Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A.)LATAR BELAKANG

Kesehatan matra merupakan suatu kesehatan yang pelayanannya ditujukkan


secara khusus pada kelompok yang mengalami perpindahan sementara dan
mengalami ancaman kesehatan yang ada dalam ruang lingkup tempat tinggalnya.
Pada dasenya istilah matra memiliki makna yang sangat konstruktif serta dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok. Ancaman lingkungan
yang ada bisa berasal dari darat, laut, serta udara.

Kondisi yang ada pada kesehatan matra dapat berubah karena dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat direncanakan ataupun tidak
direncakanakan. Sehingga dari perubahannya selalu menimbulkan daya dan upaya
untuk mengatasinya. Pada dasarnya kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
matra mampu dijalankan serta dilaksankana pada lapangan tertentu dengan berbagi
kelompok tertentu. Misalnya pada kelompok rimbingan haji, transmigrasi,
kelompok kemah, pelayanan kesehatan pulang kampung, adanya festival
keagamaan serta budaya setempat, dan masih banyak lagi. Selain itu ada bebrapa
penyelenggaraan matra yang berhubungan dengan kelautan. Tentu saja pelaksanaak
pelayanan kesehatan terssebut berhubungan dengan kelautan. Misalnya saja saat
melakukan penyelaman, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah dan masih banyak
lagi. Sedangkan matra udara merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan
karena adanya kegiatan penerbangan serta kegiatan kedirgantaraan lainnya,
sehingga dalam kondisi apapun serta dimanapun pelayanan kesehatan selalu ada.

Hal tersebut dengan jelas tercantum dalam salah satu pasal dalam UU
Kesehatan No.36 Tahun 2009, yaitu: “kesehatan matra” dalam ketentuan ini adalah
kondisi dengan lingkungan berubah secara bermakna yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Sementara itu, Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan,
kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.

B.) RUMUSAN MASALAH

1.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di darat
2.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di udara
3.) Mengetahui tindakan apa saja yang akan kita lakukan jika terjadi masalah
yang berhubungan dengan kesehatan di air/laut

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Matra
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013
Tentang Kesehatan Matra. Matra adalah dimensi lingkungan/wahana/media
tempat seseorang atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta
melaksanakan kegiatan. Kondisi Matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada
matra yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan
pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut.
Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik
di lingkungan darat, laut, maupun udara. Kesehatan Lapangan adalah kesehatan
matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat
temporer pada lingkungan yang berubah. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air
adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut
dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik).
Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan rendah (hipobarik).

Pasal 2
Pengaturan Kesehatan Matra dimaksudkan untuk mewujudkan upaya
kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan terkoordinasi
guna menurunkan potensi Risiko Kesehatan, meningkatkan kemampuan adaptasi,
dan mengendalikan Risiko Kesehatan.
(Upaya kesehatan pada Kondisi Matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat dalam
menghadapi Kondisi Matra agar tetap sehat dan mandiri.

B. JENIS KESEHATAN MATRA


Pasal 3
1. Jenis Kesehatan Matra meliputi:
a. Kesehatan Lapangan;
b. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air; dan
c. Kesehatan Kedirgantaraan.

2
2. Kesehatan Lapangan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri atas:
a. kesehatan perpindahan penduduk;
b. kesehatan migran;
c. kesehatan haji dan umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik;
i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.

3. Kesehatan Kelautan dan Bawah Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.

4. Kesehatan Kedirgantaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


terdiri atas:
a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan
b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.

1. KESEHATAN DARAT
Keperawatan Matra Darat (Keperawatan dalam konteks Kesehatan
lapangan) Keperawatan matra darat atau lebih lazim disebut dengan
keperawatan dalam konteks Kesehatan lapangan, mempunyai arah tujuan
pelayanan keperawatan dengan fokus pelayanan dalam konteks peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan
(kuratif), serta pemulihan (rehabilitatif), sesuai dengan wewenang.
Disamping itu dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
dalam lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna, Keperawatan
matra darat juga mempunyai peran untuk memberian pertolongan pertama
kegawat daruratan, terutama pada situasi pre hospital trauma/non trauma
critical care. Perawat dalam memberikan bantuan hidup di tempat darurat
tetap mempertahankan standar tindakan seperti yang tertuang dalam
prinsip-prinsip Basic trauma/ non trauma life support, dengan menggunakan
sarana prasarana yang ada di lapangan, bahkan bila memungkinkan
melaksanakan improvisasikesehatan di lapangan.

3
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor : 1215/Menkes/ SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra
menteri kesehatan Republik Indonesia, ranah keperawatan matra darat/
kesehatan lapangan juga berorientasi kepada ranah kesehatan matra yang
meliputi :

a.) Kesehatan Haji


1) Sasaran : CJH, petugas Kesehatan dan non kesehatan
2) Kegiatan :
a) Membantu tim medis dalam pemeriksaan kesehatan awal dan akhir
b) Melaksanakan Promosi kesehatan
c) Memfasilitasi dalam upaya Peningkatan Kesehatan fisik dan mental
d) Melaksanakan Imunisasi sesuai advis medis
e) Membantu dalam pelaksanaan Surveilen Epidemiologi Penyakit
f) Melaksanakan Higiene dan Sanitasi
g) Memberikan Pelayanan Keperawatan
h) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
i) Identifikasi dan Administrasi jenazah
j) Pelayanan Safari wukuf
k) Berperan aktif dalam Penanggulangan KLB
l) Membantu dalam Perbekalan Kesehatan
m) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan.

b.) Kesehatan transmigrasi


1) Sasaran : Calon transmigran dan petugas pendamping
2) Kegiatan :
a) Membantu tim medis dalam Pemeriksaan Kesehatan
b) Melaksanakan Promosi Kesehatan
c) Membantu petugas Kesmas dalam Surveilen Epidemiologi
Penyakit
d) Melaksanakan Imunisasi sesuai advis medis
e) Memberikan Pelayanan keperawatan
f) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
g) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan
h) Aktif dalam Pencegahan penyakit potensial KLB
i) Pelaksanaan Higiene dan sanitasi Lapangan
j) Melaksanakan Penyemprotan/fogging rumah

4
c.) Kesehatan dalam penanggulangan korban bencana
1) Sasaran : Korban, masyarakat, petugas rawan bencana)
2) Kegiatan :
a) Melaksanakan triage pada korban bencana
b) Memberikan Bantuan Hidup dasar (BHD) dan pertolongan
pertama kegawat daruratan kepada Korban
c) Pelayanan kesehatan dasar pada pengungsi
d) Melaksanakan Hygiene sanitasi lapangan
e) Aktif dalam Pencegahan dan pemberantasan penyakit KLB
f) Pengendalian vektor
g) Promosi kesehatan
h) Membantu dalam Pembekalan kesehatan
i) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
j) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan

d.) Kesehatan di bumi perkemahan


1) Sasaran : Peserta dan petugas pendamping
2) Kegiatan :
a) embantu tim medis dalam Pemeriksaan kesehatan
b) Memberikan Bantuan Hidup dasar (BHD) dan pertolongan
pertama kegawat daruratan bila terjadi Korban
c) Melaksanakan Promosi kesehatan
d) Melaksanakan Higiene dan sanitasi lingkungan
e) Membantu dalam Surveilen Epidemiologi penyakit
f) Memberikan Pelayanan keperawatan
g) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
h) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan

e.) Kesehatan dalam penanggulangan gangguan keamanan ketertiban


masyarakat
1) Sasaran : Masyarakat yang terkena gangguan kamtibmas
2) Kegiatan :
a) Memberikan Bantuan Hidup dasar (BHD) dan pertolongan
pertama kegawat daruratan kepada Korban
b) Memberikan Pelatihan P3K kepada masyarakat
c) Melaksanakan Promosi kesehatan
d) Membantu tim gizi dalam Penanganan gizi masyarakat
e) Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai dengan advis medis
f) Membantu dalam Penyiapan logistik kesehatan
g) Identifikasi korban dan akibat/sebab

5
h) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan
f.) Kesehatan lintas alam
1) Sasaran : Peserta lintas alam
2) Kegiatan :
a) Membantu tim medis dalam Pemeriksaan Kesehatan
b) Melaksanakan Promosi kesehatan
c) Pemasangan WBGT (manual maupun digital)
d) Melaksanakan pencegahan cedera panas(Heat cramps, heat
exhaustion, heat stroke)
e) Memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan latihan
f) Membantu dalam latihan aklimatisasi medan
g) Memberikan Pelayanan keperawatan
h) Melaksanakan Evaluasi dan rujukan sesuai dengan advis medis

g.) Kesehatan bawah tanah


1) Sasaran : Tenaga kerja, petugas pertambangan bawah tanah
2) Kegiatan :
a) Membantu tim medis dalam Pemeriksaan kesehatan
b) Memberikan Bantuan Hidup dasar (BHD) dan pertolongan
pertama kegawat daruratan kepada Korban
c) Melaksanakan promosi kesehatan
d) Pelatihan P3K
e) Melaksanakan kegiatan Higiene dan sanitasi lapangan
f) Mambantu penyiapan logistik kesehatan
g) Pelayanan kesehatan keperawatan
h) Melaksanakan Evaluasi dan rujukan sesuai dengan advis medis

h.) Kesehatan dalam situasi khusus


1) Sasaran : Masyarakat yang terpajan dan petugas
2) Kegiatan :
a) Melaksanakan Promosi kesehatan
b) Penyediaan sarana sanitasi dasar
c) Membantu dalam Surveilen Epidemiologi
d) Memberikan Pelayanan keperawatan
e) Melaksanakan Evaluasi dan rujukan sesuai dengan advis medis
f) Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan

i.) Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat.


1) Sasaran : anggota militer, petugas kesehatan dan masyarakat
2) Kegiatan :
a) Membantu tim medis dalam Pemeriksaan kesehatan

6
b) Penanganan kasus kegawat daruratan dan bantuan hidup dasar
pada korban
c) Melaksanakan pioner dan improvisasi kesehatan lapangan
d) Memberikan Pelayanan keperawatan
e) Melaksanakan Promosi kesehatan
f) Pelayanan Hygiene dan sanitasi lapangan
g) Membantu dalam upaya tim kesehatan lain dalam pemulihan
gizi dan kesehatan
h) Melaksanakan Evaluasi dan rujukan sesuai dengan advis medis
i) Membantu dalam penyiapan Logistik kesehatan

2. KESEHATAN UDARA

A. Kesehatan kedirgantaraan sebagaimana dimaksud di atas meliputi :

1. Kesehatan penerbangan di dirgantara

2. Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di dirgantara.

B. Penyakit akibat matra kedirgantaraan beserta stressor

Stressor matra kedirgantaraan antara lain dengan adanya faktor


geofisika, geografi, biologi, sosial, mekanik dan fisika.

Gangguan atau penyakit yang dapat timbul antara lain :

1. Gaya akselerasi

Yaitu perubahan dari kecepatan yang besar dan arah yang


besar. Dampak dari gaya akselerasi :

a. Pandangan kabur menyempit (Gray out)

b. Pandangan gelap (Black out)

c. Kongesti retina (Red out)

d. Syok, tidak sadar, kejang dan aritmia

e. Gangguan pernapasan, nyeri, pembuluh darah robek

f. Kesulitan gerak, keterampilan menurun

7
2. Penyakit dekompresi

Yaitu gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau
pengembangan gas dalam rongga tubuh,pada waktu tekanan udara
luar menurun. Dapat dicegah dengan :

a. Mempertahankan berat badan ideal

b. Tingkat kesamaptaan jasmani yang tinggi

c. Denitrogenasi.

Pengobatan dekompresi dengan cara :

a. Masker O2 100%

b. Segera mendarat

c. Posisi terlentang

d. Tindakan medis yang sesuai gejala.

3. Hipoksia di penerbangan

Yaitu suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari
tidak adekuatnya oksigenisasi jaringan yang merupakan kelanjutan
dari menurunnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihisap
pada pernapasan. Dapat menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan
kematian sel otak. Kumpulan gejala yang biasa dijumpai antara lain :

a. Perasaan aneh atau pusing


b. Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi, suram,
kabur dan berkurangnya penglihatan malam)
c. Respons yg berkurang pada komunikasi verbal
d. Pelupa dan bertindak masa bodoh
e. Kesulitan mengontrol parasut
f. Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan)
g. Hilang kesadaran (hipoksia berat).

8
4. Bising atau fibrasi

Yaitu suara yang tidak nyaman, tidak dikehendaki dan dapat


merusak fungsi pendengaran. Dapat dilakukan pencegahan dengan :

a. Menggunakan alat pelindung telinga

1) Ear plug

2) Ear muff

3) Helmet

b. Ruangan kedap suara

c. Ceramah dan pamflet

5. Ritme sirkardian atau jet lag

Yaitu stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah


waktu (time zone) dengan menggunakan pesawat udara. Gejala yang
dapat timbul bervariasi tergantung individu, antara lain :

a. Gangguan pola tidur

b. Konsentrasi terganggu

c. Pola pikir berubah

d. Motivasi dan kinerja berkurang

e. Lelah, letih, lesu, lemah dan dehidrasi

Jet lag yang bersifat normal, berlangsung sementara dan dapat


cepat pulih dalam waktu singkat. Jet lag dapat mengenai setiap
penumpang pada penerbangan jarak jauh (long haul flight), 94%
penumpang mengalaminya dan 45% dengan kategori jet lag berat.
Upaya meringankan jet lag diantaranya :

a. Diet anti jet lag

b. Pengaturan tugas terbang

c. Waktu istirahat

9
d. Waktu tidur

e. Obat-obat untuk mengurangi pengaruh jet lag.

6. Motion sickness

Dalam dunia kedokteran, mabuk selama perjalanan disebut Motion


Sickness. Yaitu suatu kumpulan gejala yang terdiri dari :

a. Lemas

b. Pucat

c. Keringat dingin

d. Menguap

e. Sakit kepala

f. Daya pikir menurun

g. Mual dan muntah

Kalau mengacu dari istilahnya dalam bahasa Inggris, (Motion =


gerakan), maka mabuk jalan ini adalah suatu sickness (penyakit,
gangguan) yang disebabkan oleh adanya gerakan. Penyakit ini
merupakan gangguan yang terjadi pada telinga bagian dalam (labirin)
yang mengatur keseimbangan, dan disebabkan karena gerakan yang
berulang, seperti gerak ombak di laut, pergerakan mobil, perubahan
turbulensi udara di pesawat, dll.

Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa.


Tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi motion sickness adalah

a. Latihan

1) Adaptasi, tingkatkan jam terbang

2) Motivasi terbang diciptakan

b. Penyesuaian ringan

1) Makan sedikit

10
2) Usahakan suhu udara dalam kokpit tetap dingin

3) Melihat kedalam atau keluar kokpit

4) Terbang lurus dan bertingkat

c. Obat Anti Mabuk

1) Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomimetik

2) Transderm Scopolamine 0,5 mg (Koyo pada post auricular


patch)

d. Teknik Relaksasi

1) Pengendalian pernapasan

7. Disorientasi

Yaitu berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-


manusia- media) seseorang untuk menentukan posisinya terhadap
permukaan bumi, atau dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
Tindakan yang dapat dilakukan apabila disorientasi terjadi adalah :

a. Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut


terjadi
b. Mata merupakan satu-satunya alat orientasi yang dapat
dipercaya
c. Latih keterampilan terbang instrumen.

8. Night flight

Yaitu kemampuan mata penerbang saat malam untuk :

a. Visual acuity : dapat menemukan sasaran

b. Color vision : dapat mengidentifikasi signal flares

c. Deep perception : mampu mendarat dan tinggal landas


dengan aman

d. Night vision : berguna maksimal pada operasi malam

11
Berikut ini adalah ciri khas penglihatan malam :

a. Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya tampak bayangan


hitam atau siluet
b. Susah membedakan warna
c. Pusat penglihatan tidak pada fokus (sentral), melainkan
terkonsentrasi pada bagian perifer ±20° dari sentral (tidak
memandang langsung)
d. Dengan kekuatan cahaya yang sama dan diturunkan perlahan-
lahan maka warna yang menghilang lebih dahulu adalah merah,
oranye, kuning, hijau, biru kemudian violet

3. KESEHATAN LAUT
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan
air,dengaan atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik
fisik maupun biologi. Secara anatomi tubuh manusia terdiri dari 3 unsur
yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang,
otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan tekanan, sedangkan yang
berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga seperti
telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi
perubahan tekanan.
Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman
 Penyuluhan kesehatan penyelam
 Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang
bersangkutan menyelam
 Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.
 Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive
master).

A.) PENGERTIAN HIPERBARIK


Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam
sebuah chamber atau ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1
atmosfer. Pasien berada di dalam chamber selama beberapa jam untuk
menghirup oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk menghirup
oksigen.
Awalnya terapi hiperbarik ini hanya dilakukan oleh penyelam dan
digunakan oleh angkatan laut. Saat ini terapi hiperbarik sudah dilakukan
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit lain, seperti luka bakar,

12
kanker, diabetes, tetanus, stroke, dan lain-lain. Terapi hiperbarik juga
digunakan untuk kebugaran, kecantikan dan keperkasaan.

B.) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT


RISIKO PENYELAMAN
1. Faktor Peselam (SDM)
· Kondisi Fisik
Jika terjadi cedera pada tubuh yang mengakibatkan sulit dalam
menyelam trutama cedera pada bagian kaki akan menggagu proses
menyelam
· Kondisi Mental
Mental sangat berpengaruh pada saat menyelam. Jika mental
seseorang terganggu akibat stres yang di alaminya,maka dia akan
bertindak gegabah dalam melakukan penyelaman.
2. Faktor Peralatan
· Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan
snorkeling
· Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat
· Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman,
jam selam, pisau selam, tas kemas
3. Faktor Lingkungan
· Tekanan tinggi
· Binatang laut berbahaya
· Suhu rendah

C.) PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


PENYELAMAN
Resustasi adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi
vital tubuh manusia guna menyelamatkan jiwa korban. Ada dua
macam resusitasi :
1. Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan
pernapasan buatan untuk mengembalikan fungsi pernapasan)
2. Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).

Korban kecelakaan penyelaman sering ditemukan dalam


keadaan tidak sadar, disertai dengan berhentinya pernapasan dan
denyut jantung, untuk itu diperlukan pernapasan buatan bersama-sama
pemijatan jantung. Untuk memudahkan resusitasi paru sering
digunakan alat resusitasi (misal AMBU Type Resuscitation) yang dapat

13
digerakkan secara mekanis (dengan pompa karet) atau dihubungkan
dengan tangki oksigen.

1) Resusitasi Paru

a.) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat


Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :

 Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing


dari mulut/hidung.
 Tengadahkan kepala untuk membuka saluran nafas dengan :
Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong
kening ke arah bahu.
 Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung
korban, sambil mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).
 Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya,
tempelkan mulut Anda ke mulut korban (mouth to mouth),
tiupkan udara ke paru-paru korban.
 Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada
naik turun terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
 Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
 Ulangi dengan teknik yang benar.
 Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh
penderita, tepuk kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar
sumbatan jalan nafas dapat terbuka.

b.) Teknik pernafasan buatan dipermukaan air

Pada prinsipnya cara pemberian nafas buatan di permukaan air


adalah sama dengan di darat, untuk memudahkan kembangkanlah
pelampung korban dan pelampung Anda. Bila jarak dengan
daratan/kapal cukup dekat, pernafasan buatan dapat diberikan sambil
berenang ke darat/kapal. Jika jaraknya cukup jauh tetaplah di tempat
anda, berikan nafas buatan sambil menunggu pertolongan.

 Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut di air (di tempat).


1) Tiup pelampung korban dan pelampung penolong.
2) Buka masker korban dan penolong masukkan ke lengan
penolong.

14
3) Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak perlu.
4) Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih
hidup) kirimkan isyarat minta tolong dengan gerakan tangan,
meniup peluit, menyalakan lampu pelampung dan lain-lain.
5) Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak
mampu menunggu pertolongan atau berenang membawa
korban ke kapal/ke pantai sambil memberikan nafas buatan
lepas dan buang scuba korban dan atau scuba penolong.
6) Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu
pertolongan, atau sambil berenang ke pantai.
 Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang
ke kapal atau ke pantai.
 Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus
dilepas, masukkan lengan kanan penolong ke ketiak kiri korban,
pegang pelampung korban dibagian belakang leher sambil
menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di atas
permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara
tengkuk dan pelampung korban).
 Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara
cepat dua kali, lepas tangan kiri.
 Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil
membawa korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung
dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian berhenti sejenak sambil
memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.

c.) Gangguan peredaran darah ( Shock)


Merupakan reaksi tubuh ditandai oleh melambatnya atau
terhentinya peredaran darah, yang mengakibatkan penurunan
persediaan darah pada organ – organ vital / penting.

1) Tanda-tanda shock :

a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.

15
2) Jika berat didapatkan :

a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali
per
menit.
e) Kesadaran penderita menurun.

3) Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa


menit.

Tindakan :
 Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
 Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah
dari bagian tubuh lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan
atau pendarahan di kepala.
 Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban
dilepaskan dan ditutup dengan selimut.
 Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap
hangat.
 Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
 Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan
bila ada patah tulang pasang bidai.

4) Menghentikan perdarahan
Dimana pecah atau terputusnya pembuluh darah arteri akan
mengakibatkan perdarahan yang lebih hebat dari pada putusnya
pembuluh darah vena.
a) Cara menghentikan perdarahan :
Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah
yang terletak di sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga
perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam
fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian
bawah (distal) luka.

16
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan
disebelah distal luka.

5) tenggelam

Bila korban tenggelam tindakan pertama adalah membawa


korban ke tempat yang aman (dapat dilakukan dalam air jika jarak ke
kapal/darat jauh) dan periksa pernapasan. Bila tidak bernapas lakukan
bantuan napas mulut ke mulut. Berikan awalan dua hembusan
kemudian satu hembusan tiap lima detik. Panggil orang lain untuk
menolong/ memanggil ambulan. Setelah memberikan bantuan napas,
periksa denyut nadi. Bila tidak terdapat denyut nadi maka harus
dilakukan kompresi jantung dari luar. Kompresi jantung dari luar
harus dilakukan harus dilakukan oleh orang ahli/mengetahui cara.
Seorang penyelam diharuskan mengetahui hal ini. Kompresi jantung
dikombinasikan dengan pemberian napas mulut ke mulut.

17
BAB III
PENUTUP
A.) Kesimpulan
Dari pemaparan materi dapat di simpulkan Kesehatan Matra yaitu
upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna, baik di
lingkungan darat, laut, maupun udara. Kesehatan darat (lapangan) adalah
kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat
yang bersifat temporer pada lingkungan yang berubah. Kesehatan Kelautan
dan Bawah Air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan
atau kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan lingkungan yang
bertekanan tinggi (hiperbarik). Kesehatan udara(kedirgantaraan)adalah
kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan
ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah
(hipobarik).

B.) SARAN

Sehingga dari perubahannya selalu menimbulkan daya dan upaya untuk


mengatasinya. Pada dasarnya kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas matra
mampu dijalankan serta dilaksankana pada lapangan tertentu dengan berbagi
kelompok tertentu. Jadi kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa siap dalam keadaan
apapun untuk menolong pasien yang mengalami kecelakaan di darat, laut, maupun
udara. Dan semua masyarakat harus dapat menjaga kesehatan dan memiliki dasar-
dasar pertolongan pertama.

18

Anda mungkin juga menyukai