Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROKEL PADA ANAK

Disusun Oleh:
(Kelompok 2)
1. Sofia Erfiani (10215002)
2. Yoke Rhesma V. Y. (10215006)
3. Fitriah Nurul Hidayah (10215010)
4. M. Rohyan Gogot Nursawit (10215030)
5. Binti Nur A’inun Ma’rifah (10215049)
6. Septiawan Agung Dwi Sahuri E. (10215053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan kuasaNya
makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Hidrokel” dapat diselesaikan.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
sistem perkemihan program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah
terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki.


Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas
makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan
acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Kediri, 19 Oktober 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hidrokel ........................................................................... 3
B. Manifestasi Klinis Hidrokel ......................................................... 3
C. Etiologi Hidrokel .......................................................................... 4
D. Patofisiologi Hidrokel .................................................................. 4
E. Pemeriksaan Diagnostik Hidrokel ................................................ 4
F. Penatalaksanaan Hidrokel ............................................................ 5
G. Komplikasi Hidrokel ..................................................................... 6
H. Pathway Hidrokel ......................................................................... 7
I. Asuhan Keperawatan Hidrokel .................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 19
B. Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus
testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.
Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke
dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka
tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi
hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim (Noviana dkk, 2011).
Epidemiologi Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000
kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering
adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi
PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates, 80%-
94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan bayi
aterm (Brunicardi et al, 2005).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum
mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang menderita hidrokel.
Maka dari itu, kami akan membahas mengenai hidrokel dalam makalah ini dan
berusaha mengurangi resiko lebih lanjut dari hidrokel dengan meningkatkan
asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Hidrokel?
2. Apa etiologi Hidrokel?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Hidrokel?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hidrokel?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Hidrokel?

1
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hidrokel?
7. Bagaimana komplikasi dari Hidrokel?
8. Bagaimana pathways Hidrokel?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Hidrokel?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari Hidrokel.
2. Untuk mengetahui apa etiologi Hidrokel.
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Hidrokel.
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari Hidrokel.
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Hidrokel.
6. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari Hidrokel.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Hidrokel.
8. Untuk mengetahui bagaimana pathways Hidrokel.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari Hidrokel.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan bagi dunia pendidikan khususnya
dunia pendidikan ilmu keperawatan dan sebagai sumber informasi dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2. Manfaat praktis
1) Bagi mahasiswa
Dapat menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa yang lain, dan
dapat menambah pertimbangan referensi.
2) Bagi insititusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di
dalamnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hidrokel
Hidrokel berasal dari dua kata yaitu hidro ( air ) dan cell (rongga / celah).
Dapat diartikan secara harafiah bahwa hidrokel adalah adanya penumpukan air
pada rongga khususnya pada tunika vaginalis (Sjamsul, 1997).
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus
testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.
Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia external,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke
dalam skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka
tersebut dan terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum membengkak
(Mantu, 1993).
Hidrokel merupakan penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan
di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya
(Noviana dkk, 2011).

B. Etiologi Hidrokel
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena (Noviana
dkk, 2011) :
1. Primer (Kelainan Bawaan)
a. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi
aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis ; atau
b. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
2. Sekunder : trauma epididimis, infeksi, dan tumor testis.

3
C. Patofisiologi Hidrokel
Saat perkembangan fetus, testis terletak di dalam ruang peritoneal. Saat
testis turun melewati inguinal canal dan menuju skrotum, dia diikuti oleh
ekstensi dari peritoneum yang seperti kantung yang dikenal sebagai prosesus
vaginalis. Setelah testis turun, prosesus vaginalis akan menutup pada bayi sehat
dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Dengan ini maka hubungan abdomen
dan skrotum akan terputus. Tanpa adanya hubungan ini organ abdomen atau
cairan peritoneal tidak akan bisa melalui skrotum atau inguinal canal. Apabila
prosesus vaginalis tidak tertutup, maka disebut sebagai patent processus
vaginalis (PPV). Apabila PPV berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh
cairan, dinamakan sebagai hidrokel (Mahayani, 2016).

D. Manifestasi Klinis Hidrokel


Hidrokel kongenital tergantung pada jumlah cairan yang tertimbun. Bila
timbunan cairan hanya sedikit, maka testis terlihat seakan-akan sedikit
membesar dan teraba lunak. Bila timbunan cairan banyak terlihat skrotum
membesar dan agak tegang. Tanda dan gejala hidrokel adalah :
1. Adanya benjolan/tonjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Tonjolan
bisa menghilang pada malam hari atau pada saat pasien terlentang.
2. Nyeri umumnya bukan sebuah tanda mencolok kecuali hidrokel terinfeksi
(Mahayani, 2016).

E. Pemeriksaan Diagnostik Hidrokel


1. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada
posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine.
Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan
kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia. Bila tonjolan tidak terlihat,
lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan intaabdominal.
Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien
meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan
tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan

4
bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
2. Pemeriksaan Transiluminasi
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam
tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Tes Transiluminasi merupakan
langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa
skrotum. Dilakukan di dalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan
pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan
testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan
merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel.
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena
abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor (Noviana dkk, 2011).

F. Penatalaksanaan Hidrokel
Banyak bayi baru lahir dengan hidrokel dapat sembuh dengan sendirinya
karena penutupan spontan dari PPV sesaat setelah lahir. Cairan pada hidrokel
biasanya terserap kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1 tahun. Oleh
karena fakta tersebut, observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada bayi.
Hidrokel harus diobati apabila tidak menghilang setelah berumur 2 tahun,
menyebabkan rasa tidak nyaman, bertambah besar atau secara jelas terlihat
pertambahan atau pengurangan volume, apabila tidak terlihat, dan terinfeksi.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan.
1. Aspirasi Cairan
Apabila dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan berulang
dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat
sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk
menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan
tertimbun kembali.

5
2. Hidrokelektomi
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1) Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.
2) Indikasi kosmetik.
3) Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena
seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat
operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi.
Pemulihan dari operasi hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk kontrol
rasa nyeri, pada bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6 jam dan
asetaminofen 15 mg/kgBB setiap 6 jam, hindari narkotik karena beresiko
apnea. Untuk anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein (1
mg/kgBB kodein) setiap 4-6 jam. Untuk 2 minggu setelah operasi, posisi
straddle harus dihindari untuk mencegah pergeseran dari testis yang mobile
keluar dari skrotum dan menyebabkan cryptorchidism sekunder. Pada anak
dalam masa berjalan, aktifitas harus dibatasi sebisa mungkin selama 1 bulan.
Pada anak dalam masa sekolah, aktivitas peregangan dan olahraga aktif
harus dibatasi selama 4-6 minggu. Oleh karena sebagian besar operasi
hernia dan hidrokel dilakukan dengan basis outpatient, pasien dapat kembali
bersekolah segera saat sudah terasa cukup nyaman (biasanya 1-3 hari setelah
operasi) (Mahayani, 2016)

G. Komplikasi Hidrokel
1. Kompresi pada peredaran darah testis.
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.
4. Sekunder Infeksi (Noviana dkk, 2011).

6
H. Pathway Hidrokel

Sekunder : trauma epididimis,


Primer (Kelainan Bawaan)
infeksi, tumor testis

Belum sempurnanya sistem Belum sempurnanya penutupan Terganggunya sistem


limfatik daerah skrotum prosesus vaginalis sekresi/reabsorpsi cairan
plasma & transudat

Gg. Keseimbangan produksi & Aliran cairan peritonium ke


reabsorpsi cairan limfatik prosesus vaginalis

Cairan menumpuk di lap.


Parietal & Viseral

Penumpukan cairan di tunika


vaginalis (di dalam skrotum)

Hidrokel

8
Adanya benjolan pada skrotum

Pre Op Post Op

Hospitalisasi Benjolan Px merasa tidak Kurangnya Penatalaksanaan pembedahan


membesar percaya diri informasi
tentang penyakit
Px & keluarga Adanya luka
cemas dengan Mendesak Gg. Citra insisi
kondisinya saluran urin Tubuh Px & keluarga
bertanya-tanya
tentang penyakit ↑ pajanan
Ansietas Gg. Eliminasi patogen
Urin
Defisit
Pengetahuan Resiko Infeksi
Perasaan tidak nyaman
pada saat pindah posisi
Kerusakan Merangsang area
Integritas Kulit sensorik
Gg. Rasa Nyaman :
Nyeri
Nyeri Akut

9
I. Asuhan Keperawatan Hidrokel
1. Pengkajian
1) Identitas klien meliputi :
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Alamat, dll
2) Anamnese
Anamnese berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan
apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat
maupun pada keadaan emosional (menangis, ketakutan).
3) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat,
lembut dan tidak nyeri tekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia
melalui beberapa cara :
a. Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi
hidrokel berwarna merah terang, dan hernia berwarna gelap.
b. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di
scrotum, dan hernia di lipatan paha.
c. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada
hernia terdapat suara bising usus.
d. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia
terasa kenyal.
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
f. Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada
hernia tidak.
4) Kaji sistem perkemihan.
5) Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase.
6) Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari
bawah ; bila sinar merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan
(bila warnanya redup).

10
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pre operasi
1. Ansietas pada anak b.d hospitalisasi.
2. Gangguan citra tubuh b.d pembesaran skrotum.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d pembengkakan skrotum.
4. Gangguan eliminasi urin b.d disfungsi organ yang mengalami
penekanan oleh hidrokel.
5. Defisit pengetahuan b.d kurang adekuatnya informasi.
b) Post operasi
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan.
3. Resiko infeksi b.d insisi post op.

3. Intervensi Keperawatan
Pre operasi

Diagnosa Tujuan & Kriteria Rasional


No. Intervensi
keperawatan Hasil
1. Ansietas pada anak Tujuan : 1. Lakukan pendekatan 1. Menumbuhkan
b.d hospitalisasi. - Setelah dilakukan dan bina hubungan rasa saling percaya
tindakan keperawatan saling percaya. antara perawat dan
selama 3x24 jam 2. Kaji ansietas : ringan, klien.
masalah berkurang. sedang, berat, panik. 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil : 3. Berikan kenyamanan sejauh mana
1. Klien tampak dan ketentraman hati. tingkat kecemasan
tenang, cemas 4. Modifikasi ruang pasien sehingga
hilang, rasa nyaman perawatan/lingkungan memudahkan
terpenuhi setelah 5. Libatkan orang tua pemeberian
tindakan dalam perawatan anak. intervensis
keperawatan. selanjutnya.

11
3. Agar pasien tidak
terlalu memikirkan
kondisinya.
4. Memberikan
kenyaman pasien.
5. Orang tua adalah
orang terdekat
pasien sehingga
pasien bisa
menerima keadaan
dan merasa tenang.

2. Gangguan citra Tujuan : 1. Lakukan pendekatan 1. Menumbuhkan


tubuh b.d - Setelah dilakukan dan bina hubungan rasa saling percaya
pembesaran tindakan keperawatan saling percaya. antara perawat dan
skrotum. selama 3x24 jam 2. Ajarkan pada anak pasien.
diharapkan citra tubuh untuk 2. Anak perlu untuk
pasien positif. mengekspresikan mengenali
Kriteria hasil : perasaannya tentang perasaan sebelum
1. Penyesuaian pembesaran skrotum. mereka dapat
terhadap perubahan 3. Libakan anak dalam menerima keadaan
fisik yang perawatan dirinya. dengan efektif.
dialaminya. 4. Libatkan orang tua 3. Anak akan lebih
untuk berpartisipasi menerima keadaan
dalam perawatan. dirinya dan
meningkatkan
harga dirinya.
4. Orang tua adalah
orang terdekat
pasien sehingga
pasien bisa

12
menerima keadaan
dan merasa tenang.
3. Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji skala, 1. Mengidentifikasi
nyaman (nyeri) b.d - Setelah dilakukan karakteristik dan nyeri akibat
pembengkakan tindakan keperawatan lokasi nyeri yang gangguan lain.
skrotum. selama 3x24 jam dialami klien sesuai 2. Dapat
diharapkan nyeri dengan PQRST. mendeskripsikan
pasien 2. Catat petunjuk tingkat nyeri yang
berkurang/teratasi. nonverbal seperti dirasakan.
Kriteria hasil : gelisah, menolak 3. Mengurangi
1. Klien dapat untuk bergerak, sensasi nyeri.
mengontrol gejala. berhati-hati saat 4. Menjadi acuan
2. Klien mendapatkan beraktivitas dan dalam
kenyamanan. meringis. perrkembangan
3. Klien dapat 3. Ajarkan pasien untuk terapi yang sudah
menggunakan posisi memulai posisi yang diberikan.
yang nyaman. nyaman atau tekhnik
4. Skala nyeri 0-3 relaksasi misalnya
duduk dengan kaki
agak dibuka dan nafas
dalam.
4. Observasi dan catat
pembesaran skrotum (
bila perlu ukur tiap
hari), cek adanya
keluhan nyeri.
4. Gangguan Tujuan : 1. Memasang kateter bila 1. Membantu
eliminasi urin b.d - Setelah dilakukan ada indikasi. merangsang
disfungsi organ tindakan keperawatan 2. Kaji pola berkemih keinginan untuk
yang mengalami selama 2x24 jam pasien, seperti aliran buang air kecil.
penekanan oleh diharapkan gangguan urine, catat ukuran,
hidrokel. dan kekuatan.

13
eliminasi urin pasien 3. Monitor dan catat 2. Mengidentifikasi
teratasi. waktu serta fungsi kandung
Kriteria hasil : banyaknya urine. kemih.
1. Pasien mengatakan 4. Kolaborasi obat 3. Mengetahui
dapat buang air kecil sesuai program terapi. normalitas
dengan bantuan 5. Kolaborasi tindakan berkemih klien.
kateter. pembedahan. 4. Membantu klien
untuk
mengeluarkan
urin.
5. Operasi adalah
tindakan satu-
satunya yang
dapat
menyembuhkan
kelainan pada
anak.
5. Defisit pengetahuan Tujuan : 1. Jelaskan kepada anak 1. Informasi yang
b.d kurang - Setelah dilakukan dan orang tua adekuat akan
adekuatnya tindakan keperawatan mengenai penyakit memberikan
informasi. selama 2x24 jam yang diderita oleh pengetahuan untuk
diharapkan anak. anak dan orang tua
pengetahuan pasien 2. Jelaskan tentang tentang keadaan
dan keluarga tujuan tiap tindakan penyakit sebagai
meningkat. perawatan yang akan sesuatu yang dapat
Kriteria hasil : dilakukan. ditangani.
1. Pengetahuan anak 3. Anjurkan klien untuk 2. Memberikan
dan orang tua mempersiapkan fisik gambaran kepada
meningkat. dan mentalnya anak atau orang tua
sebelum dilakukan tentang perawatan
operasi. atau terapi,
sehingga keluarga

14
4. Anjurkan orang tua dapat membuat
untuk mengontrolkan pilihan berdasarkan
anaknya setelah informasi.
operasi dilakukan. 3. Persiapan fisik
maupun mental
sangat diperlukan
untuk kelancaran
tindakan operasi.
4. Mengetahui
perkembangan
selanjutnya dan
memberikan tindak
lanjut untuk
perawatannya.

Post operasi

Diagnosa Rasional
No. Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Berguna dalam
terputusnya - Setelah dilakukan catat lokasi, pengawasan
kontinuitas jaringan tindakan keperawatan karakteristik dan keefektifan obat,
akibat tindakan 3x24 jam diharapkan beratnya (0 - 10). kemajuan
pembedahan. nyeri berkurang bahkan 2. Observasi TTV, penyembuhan
hilang. perhatikan petunjuk pada karakteristik
Kriteria hasil : nonverbal. nyeri
1. Skala nyeri 0-3 dan 3. Berikan lingkungan menunjukkan
pasien tidak menangis yang tenang dan terjadi abses,
serta gelisah. kurangi rangsangan memerlukan
2. Pasien tidak mengeluh stres. upaya evaluasi
nyeri. 4. Ajarkan teknik medik dan
relaksasi distraksi intervensi.

15
nafas dalam bila rasa 2. Dapat membantu
nyeri datang. mengevaluasi
5. Kolaborasi dengan pernyataan verbal
pemberian analgetik dan keefektifan
sesuai indikasi. intervensi
3. Meningkatkan
istirahat.
4. Teknik nafas
dalam
menurunkan
ketegangan otot
yang
menghentikan
siklus nyeri
5. Menghilangkan
nyeri.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Monitor karakteristik 1. Memonitor
integritas kulit b.d - Setelah dilakukan luka, meliputi warna, karakteristik luka
luka pembedahan. tindakan keperawatan ukuran, bau dan dapat membantu
5x24 jam diharapkan pengeluaran pada perawat dalam
kerusakan integritas luka. menentukan
jaringan tidak 2. Pantau perkembangan perawatan luka
mengalami kerusakan kerusakan kulit klien dan penangan
lebih jauh. setiap hari. yang sesuai untuk
Kriteria hasil : 3. Pertahankan teknik pasien.
1. Perfusi jaringan steril dalam perawatan 2. Mengevaluasi
normal. luka pasien status kerusakan
2. Tidak ada perluasan 4. Anjurkan pasien kulit sehingga
tepi luka. menggunakan pakaian dapat
3. Ketebalan dan tekstur yang longgar terutama memberikan
jaringan normal. celana. intervensi yang
tepat.

16
4. Tidak ada eritema di 5. Berikan salep atau 3. Perawatan luka
daerah sekitar luka. pelumas. dengan tetap
menjaga
kesterilan dapat
menghindarkan
pasien dari infeksi
4. Mencegah iritasi
yang lebih parah.
5. Mencegah
kerusakan kulit.
3. Resiko infeksi b.d Tujuan : 1. Pantau TTV. 1. Dugaan adanya
insisi post op. - Setelah dilakukan 2. Cuci tangan sebelum infeksi.
tindakan keperawatan dan sesudah 2. Mengurangi
2x24 jam diharapkan melakukan aktivitas kontaminasi
infeksi tidak terjadi. walaupun silang.
Kriteria hasil : menggunakan sarung 3. Memberikan
2. Berkurangnya tanda- tangan steril. deteksi dini
tanda peradangan 3. Observasi keadaan terjadinya proses
seperti kemeraha- luka dan insisi. infeksi.
merahan, gatal, panas, 4. Batasi penggunaan 4. Mengurangi
perubahan fungsi. alat atau prosedur jumlah lokasi
invasive jika yang dapat
memungkinkan. menjadi tempat
5. Gunakan teknik steril masuk organisme.
pada waktu 5. Mencegah
penggatian masuknya
balutan/penghisapan/ bakteri,
berikan lokasi mengurangi
perawatan, misalnya risiko infeksi
Jalur invasive. nosokomial.
6. Gunakan sarung 6. Mencegah
tangan/pakaian pada penyebaran

17
waktu merawat luka infeksi/
yang kontaminsi
terbuka/antisipasi dari silang.
kontak langsung
dengan sekresi
ataupun ekskresi.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus
testis, yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis.
Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke
dalam skrotum. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami
trauma dan hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke
testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya hidrokel harus dibekali dengan pengetahuan yang luas
dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi FC et al. 2005. Schwartz’s Principles of Surgery. 8th edition. United


States America : McGraw Hill. 826-42.

Mahayani, Ida Ayu Wayan, Made Darmajaya. 2016. Hernia Inguinal dan Hidrokel
pada Anak-Anak. Diakses dari : http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2016/10/1.-Modul-hernia-inguinalis.pdf pada tanggal 18
Oktober 2017.

Mantu. 1993. Hidrokel. Bedah Anak. Jakarta : EGC.

Noviana, Anna, dkk. 2011. Referat Ilmu Bedah Hidrokel. Diakses dari :
https://documents.tips/documents/76836288-referat-hidrokel-jadipdf.html
pada tanggal 18 Oktober 2017.

Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Yogyakarta :
Mediaction.
Sjamsul. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta : EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai