Anda di halaman 1dari 22

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Antena

Antena merupakan bagian penting dalam sistem komunikasi radio, karena

antena sebagai alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran tranmisi

menjadi gelombang bebas di udara dan sebaliknya. Antena berfungsi untuk

memancarkan gelombang elektromagnetik menuju ruang bebas atau sebaliknya

menangkap gelombang elektromegnetik dari ruang bebas. Energi listrik dari

pemancar dikonversi menjadi gelombang elektromagnetik dan oleh sebuah antena

gelombang tersebut dipancarkan menuju udara bebas kemudian pada penerima

gelombang elektromagnetik tersebut ditangkap lalu dikonversi menjadi energi

listrik dengan menggunakan antena.

Antena juga dapat dikatakan sebagai struktur transisi antara ruang bebas

dengan alat pembimbing. Alat pembimbing yang dimaksud dapat berupa saluran

koaksial ataupun pipa yang digunakan sebagai alat transportasi energi

elektromagnetik dari sumber transmisi ke antena atau dari antena ke penerima.

Pada sistem komunikasi radio, perancangan antena yang baik akan mempertinggi

unjuk kerja dari keseluruhan sistem tersebut. Antena juga memiliki sifat resonansi

artinya antena akan beroperasi pada daerah tertentu saja sesuai dengan frekuensi

kerjanya. Kekuatan dalam memfokuskan sinyal radio satuannya dalam antena

adalah dB. Semakin besar jumlah dBnya maka jangkauan jarak yang ditempuh

antena semakin besar pula. Jenis antena yang digunakan harus sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


sistem yang akan kita bangun dan disesuaikan dengan kebutuhan penyebaran

sinyalnya.

2.2 Antena Mikrostrip

Salah satu antena yang terkenal saat ini adalah antena mikrostrip. Hal ini

dikarenakan bentuk dan ukuran yang kecil sehingga cocok dengan perangkat

telekomunikasi sekarang ini yang memperhatikan bentuk dan ukuran. Ukuran

antena yang kecil, massa yang ringan dan mudah difabrikasi menjadikan antena

ini sesuai dengan kebutuhan saat ini.

2.2.1 Pengertian Antena Mikrostrip

Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri dari dua kata, yaitu mikro

(sangat tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan). Antena mikrostrip dapat

didefinisikan sebagai salah satu antena yang berbentuk potongan atau bilah

dengan ukuran yang sangat kecil. Secara umum, antena mikrostrip terdiri atas 3

bagian, yaitu patch, substrat, dan ground plane. Patch terletak diatas substrat dan

ground plane terletak paling bawah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1[1].

Gambar 2.1 Struktur Antena Mikrostrip

Universitas Sumatera Utara


Patch berfungsi untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik dan

terbuat dari lapisan logam (metal) yang memiliki ketebalan tertentu. Substrat

berfungsi sebagai bahan dielektrik dari antena mikrostrip yang membatasi elemen

peradiasi dengan elemen pentanahan, sedangkan ground plane berfungsi sebagai

reflektor yang memantulkan sinyal yang tidak diinginkan dan terletak dilapisan

paling bawah.

2.2.2 Jenis-Jenis Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip dikenal dalam beberapa bentuk sesuai dengan bentuk

patch-nya, diantaranya :

a) Antena mikrostrip patch persegi panjang (rectangular)

b) Antena mikrostrip patch persegi (square)

c) Antena mikrostrip patch elips (elliptical)

d) Antena mikrostrip patch segitiga (triangular)

e) Antena mikrostrip patch lingkaran (circular)

f) Antena mikrostrip patch cicular ring

Bentuk patch antena mikrostrip dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Eliptical Square Circular

Rectangular Triangular Circular Ring

Gambar 2.2 Jenis-Jenis Patch Antena Mikrostrip

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Antena Mikrostrip

Antena mikrostrip mengalami kenaikan popularitas khususnya diaplikasi

wireless dikarenakan bentuknya yang kecil, mudah dibawa, sederhana, dan proses

pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal. Selain itu, antena ini

juga kompatibel dan dapat diintegrasikan langsung dengan sirkuit utamanya,

seperti telepon genggam, missile, dan peralatan lainnya.

Beberapa keuntungan dari antena mikrostrip adalah :

a) Dimensi antena yang kecil.

b) Bentuknya sederhana memudahkan dalam proses perakitan.

c) Dapat bekerja dalam dual-frekuency dan triple frekuency.

d) Dapat diintegrasikan pada Microwave Integrated Circuit (MIC).

e) Tidak membutuhkan biaya yang sangat besar dalam proses pembuatannya.

Namun demikian, antena mikrostrip juga memiliki kekurangan seperti :

a) Efisiensi yang rendah.

b) Gain yang rendah.

c) Memiliki daya (power) yang rendah.

d) Radiasi yang berlebih pada proses pencatuan.

e) Bandwith yang sempit.

2.2.4 Teknik Pencatuan

Pada dasarnya saluran pencatu untuk antena mikrostrip dapat dibagi dua,

yaitu pencatuan secara langsung (direct coupling) dan pencatuan secara tidak

langsung (electromagnetic coupling). Awalnya teknik pencatuan langsung sering

digunakan karena sangat sederhana dalam pencatuan. Tetapi disamping itu ada

beberapa kekurangan yang terdapat pada pencatuan ini, contohnya mempunyai

Universitas Sumatera Utara


kesulitan jika disusun secara array dan antena mikrostrip akan menghasilkan pita

frekuensi atau bandwith yang sempit sekitar 2% - 5 %[2].

Oleh karena kekurangan ini maka dalam perkembangan selanjutnya

dikenalkan pencatuan tidak langsung (electromagnetic coupling). Keuntungannya

adalah dapat memperlebar bandwith dan dapat mengurangi proses penyolderan.

Beberapa teknik pencatuan yang sering digunakan, yaitu : coaxial probe, teknik

microstrip line, aperture coupling dan proximity coupling.

2.3 Antena Mikrostrip Patch Segiempat

Antena mikrostrip dalam perancangan ini menggunakan patch segiempat.

Bentuk segiempat adalah bentuk antena mikrostrip yang paling banyak digunakan

karena bentuknya sederhana. Selain itu, patch segiempat mudah dalam analisis

dan proses fabrikasi. Gambar 2.3[3] menunjukkan bentuk geometri dari patch

mikrostrip segiempat dimana W dan L adalah lebar dan panjang dari patch, h

adalah tebal substrat dan ɛr merupakan nilai konstanta dielektrik dari substrat.

Gambar 2.3 Bentuk Geometri Mikrostrip Patch Segiempat

Universitas Sumatera Utara


2.4 Parameter Umum Antena Mikrostrip

Unjuk kerja dari suatu antena mikrostrip dapat dilihat dari parameternya.

Beberapa parameter utama yang dimaksud adalah bandwith, gain antena, pola

radiasi, VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) dan Return Loss.

2.4.1 Bandwith

Bandwith (Gambar 2.4) suatu antena didefinisikan sebagai besar rentang

frekuensi kerja dari suatu antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik

(seperti impedansi masukan, pola, beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR,

return loss, axial ratio) memenuhi spesifikasi standar [4].

Gambar 2.4 Rentang Frekuensi yang menjadi Bandwith

Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mencari nilai bandwith[4] :

𝑓𝑓2 −𝑓𝑓1
BW = 𝑥𝑥 100% (2.1)
𝑓𝑓𝑐𝑐

Dimana :

𝑓𝑓2 = frekuensi atas (Hz)

𝑓𝑓1 = frekuensi bawah (Hz)

𝑓𝑓𝑐𝑐 = frekuensi tengah (Hz)

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri

(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min)[2]. Pada saluran

transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang

dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara

tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai

koefisien refleksi tegangan (Γ)[2]:

𝑉𝑉0− 𝑍𝑍𝐿𝐿 −𝑍𝑍0


Γ= = (2.2)
𝑉𝑉0+ 𝑍𝑍𝐿𝐿 +𝑍𝑍0

Dimana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi

saluran. Sedangkan rumus untuk mencari nilai Voltage Standing Wave Ratio

adalah [2] :

|V|max 1+|Γ|
𝑆𝑆 = |V|min
= (2.3)
1−|Γ|

Kondisi yang paling baik adalah ketika nilai VSWR-nya sama dengan satu

atau S=1, yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam matching sempurna

tetapi pada prakteknya kondisi ini sulit didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar

VSWR yang diizinkan untuk simulasi dan pabrikasi antena mikrostrip adalah

lebih kecil atau sama dengan 2.

2.4.3 Return Loss

Return Loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang

direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return Loss

digambarkan sebagai peningkatan amplitudo dari gelombang yang direfleksikan

(V0-) dibanding dengan gelombang yang dikirim (V0+).

Universitas Sumatera Utara


Return Loss dapat terjadi karena adanya diskontinuitas diantara saluran

transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Besarnya return loss

bervariasi tergantung pada frekuensi [3].

Return Loss = 20 log10 |Γ | (2.4)

Nilai return loss yang baik adalah dibawah -9,54 dB, sehingga dikatakan

nilai gelombang yang dipantulkan tidak terlalu besar dibandingkan dengan

gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain saluran transmisi sudah dalam

keadaan matching. Nilai ini menjadi acuan apakah antena sudah bekerja pada

frekuensi yang diharapkan atau belum.

2.4.4 Pola Radiasi

Pola radiasi adalah fungsi matematika atau representasi grafik dari sifat

radiasi antena sebagai fungsi ruang [2]. Sifat radiasi tersebut meliputi kerapatan

fluks, intensitas radiasi, kuat medan, atau polarisasi. Pola radiasi biasanya

digambarkan dalam daerah medan jauh dan ditunjukkan sebuah fungsi koordinat

direksional. Parameter pola radiasi terdiri dari main lobe, side lobe, HPBW (Half

Beamwidth), FNBW (First Null Beamwidth), SLL (Side Lobe Level) dan FBR

(front to back ratio) seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pola Radiasi Antena

Universitas Sumatera Utara


Definisi dari istilah- istilah dari parameter pola radiasi adalah sebagai berikut :

a) Major Lobe

Major lobe disebut juga main lobe didefinisikan sebagai radiation lobe

yang berisi arah radiasi maksimum. Major lobe merupakan daerah

pancaran terbesar sehingga dapat menentukan arah radiasi dan mempunyai

daya yang besar.

b) Side Lobe

Side Lobe terdiri dari :

1. first side lobe yaitu minor lobe yang posisinya paling dekat dengan

main lobe.

2. second side lobe yaitu minor lobe yang posisinya setelah first side

lobe.

3. back lobe yaitu minor lobe yang posisinya berlawanan dengan main

lobe.

c) Half Power Beamwidth ( HPBW)

Half Power Beamwidth adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik titik ½

daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.

d) First Null Beamwidth (FNBW)

First Null Beamwidth adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada

main lobe yang intensitas radiasinya nol.

e) Side Lobe Level (SLL)

Side Lobe Level adalah perbandingan antara first lobe dan main lobe. Side

Lobe Level menyatakan besar dari side lobe.

Universitas Sumatera Utara


f) Front to Back Ratio (FBR)

Front to Back Ratio adalah perbandingan antara main lobe terhadap back

lobe.

Semakin besar sudut yang membentuk main lobe-nya maka keterarahan

antena semakin kecil, sedangkan lobe-lobe kecil didekat main lobe yang disebut

minor lobe merupakan berkas radiasi yang tidak terarah dan sebenarnya tidak

dibutuhkan.

2.4.5 Direktivitas Antena

Direktivitas antena merupakan parameter yang menunjukkan kemampuan

antena untuk memfokuskan energi kearah tertentu dibandingkan ke arah yang

lain. Keterarahan sebuah antena merupakan perbandingan intensitas radiasi

sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi rata-rata pada semua

arah. Direktivitas antena dapat dituliskan dalam persamaan berikut [2] :

𝑈𝑈 4𝜋𝜋𝜋𝜋
𝐷𝐷 = = (2.4)
𝑈𝑈0 𝑃𝑃𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

Dimana :

D = keterarahan

U = Intensitas Radiasi

U0 = Intensitas radiasi pada sumber isotropik

Prad = daya total radiasi

Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya yang diradiasikan

oleh antena dibagi dengan 4π.

Universitas Sumatera Utara


2.4.6 Gain

Gain menunjukkan seberapa efisien sebuah antena dapat mentransformasi

daya yang ada pada terminal masukan menjadi daya yang teradiasi pada arah

tertentu[2]. Gain antena mikrostrip patch segiempat dapat menggunakan

Persamaan 2.5[5].


G= (LxW ) (2.5)
λ2g

λ0
Dengan λg = (2.6)
εr

Dimana λ 0 merupakan panjang gelombang pada frekuensi resonansi ( f r ) .

2.4.7 Impedansi Masukan

Impedansi masukan adalah impedansi yang dipresentasikan oleh antena

pada terminalnya. Terminal yang sesuai sangat dibutuhkan untuk sebuah antena.

Impedansi masukan biasanya dipengaruhi oleh antena lain atau objek yang ada

disekitarnya, tetapi pada umumnya sebuah antena diasumsikan sudah terisolasi.

Secara matematis impedansi masukan dapat dirumuskan sebagai berikut [2]:

Zin = (Rin + j Xin) Ω (2.7)

Dimana :

Zin = impedansi masukan

Rin = tahanan terminal antena

Xin = reaktansi masukan

Dari persamaan Zin tersebut diatas, komponen yang diharapkan adalah

daya real (Rin) yang menggambarkan banyaknya daya yang hilang melalui panas

Universitas Sumatera Utara


atau radiasi. Komponen imajiner (Xin) mewakili reaktansi dari antena dan daya

yang tersimpan pada medan dekat antena. Adapun Zin untuk antena mikrostrip

patch segiempat untuk nilai VSWR ≤ 2 dapat dirumuskan sebagai[5].

ε r2  L 
2

Z in = 90   (Ohm) (2.8)
ε r −1W 

2.5 Dimensi Antena Mikrostrip

Dalam perancangan antena mikrostrip terlebih dahulu kita harus

menghitung dimensi antena yang akan dibuat yang meliputi panjang dan lebar

patch-nya. Untuk mencari dimensi antena mikrostrip (W dan L), harus diketahui

terlebih dahulu parameter bahan yang akan digunakan yaitu tebal dielektrik (h),

konstanta dielektrik (εr), tebal konduktor (t) dan rugi-rugi bahan (rugi-rugi

tangensial). Persamaan yang dapat digunakan untuk mencari lebar dan panjang

antena mikrostrip adalah sebagai berikut[2] :

Lebar patch
𝑐𝑐
𝑊𝑊 = (2.9)
𝜀𝜀𝜀𝜀 +1
2𝑓𝑓𝑟𝑟 �
2

Dimana :

W = lebar patch (mm)

f r = frekuensi resonansi (Hz)

𝜀𝜀 r = konstanta dielektrik relative

c = kecepatan cahaya ( m 2 /s)

Sedangkan untuk mencari nilai Panjang patch diperlukan parameter ΔL yang

merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.

Universitas Sumatera Utara


𝑊𝑊
� ε eff + 0,3� ( + 0,264)

Δ𝐿𝐿=0,412 ℎ 𝑊𝑊 (2.10)
� ε eff −0,258� ( + 0,8)

Panjang elemen peradiasi efektif dirumuskan sebagai :

L = Leff – 2 ΔL (2.11)

Jika dihubungkan dengan frekuensi resonansi adalah :

𝑐𝑐
Leff = (2.12)
2𝑓𝑓𝑓𝑓 � ε eff

Dengan nilai konstanta dielektrik efektif adalah Persamaan 2.13.

𝜀𝜀𝜀𝜀 +1 𝜀𝜀𝜀𝜀 −1 1
ε eff = 2
+
2


� (2.13)
�1+12
𝑊𝑊

Dimana :

L = panjang patch (mm)

Leff = panjang patch efektif (mm)

h = ketebalan substrat

εr = konstanta dielektrik relatif

ε eff = konstanta dielektrik efektif

2.6 Antena Susun Mikrostrip

Antena susun mikrostrip (array) adalah susunan dari beberapa antena yang

identik. Antena mikrostrip array dapat berbentuk seri, paralel, atau gabungan dari

keduanya. Dalam antena mikrostrip array, yang disusun secara array adalah

bagian patch. Medan total dari antena array ditentukan oleh penjumlahan vektor

dari medan yang diradiasikan oleh elemen tunggal [2].

Universitas Sumatera Utara


Untuk membentuk pola yang memiliki keterarahan tertentu, diperlukan

medan dari setiap elemen array berinterferensi secara konstruksi pada arah yang

diinginkan dan berinterferensi secara destruktif pada arah yang lain. Ada beberapa

macam konfigurasi antena array, di antaranya: linear, planar, dan circular,

seperti terlihat pada Gambar 2.6[4].

Antena array linear adalah array dengan titik pusat elemen array berada

pada satu garis lurus. Antena array planar adalah array dengan susunan elemen

array membentuk sebuah area yang berbentuk kotak. Antena array circular

adalah array dengan elemen array terletak pada suatu lingkaran dengan radius

tertentu. Masing-masing konfigurasi memiliki keuntungan, misalnya linear array

memiliki kelebihan dalam perhitungan yang tidak terlalu rumit, sedangkan planar

array memiliki kelebihan dalam pengaturan dan pengendalian arah pola

radiasi[4].

Gambar 2.6 Antena Mikrostrip Dengan Teknik Array

Universitas Sumatera Utara


2.7 Antena Susun Mikrostrip Dual -Band

Antena susun mikrostrip dual-band adalah antena yang patchnya disusun

dengan teknik array supaya antena dapat bekerja di dua frekuensi berbeda. Pada

Tugas Akhir ini, dirancang sebuah antena yang dapat bekerja pada frekuensi 2,45

GHz dan frekuensi 3,35 GHz.

2.8 Impedance Matching

Impedance Matching merupakan cara atau teknik yang dipakai untuk

menyesuaikan dua impedansi yang tidak sama, yaitu impedansi karakteristik

saluran (Z0) dan impedansi beban (ZL). Beban dapat berupa antena atau

rangkaian lain yang mempunyai impedansi ekivalen [2]. Impedance Matching

mempunyai peranan yang sangat penting untuk memaksimalkan transfer daya dari

sumber sinyal ke beban. Kondisi yang sesuai (match) antara impedansi

karakteristik saluran dengan beban akan menghasilkan transfer daya yang

maksimal, karena redaman yang disebabkan daya pantul akan diminimalkan.

Pada prinsipnya, untuk menyesuaikan impedansi saluran dengan

impedansi beban dilakukan dengan menyisipkan suatu “transformator impedansi”

yang berfungsi mengubah impedansi beban sama dengan impedansi karakteristik

saluran. Ada beberapa bentuk atau model teknik penyesuaian impedansi ini,

diantaranya adalah, transformator 𝛌𝛌/4, single stub tuner, double stub tuner, dan

lumped circuit. Pada Tugas Akhir ini digunakan teknik transformator 𝛌𝛌/4 untuk

memperoleh keadaan impedance matching seperti pada Gambar 2.7[4].

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7 Transformator λ/4

Transformator 𝛌𝛌/4 adalah suatu teknik impedance matching dengan cara

memberikan saluran transmisi dengan impedansi ZT di antara dua saluran

transmisi yang tidak match. Panjang saluran transformator 𝛌𝛌/4 ini adalah sebesar

l= ¼ 𝛌𝛌g. Nilai impedansi ZT dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan

2.14[4].

𝑍𝑍𝑇𝑇=�𝑍𝑍1 𝑍𝑍3 (2.14)

2.9 Power Divider

Salah satu teknik yang dapat mendukung impedance matching pada

saluran transmisi khususnya untuk antena mikrostrip array adalah power divider

(combiner). Dalam hal ini, metode Wilkinson merupakan teknik yang umum

digunakan. Gambar 2.8 memperlihatkan power divider metoda Wilkinson [4].

Gambar 2.8 N-way Wilkinson Combiner

Universitas Sumatera Utara


Pada metoda Wilkinson, nilai impedansi Z diberikan dengan Persamaan 2.15

berikut [4].

𝑍𝑍= 𝑍𝑍0 √𝑁𝑁 (2.15)

Dimana N adalah jumlah titik pencabangan.

2.10 T-Junction 50 Ohm

T-junction merupakan sebuah teknik power divider yang umum digunakan

pada konfigurasi antena array. Jenis T-junction 50 Ohm yang dapat digunakan

sebagai power divider terlihat pada Gambar 2.9[4]. Pada Tugas Akhir ini T-

junction yang digunakan adalah yang memiliki impedansi 70,7 ohm.

Gambar 2.9 T-Junction Untuk Antena Mikrostrip

2.11 Perangkat Lunak AWR Microwave Office

Microwave Office merupakan solusi perangkat lunak yang paling

komprehensif dalam merancang berbagai jenis rangkaian microwave dan RF.

Microwave office terkenal karena memiliki user interface yang intutitif. Keunikan

dari arsitekturnya membuat perangakat ini dapat berintegrasi dengan produk

AWR yang lain, perangkat-perangkat terbaru, perangkat lunak dengan aplikasi

khusus dari perusahaan mitra dengan tujuan untuk memudahkan dan

mempercepat dalam menyelesaikan rancangan-rancangan pada frekuensi tinggi.

Adapun kemampuan dan aplikasi dari Microwave Office adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Kemampuan :

• Perancangan schematic/layout.

• Simulasi rangkaian linier dan non linier.

• Analisa EM

• Sintesis, optimasi, dan analisis hasil

• DRC/L vs skematik

• Process designs kits (PDKs) dari berbagai perancangan

Aplikasi :

• Microwave Integrated Circuits (MIC).

• Papan cetak perancangan RF (PCB).

• Rakitan microwave terpadu.

2.12 Proses Pencarian Solusi Simulator AWR Microwave Office

AWR Microwave Office dapat mensimulasikan struktur berupa 3D planar

yang berbahan metal dan lapisan dielektrik. Simulator ini menggunakan metode

Galerkin moments (MoM) dalam domain spectral, metode yang sangat akurat

untuk menganalisa mikrostrip, stripline, struktur coplanar serta media yang

lainnya.

Berdasarkan proses pemberhentiannya, simulasi dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu : terminating simulation dan non terminating simulation. Pada

simulasi ini sistem pemberhentian simulasi menggunakan non terminating

simulation. Simulasi ini akan berhenti berdasarkan absolute error dan relative

error. Simulasi akan berhenti apabila error telah berada dibawah absolute error

dan relative error yang telah ditetapkan. Adapun besar dari absolute error dan

relative error adalah masing-masing sebesar 1𝑒𝑒 −9 dan 1𝑒𝑒 −5 (default).

Universitas Sumatera Utara


2.13 Spesifikasi Setting Parameter Simulasi Untuk Pengambilan Data

Dalam menggunakan simulator diperlukan beberapa setting parameter

yang bertujuan untuk mendapatkan hasil simulasi yang mendekati hasil dari

pengukuran secara langsung. Adapun setting simulator yang digunakan dalam

menjalankan simulasi adalah sebagai berikut.

1. Rentang frekuensi simulasi adalah 2.2-2.6 GHz dengan frekuensi

resonansinya sebesar 2.45 GHz. Adapun cara untuk settingan nilai

frekuensi dijelaskan pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Settingan Nilai Frekuensi Pada Simulator

Untuk mendapatkan tab seperti pada Gambar 2.10 dapat dilakukan dengan

cara memilih Option > Project Option atau bisa juga dengan cara memilih

langsung dari Project Option. Dari Gambar 2.10 dapat diketahui bahwa

frekuensi pada simulasi dimulai pada 2.3 GHz dan berakhir pada 2.6 GHz

dengan frekuensi tingkatan 0.01 GHz.

2. Menggunakan fitur Harmonic Balance yang merupakan salah satu fitur

pada AWR Microwave Office yang berfungsi untuk meningkatkan akurasi

Universitas Sumatera Utara


dari hasil simulasi yang diinginkan. Untuk mendapatkan settingan

Harmonic Balance dapat dilakukan dengan memilih Option > Default

Circuit Option. Adapun cara untuk melakukan settingan pada Harmonic

Balance dijelaskan pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Settingan Pada Harmonic Balance

Dari Gambar 2.11 dapat diketahui bahwa nilai default yang digunakan

pada absolute error dan relative error adalah masing-masing sebesar 1𝑒𝑒 −9

dan 1𝑒𝑒 −5 dengan jumlah maksimum dari iterasinya adalah sebesar 25.

3. Dalam simulator AWR Microwave Office 2004 terdapat 3 spesifikasi

mesh yang ditawarkan dalam perancangan, yaitu : low, normal dan high.

Spesifikasi tersebut akan mempengaruhi keakuratan hasil simulasi yang

didapatkan. Gambar 2.12 menunjukkan contoh model simulasi dengan

menggunakan spesifikasi low mesh.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.12 Contoh Model Simulasi Dengan Spesifikasi Low Mesh

Dari Gambar 2.12 dapat diketahui bahwa sebuah model simulasi yang

menggunakan spesifikasi low dalam perancangan akan akan memiliki ukuran

jaring yang lebih besar dan akan memiliki nilai akurasi yang lebih rendah.

Gambar 2.13 menunjukkan contoh model simulasi dengan menggunakan

spesifikasi normal mesh.

Gambar 2.13 Contoh Model Simulasi Dengan Spesifikasi Normal Mesh

Dari gambar 2.13 dapat dilihat bahwa sebuah model simulasi yang menggunakan

spesifikasi normal memiliki ukuran jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan

spesifikasi low. Sedangkan hasil yang diperoleh akan memiliki nilai keakuratan

Universitas Sumatera Utara


yang lebih baik dibandingkan dengan spesifikasi low mesh. Gambar 2.14

menunjukkan suatu model simulasi yang menggunakan spesifikasi high. Dari

gambar dapat dilihat bahwa sebuah model simulasi yang menggunakan spesifikasi

high memiliki ukuran jaring yang paling kecil dibandingkan dengan spesifikasi

low dan normal.

Gambar 2.14 Contoh Model Simulasi Dengan Spesifikasi High Mesh

Pada perancangan ini, mesh yang digunakan (dipilih) adalah yang bertipe high.

Hal ini dikarenakan hasil simulasi yang diperoleh dengan menggunakan

spesifikasi high memiliki tingkat keakuratan yang paling baik dibandingkan

dengan mesh yang berspesifikasi low dan normal.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai