Anda di halaman 1dari 35

DECISION THEORY

Wandhansari Sekar Jatiningrum


KONSEP EXPECTED VALUE
Misal anda dihadapkan pada situasi untuk memilih salah satu di antara alternatif
di bawah ini :
 Alternative A: mendapatkan $10,000
 Alternative B: 70% peluang mendapatkan $18,000 dan 30% kehilangan
$4,000.
Manakah yang anda pilih ?

Bandingkan alternatif B dengan :


 Alternative C: 70% peluang mendapatkan $24,600 dan 30% peluang
kehilangan $19,400
KONSEP EXPECTED VALUE
 EV alternatif A : 10.000 x 1 = 10.000
 EV alternatif B : (18.000x0,7) – (4000x0,3) = 11.400
 EV alternatif C : (24.600x0,7) – (19.400x0,3) = 11.400

Walaupun probabilitas kehilangan alternatif B dan C sama, tetapi nominalnya


berbeda, sehingga alternatif C terlihat lebih berisiko.

EMV doesnt take a risk account

Konsep Expected Value tdk tepat digunakan,


sehingga digunakan konsep Expected Utility
KONSEP UTILITAS

 jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif yang dicapai


seseorang
KONSEP UTILITAS
 TERDAPAT PERBEDAAN SETIAP INDIVIDU DALAM MENILAI KEUNTUNGAN
DALAM BENTUK UANG.
 TINGKAT KEPUASAN SESEORANG BISA MENINGKAT LUAR BIASA MISALNYA
DENGAN ADANYA TAMBAHAN KEUNTUNGAN 1 JUTA, SEMENTARA YANG
LAIN TINGKAT KEPUASANNYA HANYA MENINGKAT SEDIKIT.
 TAMBAHAN TINGKAT KEPUASAN SANGAT TERGANTUNG PADA
(1) UANG ATAU BARANG YANG SUDAH DIMILIKI
(2) SIFAT INDIVIDU
 KEDUA HAL TERSEBUT DIATAS SANGAT BERPENGARUH TERHADAP
SESEORANG DI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN.
CONTOH UTILITAS
A. Bila ditawari untuk memilih dua pilihan berikut, mana yang anda pilih?
(1)Diberi uang Rp 100 juta dengan probabilitas 50%, artinya kemungkinan
mendapat uang Rp 100 juta sama dengan kemungkinan tidak
mendapatkannya.
(2)Diberi uang Rp 40 juta secara pasti.

EV (A1) = 50% x Rp 100 juta = Rp 50 juta


EV(A2) = Rp 40 juta.
Berdasarkan expected value maka orang akan pilih A1 karena EV(A1) > EV(A2).
Namun dalam kenyataan banyak orang memilih A2 karena nilai Rp 40 juta cukup
besar dan terlalu naif kalau kita mau mempertaruhkan Rp 40 juta untuk
mendapatkan Rp 100 juta dengan probabilitas 50%.
CONTOH UTILITAS
B. Bila ditawari untuk memilih dua pilihan berikut, mana yang anda pilih?
(1)Diberi uang Rp 1000 dengan probabilitas 50%, artinya kemungkinan mendapat
uang Rp 1000 sama dengan kemungkinan tidak mendapatkannya.
(2)Diberi uang Rp 400 secara pasti.

EV (B1) = 50% x Rp 1000 = Rp 500


EV (B2) = Rp 400

Berdasarkan expected value maka orang akan pilih B1 karena EV(B1) > EV(B2).
Pertanyaannya apakah pilihan B1 disebabkan oleh EV(B1) > EV(B2)? Atau ada
pertimbangan lain?
Mempertaruhkan Rp 400 untuk memperoleh keuntungan Rp 500 dalam konteks ini
tidak menjadi masalah karena tambahan kepuasannya tidak banyak.
CONTOH UTILITAS
C. Bila ditawari untuk memilih dua pilihan berikut, mana yang anda pilih?
(1) Diberi uang Rp 10.000 dengan probabilitas 50%, artinya kemungkinan
mendapat uang Rp 10.000 sama dengan kemungkinan tidak mendapatkannya.
(2) Diberi uang Rp 4000 secara pasti.

EV (C1) = 50% x Rp 10.000 = Rp 5000


EV (C2) = Rp 4000.

Ada yang pilih C1 dan ada yang pilih C2, walaupun E(C1) > E(C2), sehingga ada
faktor lain yang menentukan pengambilan keputusan selain dari expected value.
Faktor tersebut adalah tingkat kepuasan

Tingkat kepuasan ditentukan oleh berapa banyak uang/barang yang sudah dimiliki
dan sifat dari pengambil keputusan.
UTILITY CURVE

KURVA UTILITY : Kurva yang menggambarkan utility suatu nilai atau utility
suatu keadaan tertentu bagi pengambil keputusan yang diperoleh berdasarkan
pejajagan preferensi pengambil keputusan.
UTILITY CURVE
• Skala utility 1, menyatakan keadaan atau nilai yang paling disukai
• Skala utility 0, menyatakan keadaan atau nilai yang paling tidak disukai
• Tiap orang memiliki kurva utility sendiri-sendiri karena tiap orang mempunyai
preferensi tersendiri dalam menghadapi risiko.
KURVA UTILITAS KASUS A

Tambahan
Utilitas

Rp 500 ribu Rp 40,5 juta

Bagi orang yang sudah punya Rp 500 ribu, tambahan utilitas Rp 40 juta sangat
signifikan sehingga dia tidak mau mempertaruhkan Rp 40 juta untuk
mendapatkan Rp 100 juta dengan probabilitas 50%.
KURVA UTILITAS KASUS B
Tambahan
Utilitas

Rp 500,4 ribu

Rp 500 ribu
Bagi orang yang sudah punya Rp 500 ribu, tambahan utilitas Rp 400 sangat kecil
sehingga dia mau mempertaruhkan Rp 400 untuk mendapatkan Rp 1000 dengan
probabilitas 50%.
CONCLUSION

1. UTILITY MENYEBABKAN KEPUTUSAN YANG DIAMBIL TIDAK SELALU


DIDASARKAN PADA EXPECTED VALUE DARI ALTERNATIF YANG ADA.
2. UTILITY MENYEBABKAN ORANG MAU MEMBELI UNDIAN KARENA
HARGA UNDIAN RELATIF RENDAH WALAUPUN PROBABILITAS UNTUK
MENANG SANGAT KECIL.
THE RULES OF ACTIONAL THOUGHT
 How a person should acts or decides rationally under uncertainty?
Answer: by following the following rules or axioms:
 The ordering rule
 The equivalence or continuity rule
 The substitution or independence rule
 Decomposition rule
 The choice rule
 The above five rules form the axioms for Decision Theory
THE ORDERING RULE
 Decision maker harus bisa mengurutkan preferensinya terhadap semua
possible outcome
 Pengurutan preferensi harus konsisten (transitivity property), misal jika
lebih menyukai X daripada Y, dan Y daripada Z, maka pasti lebih
menyukai X daripada Z. Sehingga secara matetematis :

 Melalui aturan pengurutan, decision maker dapat menuliskan urutan


preferensi secara lengkap, mulai dari outcome terbaik hingga yang
terburuk
THE EQUIVALENCE OR CONTINUITY RULE
 Decision maker harus bisa menentukan ekuivalensi antara intermediate outcome
dengan best outcome dan worst outcome
 Diketahui antara outcome A, B, dan C, menurut ordering rule menjadi
A BC
Harus bisa menentukan
posisi B lebih dekat ke A
atau C

 B: certain equivalent of the uncertain deal on the right


 p: preference probability of prospect B with respect to prospects A and C
THE SUBSTITUTION RULE
 Substitusi dapat dilakukan terhadap certainty equivalent tanpa mempengaruhi
preferensinya
 Sebagai contoh, seorang decision maker indifferent dgn outcome B dan diketahui hasil
equivalence rule :

 B dapat disubstitusikan seperti gambar di bawah ini :


THE DECOMPOSITION RULE
 Dilakukan penggabungan atau dekomposisi outcome menjadi satu
 Contoh :
THE CHOICE RULE
 Misal seorang decision maker dapat memilih antara 2 alternatif L1 adan L2

 Jika decision maker lebih menginginkan outcome A daripada B, maka dia pasti lebih memilih
L1 daripada L2 jika dan hanya jika p1>p2. Jika A  B

 Dengan kata lain, decision maker pasti memilih alternatif yg menawarkan peluang yg lebih
besar untuk mendapatkan outcome yg lebih baik
PROBABILITY OCCURENCE DAN PROBABILITY PREFERENCE

 PROBABILITY OCCURENCE  sifatnya objektif berdasar data historical


 PROBABILITY PREFERENCE  sifatnya subjektif karena preferensi dari
decision maker
EXAMPLE 1
Diketahui 2 alternatif L1 dan L2 sebagai berikut :
A A
0,5 0,3
0,2 0,4 Probability occurence
L1 B L2 B
0,3 0,3
E C

Tentukan alternatif yang dipilih jika urutan outcome yang paling disukai
decision maker adalah A > B > C > E, dengan ekuivalensi intermediate
outcome terhadap best outcome dan worst outcome sbb :
A A
0,7
0,4
B~ C~ Probability preference
0,3 0,6
E E
EXAMPLE 1
1. Ordering rule
A>B>C>E

2. Equivalence rule
A A
0,7
0,4
B~ C~
0,3 0,6
E E
EXAMPLE 1
3. Substitution rule
A A A
0,5 0,3 A
0,7 0,7
0,2 0,4
L1 L2
0,3 A
0,3 0,3 E 0,4
0,3 E
E
0,6
E

4. Decomposition rule
0,5+(0,2)(0,7)=0,64 A 0,3+(0,4)(0,7)+(0,3)(0,4)=0,7
A

L1 L2
0,36 0,3
E E
EU(L1):0,64 EU(L2):0,7
5. Choice rule
L2 > L1
EXAMPLE 2
Roy divonis menderita leukimia, dan memiliki 3 alternatif sebagai berikut :
1. Operasi  dia berpeluang untuk hidup dengan baik selama dua tahun atau
meninggal
2. Kemoterapi  nausea selama 6 bulan dan kemudian dia akan hidup dengan baik
selama satu tahun atau nausea 6 bulan kemudian meninggal
3. Bermain golf  dia akan hidup dengan rasa sakit tetapi menikmati permainan
golf yg dilakukan selama itu, kemudian dia akan meninggal
Note :
 60% peluang operasi akan menghasilkan outcome yg baik
 60% peluang kemoterapi akan menghasilkan outcome yg baik
Alternatif mana yang sebaiknya dipilih Roy?
EXAMPLE 2
ALTERNATIF :
 L1 : bermain golf
 L2 : kemoterapi
 L3 : operasi

RISIKO :
 R1 : sakit 1 tahun kemudian meninggal
 R2 : nausea 6 bulan kemudian sehat 1 tahun
 R3 : nausea 6 bulan kemudian meninggal
 R4 : 2 tahun hidup sehat kemudian meninggal
 R5 : meninggal saat itu juga
EXAMPLE 2
1. Ordering rule
R4 > R2 > R1 > R3 > R5
2. Equivalence rule
Best outcome : R4
Worst outcome : R5
R4 R4
R4
0,6 0,3
0,2
R2~ R1~ R3~
0,4 0,7 0,8
R5 R5 R5
EXAMPLE 2
3. Substitution rule
R4
0,3
L1 R1 L1
0,7
R5

R2 R4
0,6
0,6
0,4
L2 0,6 R5
0,4 L2
R4
R3 0,4 0,2

0,8
R5
R4
0,6
L3
0,4
R5
EXAMPLE 2
4. Decomposition rule

0,3 R4 (0,6)(0,6)+(0,4)(0,2)=0,44 R4 0,6 R4

L1 L2 L3
0,7 0,56
R5 R5 0,4
R5
EU(L1)=0,3
EU(L2)=0,44
EU(L3)=0,6

5. Choice rule
Pilih L3 operasi
EU(L3) = 0,6U(R4) + 0,4U(R5)
=0,6(0,1)+0,4(0) = 0,6
EXAMPLE 3
Seorang pengusaha di Jakarta telah membuat perjanjian dengan klien-nya
di Bandung pada hari Sabtu. Karena kesibukannya dia hanya mempunyai
waktu hari Sabtu juga untuk pergi ke Bandung. Ada tiga cara untuk
menuju ke Bandung, mengunakan [1] kendaraan sendiri, [2] kereta api atau
[3] pesawat.
Jika menggunakan kendaraan sendiri maka kemungkinan akan terjebak
macet hingga 10 jam atau dapat tiba sampai tujuan dengan waktu tempuh
5 jam.
Jika menggunakan kereta api maka akan tiba sampai tujuan dengan waktu
tempuh 3 jam.
Jika menggunakan pesawat maka kemungkinan akan terkena delay karena
hujan selama satu 12 jam atau dapat tiba sampai tujuan dengan waktu
tempuh 1 jam.
Diketahui peluang terjadinya macet 40% dan peluang terjadinya delay 60%.
Apa yang harus dilakukannya untuk memenuhi janji dengan klien-nya
tersebut?
EXAMPLE 3
ALTERNATIF :
 L1 : kendaraan sendiri
 L2 : kereta api
 L3 : pesawat

RISIKO :
 R1 : terkena macet 10 jam
 R2 : waktu tempuh 5 jam
 R3 : waktu tempuh 3 jam
 R4 : delay selama 12 jam
 R5 : waktu tempuh 1 jam
EXAMPLE 3
1. Ordering rule
R5 > R3 > R2 > R1 > R4
2. Equivalence rule
Best outcome : R5
Worst outcome : R4
R5 R5 R5

0,6 0,5 0,8


R3~ R2~ R1~
0,4 0,5 0,2
R4 R4 R4
EXAMPLE 3
3. Substitution rule
R5
0,8
R1
0,2
0,6 0,6 R4
L1 L1 R5
0,4
0,4 0,5
R2 0,5
R4

R5
L2 R3 0,6
L2
0,4
R4
R5
0,4
L3
0,6
R4
EXAMPLE 3
4. Decomposition rule

(0,6)(0,8)+(0,4)(0,5)=0,68 0,6 0,4


R5 R5 R5

L1 L2 L3
0,32 0,6
R4 0,4 R4
EU(L2)=0,68
R4
EU(L2)=0,6 EU(L3)=0,4

5. Choice rule
Pilih L1  dengan kendaraan sendiri
COMPARING EXPECTED UTILITY CRITERION
WITH EXPECTED MONETARY VALUE CRITERION
 Expected Utility mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian, sedangkan
expected monetary value tidak mempertimbangkan risiko
 Alternatif dengan maximum expected utility merupakan pilihan yang paling baik
dengan mempertimbangkan trade off antara pengembalian dan risiko
 Preferensi yang paling baik bergantung pada sifat risiko dari seseorang
 Perbedaan jenis fungsi utilitas menggambarkan tingkat dan sikap yang berbeda
dalam pengambilan risiko
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai