaan keberadaan
seseorang persepsi nyeri
6. Evalusi tersebut
prilaku nyeri 6. dapat
diperberat karena
prilaku pasien
Cemas berhubungan Ansietas dapat 1. Menggali bahwa 1. selain
dengan adanya terkurangi individu cemas ansietas ekspresi
ancaman bahaya secara efektif dan menyadari kemarahan juga
situasi yang adalah reaksi yang
secara potensial sering terhadap
dapat suatu penyakit
mencetuskan
ansietas, seperti
yang ditunjukan
syarat secara
fisiologis,
emosional dan
prilaku
2. Mendorong 2. Ekspresinya
individu dapat berupa agresi,
3. menggali suatu reaksi
ansietas dan kompleks perasaan
ekspresikan dan perilaku
segala dengan intensitas,
ansietasnya durasi dan ekspresi
yang berbeda.
Resti penurunan 1. Berat 1. Pantau berat 1. mengetahui
nutrisi kurang dari badan badan setiap hari berat badan
kebutuhan bertanbah /aktifitas intervensi
berhubungan dengan 2. Input 2. Kaji nutrisi nutrisi
peningkatan dan output termasuk 2. mengidentifik
aktivitas, seimbang makanan yang asi defisiensi
peningkatan disukai makanan
metabolisme tubuh 3. observasi
dan catat
makanan 3. mengawasi
masukan kualitas
makanan
Resiko infeksi Mencapai 1. informasika 1. mencegah
berhubungan penyembuhan n pada klien terpajan pada
denganpeningkatan luka tepat pentingnya organisme
paparan terhadap waktu Personal hygien infeksius
organisme,penurunan 2. ajarkan 2. mencegah
daya tahan terhadap teknik cuci kontaminasi silang
mikroorganisme tangan yang menurunkan
penyebab infeksi benar resiko tinggi
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,E.M. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. vol.2.
Jakarta. EGC

Bagian Obstetri dan Genikologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran


Bandung. 1984. Genekologi. Bandung

J.C.F. Under wood. 1999. Patologi. Jakarta; EGC.

Gale, Daniella dan jane Charette. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Jakarta; EGC.

Muchtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC.

Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta; salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai