Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS

Disusun Oleh:
1. M. Robieth Al Hadi Wafa (10215008)
2. Riyan Mayasari (10215014)
3. Karunia Wati Susanti (10215015)
4. Iit Retnaning Mutiani (10215023)
5. Richard Abdul Aziz (10215028)
6. Dadang Ari Wibowo (10215037)
7. Arvina Umaiya Zahro (10215041)
8. Ajeng Rahma Miaji (10215047)
9. Binti Nur A’inun Ma’rifah (10215049)
10. Siti Fatimah (10215050)
11. Sindy Septikasari (10215051)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan
kuasaNya makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Herpes Simpleks” dapat
diselesaikan.

1
Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah sistem integumen program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah
terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki.


Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan
acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Kediri, 10 Oktober 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar.................................................................................................. ii

2
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Herpes Simpleks............................................................. 4
B. Klasifikasi Herpes Simpleks.......................................................... 4
C. Manifestasi Klinis Herpes Simpleks.............................................. 5
D. Etiologi Herpes Simpleks.............................................................. 8
E. Patofisiologi Herpes Simpleks....................................................... 9
F. Pathway Herpes Simpleks............................................................. 11
G. Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks..................................... 13
H. Penatalaksanaan Herpes Simpleks................................................. 13
I. Komplikasi Herpes Simpleks......................................................... 18
J. Asuhan Keperawatan Herpes Simpleks secara umum................... 19
K. Contoh kasus ................................................................................. 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 35
B. Saran.............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes simpleks adalah infeksi akut suatu lesi akut berupa vesikel
berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok
terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.Herpes simpleks disebabkan
oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang dapat berlangsung
primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blister, cold
sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes genitalis (Handoko, 2010).
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda (Siregar, 2005).
Sekitar 50 juta penduduk di Amerika Serikat menderita infeksi HSV
pada usia 12 tahun atau lebih (Habif, 2004). Infeksi primer oleh HSV tipe I
biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II
biasanya terjadi sebanyak 25-50% dari populasi (Sterry, 2006) pada dekade II
atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Infeksi HSV
berlangsung dalam tiga tingkat : infeksi primer, fase laten dan infeksi
rekurens (Handoko, 2010). Pada infeksi primer tempat predileksi HSV tipe I
di daerah pinggang keatas terutama daerah mulut dan hidung yang biasanya
dimulai pada usia anakanak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan,
misalnya kontak kulit pada perawat, dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya yang tidak menggunakan sarung tangan dan mengalami Herpetic
Whitlow pada jari tangannya (Sterry, 2006). Dilaporkan juga bahwa Herpetic
Whitlow sering didapati pada wanita dengan herpes genital (Habif, 2004).
Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis (Handoko, 2010). Gejala
yang ditimbulkan berupa perasaan gatal, rasa terbakar, eritema, malaise,
demam dan nyeri otot (Siregar, 2005).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang
belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang menderita
herpes simplex. Maka dari itu, kami akan membahas mengenai herpes

1
simplex dalam makalah ini dan berusaha mengurangi resiko lebih lanjut dari
herpes simplex dengan meningkatkan asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Herpes Simpleks?

2. Apa klasifikasi Herpes Simpleks?

3. Apa etiologi Herpes Simpleks?

4. Bagaimana manifestasi klinis dari Herpes Simpleks?

5. Bagaimana patofisiologi dari Herpes Simpleks?

6. Bagaimana pathways Herpes Simpleks?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Herpes Simpleks?

8. Bagaimana Penatalaksanaan dari Herpes Simpleks?

9. Bagaimana komplikasi dari Herpes Simpleks?

10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Herpes Simpleks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Herpes Simpleks.
2. Untuk mengetahui apa klasifikasi Herpes Simpleks.
3. Untuk mengetahui apa etiologi Herpes Simpleks.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Herpes Simpleks.
5. Untuk mengetahui bagaimana pathways Herpes Simpleks.
6. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Herpes Simpleks.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Herpes
Simpleks.
8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari Herpes Simpleks.
9. Untuk mengetahuibagaimana penatalaksanaan dari Herpes Simpleks.
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Herpes Simpleks.

D. Manfaat

2
1. Manfaat teoritis

Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan


pemikiran dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya
dunia pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.

2. Manfaat praktis

1) Bagi mahasiswa

Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan


dapat menambah pertimbangan referensi.

2) Bagi insititusi

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas


lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di
dalamnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit dan kelamin. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks (Taupiqurrohman dkk,
2017).
Infeksi virus herpes simpleks, yang umumnya dikenal dengan herpes,
dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau herpes
simplex virus tipe 2 (HSV-2) (WHO, 2017).
Menurut Price dkk dalam Nanda Nic & Noc, virus herpes simplek (HSV)
adalah suatu penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir,
dan sistem syaraf. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) dapat berupa
kelainan pada daerah orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan
sekitarnya atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel
berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis
merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga
karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau
simtomatis (Bonita & Murtiastutik, 2017).

B. Klasifikasi
Menurut WHO, Virus herpes simpleks atau herpes, dikategorikan
menjadi 2 jenis : virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan herpes simplex
virus tipe 2 (HSV-2).
1. HSV-1
Terutama menyebabkan infeksi mulut, tenggorokan,wajah, mata, dan
infeksi sistem saraf pusat (Mustofa.,et.al.,2016). Menurut WHO, HSV-1
terutama ditularkan melalui oral ke oral kontak sehingga menyebabkan
infeksi di dalam atau di sekitar mulut (herpes oral). HSV-1 adalah infeksi
yang sangat menular, yang umum dan endemik di seluruh dunia. Sebagian
besar infeksi HSV-1 diperoleh selama masa kanak-kanak, dan infeksi
seumur hidup. Sebagian besar infeksi HSV-1 adalah herpes oral (infeksi di

4
dalam atau di sekitar mulut, kadang-kadang disebut herpes orolabial, oral-
labial atau oral-facial herpes), namun sebagian infeksi HSV-1 adalah
genital herpes (infeksi pada alat kelamin atau daerah anal).
2. HSV-2
Merupakan penyebab utama infeksi alat kelamin (Murtaza dkk., 2016).
Infeksi HSV-2 tersebar luas di seluruh dunia dan hampir secara eksklusif
menular seksual, menyebabkan herpes genital. HSV-2 merupakan
penyebab utama herpes genital, yang juga bisa disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Infeksi dengan HSV-2 adalah seumur
hidup dan tidak dapat disembuhkan (WHO, 2017).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HSV tergantung usia, status imun pasien, lokasi
anatomik yang terlibat, serta jenis antigen virus. Dari perjalanan klinisnya,
infeksi HSV dapat dibagi menjadi infeksi primer dan rekuren. Infeksi primer
umumnya disertai dengan tanda sistemik, gejala lebih berat, dan tingkat
komplikasi lebih tinggi. Episode rekuren biasanya lebih ringan dan lebih
singkat (Azwa A, dkk., 2009)
1) Gingivostomatitis Herpetik Akut
Merupakan manifestasi utama infeksi HSV-1 pada anak usia 6 bulan-
5 tahun. Pada orang dewasa bisa terjadi, umumnya ringan. Onset nya
mendadak, disertai suhu tinggi (39-40°C), anoreksia, dan rasa lesu. Gusi
membengkak dan kemerahan. Lesi vesikuler timbul di mukosa mulut,
lidah dan bibir, kemudian akan pecah dan menyatu, meninggalkan plak
ulserasi. Terjadi juga limfadenopati regional yang nyeri tekan. Kulit
sekitar mulut juga bisa ikut terkena akibat kontaminasi dari saliva yang
terinfeksi (Arduino PG, dkk., 2006).
2) Faringotonsilitis Herpetik Akut
Merupakan manifestasi utama infeksi HSV- 1 pada orang dewasa.
Gambaran klinisnya berupa demam, malaise, nyeri kepala, dan nyeri
tenggorokan. Vesikel yang pecah akan membentuk lesi ulseratif dengan
eksudat keabu-abuan di tonsil dan faring posterior. Lesi oral dan labial
terjadi pada kurang dari 10% pasien. Infeksi HSV-2 gejalanya mirip,

5
timbul akibat kontak orogenital, atau terjadi bersamaan dengan herpes
genitalis.
3) Herpes Labialis
Merupakan manifestasi tersering infeksi HSV-1 rekuren. Nyeri
prodromal, rasa terbakar, dan kesemutan sering terjadi, diikuti timbulnya
papul eritematosa yang berkembang cepat menjadi vesikel intraepidermal
kecil berdinding tipis, yang akhirnya menjadi pustular dan berulserasi.
Umumnya, rekurensi terjadi kurang dari 2 kali setahun, tetapi bisa terjadi
setiap bulan (Salvaggio MR., 2016).
4) Herpes Genitalis
Tingkat keparahan, frekuensi penyakit, dan rekurensi tergantung
berbagai faktor, yakni jenis virus, imunitas sebelumnya terhadap virus
autolog atau heterolog, jenis kelamin, serta status imun pejamu (Azwa A,
dkk., 2009)
a. Herpes Genitalis Primer
Dapat disebabkan oleh HSV-1 ataupun HSV-2, dan bisa bersifat
asimptomatik. Gambaran klinis herpes genitalis primer yang
disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2 dapat dibedakan, serta rekurensi
lebih sering pada HSV-2. Herpes genitalis primer ditandai oleh gejala
sistemik dan lokal yang parah serta berkepanjangan.
Gejala episode pertama infeksi HSV-2 sekunder biasanya ringan
dan durasinya lebih singkat. Gejala dan komplikasi herpes genitalis
primer lebih parah pada wanita (Tabel 1).
Gejala konstitusi berupa demam, sakit kepala, malaise, dan nyeri
otot dominan pada 3-4 hari pertama. Gejala lokal berupa rasa nyeri,
gatal, disuria, keputihan, uretritis, dan limfadenopati dengan nyeri
tekan. Pada pria dan wanita, lesi ulseratif menetap selama 4-15 hari
hingga terjadi pelepasan krusta dan re-epitelisasi. Pada 75% pasien
terbentuk kembali lesi baru selama berlangsungnya penyakit, biasanya
dalam 4-10 hari.

b. Herpes Genitalis Rekuren


Morbiditas utama herpes genitalis disebabkan oleh tingginya
tingkat reaktivasi. Reaktivasi subklinis ataupun simptomatik lebih
sering terjadi pada HSV-2 dibandingkan HSV-1. Sebanyak 60% pasien
infeksi HSV-2 genital primer rekuren pada tahun pertama. Pasien

6
herpes genitalis primer berat cenderung lebih sering rekuren dalam
durasi lebih lama.
Herpes genitalis rekuren biasanya didahului oleh gejala prodromal,
berupa rasa nyeri dalam serta rasa terbakar pada lokasi lesi yang
berlangsung selama 2 jam sampai 2 hari. Gejala pada wanita
umumnya lebih berat (Tabel 2).
c. Herpes Genitalis Subklinis
Infeksi genital HSV paling sering asimptomatik. Sebanyak 70-80%
individu yang seropositif tidak mempunyai riwayat herpes genitalis
simptomatik sebelumnya. Shedding virus asimptomatik terjadi pada 1-
2% individu imunokompeten yang terinfeksi dan 6%- nya terjadi
dalam beberapa bulan pertama sesudah infeksi (Mark KE, dkk., 2008).

Tabel 1.Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis primer pada pria dan
wanita

Pria Wanita
 Vesikel herpetik di kepala,  Vesikel herpetik pada genitalia
prepusium, dan batang penis, serta eksterna, labia mayora, labia
terkadang di skrotum, paha, dan minora, vestibulum, dan introitus
bokong. vagina.
 Di area kering, lesi berkembang  Di area lembap, vesikel pecah
menjadi pustula dan bernanah. meninggalkan ulkus rapih dengan
nyeri tekan.
 Uretritis herpetik terjadi pada 30-  Mukosa vagina biasanya
40% pria, ditandai disuria berat meradang dan membengkak.
serta sekret berlendir.

 Pada orang yang melakukan  Pada 70-90% kasus serviks ikut


hubungan seks per anal, daerah terkena, ditandai oleh mukosa
perianal, dan rektum bisa juga berulserasi atau nekrotik.
terkena, sehingga timbul proktitis
herpetik.
 Servisitis dapat menjadi

7
manifestasi tunggal pada beberapa
pasien.
 Disuria akibat uretritis bisa sangat
berat dan menyebabkan retensi
urin.
 Virus dapat ditemukan dalam urin.

Tabel 2. Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis rekuren pada pria dan
wanita

Pria Wanita
 Muncul berupa 1 atau lebih  Vesikel ditemukan pada labia
kelompok vesikel pada bagian mayora, labia minora, atau
batang, prepusium, atau kepala penis. perineum.
 Uretritis jarang terjadi.  Lesi sering amat nyeri.
 Nyeri biasanya ringan dan lesi akan  Demam dan gejala konstitusional
menyembuh dalam 7-10 hari. jarang terjadi.
 Frekuensi dan tingkat keparahan  Lesi menyembuh dalam 8-10 hari,
rekurensi akan berkurang seiring shedding virus berlangsung
waktu. selama 5 hari.

D. Etiologi
Herpes simplex disebabkan oleh Herpes Virus Hominis (HVH) atau
Herpes Simplex Virus (VSH). Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang
dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya
vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes
simpleks yang sering menginfeksi yaitu HSV-1 dan HSV-2 (Handoko, 2010).

E. Patofisiologi
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphes viridae, sebuah
grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas
pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster
mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa

8
herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel inang. Infeksi pada natural host
ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa
dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi
HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang
terinfeksi. Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum pubertas. Kulit
dan mukosa merupakan pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus, yang
menyebabkan sel lisis dan terbentuknya vesikel.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam
tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan
multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes
itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan
timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf
regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf trigeminal, sedangkan infeksi
genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten diganglia dorsalis sakralis. Bila
pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam
tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Faktor pencetus
tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi,
sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan
beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro
genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan
kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi
dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks,

9
konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan
dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan (Fatmuji, 2012).

10
F. Pathway Herpes Simplex

HSV 1 (Air Liur), HSV 2 (Kontak Seksual)

(Belum ada antibodi spesifik)

↓ Antibodi tubuh

Virus masuk & menetap di dalam susunan saraf


tepi kulit

Proses infeksi virus Terjadi replikasi (Fase Laten)


Menuju ganglia
virus pada tempat
radiks dorsalis
masuk virus (Virus ditrans-
portasikan)
Merangsang akumulasi Tubuh tidak dapat
monosit, makorfag, sel mengkompensasi Beredar di dalam Menetap pada
T helper, & fibroblast virus kelenjar limfe periode laten & tidak
regional terdeteksi

Pelepasan sitokinin
(pirogen endogen) Virus teraktivasi &
Menempatkan diri bermultiplikasi
& berproduksi di kembali
Interlukin -1 dalam kulit, selaput
Interlukin -6 lendir, & visera
Virus akan turun
melalui serabut saraf
Sinyal mencapai sistem perifer kulit &
saraf pusat menimbulkan lesi
Menembus Muncul lesi primer,
sawar otak lepuh kecil berisi
cairan &
Merangsang saraf vagus berkelompok pada Timbul rasa panas,
kulit gatal, nyeri

Pembentukan
Nyeri Akut
prostaglandin otak
Timbul rasa malu
Kerusakan
Integritas kulit
Gg. Citra Tubuh

11
Tidak tahu cara
Merangsang
perawatan &
hipotalamus ↑an titik
pengobatan
patokan suhu (set point)

Keterbatasan sumber
informasi
Menggigil, ↑ suhu basal

Defisiensi
Hipertermi Pengetahuan

12
G. Pemeriksaan Penunjang
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV. Dengan
tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar
vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering
sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan. Selanjutnya beri pewarnaan
(5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan
keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif
terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar
berwarna biru (Frankel, 2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,
2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi
dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi (McPhee, 2007).

H. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV)
ada 3 macam, yaitu Terapi Spesifik, Terapi Non-Spesifik, dan Terapi
Profilaksis. Tujuan dari terapi tersebut masing-masing adalah untuk
mempercepat proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan
menurunkan angka penularan.
1. Terapi Spesifik
a. Herpes Labialis
1) Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau
Acyclovir krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini
digunakan 1 jam setelah munculnya gejala, meskipun juga
pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam
mengurangi gejala serta membatasi perluasan daerah lesi
(Rekomendasi FDA & IHMF).

13
2) Sistemik : Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang
diberikan begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau
Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir
1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah munculnya
gejala prodromal.
b. Herpes Genitalis
1) Infeksi Primer
(Rekomendasi CDC 2006)
a) Acyclovir 200 mg po 5 x/hr, selama 7-10 hari.
b) Acyclovir 400 mg po 3 x/hr, selama 7-10 hari.
c) Valaciclovir 1 gr po 2x/hr selama 7-10 hari.
d) Famciclovir 250 mg po 3x/hr selama 7-10 hari.
2) Infeksi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan
dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap
individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun.
Terdapat 2 macam terapi dalam mengobati infeksi rekuren, yaitu
terapi episodik dan terapi supresif.
Terapi Episodik:
Rekomendasi CDC 2006
Acycovir
o 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o 3
x/hr,3 hr
Valacyclovir
o 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
Famciclovir
o 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr
Terapi Supresif:
(Rekomendasi WHO 2003 & CDC 2006)
a) Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th.
b) Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th.
c) Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th.

14
d) Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th.
3) HSV pada Kehamilan
Penanganan HSV pada kehamilan didasarkan pada riwayat herpes
genitalis sebelumnya dan usia kehamilan ketika terjadi serangan
(Anonim, 2004).
4) HSV pada Neonatus
Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu dengan herpes genitalis yaitu
mengidentifikasi secepatnya kemungkinan adanya infeksi herpes pada
bayi tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan dilakukan pemeriksaan
kultur virus dari sekret servik ketika persalinan berlangsung pada semua
ibu hamil dengan riwayat herpes genitalis. Selain itu juga pemeriksaan
kultur virus dari mukosa orofaring atau mukosa konjungtiva dari bayi
yang dicurigai. Pada bayi dengan ibu mengidap herpes genitalis primer,
saat persalinana normal harus diberikan terapi profilaksis acyclovir
intravena dengan dosis 60 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis
yang diberikan selama 21 hari atau acyclovir intravena 10 mg/kgBB
tiap 8 jam selama 10-21 hari Terapi ini juga diberikan pada bayi yang
dinyatakan positif terinfeksi, dan terapi diberikan seawall mungkin
ketika mulai timbul gejala.
5) HSV dengan HIV
Penderita dengan immunocompromised biasanya memiliki gejala
yang lebih berat serta lebih lama pada daerah genital, perianal, atau
oral. Lesi yang disebabkan oleh HSV biasanya bersifat atipik, lebih
nyeri, serta lebih berat. Meskipun terapi antiretroviral bisa menurunkan
tingkat keparahan dari infeksi herpes genital, namun infeksi subklinik
tetap dapat terjadi. Pemberian terapi supresif atau terapi episodic
menggunakan agen antivirus oral terbukti efektif dalam memperingan
manifestasi klinik dari HSV yang disertai dengan infeksi HIV ( Kriebs,
2008).
a. Terapi Supresif Rekomendasi CDC 2006
a) Acyclovir 400-800 mg peroral 2-3 kali sehari.
b) Famciclovir 500 mg peroral 2 kali sehari.

15
c) Valacyclovir 500 mg peroral 2 kali sehari.
b. Terapi Episodik Rekomendasi CDC 2006
a) Acyclovir 400-800 mg p.o 3 x/hr 5-10 hr, atau
b) Famciclovir 500 mg p.o2x/hr, 5-10 hr,
c) valacyclovir 1000 mg p.o 2x/hr,5-10 hr,
Terapi pada keadaan resistensi Acyclovir
a) Foscarnet intravena 40 mg/kgBB/8 jam hingga terjadi perbaikan
klinis. Atau
b) Cidofovir gel 1% sekali sehari selama 5 hari yang dioleskan
pada lesi.
2. Terapi Non-Spesifik
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang
timbul berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi,
sehingga pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic juga
dibutuhkan untuk lesi yang basah berupa jodium povidon secara topical
untuk mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat
waktu penyembuhan. Selain itu pemberian antibiotic atau kotrimoksasol
dapat pula diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
3. Tindakan Profilaksis
Langkah – langkah yang dapat diambil guna mencegah penularan
penyakit herpes simplek yaitu dengan memberi penjelasan kepada
penderita tentang sifat penyakit yang dapat menular terutama bila sedang
terkena serangan. Selain itu juga dilakukan proteksi individual dengan
menggunakan 2 macam alat perintang, yaitu busa spermisidal dan
kondom. Kombinasi tersebut bila diikuti dengan pencucian alat kelamin
memakai air dan sabun pasca koitus, dapat mencegah transmisi herpes
genitalis hampir 100%. Busa spermisidal secara in vitro ternyata
mempunyai sifat virisidal, dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus.
Langkah profilaksis lain yaitu dengan menghindari factor – factor pencetus
timbulnya serangan herpes, seperti stress, kelelahan, atau yang lainya.
Konsultasi psikiatrik dapat pula membantu karena faktor psikis
mempunyai peranan untuk timbulnya serangan.

16
I. Komplikasi
Berbagai komplikasi pada infeksi HSV, yakni:
a. Superinfeksi bakteri dan jamur.
b. Balanitis: terjadi akibat infeksi bakteri pada ulkus herpetik.
c. Kandidiasis vagina: ditemukan pada 10% wanita dengan herpes genitalis
primer, terutama pada pasien diabetes melitus. Herpes ulseratif dengan lesi
keputihan pada mukosa sulit dibedakan dari infeksi jamur.
d. Infeksi mata, sering terjadi pada anak, disebabkan oleh HSV-1, kecuali
pada neonatus (bisa disebabkan oleh HSV-2), bermanifestasi sebagai
konjungtivitis folikuler unilateral atau keratokonjungtivitis herpetik akut
dengan ulkus kornea dendritik.
e. Infeksi kulit, dapat berupa
1) Eksim herpetikum : terjadi pada individu dengan dermatitis
sebelumnya, dapat terlokalisir (sehingga sulit dibedakan dengan
herpes zoster) atau tersebar luas. Bentuk ini juga dapat terjadi pada
pasien dengan kerusakan kulit luas, seperti luka bakar, sindrom
pemfigus, atau Sezary.
2) Herpetic whitlow : infeksi HSV pada jari, terjadi pada atau dekat
kutikula atau area lain akibat trauma. Biasanya HSV-1 terjadi pada
pekerja di tempat perawatan kesehatan dan anak-anak akibat paparan
saliva dan dengan HSV-2 akibat paparan genito-digital.
3) Herpes gladiatorum: lesi kulit HSV-1 yang tersebar telah ditemukan
pada pegulat yang tertular akibat paparan saliva terinfeksi selama
pertandingan (Salvaggio, 2016).
f. Infeksi viseral: terjadi akibat viremia dan umumnya dengan keterlibatan
multiorgan. Komplikasi ini bisa terjadi pada infeksi primer asimptomatik
ataupun pada pasien imunokompeten.
g. Infeksi sistem saraf pusat, dapat berupa :
a) Meningitis aseptik: berupa meningitis limfositik benigna akut, lebih
sering terjadi pada infeksi HSV-2. HSV-2 juga dapat ditemukan dengan
pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) cairan serebrospinal
pasien meningitis limfositik benigna rekuren (Mollaret meningitis),
mengindikasikan kemungkinan HSV sebagai penyebabnya, sehingga
disebut juga sebagai sindrom idiopatik.

17
b) Ganglionitis dan meilitis: infeksi HSV genital dan anorektal dapat
disertai komplikasi, retensi urin, neuralgia, serta anestesia sakral akibat
ganglionitis dan radikulitis.
c) Ensefalitis: suatu acute necrotizing viral encephalitis. Umumnya terjadi
sesudah periode neonatal, biasanya disebabkan oleh HSV-1. Ensefalitis
terjadi sebagai infeksi primer pada 50% kasus dan bisa juga disebabkan
oleh infeksi rekuren atau reinfeksi oleh strain HSV-1 yang berbeda.
h. Herpes genitalis dan kehamilan, Herpes genitalis rekuren: baik pada
wanita hamil maupun tidak hamil gambaran klinisnya sama, meskipun bisa
terjadi peningkatan jumlah rekurensi akibat kehamilan. Persalinan sesaria
direkomendasikan untuk ibu hamil dengan lesi genital (Anzivino, 2009).
i. Penyakit HSV neonatal Infeksi HSV neonatal disebabkan oleh kontak
dengan sekret genital terinfeksi. Sekitar 90% infeksi didapat saat perinatal,
5-8% didapat kongenital, dan beberapa diperoleh saat postnatal. Pada
neonatus dan bayi (usia kurang dari 6 minggu), frekuensi infeksi viseral
dan susunan saraf pusat sangat tinggi. Bila tidak diterapi, mortalitasnya
sekitar 65% dan bisa timbul gejala sisa neurologis berat (Salvaggio, 2016).
j. Koinfeksi dengan HIV: Berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya
antibodi terhadap HSV-2 akan meningkatkan risiko terinfeksi HIV, tidak
tergantung pada ada atau tidaknya ulkus genital (Nagot, 2007). Pada
penyakit HIV lanjut, HSV-2 dapat menyebabkan komplikasi lebih serius,
meskipun jarang, seperti meningoensefalitis, esofagitis, hepatitis,
pneumonitis, nekrosis retina, atau infeksi diseminata (WHO, 2014).

J. Asuhan Keperawatan Secara Umum


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa

a) Identitas Klien

18
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnose medis.
b) Keluhan Utama
Pada keluhan pertama yang ditanyakan adalah keluhan atau
gejala yang menyebabkan klien berobat.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengumpulan riwayat kesehatan atau keperawatan
sekarang yang perlu ditanyakan faktor yang melatar belakangi atau
hal-hal yang mempengaruhi keluhan, bagaimana sifat terjadinya
gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus, atau berupa
kecelakaan).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau
riwayat kecelakaan, atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat
masuk rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat pengumpulan data tentang riwayat keluarga bagaimana
riwayat kesehatan atau keperawatan yang ada dimiliki salah satu
anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit seperti yang
dialami klien atau mempunyai penyakit degeneratif lainnya.
5) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari – harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d inflamasi jaringan.
2) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan turgor, adanya lesi.
3) Hipertermi b.d proses kompensasi tubuh terhadap penyakit.
4) Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan sekunder akibat
penyakit herpes simplek.
5) Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit.

19
3. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


No Dx Intervensi
Hasil Rasional
1. Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Kaji skala nyeri 1. Sebagai dasar
Setelah dilakukan tindakan
inflamasi jaringan. dengan PQRST. pemberian
keperawatan 2x24 jam
2. Pantau TTV. intervensi
diharapkan nyeri akut pada
3. Kaji faktor yang selanjutnya.
klien teratasi.
memperberat nyeri. 2. Mengetahui keadaan
Kriteria Hasil : 4. Gunakan metode umum klien.
- Klien mengungkapkan
relaksasi distraksi. 3. Agar klien dapat
nyeri hilang/berkurang.
5. Jaga kebersihan menghindari hal
- Klien menunjukkan
lingkungan sekitar yang memperberat
mekanisme koping
klien. nyeri.
spesifik untuk nyeri
6. Kolaborasi dalam 4. Metode relaksasi
secara benar.
pemberian distraksi membantu
analgesik. mengatasi nyeri,
sehingga nyeri dapat
teralihkan.
5. Untuk
meningkatkan rasa
nyaman.
6. Mengurangi nyeri.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Pertahankan tempat 1. Menurunkan risiko
integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan tidur yang nyaman kerusakan/abrasi
perubahan turgor, keperawatan 2x24 jam dan aman (kering, kulit yang lebih luas.
adanya lesi. diharapkan klien mencapai bersih, alat tenun 2. Membantu
penyembuhan luka sesuai kencang, bantalan mempercepat proses
waktu, bebas drainase bawah siku, tumit). penyembuhan.
purulen atau eritema dan 2. Kolaborasi dengan 3. Nutrisi yang baik
demam tim medis lain dapat membantu
terkait pemberian mempercepat
Kriteria Hasil : obat/tindakan penyembuhan luka.

20
1. Integritas kulit lanjutan.
membaik dengan mulai 3. Perhatikan asupan
mengeringnya lepuhan. nutrisi.
2. Lesi kulit berkurang,
dari terdapat banyak
vesikula dan lepuhan
menjadi sedikit.

3. Hipertermi b.d Tujuan : 1. Kaji vital sign tiap 2- 1. Untuk mengetahui


proses kompensasi Setelah dilakukan tindakan 3 jam. perubahan TTV klien.
tubuh terhadap keperawatan 3x24 jam : 2. Kaji peningkatan 2. Suhu 38,9
penyakit - Suhu tubuh klien suhu, denyut nadi. menunjukkan proses
kembali normal. 3. Pantau suhu penyakit infeksi akut.
- Immune status. lingkungan, batasi / 3. Suhu lingkungan /
- Risk control. tambah linen tempat jumlah selimut harus
- Risk detektion. tidur sesuai indikasi. dibatasi untuk
4. Anjurkan untuk mempertahankan
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh normal menggunakan baju suhu mendekati

(36,5-37oC). yang tipis dan normal.

- Tidak ada kejang. menyerap keringat. 4. Membantu panas

- Pengendalian resiko 5. Anjurkan banyak keluar dari tubuh.

hipertermi. minum air putih 2 -3 5. Membantu memenuhi


jam. cairan tubuh.
6. Berikan kompres air 6. Membantu
hangat. mengurangi demam.
7. Kolaborasi 7. Digunakan untuk
pemberian antibiotik, mengurangi demam
antipiretik dan dan untuk menunjang
pemeriksaan intervensi
laboratorium. keperawatan.
4. Gangguan citra Tujuan : 1. Ciptakan hubungan 1. Menjamin bahwa
tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan saling percaya. pasien tidak akan
perubahan asuhan keperawatan 2. Dorong klien untuk sendiri dan

21
penampilan selama 2×24 jam, menyatakan terlantarkan,
sekunder akibat diharapkan kepercayaan perasaannya menunjukkan rasa
penyakit hapes diri pasien lebih baik. terutama tentang menghargai dan
simplek cara ia merasakan menerima,
Kriteria Hasil :
dan berpikir atas membantu
3. Klien mengatakan dan
memandang dirinya. meningkatkan rasa
menunjukkan
3. Hindari sikap terlalu percaya diri.
penerimaan atas
melindungi terbatas 2. Dapat mengurangi
penampilannya.
pada permintaan ansietas dan
4. Menunjukkan
klien ketidakmampuan
keinginan dan
4. Dorong klien dan pasien untuk
kemampuan untuk
keluarga untuk menerima realita.
melakukan perawatan
menerima 3. Membantu pasien
diri.
keadaannya. untuk merasa
5. Melakukan pola-pola
5. Dorong klien untuk diterima pada
penanggulangan yang
berbagi rasa, kondisi yang
baru.
masalah, sekarang.
kekhawatiran, dan 4. Memungkinkan
persepsinya. agar tidak terjadi
rasa frustrasi.
5. Membantu pasien
dan keluarga untuk
merasa menerima
dengan keadaaan
sekarang tanpa
perasaan dihakimi
dan meningkatkan
perasaaan harga diri
dan kontrol.
5. Defisiensi Tujuan : 1. Kaji kesiapan klien 1. Efektivitas proses
pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan mengikuti program pembelajaran
kurang informasi keperawatan 1x24 jam pembelajaran. dipengaruhi oleh
tentang penyakit. diharapkan klien akan 2. Berikan edukasi kesiapan fisik dan

22
menunjukkan peningkatan tentang penyakitnya. mental klien untuk
pengetahuan mengenai 3. Motivasi klien untuk mengikuti program
penyakitnya. melakukan anjuran pembelajaran.
dalam edukasi 2. Edukasi penyakit
Kriteria Hasil : kesehatan. dilakukan agar klien
- Klien mampu 4. Beri kesempatan mengerti dan tahu
mengetahui status untuk klien bertanya serta dapat mandiri
kondisinya. tentang penyakitnya. dalam menangani
penyakit.
3. Dapat membantu
mempercepat proses
penyembuhan.
4. Mengkaji berapa
besar pengaruh
edukasi yang
dilakukan terhadap
klien, mengetahui
apa saja yang masih
tidak diketahui klien
sehingga klien
benar-benar
mengerti dan
memahami.

K. Contoh Kasus
Tuan K. 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya rasa
nyeri dan tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir.
Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal selama 2 hari. Tuan K mengeluh
nyeri. Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri. Tuan K juga mengatakan
tidak nafsu makan karena sulit mengunyah dan menelan. Istri klien
mengatakan Tuan K hanya dapat menghabiskan 5 sendok makan nasi setiap
makan. Dari hasil pemeriksaan fisik di daerah bibir Tuan K terdapat bintik

23
kemerahan, kesadaran composmetis, suhu 37,50 C, tekanan darah
130/90mmHg, nadi 112x/m, BB turun dari 65 menjadi 60 k, Leukosit <
4000/mmk.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN HERPES SIMPLEX

1. Pengkajian
Tanggal masuk : 07 Maret 2017 Praktikan :
Jam : 09.10 WIB NIM :
Ruang : Kamboja
No. Reg. : 12345
2. Identitas
Nama pasien : Tn. K
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : HINDU
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Mangga, Sleman, Yogyakarta
MRS : 07 Maret 2017, Jam 09.10 WIB, diantar keluarga.
Tgl pengkajian : 07 Maret 2017, Jam 10.35 WIB.
Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Hubungan dg pasien : Istri
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS

3. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang

24
Tuan K. 30 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya
rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah
kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir.
Sebelumnya Tuan K mengalami gatal-gatal selama 2 hari. Tuan K
mengeluh nyeri.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien belum pernah menderita penyakit ini.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami
pasien saat ini dan keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit jantung, DM maupun hipertensi.

4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmetis
Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg
Nadi : 112 x/ menit
Pernafasan : 22 x/ menit
Suhu tubuh : 37,5 0 C
Kulit :
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit
sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut
hitam lurus.
Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata
simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas dalam 6
titik sudut pandang yang berbeda.
Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.
Telinga :

25
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan di telinga/mastoid. Serumen
tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
Mulut :
Bibir tidak sianosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir
terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi
cairan.
Leher :
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Dada :
 Jantung
 Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
 Palpasi : teraba normal
 Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
 Auskultasi : normal
 Paru – paru:
 Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
 Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
 Perut :
 Inspeksi : Datar, tidak ada luka
 Palpasi : Supel, tidak ada massa
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus ( + )
Ekstrimitas :
Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.

5. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

26
DO : Terjadi replikasi Nyeri Akut
- Raut wajah Tuan K tampak menahan nyeri. virus pada tempat
- Kesadaran composmetis. masuk virus
- Suhu 370C.
Menempatkan diri &
- Tekanan Darah 130/90mmHg.
berproduksi di dalam
- Nadi 112x/ mnt.
kulit, selaput lendir,
- Leukosit <4000 mmk.
& visera
DS :
1.
- Tuan K mengatakan dia mengalami gatal- Muncul lesi primer,

gatal selama 2 hari. lepuh kecil berisi

- Tuan K mengeluh nyeri. cairan &


berkelompok pada
kulit

Timbul rasa panas,


gatal, nyeri

Nyeri Akut
DO : HSV Kerusakan
integritas kulit
- Terdapat vesikula dengan basis Muncul lesi primer,
kemerahan pada oral, terdapat lepuh kecil berisi
lepuhan di kulit wajah khususnya cairan &
daerah dekat bibir, berkelompok pada
2.
kulit oral

DS : Timbul rasa panas,

- Tn K mengeluh gatal, menggaruh gatal, nyeri

garuk tangan, perih saat makan. Kerusakan integritas


kulit
DO : Terjadi replikasi Nutrisi kurang
- BB turun dari 65 kg menjadi 60 kg. virus pada tempat dari kebutuhan
DS : masuk virus tubuh
- Tuan K mengatakan tidak nafsu makan
Menempatkan diri &

27
3. karena sulit mengunyah atau menelan. berproduksi di dalam
- Istri klien mengatakan Tuan K hanya dapat kulit, selaput lendir,
menghabiskan 5 sendok makan setiap kali & visera
makan.
Muncul lesi primer,
lepuh kecil berisi
cairan &
berkelompok pada
kulit oral

Timbul rasa panas,


gatal, nyeri

Sakit saat menelan

Nafsu makan turun

Ketidakseimbangan
nutrisi

6. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri b.d. inflamasi jaringan.
2) Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi.
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. hilangnya nafsu makan.

7. Rencana (Intervensi) Keperawatan


No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri b.d. penyakit Tujuan : 1. Kaji skala nyeri dengan 1. Sebagai dasar
Setelah dilakukan tindakan PQRST. pemberian
keperawatan selama 2x24 2. Pantau TTV. intervensi
jam nyeri klien 3. Kaji faktor yang selanjutnya.

28
berkurang/hilang. memperberat nyeri. 2. Mengetahui
Kriteria hasil : 4. Gunakan metode keadaan umum
- Pasien melaporkan nyeri relaksasi distraksi. klien.
berkurang. 5. Jaga kebersihan 3. Agar klien dapat
- Skala nyeri < 5. lingkungan sekitar klien. menghindari hal
- Pasien rileks, tenang. 6. Kolaborasi dalam yang
- Tekanan darah 130/90 pemberian analgesik. memperberat
mmHg (nilai 2, gangguan nyeri.
ringan) menjadi tekanan 4. Metode relaksasi
darah 120/90 mmHg (nilai distraksi
1, tidak ada gangguan). membantu
mengatasi nyeri,
sehingga nyeri
dapat teralihkan.
5. Untuk
meningkatkan
rasa nyaman.
6. Mengurangi
nyeri.

2. Kerusakan integritas Tujuan : 1. Observasi dan 1. Untuk mngetahui


kulit b.d adanya lesi. dokumentasi derajat sebrapa luas luka,
Setelah dilakukan tindakan
luka. keadaan luka,
keperawatan 2x24 jam
2. Observasi jenis makanan sehingga dapat
diharapkan klien mencapai
yang dimakan, usahakan digunakan
penyembuhan luka sesuai
makanan memiliki sebagai analisis
waktu, bebas drainase
tekstur yang lembut. untuk tindakan
purulen atau eritema dan
3. Kolaborasi dengan tim selanjutnya.
demam
medis lain terkait 2. Tekstur makanan
obat/tindakan lain. yang keras dapat

Kriteria Hasil : menyebabkan lesi

- Integritas kulit membaik pecah.


3. Membantu

29
dengan mulai mempercepat
mengeringnya lepuhan. proses
- Lesi kulit berkurang, dari penyembuhan.
terdapat banyak vesikula
dan lepuhan menjadi
sedikit.

3. Nutrisi kurang dari Tujuan: 1. Pantau kandungan nutrisi 1. Dengan


kebutuhan tubuh b.d. Setelah dilakukan asuhan dan kalori pada catatan memantau
hilangnya nafsu keperawatan selama 2x24 asupan. kandungan nutrisi
makan jam klien akan 2. Ketahui makanan dan kalori pada
menunjukkan status gizi kesukaan klien. catatan asupan
yang baik. 3. Timbang klien pada maka perawat
Kriteria hasil: interval yang tepat akan mengetahui
- Nafsu makan meningkat 4. Ajarkan klien dan perkembangan
dari 5 sendok makan keluarga tentang nutrisi klien.
menjadi setengah piring. makanan yang bergizi 2. Dengan
- BB kembali normal. dan tidak mahal. mengetahui
5. Diskusikan dengan ahli makanan
gizi dalam menentukan kesukaan klien,
kebutuhan nutrisi untuk akan
klien dengan mempermudah
ketidakadekuatan asupan peningkatan berat
nutrisi atau kehilangan badan.
nutrisi. 3. Dengan
menimbang klien
pada interval
yang tepat,
perawat akan
mengetahui
perkembangan
berat badan klien.
4. Dengan

30
mengajarkan
klien dan
keluarga tentang
makanan yang
bergizi dan tidak
mahal maka klien
lebih mudah
memperoleh
makanan yang
sehat dan bergizi.
5. Dengan
mendiskusikan
dengan ahli gizi
dalam
menentukan
kebutuhan nutrisi
maka perawat
akan mudah
melakukan
perawatan pada
klien.

8. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Nyeri b.d. inflamasi jaringan - Tanggal 7 Maret 2017
Jam 11.00 – 11.30
Mengkaji skala nyeri dengan PQRST
(Ajeng)

- Tanggal 7 Maret 2017


Jam 13.00 – 13.30
Memantau TTV
(Arvina)

31
- Tanggal 7 Maret 2017
Jam 15.00 – 15.30
Mengkaji faktor yang memperberat nyeri.
(Rifa)

- Tanggal 7 Maret 2017


Jam 18.00 – 18.30
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar klien dan
melakukan metode relaksasi distraksi.
(Riyan)

- Tanggal 7 Maret 2017


Jam 20.00 – 20.30
Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgesik.
(Fatma)
2. Kerusakan integritas kulit b.d. - Tanggal 8 Maret 2017
adanya lesi. Jam 11.00 – 11.30
Mengobservasi dan mendokumentasi derajat luka.
(Dadang)

- Tanggal 8 Maret 2017


Jam 15.00 – 15.30
Mengobservasi jenis makanan,dan menyediakan
makanan dengan tekstur yang lembut.
(Richard)

- Tanggal 8 Maret 2017


Jam 18.00 – 18.30
Melalaukan kolaborasi dengan tim medis lain
terkait obat antiinflamasi.
(Robieth)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan - Tanggal 9 Maret 2017

32
tubuh b.d. hilangnya nafsu makan Jam 11.00 – 11.30
Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada
catatan asupan.
(Robieth)

- Tanggal 9 Maret 2017


Jam 15.00 –15.15
Mengetahui makanan kesukaan klien.
(Sindi)

- Tanggal 9 Maret 2017


Jam 18.00 – 18.15
Menimbang klien pada interval yang tepat.
(Richard)

- Tanggal 9 Maret 2017


Jam 20.00 – 20.30
Mengajarkan klien dan keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak mahal.
(Dadang)

- Tanggal 9 Maret 2017


Jam 20.00 – 20.30
Mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
kebutuhan nutrisi.
(Iit)

9. Evaluasi
N EVALUASI
O
1. Tanggal 7 maret 2017
Jam 20.00
S : klien mengatakan nyeri saya sudah berkurang

33
O : raut wajah pasien tampak ceria
A : masalah teratasi
P : implementasi dipertahankan
2. Tanggal 8 Maret 2017
Jam 20.00
S : klien mengatakan gatal-gatal berkurang, bercak kemerahan
berkurang
O : raut wajah pasien nampak ceria
A : masalah teratasi
P : implementasi dipertahankan
3. Tanggal 9 maret 2017
Jam 20.00
S : klien mengatakan sudah nafsu makan
O : berat badan pasien 65 kg ( kembali ke keadaan semula)
A : masalah teratasi
P : implementasi dipertahankan

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Herpes merupakan salah satu jenis penyakit kulit dan kelamin. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks (HSV-1 & HSV-2) yang
ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah
mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa
satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan
peradangan.
Apabila dibiarkan terlalu lama atau tidak segera ditangani akan
menyebabkan superinfeksi bakteri dan jamur, balanitis, kandidiasis vagina,
infeksi mata, infeksi kulit, infeksi viseral, dan infeksi sistem saraf pusat.

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya herpes simplex harus dibekali dengan pengetahuan
yang luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arduino PG, Porter SR. 2006. Oral And Perioral Herpes Simplex Virus Type 1
(HSV-1) In-Fection : Review Of Its Management. Oral Dis. 12(3):254-70.

Azwa A, Barton SE. 2009. Aspects Of Herpes Simplex Virus: A Clinical Review. J
Fam Plann Reprod Health Care. 35(4):237-42

Bonita, Laissa & Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran


Klinis Herpes Simpleks Genitalis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
– Periodical of Dermatology and Venereology Vol. 29/No.1/April 2017.
Homepage : http://e-journal.unair.ac.id

Brooks, G., et al. 1995. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Fatmuji, Ops Siagara. 2012. Prevalensi penderita herpes simpleks di RSUD


Tangerang periode 1 januari 2010 – 31 desember 2011. Diakses dari :
http://repository.uinjkt.ac.id/bitstream/123456789/25783/1/opssiagarafatmuji.
pdf pada tanggal 10 Oktober 2017.

Habif TP. 2004. Clinical Dermatology: A Color Guide To Diagnosis And Therapy
4th ed. Philadelphia : Mosby. 54.346-55.

Handoko, Ronny P. 2010. Buku Ajar Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai
Pustaka FKUI.

Mustafa, et.al. 2016. Herpes simplex virus infections, Pathophysiology


andManagement. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-
JDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 15, Issue 7 Ver. III
(July. 2016), PP 85-91. Homepage : www.iosrjournals.org

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.

Ronny P. Handoko. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Herpes
Simpleks. Jakarta : Balai Pustaka FKUI. Ed 6. Hal 380.

36
Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC.
Taupiqurrohman dkk. 2017. Analisis In Silico Capsid Scaffold Protein Virus
Herpes Simpleks-1 Untuk Pengembangan Vaksin Herpes. Chimica et Natura
Acta Vol. 5 No. 1, April 2017 page : 21-25. Homepage:
http://jurnal.unpad.ac.id/jcena

World Health Organization. 2017. Herpes Simplex Virus. Homepage :


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs400/en/ . Updated January 2017

37

Anda mungkin juga menyukai