Anda di halaman 1dari 19

EFEK LIFE REVIEW THERAPHY TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA

ANALISA JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi NERS Keperawatan

Oleh:

NUR ISMI AZIS


841 717 119

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2000 di Amerika Serikat mengalami peningkatan lansia sebanyak


35 juta orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun jumlahnya mencapai 12,4% dari
total populasi. Jumlah ini menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 3,7 juta sejak
tahun 1990. Pada populasi lansia di tahun 2000, 18,4 juta orang berusia 65–74 tahun;
12,4 juta berusia di atas 85 tahun. Diperkirakan, pada tahun 2030 populasi lansia akan
mencapai 70 juta orang .(Aswanira, 2015)
Indonesia merupakan salah satu negara ber-kembang dengan angka harapan
hidup yang meningkat. Menurut WHO, populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8%
atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%)
dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%)
dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000
(11,34%) dari total populasi. Di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
lansia sekitar 80.000.000. (Aswanira, 2015)
Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahapan usia
late adulthood atau yang dimaksud dengan tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran
usia dimulai dari 60 tahun keatas (Yuliastuti, 2017). Menurut (Constantinides,1994)
dalam Aini (2014), Menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup. Menurut UU No.13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia (lanjut usia) disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Aini, 2014)
Lansia sangat rentan mengalami masalah kese-hatan baik masalah fisik
maupun psikologis akibat terjadinya perubahan dalam kehidupan. Perubahan tersebut
2
meliputi pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti
werda, kematian pasangan dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang
kesehatannya menurun. Salah satu masalah psikologis adalah depresi sebagai tahun
emas. Tingginya stresor dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan
dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia mengalami kecemasan, kesepian,
sampai pada tahap depresi. (Saputri, 2011)
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affective/mood disorder), yang ditandai dengan ketidakgairahan hidup, kemurungan,
kelesuan, putus asa dan perasaan tidak berguna. Gangguan depresi sendiri apabila
tidak diobati maka akan mengakibatkan kesulitan pada penderitanya yang terlihat
dalam pencapaian akademik yang buruk, keterlambatan dalam perkembangan
psikososial, penyalahgunaan zat adaptif, bahkan percobaan bunuh diri. Pre-valensinya
depresi berkisar antara 10–15% pada lansia di komunitas; 11–45% pada lansia yang
membutuhkan rawat inap; dan sampai 50% pada residen lansia yang tinggal di panti
jompo. (Saputri, 2011)
Sebagai seorang tenaga kesehatan, perlu adanya rasa kepedulian dan kepekaan
terhadap kondisi lansia yang berada di sekeliling kita. Banyak hal yang dapat kita
lakukan dalam menurunkan masalah depresi pada lansia dan meningkatkan kualitas
hidup lansia, salah satunya dengan terapi life review. Menurut Setyoadi dan
Kushariyadi, (2011) Terapi Life Review mampu menurunkan depresi, meningkatkan
kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari
dan meningkatkan kepuasan hidup.
Panti Sosial Trisna Werda Ilomata sendiri memiliki banyak lansia dengan
berbagai tipe dan karakter yang berbeda-beda. Diantara sekian banyak lansia yang
tinggal di panti lansia tersebut, beberapa diantaranya mengalami masalah dengan
kualitas hidup dan ketidakpercayaan diri sehingga penulis mendeskripsikan kondisi
ini akan menjurus kearah masalah depresi pada lansia. Sehingga perlu adanya
bimbingan yang dapat dilakukan melalui jalur perawatan bersifat non farmakologi.

3
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk membuat analisa jurnal
terkait judul efek life review theraphy terhadap depresi pada lansia di PSTW Ilomata.

1.2 Tujuan
Mendeskripsikan jurnal Efektifitas Life Review Theraphy Terhadap Depresi
Pada Lansia
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Praktis
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan
sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan dan
aplikasi dalam asuhan keperawatan Gerontik.
1.3.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
tentang keperawatan Gerontik
b. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat
dalam asuhan keperawatan Gerontik
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Panti Sosial Tresna
Werdah Ilomata dalam melaksanakan kegiatan tambahan lansia untuk mengurangi
kejenuhn atau stress pada lansia.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2.1 Metode Pencarian
Analisis jurnal ini menggukan 1 (dua) media atau metode pencarian jurnal,
yaitu sebagai berikut :
a. Pencarian search engine google : http://googlescholar.com

2.2 Konsep Tinjauan Teoritis


2.2.1 Konsep Teori Depresi
1. Definisi
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak
dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari). Depresi adalah
gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses
mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang
secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
(Dirgayunita, 2016)
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,
mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup,
tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak
berguna dan putus asa. Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan,
yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi
merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai
dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa
5
yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis, depresi merupakan
ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai
diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa. (Dirgayunita, 2016)

2. Penyebab Depresi
Menurut Dirgayunita (2016) Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa
faktor. Jika seseorang di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang
mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga.
faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi,
faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
a. Faktor Biologi
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan
patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan
menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit
fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat
menyebabkan depresi.
b. Faktor Psikologis/Kepribadian
Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif,
dan menggunakan ruminative coping. ketika seseorang merasa tertekan
akan cenderung fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif
merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk
merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam
berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan.
Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap
bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya.
6
Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.
c. Faktor Sosial
1) Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan
kegagalan pekerjaan
2) Paska bencana
3) Melahirkan
4) Masalah keuangan
5) Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
6) Trauma masa kecil
7) Terisolasi secara sosial
8) faktor usia dan gender
9) tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di
sekolah ataupun tempat kerja 10. Maupun dampak situasi kehidupan
sehari-hari lainnya.
3. Gejala Depresi
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis,
fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim,
beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu
ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic
and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR). Kriteria depresi dapat
ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka
waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari
sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi menurut Dirgayunita (2016) adalah
sebagai berikut :
a. Gejala Fisik
1) Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan
(hipersomnia)
2) Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan
atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
7
3) Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau
kegemukan)
4) Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah
pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5) Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
6) Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
7) Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b. Gejala Psikis
1) Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2) Rasa putus asa dan pesimis
3) Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak
berguna
4) Tidak tenang dan gampang tersinggung
5) Berpikir ingin mati atau bunuh diri 6. Sensitive 7. Kehilangan rasa
percaya diri
c. Gejala Sosial
1) Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri,
malas)
2) Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
3) Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
4. Macam-macam Depresi
Menurut Dirgayunita (2016) Macam Gangguan Depresi Gangguan depresi
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Major Depressive Disorder (MDD) MDD ditandai dengan kondisi emosi
sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa
dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini :
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit
untuk tertidur, sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
8
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastisatau
sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
4) Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik
melakukan apapun
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau bunuh diri Gejala-
gejala ini muncul hamper sepanjang hari, setiap hari, selama minimal
2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar,
misalnya karena suami/istri meninggal. MDD sering disebut
masyarakat umumdengan istilah depresi.
b. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia) Merupakan gangguan
depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami distimik
mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua)
tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu
tersebut individu ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2
(dua) gejala di bawah ini :
1) Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
2) Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5) Merasa kehilangan harapan Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2
(dua) bulan. Tidak ada episode MDD selama 2 tahun pertama gejala
muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD namun
dengan waktu yang lebih lama.
5. Penanganan Depresi
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan
dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri sendiri
dengan alkhohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung
9
di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain.
Berikut beberapa cara penanganan depresi :
a. Perubahan pola hidup
1) Berolahraga Orang yang menderita depresi mengalami stress,
kecemasan, galau, kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut.
Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan
positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah
dengan berolahraga.
2) Mengatur pola makan Simptom depresi dapat diperparah oleh
ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh, yaitu:
a) Konsumsi kafein secara berkala
b) Konsumsi sukrosa (gula)
c) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium
atau kelebihan magnesium dan tembaga
d) Ketidakseimbangan asam amino
e) Alergi makanan
3) Berdoa Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling
dari agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa
seseorang melakukan dan mengucap rasa syukur kepada Tuhan YME.
4) Memiliki keberanian untuk berubah Penderita depresi harus memiliki
keberanian untuk melewati kegelapan menuju terang, keberanian untuk
berubah.
5) Rekreasi Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh
dan pikiran menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan
aktivitas yang menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku,
memasak, memancing dll yang bisa membuat penderita menjadi rileks
dan nyaman.

10
b. Terapi psikologi
1) Terapi Interpersonal Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog
dalam jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-
orang dengan perkembangan symptom gangguan kejiwaan.
2) Konseling kelompok dan dukungan sosial Mengunjungi tempat
layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara konseling yang
dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa
pasien sekaligus dalam kelompok kecil.
3) Terapi humor Profesional medis yang membantu pasien untuk
mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa
merespons psikologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan,
sirkulasi, sekresi hormone, enzim pencernaan, dan peningkatan
tekanan darah.
4) Terapi Kognitif (CBT) Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada
proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional
dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien
mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-
keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori ini adalah
mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.
c. Pengobatan
Pengobatan Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa
obat antidepresan yaitu: lithium, MAOIs, Tricyclics. Beberapa
psikiater meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang
dipakai untuk mengobati gangguan deficit perhatian (attention deficit
disorder). (Dirgayunita, 2016)
2.2.2 Konsep Teori Life Review Theraphy
Life review therapy (terapi kenangan) didefinisikan oleh American
Psychological Association (APA) sebagai suatu terapi yang menggunakan sejarah
kehidupan seseorang (secara tertulis, lisan, atau keduanya) untuk meningkatkan
11
kesejahteraan psikologis, dan umumnya terapi ini sering digunakan untuk orang-
orang yang lebih tua. (Aini, 2014)
Terapi Life Review mampu menurunkan depresi, meningkatkan kepercayaan
diri, meningkatkan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari dan
meningkatkan kepuasan hidup (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011).
Life Review Threaphy yang dapat membawa seseorang lebih akrab pada
realita kehidupan. Life review therapy membantu seseorang untuk mengaktifkan
ingatan jangka panjang dimana akan terjadi mekanisme recall tentang kejadian pada
kehidupan masa lalu hingga sekarang. Dengan cara ini lansia akan dapat
memperbaiki kualitas hidupnya. Life review therapy akan mengurangi depresi dan
meningkat-kan kepercayaan diri, kesejahteraan atau kesehatan psikologis, dan
kepuasan hidup (Kusharyadi, 2011).
Tujuan terapi kenangan adalah meningkatkan kualitas hidup lansia dengan
menggali ingatan dan perasaan lansia di masa lalu agar mencapai perasaan damai
dalam hidupnya yang sekarang serta memberi motivasi atau saran positif pada fase
kehidupan seorang lansia saat ini. Lansia dengan kualitas hidup yang baik akan
berdampak positif pada setiap kegiatan yang dilakukannya, motivasi hidup yang
tinggi, dan tidak mudah putus asa menerima keadaannya pada saat ini, sehingga
mencapai kesuksesan hari tua. (Aini, 2014)

BAB III
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

Author Judul Metode Hasil Source


Aswanira et Efek Life Quasy Penelitian ini Google
dlakukan pada 28
al / 2015 / Review Therapy Experiment Scholar
orang lansia
Indonesia Terhadap with one dengan depresi
Depresi Pada dengan
group pre
- rata-rata skor
Lansia
post test depresi sebelum
diberikan terapi
design
: 11,61 (SD=
2,061)
- rata-rata skor
depresi sesudah
diberikan
terapi : 10,07
(SD= 2,035)
Aini/ 2014 / Pengaruh Life Quasy Kelompok Google
intervensi hasil
Indonesia Review Experiment scholar
kualitas hidup
Therapy dengan lansia yang diberi
terapi :
Terhadap pendekatan
- hasil skor pre
Kualitas pre test and test kategori
cukup 5 orang
Hidup Lansia post test with
dan hasil skor
Di Dinas Unit control group post test menjadi
9 orang cukup
Pelaksana design
dan 11 orang
Teknis yang kategori
baik
Pelayanan
kelompok kontrol :
Sosial Lanjut - hasil skor pre
test kategori
Usia
kurang 16 orang
Kabupaten dan cukup 4
orang.
Bondowoso
Sedangkan hasil

13
skor post test
menjadi 6 orang
kurang dan 14
orang yang
kategori cukup
Yuliastuti, Peningkatan Interview and Kategori : baik, Google
gangguan kognitif
C/ 2017 / Fungsi Focus Group Scholar
ringan, sedang,
Indonesia Kognitif Discussion berat.
- Sebelum
Lansia with
diberikan terapi
Melalui experiment LRT sebagian
lansia berada
Terapi pre post test
pada tingkat
Modalitas Life demensia sedang
- setelah diberikan
Review
terapi LRT
Menggunakan sebagian lansia
berada pada
Snakes
tingkat demensia
Ladders Game ringan
Halimatus, Pengaruh Life Quasi - kelompok Google
intervensi
S/ 2011/ Review Experiment Scholar
sebelum
Indonesia Therapy With Case diberikan terapi,
lansia dengan
Terhadap Control Study
harga diri
Tingkat Harga sedang 13 dan
tinggi 2. Setelah
Diri Pada
terapi menjadi 9
Lansia Di yang harga diri
sedang, dan 6
Tejokusuman
yang tinggi
Notoprajan - kelompok
kontrol sebelum
Ngampilan
diberikan terapi,
Yogyakarta lansia dengan
harga diri
sedang 10 dan
tinggi 5. Setelah
terapi menjadi
12 yang harga
14
diri sedang, dan
3 yang tinggi
Preschl, B / Life Review A - Pada kelompok Google
2013/ intervensi
Theraphy Randomized Scholar
Jerman sejumlah 18
With Controlled responden
didapatkan
Computer Trial with
terjadi
Suplements Case Control penurunan
depresi pada
for Depresion Study
lansia lebih
in the Elderly bermakna (p =
0,01)
:A
- Pada kelompok
Randomized kontrol sejumlah
18 responden
Controlled
didapatkan
Trial terjadi
penurunan
depresi pada
lansia tidak
bermakna (p =
0,95)

3.2 Pembahasan
1. Dalam hasil penelitian jurnal oleh Aswanira (2015), sampel berjumlah 28
orang dengan metode quasy eksperimen one group pre post test. Instrumen
yang digunakan dalam mengukur tingkat depresi adalah kuesioner Depression
Anxiety and Stress Scale (DASS). Skor rata-rata depresi lansia sebelum
diberikan terapi adalah 11,61 dan setelah diberikan terapi menurun menjadi
10,07 dengan nilai p = 0,002 yang menunjukan adanya pengaruh efek life
review therapy terhadap depresi lansia
2. Pada hasil penelitian Arini (2014) menggunakan metode ekspeimen pre post
test dengan menggunakan kelompok kontrol. Penelitian mengambil sampel
sebanyak 40 responden dengan pembagian 20 intervensi dan 20 kontrol. Pada
hasil penelitian didaptkan perbedaan bahwa pada kelompok intervensi

15
sebelum diberi terapi rata-rata responden berada pada kategori kualitas hidup
kurang dan cukup. Sementara setelah diberikan terapi rata-rata berada pada
kualitas hidup cukup 45% dan kualitas hidup baik 55 %. Sedangkan untuk
kelompok kontrol pada saat bersamaan untuk pre test rata-rata berada pada
kategori kurang dan cukup. Dan pada saat post test tetap berada pada kategori
kurang dan cukup walaupun memiliki peningkatan yang tidak terlalu
signifikan. Pada hasil nilai p = 0,028 yang menunjukan adanya pengaruh life
review terapi dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Pada penelitian ini,
peneliti berfokus pada kenangan bahagia klien sehingga mengurangi adanya
perubahan perasaan yang bersifat tidak menyenangkan di masa lalu.
3. Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Yuliastuti (2017) di
Surabaya, melakukan penelitian pada 66 orang lansia. Model terapi life review
telah di modifikasi menjadi snake ladders game (permainan ular tangga) yang
fungsinya menilai daya kognitif lansia dalam melakukan aktifitas serta
membangkitkan kenangan masa lalu dalam hal ini masa kana-kanan yang
bersifat menyenangkan. Model terapinya pun di modifikasi menjadi interview
test dan focus group discusion untuk melatih interaksi dan kemampuan
sosialisasi lansia.
4. Berdasarkan hasil jurnal penelitian yang dilakukan oleh Halimatus (2011)
pada 30 orang responden masing-masing 15 kelompok intervensi dan 15
kelompok kontrol dengan metode pre post tets. Penelitian ini untuk menilai
pemberian life review terapi terhadap tingkat harga diri lansia. Penilaian
tingkat harga diri hanya pada 2 kategori yaitu sedang dan tinggi. Pada
kelompok intervensi, rata-rata frekuensi lansia lebih banyak berada pada harga
diri sedang (n :12). Setelah diberikan intervensi, lansia yang berada pada
harga diri sedang menjadi 9 responden dan sebagian lansia berada pada harga
diri tinggi (n : 6). Pada kelompok kontrol justru terjadi perubahan, sebelum
observasi rata-rata untuk lansia dengan harga diri sedang hanya berjumlah 10
orang. setelah observasi meningkat menjadi 12 lansia dengan harga diri
16
sedang. Nilai untuk kelompok intervensi p = 0,02 yang berarti ada pengaruh
terapi life review dalam meningkatkan harga diri lansia.
5. Jurnal yang dipublikasikan oleh universitas Zurich di Jerman ini melakukan
penelitian pada 36 lansia dengan pembagian 2 kelompok amatan yakni 18
eksperimen dan 18 kontrol. Penelitian dilakukan selama 3 bulan lamanya.
Penelitian ini menggunakan 2 jenis terapi, yaitu dengan wawancara ataupun
percakapan dengan lansia dan visual komputer. Dalam wawancara yaitu
mengkaji kepuasan diri lansia dan harga diri lansia, sedangkan visual
komputer melibatkan gambar ataupun vidio virtual yang menampilkan momen
bahagia lansia sewaktu masa muda seperti pesta ulang tahun, perayaan
pernikahan keluarga maupun kelahiran anak. Dalam penelitian ini, didapatkan
hasil pada kelompok intervensi nilai p = 0,01 dan pada kelompok kontrol nilai
p = 0,95.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa


dilakukannya terapi life review therapi ini di berikan pada lansia dalam menilai
beberapa aspek yang berhubungan dengan lansia seperti depresi dimasa tua, kualitas
hidup menjelang usia tua dan bagaimana tingkat harga diri lansia dimasa tuanya.
Adanya terapi life review ini diharapkan dapat membangkitkan kenangan dan memori
dimasa lalu yang berhubungan dengan pengalaman yang menyenangkan sehingga
dapat menimbulkan dampak yang positif bagi lansia dalam menjalanai kehidupan
masa tuanya baik di rumah tinggal, rumah perawatan maupun pansti sosial lansia.

6. Implikasi Keperawatan
Terapi ini dapat dijadikan alternative tambahan dalam pemberian intervensi
keperawatan lansia di panti sosial Trisna Werda Ilomata Kota Gorontalo

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
17
4.1 Kesimpulan
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(affective/mood disorder), yang ditandai dengan ketidakgairahan hidup, kemurungan,
kelesuan, putus asa dan perasaan tidak bergun. Terapi Life Review mampu
menurunkan depresi, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kemampuan
individu untuk beraktivitas sehari-hari dan meningkatkan kepuasan hidup.

4.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan terapi Life Review Theraphy dapat dijadikan tambahan intervensi
bagi perawat dalam merawat lansia baik dilingkungan rumah sakit maupun di tempat
layanan pemerintahan seperti panti lansia Trisna Werda Ilomata

2. Bagi Instansi Kesehatan


Diharapkan penggunaan terapi Life Review Theraphy ini dapat di buatkan
protab dan standar operasional prosedur sehingga dapat digunakan sebagai intervensi
tetap dalam penerapannya baik di lingkungan rumah sakit yang terdapat lansia
maupun dilingkungan panti lansia.

DAFTAR PUSTAKA

18
Aini, M. 2014. Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Kualitas Hidup Lansia Di
Dinas Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten
Bondowoso. Universitas Muhamadiyah Jember

Aswanira, N. 2015. Efek Life Review Therapy Terhadap Depresi Pada Lansia. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 18 No.3, November 2015

Dirgayunita, A. 2016. Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. STAIM


Probolinggo

Halimatus, S. 2011. Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat Harga Diri Pada
Lansia Di Tejokusuman Notoprajan Ngampilan Yogyakarta. Program Sarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisiyah Yogyakarta

Kushariyadi. (2011). Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik.


Jakarta: Salemba Medika.

Preschl, B. 2013. Life Review Theraphy With Computer Suplements for Depresion in
the Elderly : A Randomized Controlled Trial. University Of Zurich : Jerman

Saputri, W. (2011). Hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada lanjut
usia yang tinggak di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah (online).
Diperoleh dari www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/downloa
d/2910/2592-2910-6323-1- SM. pdf di akses pada tanggal 10 Juli 2018.

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeratrik, Jakarta: Salemba Medika.

Yuliastuti, C. 2017. Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Melalui Terapi Modalitas


Life Review Menggunakan Snakes Ladders Game. Stikes Surabaya

19

Anda mungkin juga menyukai