Anda di halaman 1dari 17

Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Agung Haryanto

102010207 (B5)

Pendahuluan

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih, termasuk
ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk menyatakan adanya infeksi
saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika
terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin. ISK dapat mengenai semua orang, mulai bayi
baru lahir sampai dengan orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. ISK lebih sering
dtemukan pada bayi atau anak kecil dibandingkan dengan dewasa. Pada bayi sampai umur
tiga bulan, ISK lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, tetapi selanjutnya lebih sering
pada perempuan daripada laki-laki.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731

E-mail: agung.fk16@yahoo.com

1
A. Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan
pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien
yang profesional dan optimal.1
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:
1. Identitas pasien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, agma, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan untuk mendukung diagnosis Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah sebagai berikut :

 Apakah ada nyeri saat berkemih,


 Apakah ada demam?
 Apakah ada nyeri pinggang, bagaimana sifat nyerinya, dan onsetnya
 Apakah terjadi peningkatan frekuensi kemih, bagaimana volume nya
 Apakah ada rasa terbakar / perih saat berkemih
 Apa ada rasa perih pada uretra
 Apakah terdapat darah pada urin
 Apakah terdapat bau / warna yang tidak normal pada urin
 Apakah sedang mengkonsumsi antibiotika / diuretika

Biasa ditanyakan pada pasien bayi melalui alonamnesis:

 Bagaimana nafsu makannya atau minum susunya?


 Apakah ada mual muntah atau rewel? (biasa ditanyakan pada pasien bayi)
 Apakah ada demam? Sejak kapan?

2
B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-
temuan dalam anamnesis. Terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Sikap sopan
santun dan rasa hormat terhadap tubuh dan pribadi pasien yang sedang dipriksa harus
diperhatikan dengan baik oleh pemeriksa.2
Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien.
Dengan penilaian keadaan umum ini dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan
distress akut yang memerlukan pertolongan segera, atau pasien dalam keadaan yang relative
stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang lebih
lengkap.2
Pada setiap anak harus dilakukan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ). Kita
melihat keadaan si anak apakah keadaannya baik atau nampak lemas. Pada inspeksi alat
genitalia eksterna dan palpasi abdomen. Pada pemeriksaan genitalia pada anak laki-laki perlu
diperhatikan adanya kelainan congenital antara lain hipospadia, dan adanya fimosis serta
apakah sudah di sirkumsisi. Perabaan perbesaran ginjal unilateral dan bilateral menunjukan
adanya hidronefrosis. Perbesaran kandung kemih di sertai pengeluaran urin yang tidak lancar
menunjukan adanya valvula uretra posterior pada bayi laki-laki atau buli-buli neurogenik.
Inspeksi pinggang(sacral) perlu dilakukan untuk melihat adanya spina bifida. Beberapa
kelainan kadang disertai kelainan saluran kemih misalnya kelainan anorektal.2

C. Pemeriksaan Penunjang

Analisa Urin (urinalisis)

 Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).

Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.
Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai
pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur.2,3

3
 Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)

Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.

 Biakan urin
Penampungan urin untuk pembiakan dapat dilakukan dengan 3 cara :
- Urin pancaran tengah (midstream urine)
- Kateterisasi kandung kemih
- Pungsi kandung kemih ( supra pubic puncture)

Sebelum pengambilan contoh urin perlu dilakukan tindakan asepsis. Pada


pengambilan cara pertama dan kedua, genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan
air bersih atau larutan sublimat 1%. Pada anak perempuan labia minora harus dibuka
dan pada anak laki – laki prepitium perlu di tarik ke belakang pada saat pembersihan.

Pungsi kandung kemih dilakukan sebagai berikut : daerah supra pubik harus
dibersihkan dengan larutan jodium 2 dan alkohol 70%. Sebelumnya anak harus
disuruh menahan kencing selama 1 jam dan dianjurkan banyak minum. Pungsi
dilakukan dengan jarum semprit 5 atau 10 ml, pada tempat kira – kira 0,5 – 1 cm di
atas simfisis pubis.

Dengan cara pertama dan kedua, biakan urin dianggap positif atau bermakna
bila di dapat jumlah kuman 100.000 atau lebih permililiter urin. Jumlah kiman antara
10.000 – 100.000/ml urin dianggap meragukan dan perlu diulang. Bila kurang dari
10.000/ml urin maka hasil dianggap kontaminasi. Sebaiknya biakan urin dilakukan
dua kali berturut – turut untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti ( derajat kepastian
95% ).Hasil biakan urin dengan cara pungsi kandung kemih dianggap positif atau
bermakna bila ditemukan 200 kuman atau lebih/ml urin.2,3

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah waktu antara pengiriman bahan dan
penanaman dalam media biakan. Bila urin dibiarkan dalam suhu kamar selama 35
sampai 34 menit maka kuman akan cepat berkembang biak sehingga memberikan
hasil positif palsu. Bila urin tidak segera dikirim ke laboratorium, maka harus di

4
simpan dalam suhu 4 derajat celsius selama 24 – 48 jam tanpa merubah jumlah
kuman.

Kultur (kultur : pembiakan mikroorganisme) yang negatif akan menyingkirkan


diagnosis infeksi saluran kemih. Sedangkan pada kultur yang positif, proses pengambilan
contoh urin harus diperhatikan. Jika kultur positif berasal dari aspirasi suprapubik atau
kateterisasi, maka hasil tersebut dianggap benar. Namun jika kultur positif diperoleh dari
kantung penampung urin, perlu dilakukan konfirmasi dengan kateterisasi atau aspirasi
suprapubik. Media pembiakan yang digunakan untuk kultur ini umumnya adalah agar
darah/blood agar dan agar mac conkey.4

1. Agar darah
Salah satu agar pembiakan yang umum digunakan. Mengandung sel darah yang dapat
berasal dari hewan (misal: domba); banyak bakteri yang dapat tumbuh pada media ini.

2. Agar mac conkey


Media agar ini adalah media yang spesifik untuk pertumbuhan bakteri gram negatif.
Yang paling umum adalah E. coli, yang mana pada agar ini akan terlihat sebagai suatu
koloni berwarna merah karena adanya indikator pH. Ada dua versi agar ini: pertama,
adalah yang ditambahkan gula laktosa kedalamnya dan yang kedua tanpa penambahan
gula. Karena E. coli memfermentasi gula menjadi asam maka akan muncuk warna
merah pada agar.4

Pemeriksaan kimia

Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes
reduksi nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000
bakteri.

Pemeriksaan Radiologi3,6,7

 USG (ultrasonografi)

Dengan USG dapat di lihat :

 Struktur anatomi saluran kemih , meskipun fungsinya nol


 Besar dan ukuran ginjal

5
 Dilatasi dari pelviocalises, ureter, dan anomali vesika urinaria
 Batu saluran kemih
 Foto polos abdomen

Saat ini jarang di lakukan kecuali pada anak dengan persangka kuat kearah batu saluran
kemih dan sebagai persiapan IVP.

 Intra vena pyelografi (IVP )

Saat ini juga jarang di lakukan kecuali bila tidak tersedia alat pencitraan korteks DMSA.
Gambaran yang dapat dilihat dengan IVP sama dengan kombinasin USG dan DMSA. Dosis
radiasi DMSA lebih rendah dari IVP dan tidak menggunakan zat kontras , mengurangi
kemungkinan bahaya alergi, dapat untuk melihat parut ginjal, tapi DMSA lebih sensitive dari
IVP.

 MSU (miksiosisto uretrografi)

MSU sebaiknya di lakukan pada anak berumur dibawah 2 tahun dengan ISK yang di sertai
gejala panas. Pemeriksaan ini masih invasive dengan kateter. Tujuan pemeriksaan untuk
melihat adanya reflux vesikoureter dan valvula uretra posterior.dan dianjurkan memberi
antibiotic 48 jam sebelum pemeriksaan dan bila di temukan adanya refluks maka maka
segera di lanjutkan antibiotic bila belum diberikan sebelumnya.

 DMSA (dimerkapto sucsinic acid )

DMSA ini dilakukan untuk melihat adanya parut ginjal.Bila dilakukan pada saat infeksi akut
berlangsung, pada poielopnefritis akut akan terlihat filling defect. Sedangkan pada sistitis,
ginjal akan terlihat normal.DMSA di pakai untuk membedakan ISK atas dan bawah.

D. Diagnosis

1. Working Diagnosis
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri pada kandung kemih (cystitis) atau ginjal
(pyelonephritis). Infeksi saluran kemih biasa di lingkungan anak-anak. Semua yang
berhubungan dengan infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri yang masuk ke saluran
kemih terbuka dan bergerak ke atas kandung kemih kadangkala ginjal. Bakteri bisa
memasuki aliran darah dari ginjal dan menyebabkan infeksi pada aliran darah (sepsis) atau
pada organ-organ lainnya.

6
Selama masih bayi, anak laki-laki lebih sering mengalami infeksi saluran kemih.
Setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalaminya. Infeksi saluran kemih lebih
sering terjadi pada anak perempuan disebabkan saluran kemih perempuan lebih pendek dan
membuat bakteri mudah bergerak ke saluran kemih. Bayi laki-laki yang belum disunat
(karena bakteri cenderung tersimpan di bawah preputium).
Jika disertai dengan refluks vesikouretrik, dapat terjadi kerusakan ginjal (refluks
nefropati) yang dapat menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal stadium terminal pada akhir
masa kanak-kanak atau masa dewasa. Kurang lebih 2-3% perempuan dan kurang dari 1%
laki-laki mempunyai risiko terhadap infeksi saluran kemih yang asimptomatik selama masa
kanak-kanak. Infeksi bacterial yang sudah terbukti memerlukan pemeriksaan penunjang
lanjutan dan hal ini perlu dilakukan secara lebih komprehensif pada anak prasekolah yang
sebagian besar mempunyai risiko terbentuknya parut ginjal. 3,5,6

Infeksi saluran kemih (urinary tract infection ) merupakan istilah umum untuk
berbagai keadaan dengan bertumbuh berkembang biaknnya kuman dalam saluran
kemih.Berikut merupakan klasifikasi dari Infeksi saluran kemih : 3,5,6

 ISK simptomatik : terdapatnya bakteriuria di sertai gejala klinik,di bagi lagi menjadi
Infeksi pada parenkim ginjal dengan gejala utama demam dan nyeri pinggan, dan
infeksi pada saluran kemih bawah (sistitis dengan gejala utama gangguan miksi
berupa disuria, polakirsuria, urgency.
 ISK asymptomatic : di temukan bakteriuria bermakna tapi anak dalam keadaan sehat
dan tanpa gejala.keadaan ini bersifat ringan dan biasanya tidak menimbulkan
kerusakan ginjal.
 ISK simpleks : infeksi saluran kemih yang normal tanpa kelainan structural maupun
fungsional saluran kemih.
 ISK kompleks : bila di temukan kelainan anatomic maupun fungsional saluran kemih
yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik urin, seperti adanya batu,anomaly
saluran kemih, dan sebagainya.
 ISK rekuren: terdiri dari ISK reinfeksi dengan episode infeksi interval >6 minggu
dengan mikroorganisme yang berlainan, sedangkan ISK relapsing di sebabkan oleh
mikroba yang sama karna tidak mendapat terapi yang adekuat.

7
2. Differential Diagnosis

Roseola Infantum

Roseola infantum adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang
sangat muda, yang menyebabkan ruam dan demam tinggi. Roseola biasanya menyerang anak
yang berumur 6 bulan-3 tahun. Roseola infantum biasa disebabkan oleh virus herpes tipe 6
dan 7. Virus ini disebarkan melalui percikan ludah penderita. Masa inkubasi (masa dari mulai
terinfeksi sampai timbulnya gejala) adalah sekitar 5-15 hari. Biasanya penyakit ini
berlangsung selama 1 minggu.

Gejala dari roseola infantum yaitu demam timbul secara tiba-tiba, mencapai 39-40C
dan berlangsung selama 3-5 hari. Meskipun demam tinggi anak tetap sadar dan aktif. Pada
saat suhu tubuh mulai tinggi, 5-10% penderita mengalami kejang demam (kejang akibat
demam tinggi). Biasa juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di belakang kepala,
leher, sebelah samping dan di belakang telinga, limpa juga agak membesar. Pada hari
keempat, demam biasanya mulai turun.

Sekitar 30% anak memiliki ruam (kemerahan di kulit), yang mendatar maupun
menonjol, terutama di dada dan perut dan kadang menyebar ke wajah, lengan dan tungkai.
Ruam ini tidak menimbulkan rasa gatal dan berlangsung selama beberapa jam sampai 2 hari.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Pneumonia)

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40˚C dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak
dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar
hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang
sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda Auskultasi : Suara pernafasan mengeras
(vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia
menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara

8
pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar
lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai
dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada
bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto
rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,
pneumotoraks atau perikarditis.5

E. Etiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob.
Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra
bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin
berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian
disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena
jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan
dengan infeksi gram negatif.

Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum,


rektum (dubur) atau dari preputium (pada laki-laki yang belum di sirkumsisi), masuk ke
dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke
kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :

A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :

1. Escherichia coli

2. Klebsiella pneumoniae

3. Enterobacter aerogenes

4. Proteus

9
B. Pseudomonas aeruginosa

C. Acinetobacter

D. Enterokokus

E. Stafilokokus

Eschericia coli (merupakan batang gram negative) adalah penyebab yang paling
lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama
pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing,
disuria, hematuria, dan puria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih
bagian atas. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E.
coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus
sepsis.

Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan


bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir
saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak,
bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar
yang daya lekatnya berlainan. Klebsiella merupakan penyebab terbanyak pada kasus
neonatus.4,7,8

F. Epidemiologi
Prevalensi ISK pada anak di pengaruhi oleh umur dan jenis kelamin .Angka kejadian
bakteriuria pada neonatus di laporkan sebanyak 1,01 -1,04% rasio anak perempuan
berbanding laki-laki 2,8 : 1 sampai 5,4 : 1.sampai umur 1 tahun ISK pada anak laki lebih
tinggi dari perempuan , tetapi pada umur di atas 1-2 tahun anak wanita lebih tinggi dari anak
laki dapat mencapai 1 : 10.Angka kejadian ISK pertama kali terbanyak di temukan pada anak
0-1 tahun dan sebagian besar berupa pielonefrtis akut.infeksi saluran kemih bisa terjadi
nosokomial di rumah sakit biasanya di laporkan karna pemakaian kateter, dilaporkan
sebanyak 14,2 % per 1000 penderita anak.

Angka kekambuhan yang terjadi cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada 1
tahun pertama, dan 50 % dalam 5 tahun, sedangkan pada anak laki-laki lebih rendah yaitu
15-20%. Setelah umur 1 tahun pada anak laki-laki jarang terjadi kekambuhan.6,7

10
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu.
Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko
seperti :
 Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
 Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)
 Konstipasi
 Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih sehingga
terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.
 Kekebalan tubuh yang rendah

G. Patofisiologi
Terjadinya ISK pada anak terjadi melalui beberapa cara diantaranya secara
hematogen/limfogen, secara asending.Pada bayi terutama neonatus biasanya bersifat
hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis,Pada anak yang lebih besar infeksi terjadi
biasanya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar secara ascending sampai
kandung kemih,ureter , dan ke parenkim ginjal.Adanya factor predisposisi berupa seperti
adanya kelainan congenital traktus urinarius terutama yang bersifat obtruktif dan fekluks
vseikoureter.faktor lain seperti batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih,stasis
urin akibat obstipasi kronik dan tumor membantu terjadinya infeksi.Faktor pejamu (host) dan
peranan pathogenesis bakteri memberi pengaruh pada terjadinya infeksi.Peran bakteri
terutama dengan factor virulensi bakteri seperti fimbriae yang pathogenesis nya mempunyai
kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih.Pada umumnya fimbriae
akan melekat di permukaan mukosa saluran kemih dan terikat pada P blood group antigen
yang terdapat pada epitel saluran kemih atas dan bawah.Selain itu peran factor virulensi
lainnya seperti hemolysin yang akan menghambat fungsi fagosit dan bersifat sitotoksik
merusak sel tubulus.antigen 0 (E.coli) yang bersifat toxic dan menyebakan terjadinya
demam,dan inflamasi.Tetapi pada refluks vesikoureter/RVU justru jumlah fimbriae dan
factor virulensi lebih sedikit di temukan.Pada RVU tidak diperlukan daya untuk melekat yang
kuat pada uroepitel karena bakteri dapat mudah naik ke atas ginjal.bila di temukan proteus
hati-hati karna kemungkinan adanya batu infeksi (struvit:magnesium ammonium-sulfat)
karena kuman ini akan menghasilkan urease yang dapat mengubah ureum menjadi
ammonium , sehingga pH urin basa kemudian kalsium magnesium dan fosfat akan
mengendap.

11
Faktor pejamu atau Host juga berperan dalam proses infeksi saluran
kemih.Pengosongan buli-buli dan derasnya aliran urin menyapui keluar kuman,kecuali
bakteri dengan daya lekat yang kuat seperti E.coli.Bila pengosongan urin tidak sempurna
maka akan terbetnuk urin residu (sisa) sehinnga daya hidrokinetik tidak efektif,Hal ini terjadi
bila ada obstruktif di uretra atau ada refluks vesikoureter.Selain itu status imunologi juga
berperan,IgA sekretori mencegah perlekatan bakteri pada uroepitel.Pada anak dengan ISK
berulang kadar IgA sekretori lebih sedikit di bandingkan dengan anak normal.Hal ini
menunjukan adanya defek pada respon imun terhadap infeksi.Obtruksi dan kelainan
congenital lain juga merupakan predisposisi terjadinya ISK.demikian pula kelainan
fungsional saluran kemih dapat menimbulkan retensio urin,atau inkontinentia yang dapat
menimbulkan ISK.

ISK pada pyelonefritis dapat menyebabkan terbentuknya parut ginjal yang


ireversibel.Proses awal adalah inokulasi bakteri pada jaringan ginjal yang memacu respon
imun dan inflamasi.Proses inflamasi menyebabkan keluiarnya enzim toksic seperti lisosim
dalam sel granulosit ke lumen tubullus,pada saat bersamaan terjadi pengeluaran superoksid
yang menimbulkan oksigen radikal bebas yang bersifat toxic terhadap bakteri dan jaringan
sekitarnya ,sehingga terjadilah kerusakan sel tubulus.Kerusakan menjalar ke jaringaan
intersisium dan menyebakan kerusakan yang lebih luas dengan akibat terjadi parut ginjal.5,6,7

Manifestasi klinik

Makin kecil anak makin tidak khas,Pada neonatus gejala ISK tidak spesifik yaitu :

 Suhu tidak stabil


 Anorexia
 Muntah, diare, kembung
 Napas sering memanjang di sertai ikterus memanjang
 Sering di temukan sepsis

Pada masa bayi gejala tidak khas :

umumnya di temukan demam. Anoreksia, gejala gastrointestinal, muntah, diare. Anoreksia,


hambatan pertumbuhan.,

12
Pada masa prasekolah dan sekolah baru timbul gejala spesifik meskipun dikatakan bisa
ditemukan di atas 2 tahun setelah anak bisa bicara jelas dan dapat mengontrol miksinya,tapi
pada umunya baru khas pada umur 5-6 tahun yaitu

 Disuria
 Polakisuria
 Urgency
 Eneuresis diurnal/nocturnal dapat merupakan manifestasi ISK.Pada ISK atas dapat
ditemukan demam tinggi , sakit di daerah pinggang,tetapi pada anak yang masih kecil
biasanya mengeluh sebagai sakit perut.5,6,7

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut :

a) 0-1Bln :Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,


panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
b) 1 bln-2 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih
berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
c) 2-6 thn : Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare,
muntah, gangguan pertumbuhan serta anoreksia.
d) 6-18 thn : Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak
dapat menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan
berubah warna.

H. Penatalaksanaan

Medika Mentosa

Tata laksana umum yaitu atasi demam, muntah, dehidrasi, dll. Anak dianjurkan
banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing. Untuk mengatasi disuria dapat
diberikan fenazopiridin (Pyridium) 7-10mg/kgBB/hari. Faktor predisposisi dicari dan
dihilangkan. Tata laksana khusus ditujukan terhadap 3 hal yaitu pengobatan infeksi akut,
pengobatan dan pencegahan infeksi berulang, serta deteksi dan koreksi bedah terhadap
kelainan anatomis saluran kemih. 5,6,9

13
Sistitis akut sebaiknya segera diobati untuk mencegah kemungkinan berkembang
menjadi pielonefritis. Jika gejala – gejala berat, specimen dari kandung kemih harus diambil
untuk biakan dan mulai segera pengobatan. Bila gejalanya ringan atau diagnosis meragukan,
pengobatan dapat ditunda sampai hasil biakan diketahui, dan biakan dapat diulang bila
hasilnya tidak pasti. Bila pengobatan dimulai sebelum tersedia hasil biakan dan tes
sensitivitas, pengobatan dengan trimetoprim-sulfametoksazol selama 7 – 10 hari akan efektif
terhadap kebanyakan strain E. coli. Nitrofurantoin (5-7mg/kg/24jam dalam dosis yang terbagi
3-4) juga sangat efektif dan mempunyai keuntungan karena juga aktif terhadap Klebsiella-
entrobacter. Amoksisilin (50mg/kg/24jam) juga efektif pada pengobatan permulaan tetapi
tidak jelas kelebihannya dari sulfamida atau nitrofurantoin. 5,6,9

Pada infeksi dengan demam akut yang diduga sebagai akibat pielonefritis, lebih
disukai menggunakan antibiotika spectrum luas yang mampu mencapai tingkat jaringan. Bila
amat sakit mendadak, gunakan pengobatan parenteral dengan sefoktaksim (100mg/kg/24jam)
atau ampisilin (100mg/kg/24jam) dengan aminoglikosida seperti gentamisin (3mg/kg/24jam
dengan dosis yang terbagi 3). Ototoksisitas dan nefrotoksisitas akibat aminoglikosida perlu
dipertimbangkan, dan kadar kreatinin serum harus diketahui sebelum memulai pengobatan,
demikian pula tiap hari sesudahnya selama pengobatan berlangsung. 5,6,9

Pengobatan dengan aminoglikosida terutama efektif terhadap Pseudomonas, dan


alkalinisasi urin demam natrium bikarbonat meningkatkan keefektifannya dengan saluran
kemih. Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim (cotrim, bactrim, septra), baik secara oral
maupun intravena. Efektif terhadap beberapa organisme gram negative selain Pseudomonas
dan oleh beberapa penulis dianggap sebagai pengobatan pilihan terapi oral. Dosis per oral
adalah 20mg/kg/24jam untuk sulfametoksazol dan 4mg/kg/24jam untuk trimetoprim, yang
diberikan dalam dosis terbagi dua. Siprofloksasin merupakan agen alternative untuk
mikroorganisme yang resisten pada penderita yang berumur lebih dari 18 tahun.

Biakan urin sebaiknya diambil satu minggu setelah selesai pengobatan setiap infeksi
saluran kemih untuk meyakinkan bahwa urin tetap steril. Karena ada kecenderungan
kambuhnya infeksi saluran kemih walaupun tanpa adanya factor predisposisi anatomic, maka
biakan urin lanjutan harus diambil pada selang waktu 3 bulan selama 1-2 tahun, meskipun
anak tidak menunjukkan gejala.

Bila kekambuhan sering terjadi, profilaksis terhadap reinfeksi, baik menggunakan


kombinasi silfametoksazol-trimetoprim atau nitrofurantoin dengan dosis sepertiga dosis

14
terapeutik sekali sehari, sering efektif. Namun demikian, adalah penting untuk memperoleh
biakan urin secara periodic bila anak mendapat pengobatan profilaksis jangka panjang, untuk
mengesampingkan infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh organism yang resisten.

Profilaksis antibakteri juga terindikasi selama refluks vesikoureter yang menetap, atau
bila sistitis yang kambug menimbulkan gejala – gejala seperti inkontinensia, sering berkemih,
dan urgensi, yang terjadi terus – menerus akibat reinfeksi yang sering. Karena kemungkinan
penumuan refluks vesikoureter adalh 25% dan kemungkinan kambuhnya infeksi sekitar 50%,
adalah wajar untuk meneruskan profilaksis antibakteri dengan kombinasi sulfametoksazol-
trimetoprim dosis rendah atau nitofutantoin sampai selesainya evaluasi radiologic.
Penggunaan setiap agen kemoterapeutik jangka panjang sebaiknya disertai pengawasan
terhadap terjadinya toksisitas (anemia, leucopenia, dan lain – lain). Antibiotic spectrum luas
biasanya tidak efektif untuk profilaksis, karena bakteri kolon yang menyebabkan reinfeksi
dengan cepat menjadi resisten terhadap agen – agen tersebut. 5,6,9

Bedah

Bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, maka perlu dilakukakn koreksi
bedah. Penangganan terhadap refluks tergantung dari derajat stadiumnya. Refluks stadium 1
sampai 3 biasanya akan hilang dengan pengobatan terhadap infeksinya. Pada stadium 4 perlu
di lakukan koreksi bedah yaitu reimplantasi ureter pada kantung kemih. Pada keadaan –
keadaan tertentu misalnya pada pionefrosis atau pielonefritis atrofik kronik, tindakan
nefroktomi kadang – kadang perlu dilakukan.10

Preventif

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih, yaitu :

1. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung
kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri , bila setelah buang air besar
atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan kebelakang agar
kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih, dan mencuci kulit di sekitar
dan antara rektum dan vagina setiap hari dengan antiseptic (sabun).
2. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui
sistem urine.

15
3. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil
juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.
4. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya
dalam sistem saluran kemih.
5. Hindari pemakaian popok pada anak bayi dan celana dalam yang dapat membuat
keadaan lembab dan berpotensi berkembang biaknya bakteri.5

I. Prognosis

Bila ISK ditangani sedini mungkin, mendeteksi dan menanggulangi kelainan yang ditemukan
serta mengatasi infeksi, maka akibat yang lebih berat seperti gagal ginjal dapat dicegah.

Kesimpulan

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan bertumbuh dan berkembangbiaknya


kuman di dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. ISK dapat simptomatik
maupun asimptomatik. Penyebab tersering ISK yaitu Escherichia coli, tapi bisa juga
disebabkan oeh bakteri lain seperti, klebsiela (tersering pada kasus neonatus), enterobacter,
pseudomonas, streptococcus dan staphylococcus.

Gejala ISK yang sering ditimbulkan pada anak yaitu demam, malas minum susu,
pertumbuhan terhambat, nafsu makan berkurang, diare, kencing berbau, sakit perut, muntah,
sakit waktu BAK atau sakit pinggang. Dari gejala-gejala yang timbul kita bisa lakukan
pemeriksaan fisik, penunjang seperti urinalisis urin dan radiologi untuk menentukan
penyebab dari infeksinya. Diagnosis dan terapi yang dilakukan secara cepat dan tepat dapat
mengurangi kerusakan ginjal yang lebih berat.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi 1. Jakarta:


Erlangga.2007.
2. Matondang corry S,Wahidiyat iskandar.Diagnosa fisis pada anak.edisi 2.Jakarta : CV
Sagung seto;2003.page 8-11
3. Ngastiyah.Perawatan anak sakit.edisi 2.infeksi saluran kemih.Jakarta : EGC;
2005.page 283-5
4. Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta
1996
5. Nelson, Waldo E. Ilmu kesehatan anak Ed 15. Vol 3. Jakarta : EGC; 2000.p. 1863-68.
6. Trihono,partini.Hot tropic in pediatrics II.Diagnosis dan tatalaksana infeksi saluran
kemih pada anak..Jakarta : FK UI.2002.page 163-179
7. Sudoyo aru w, Setiyohadi bambang dkk. Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Infeksi
saluran kemih.Jakarta : FK UI ; 2006.page 553-5
8. Mansjoer arif, Triyanti kuspuji dkk.Kapita selekta kedokteran.Infeksi saluran
kemih.Jilid 2 Jakarta : Media Aesculapius FK UI; 2001.page 532
9. Sukandar E yulindah, Andrajati Retnosari. ISO farmakoterapi.infeksi saluran
urin.Jakarta;PT ISFI;2009.page 511
10. De Jong wim, sjamsuhididajat R. buku ajar ilmu bedah. Infeksi saluran kemih.Jakarta
: EGC; 2005.page 732

17

Anda mungkin juga menyukai