Anda di halaman 1dari 5

7 Golongan yang mendapat naungan pada Hari Kiamat

Alam semesta ini bersifat qodim dan hadis yang bermakna bahwa alam ini berawal
dan akan berakhir. Sampai pada masanya nanti berakhirlah semua yang ada di alam semesta
ini. Kalau sekarang ini, banyak orang yang mengeluh akan panas terik matahari. Kemana
kita berlindung ??
Kita masih bisa berlindung di Masjid, dibawah pohon yg rimbun, gedung, toko,
rumah, dan masih banyak lagi tempat berlindung dari panas terik matahari. Tetapi yang perlu
diingat itu semua tidak akan kekal abadi. Sampai masanya nanti semua akan hancur dan
tidak ada lagi tempat untuk berlindung di dunia ini.
Ada banyak ayat yang menceritakan mengenai kejadian di hari kiamat. Salah satu
ayat Al Qur’an bercerita dalam surat Al Infitar ayat 1:
ْ َ َْ َّ ‫إ َذا‬
‫الس َم ُاء انفط َرت‬ ِ
(Apabila langit terbelah)
Sekarang ini jangankan langit terbelah, dunia mengalami global warming (pemansan
global) saja kita sudah merasakan hawa panas yang begitu luar biasa. Nah, Apa itu
pemanasan global ?
Pemanasan global itu diakibatkan karena lapisan ozon yang mengalami bocor sedikit.
Gara-gara apa terjadi pemanasan global? Bisa karena efek rumah kaca, pemakiaan AC
berlebihan, benda-benda kimia, polusi sampah, dan pembakaran atau pembalakan hutan.
Tetapi nanti kata Allah bukan hanya bocor, tetapi ‫ت‬ َ َ‫س َما ُء ا ْنف‬
ْ ‫ط َر‬ َّ ‫ِإ َذا ال‬ (Apabila
langit terbelah). Bisa kita bayangkan ketika langit terbelah, semua benda planet masuk ke
bumi dan tentunya akan hancurlah alam semesta ini. Itulah salah satu ayat Al Quran yang
menceritakan peristiwa terjadinya hari akhir.
Kalau lah semua sudah roboh dan runtuh , dimanakah kita akan bernaung?
Kemanakah kita akan berlindung? Tidak ada lagi tempat bernaung. Lalu bagaimana kita
akan mencari naungan/ lindungan? Maka salah satu riwayat hadist menyebutkan dalam
shohih bukhari dan muslim.

ُ‫ َس ْب َع ٌة ُيظ ُّل ُه ُم هللا‬: ‫ال‬


َ ‫هللا َع َل ْيه َو َس ىل َم َق‬
ُ ‫ب َص ىَّل‬ ِّ َّ َ ُ َْ ُ َ َ َََُْ ْ َ ْ َ
ِ ِ ‫ض هللا عنه عن الن‬ ‫عن أ ِ يب هريرة ر ِ ي‬
ُ ُّ َّ َّ َ َ ْ َ ‫ْ ِ ِّ ِ ي‬
‫ِ يف ِظل ِه يوم َل ِظل ِإَل ِظله‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam
naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya”:
ْ َْ
‫ا ِْل َم ُام ال َع ِاد ُل‬
(1) imam yang adil,

َ َ َ َ َ ٌّ َ َ
‫هللا‬
ِ ِ ‫وشاب نشأ ِب ِعب‬
‫ة‬ ‫اد‬
(2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh,

‫اج ِد‬ َ ‫َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه ُم َع ىل ٌق ف ْال َـم‬


‫س‬
ِ ‫ِي‬
(3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
َ َ ََ َ َ
‫هللا ِا ْجت َم َعا َعل ْي ِه َوتف َّرقا َعل ْي ِه‬ َّ َ َ َ ُ َ َ
ِ ‫ورجَل ِن تحابا ِ يف‬
(4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan
berpisah karena-Nya,

َ ‫اف‬
‫هللا‬ ُ ‫ إ ِّ ْب َأ َخ‬: ‫ال‬ ُ َ ٌ ََ ْ ُ ْ َ َ ٌ ُ َ َ
َ ‫ َف َق‬، ‫ات َم ْنصب َو َج َمال‬ ‫ورجل دعته امرأة ذ‬
‫ِ ي‬ ٍ ٍ ِ
(5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan
lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’

ُ ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ََّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ٌ ُ َ َ
‫ورجل تصدق ِبصدق ٍة فأخفاها حب َل تعلم ِشماله ما تن ِفق ي ِمينه‬
(6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga
tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta

َ ْ َ ََ َ َ َََ ٌ ُ ََ
‫هللا خ ِال ًيا ففاضت َع ْين ُاه‬ ‫ورجل ذكر‬
(7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air
matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)

Pertama yang akan mendapatkan naungan Allah adalah pemimpin yang adil.

Pemimpin ini bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan
baik, tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan
tidak beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan
Allah pada hari kiamat.
Kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah.

Kenapa disebut pemuda? Mengapa tidak disebut orang tua? Masa Muda adalah masa
darah gemuruh bergelora, masa muda adalah masa yang berbunga indah banyak ujian dan
cobaan, masa muda adalah masa masa lupa kepada Allah Swt, dan masa muda adalah masa
tak peduli pada agama. Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan
kebanyakan itu lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin
menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda yang jadi
harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

Jangan lupa, anak muda ini tidak tumbuh sendirian, dia dikawal oleh orang-orang di
sekelilingnya. Salah satu yang paling penting adalah keluarga dirumah. Siapa yang ada
dirumah? Ada bapaknya, dan ada ibunya. Dia tidak bisa tumbuh sendiri dan dalam proses
pertumbuhannya dia perlu bimbingan dan arahan. Itulah sepeti apa yang dikatakan oleh Nabi
Muhammad saw.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َ َ َ
َ ِّ ‫ول ُد َع ََّل ْال ِف ْط َرة َفأ َب َو ُاه ُي َه ِّو َد ِان ِه أ ْو ُي َن‬
‫ِّص ِان ِه أ ْو ُي َم ِّج َس ِان ِه‬
َ ُ َّ
‫ي‬ ‫َل‬ ‫إ‬
ُْ َ ْ َ
ِ ِ ٍ ‫ما ِمن مو‬
‫ود‬‫ل‬
Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. [HR. al-Bukhâri dan Muslim]

Hadits ini menunjukkan bahwa orang tua sangat menentukan shaleh-tidaknya anak.
Sebab pada asalnya setiap anak berada pada fitrah Islam dan imannya; sampai kemudian
datanglah pengaruh-pengaruh luar, termasuk benar-tidaknya orang tua mengelola mereka.

Maka dari itu orang tua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anak-anaknya.
Karena itu hendaknya setiap orang tua memperhatikan sepenuhnya perkembangan serta masa
depan anak-anaknya, masa depan yang bukan berorientasi pada sukses duniawi, tetapi yang
terpenting adalah sukses hingga akhiratnya.

Untuk itu, mari kita sebagai orang tua haruslah selalu mengerti apa yang dibutuhkan
anak dan apa yang tidak perlu kita berikan secara berlebihan kepada anak. Sehingga kita bisa
mengontrol anak dengan penuh tanggung jawab. Dan pada akhirnya nanti, ketika kita sebagai
orangtua bisa membingbing anak menjadi seorang pemuda yang selalu berada dalam ketaatan
kepada Allah ini, tentunya selain membuat kita tenang dan bangga. Anak-anak kita akan
menjadi anak yang tidak merugi di masa depan karena kesalahan dalam membingbing
maupun salah memilih dalam lingkungan pergaulan.

Pemuda atau anak seperti yang kita harapkan itu, sangat jarang kita temui pada saat
ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, diantara mereka lebih suka bersenang-senang dan
berfoya-foya. Ada kesempatan untuk bermain game, atau ngebut-ngebutan di sore hari, atau
bermain band, waktu mereka habis untuk hal-hal sia-sia semacam itu, bahkan maksiat pun
ada yang dijadikan hobi. Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk
ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka pantas saja, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang
akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

Ketiga adalah ada orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.

Yang dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di
rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah
dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.

Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat
setelah shalat, misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam
majelis ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bisa juga pengertian orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang
selalu mengingat shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk. Sopir kendaraan ketika
mendengar suara azan segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat. Pegawai
kantoran bergegas ke masjid ketika berkumandang hayya ‘alash sholah, hayya ‘alash sholah.
Contoh-contoh seperti ini itulah mereka yang hatinya selalu terkait masjid.

Keempat adalah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul
karena-Nya dan berpisah karena-Nya.

Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang
dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta.
Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.

Kelima, ada seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai
kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’

Ada wanita yang kaya raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak
laki-laki untuk berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak
melakukannya.

Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri
Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah
tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.

Maka kita bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah
kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,


َ َّ َ ‫ َو ََل ُق َّو َة َع ََّل َط‬،‫ََل َح ْو َل َع ْن َم ْعص َية هللا إ ََّل بع ْص َمته‬
‫اع ِت ِه ِإَل ِب َم ُع ْون ِت ِه‬ ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari
Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Golongan keenam yang nantinya akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah

ُ ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ََّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ ٌ ُ َ َ
‫ورجل تصدق ِبصدق ٍة فأخفاها حب َل تعلم ِشماله ما تن ِفق ي ِمينه‬
(6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.

Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-
sembunyi. Lihatlah ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan
kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang
paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.

Namun boleh saja seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh


pada orang lain. Juga sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah
sedekah wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga).

Lalu golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah adalah,

َ ْ َ ََ َ َ َََ ٌ ُ ََ
‫هللا خ ِال ًيا ففاضت َع ْين ُاه‬ ‫ورجل ذكر‬
(7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air
matanya.

Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar
menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada
Allah.

Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang
utama itu disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’.

Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya.

Referensi:

1. Abdul Somad
2. Muhammad Abduh Tausikal

Anda mungkin juga menyukai