id
Tugas Akhir
Oleh :
Annisa Nur Rohmi
H3409003
Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli
Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Annisa Nur Rohmi
H3409003
i
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I Penguji II
Dekan
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
i
HALAMAN JUDUL................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR............................................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................
1
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
2
B. Tujuan Magang.....................................................................................
3
C. Perumusan Masalah..............................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Sapi Potong….………………………………………………….. 4
5
B. Bakalan Sapi Potong………………...…………………………….
C. Lokasi Kandang…………………...………………………….. 6
9
D. Pakan………………...………………………………………………
E. Manajemen Kesehatan dan Penyakit………...……………… 11
F. Pemasaran…………………………………………..………. 12
BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN................................................ 14
14
A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan...............................................
14
B. Materi dan Metode................................................................................
14
1. Materi….…………………………………………………………
14
2. Metode………………….………………………...……………......
15
C. Cara Pengambilan Data………………………………………………
1. Wawancara……………………………………………… 15
2. Pengamatan Lapang dan Diskusi……………………….. 15
commit to user
3. Studi Pustaka……………………………………………………… 15
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Sumber Data…………………………………..………………………
16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
17
A. Kondisi Umum Perusahaan…………...………………………………
17
1. Sejarah Perusahaan………………………………………………...
17
2. Keadaan Umun Perusahaan……………………………………….17
3. Populasi Ternak……………………………………………………
19
B. Manajemen Perusahaan………………………………………………20
1. Struktur Organisasi………………………………………………...
20
2. Tenaga Kerja dan Hak Kewajiban Karyawan……………………..21
C. Hasil Pembahasan Kegiatan Magang…………………………………
23
1. Jenis Sapi Potong………………………………………………….23
2. Bakalan Sapi Potong………………………………………………
24
3. Kandang…………………………………………………….... 28
4. Manajemen Pakan…………………………………………...........31
5. Manajemen Kesehatan dan Penyakit……………………………...33
6. Pemasaran…………………………………………………………34
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 36
A. Simpulan…………………………………………………………... 36
B. Saran………………………………………………………………….36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Model Atap Monitor dan Semi Monitor………………………… 8
2. Model Atap Shade dan Gable…………………………………… 8
3. Struktur Organisasi di PT Tri Nugraha Farm…………………… 20
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Daftar Kuisioner…………………………………………….. 39
2. Dokumentasi Magang……………………………………….. 41
3. Lay Out PT Tri Nugraha Farm……………………………..... 44
4. Lay Out Kandang Sapi Potong………………………………. 45
5. Harga Bakalan Sapi Potong………………………………… 46
6. Komposisi Pakan Konsentrat………………………………... 47
7. Kebutuhan Zat Pakan Harian Pada Sapi Potong…………….. 48
8. BK Jerami dan BK Konsentrat………………………………. 49
9. Perbandingan Komposisi Pakan…………………………........ 50
10. Pertambahan Berat Badan Harian Sapi Peranakan limousine... 51
11. Pertambahan Berat Badan Harian Sapi Peranakan simental…. 52
12. Perhitungan Konversi Pakan…………………………………. 53
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Praktek Magang bertujuan untuk mengetahui Manajemen pemeliharaan Sapi potong. Pelaksanaan magang pada
tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 10 Maret 2012. Di PT. Tri Nugraha Farm dusun pongangan, desa samirono
kecamatan getasan kabupaten semarang..
Metode dasar yang digunakan dalam praktek magang ini adalah Praktek Lapang, Observasi, Wawancara dan
Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder). Pengambilan lokasi praktek magang disesuaikan dengan kajian Manajemen
Pemeliharaan Sapi potong yakni PT. Tri Nugraha Farm dusun pongangan, desa samirono kecamatan getasan kabupaten
semarang.
Peningkatan permintaan daging merupakan peluang usaha peternakan untuk membuka usaha peternakan lebih luas. Sapi
potong merupakan salah satu komoditi ternak yang dapat di ambil dagingnya untuk memenuhi kebutuhan protein dalam
tubuh manusia. Maka ternak sapi yang dulunya dari gembalaan dengan pakan yang terbatas, kini semakin di kembangkan
apalagi ketersediaan lahan penggembalaan semakin terbatas. Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi dalam
jumlah maupun kualitasnya adalah dengan usaha sapi kereman. Produktivitas sapi kereman dapat ditunjang dengan
pemberian pakan (hijauan maupun konsentrat) yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit,
penanganan pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan umurnya. Pada dasarnya semua jenis sapi dapat
digemukkan, tetapi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi haruslah dipilih bibit sapi yang mempunyai pertumbuhan
berat badan yang lebih cepat dan efisien dalam penggunaan pakan. PT Tri Nugraha Farm melakukan penyeleksian bibit sapi
potong yang di gunakan dan manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan, pakan, serta manajemen
kesehatan untuk penggemukan sapi potong.
Kata Kunci : Sapi Potong, Penggemukan Sapi, Pemeliharaan Sapi, Produktivitas Sapi.
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan Nama Rohana Febrin Radiastuti H3409023
2. Dosen Pembimbing / Penguji I
3. Penguji II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Practice Management Internship aims to determine the maintenance Beef cattle. Implementation of the internship on
February 10, until the date of March 10, 2012. In PT. Tri Nugraha Farm hamlet pongangan , district Village, district Samirono
getasan Semarang Regency.
The basic method used in the practice of this internship is the Practice Field, Observations, Interviews and Data
Sources (Primary and Secondary Data Data). Intake of internship practice site assessments tailored to the Maintenance
Management Beef cattle namely PT. Tri Nugraha Farm hamlet pongangan , district Village, district Samirono getasan Semarang
Regency
Increased demand for livestock meat is an opportunity to open a wider farm. Beef cattle are one commodity that can be
taken to meet the needs of meat protein in the human body. Then the cattle from the pastures that were once limited to the feed, is
now increasingly being developed let alone the more limited availability of grazing land. One of the efforts to increase supply
beef in quantity and quality is the Dry lot fattening cow business. Dry lot fattening cow productivity can be supported with the
provision of feed (forage and concentrate) is good with an appropriate composition, disease prevention, post-harvest handling and
marketing as well as the type of cow and age. Basically all types of cattle can be fattened, but to obtain high profits to be selected
seedling growth of cattle that have a more rapid weight gain and feed efficiency in use. PT Tri Nugraha Farm did selecting seeds
that beef cattle in the use and maintenance management includes management cage system, feed and health management for
fattening beef cattle.
Keywords: Beef Cattle, Beef Cattle Fattening, Cattle Cultivating, Cattle Productivity.
Explanation :
1. University student of Livestock Agribusiness of Sebelas March University names Annisa Nur Rohmi H3409003
2. Counselor lecturer/Examiner I
3. Examiner lecturer/examiner II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi masyarakat dirasa semakin
meningkat setiap tahunnya sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk di
Indonesia. Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi dalam jumlah
maupun kualitasnya adalah dengan usaha sapi kereman. Sapi kereman (Dry Lot
Fattening) adalah sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak
dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk
menaikkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Produktivitas sapi
kereman dapat ditunjang dengan pemberian pakan (hijauan maupun konsentrat)
yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan
pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan umurnya. Faktor – faktor
tersebut sangat penting dan dapat memprengaruhi produksi karkas dan mutu
daging yang baik.
Pada dasarnya semua jenis sapi dapat digemukkan, tetapi untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi haruslah dipilih bibit sapi yang mempunyai
pertumbuhan berat badan yang lebih cepat dan efisien dalam penggunaan pakan.
Namun, perlu diketahui bahwa hasil dan keuntungan dari usaha penggemukan
(feedlot) sapi tersebut tidaklah selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya pemilihan bibit dengan genetis yang baik, bahan pakan yang
selalu tersedia, kecermatan selama pemeliharaan (manajemen), lokasi usaha,
penanganan limbah ternak dan pemasaran hasil ternak.
Menurut Gunawan et al. (1998) ada tiga sistem yang dapat diterapkan
dalam pemeliharaan sapi potong, yaitu sistem intensif, semi intensif dan ekstensif.
Untuk pemeliharaan sapi secara intensif cenderung dilakukan oleh peternak
dengan skala usaha yang lebih besar dan dilakukan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk penggemukan sapi, sistem semi ekstensif dilakukan oleh peternak
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan skala usaha sedang dan sistem ekstensif lebih banyak dilakukan oleh
peternak tradisional.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah :
a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
sehingga secara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada
dalam kegiatan di bidang manajemen penggemukan sapi potong di PT. Tri
Nugraha Farm.
c. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori
yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di
lapangan.
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa
untuk dapat mengabdi ke masyarakat.
e. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.
2. Tujuan khusus dari kegitan magang ini adalah :
a. Melihat dan memahami secara langsung proses kegiatan penggemukan
sapi potong yang dilakukan PT. Tri Nugraha Farm.
b. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan magang yang
dilakukan di PT. Tri Nugraha Farm.
c. Mengetahui jenis, pakan, bibit, perkandangan dan teknologi yang
digunakan dalam menejemen penggemukan sapi potong di PT. Tri
Nugraha Farm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. PERUMUSAN MASALAH
Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat. Tentunya ternak
sapi yang dulunya dari gembalaan dengan pakan yang terbatas, kini semakin di
kembangkan apalagi ketersediaan lahan penggembalaan semakin terbatas.
Kondisi ini menambah keinginan manusia untuk membuka usaha peternakan sapi
secara intensif dan profesional.
Peternakan yang tangguh memerlukan kerja keras, keuletan, dan kemauan
yang keras dari peternak itu sendiri agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Keberhasilan yang dicapai akan memicu motivasi peternak agar terus berusaha
memelihara ternak sapi secara terus-menerus dan bahkan bisa menjadi mata
pencaharian utama.
Sapi potong sudah menjadi salah satu pilihan komoditas yang bisa
menjadi sumber pendapatan keluarga, karena proses pemeliharaan sapi potong
(feedlot) sebenarnya cukup mudah. Namun, yang menjadi permasalahan adalah
pemeliharaan yang dilakukan para perernak. Beberapa peternak belum memiliki
orientasi bahwa beternak sapi potong bisa menjadi sumber pendapatan utama.
Hal itu kemungkinan bisa di sebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka
tentang berternak sapi potong (feedlot).
Perumusan masalah mengenai manajemen pemeliharaan penggemukan
sapi Potong di PT Tri Nugraha Farm yaitu penyeleksian bibit sapi potong yang di
gunakan di PT Tri Nugraha Farm, manajemen pemeliharaan meliputi manajemen
perkandangan, pakan, serta manajemen kesehatan di PT Tri Nugraha Farm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Sapi Potong
Jumlah populasi sapi dunia meningkatnya lebih hebat dari pada
pertambahan jumlah penduduk sekarang. Jumlahnya stabil dari 1000 juta dan
tampak peningkatan populasi kurang lebih memiliki angka yang sama. Untuk
didaerah seperti yang mereka miliki dunia selama akhir dasawarsa (Williamson,
1993).
Sapi potong sebagai salah satu sub sektor pertanian yang perlu
dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong yang bersifat usaha
keluarga. Bantuan pemerintah dalam mendukung perkembangan ternak sapi
potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas seperti kredit penggemukan sapi
potong, pembibitan sapi potong, penerapan sistem kontrol lewat pengembangan
sapi potong bantuan presiden (BANPRES), crash program sapi potong import,
proyek transmigrasi ternak, RCP (Rural Credit Project) atau proyek kredit
pedesaan (Murtidjo, 1990).
Sapi Peranakan Simmental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri-
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di
bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit
merah, muka, keempat kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran
tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Sugeng,
1998). Menurut Susilorini (2008) sapi Peranakan Simental mempunyai sifat jinak,
tenang, dan mudah dikendalikan.
Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999),
berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang
lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan
pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut ke
bawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar
dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat yang iklimnya sedang
Sapi Limousin adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999),
dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan
perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar
ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda
Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan
dari jenis sapi ini pertumbuhan baannya yang sangat cepat.
Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari
wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen
yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan
yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut
tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indonesia sapi Limousin
disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi
peranakan Ongole, sapi Brahman atau sapi Hereford
B. Bakalan Sapi Potong
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil
akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian,
dan pengalaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Pengadaan bibit dapat
dilakukan dengan mengawinkan indukan sapi sendiri atau dengan membeli anak
sapi. Pengadaan bibit sapi dari pembibit sapi, peternak dapat langsung
menentukan jenis sapi yang diinginkan (Purnawan dan Cahyo, 2010).
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi
potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar
tubuh, daya pertumbuhan, dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan
mengetahui sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit namun secara praktis,
pada umumnya dipergunakan dalam penilaian individual adalah mengamati
bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas
dari faktor genetik sapi potong ( Murtidjo, 1990 ).
Pemilihan sapi potong bakalan yang akan dipelihara, akan tergantung
pada selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara
umum yang menjadi pilihan petani ternak adalah sapi potong yang pada
umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah
pemasarannya. Indonesia cukup banyak dikenal sapi potong lokal, jenis sapi
potong impor, maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan
lewat kawin suntik/ inseminasi buatan (Murtidjo, 1990). Pemilihan bakalan yang
baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah
satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah penambahan berat badan
harian (PBBH) dari bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol
keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi dapat optimal. Usaha
penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan
selama 3-4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan
berat badan harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih
produktif (Zainal, 2010).
C. Kandang
Kandang merupakan tempat tinggal ternak selama di rawat oleh
pemiliknya (Sarwono dan Arianto, 2002). Tujuan pembuatan kandang sendiri
adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat
dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di sekitar lokasi,
tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan
memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin, 2006). Beberapa
hal yang harus diperhatikan mengenai kandang diantaranya adalah desain lay out,
kapasitas dan materi bangunan kandang terutama lantai dan atap kandang.
Kesemuanya itu harus diperhatikan dalam rangka mempermudahkan alur kegiatan
pemeliharaan mulai dari kedatangan bakalan, kemudahan proses pemberian pakan
ternak dan minum, sekaligus menyangkut kemudahan membersihkan kandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
baik dari sisa kotoran, makanan dan genangan air serta persiapan pngangkutan
sapi yang siap dijual (Rahmat, 2005).
Penentuan lokasi sebenarnya sangat berhubungan dengan faktor teknis
terhadap komoditas yang akan dibudidayakan. Kondisi di daerah tropis seperti di
Indonesia untuk pembesaran sapi lokal tidak banyak berpengaruh. Namun, untuk
jenis sapi yang baru diimpor dari daerah beriklim subtropis, tentu ada
pengaruhnya bila belum ada penyesuaian dengan baik (Purnawan dan Cahyo,
2010). Pemeliharaan sapi sistem perkandangan lebih banyak dilakukan pada
pembesaran ternak sapi secara intensif atau semi intensif. Kehidupan populasi
sapi dibatasi oleh suatu areal yang berbentuk pagar atau kandang. (Purnawan dan
Cahyo, 2010).
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang
letaknya cukup jauh dari permukiman penduduk, tetapi mudah dicapai kendaraan.
Kandang harus pisah dengan rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
sinar matahari harus dapat menembus peralatan kandang serta dekat dengan lahan
pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah
atau ladang. Pemilihan lokasi untuk usaha ternak sapi potong (feedlot) sebaiknya
jauh dari permukiman masyarakat dan memiliki akses ke pasar serta letak dan
ketinggian lokasi harus di perhatikan, letak dan ketingiannya terhadap
lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
Dewasa ini dikenal dua tipe kandang yang dipergunakan di Indonesia,
yakni kandang tipe tunggal dan kandang tipe ganda. Di dalam kandang tipe
tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran. Lain
lagi di dalam kandang tipe ganda, penempatan sapi-sapi dilakukan pada dua
jajaran atau baris dengan saling berhadapan atau saling bertolak belakang.
Diantara kedua baris atau jajaran sapi itu dibuat jalur untuk jalan. Jumlah sapi
yang akan digemukkan mencapai jumlah 10 ekor maka lebih baik digunakan
kandang tipe tunggal. Akan tetapi, apabila jumlah sapi yang akan digemukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lebih dari 10 ekor maka sebaiknya digunakan kandang tipe ganda. Kandang tipe
ganda dan saling bertolak belakang merupakan tipe kandang yang paling efisien
dalam penggunaan tenaga kerja (Siregar, 2003).
Atap kandang terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain-
lain.Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting
sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % ,
asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30
%, Ketinggian atap dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Bentuk dan model atap
kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak
(Reksohadiprojo, 1984).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
monitor atau semi monitor adalah model kandang yang mempunyai atap dua
bidang , sedangkan shade mempunyai atap satu bidang (Reksohadiprojo, 1984).
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan keadaan iklim setempat,
jenis ternak, dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri. Perancangan kandang
ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan, kedudukan atap
dan bayangan atap, serta lantai kandang. Lantai kandang untuk penggemukan
sebaiknya disemen dengan kemiringan 4-5 cm. Kemiringan itu bertujuan agar air
kencing, air siraman pembersih kandang atau cairan lain di dalam kandang dapat
mengalir keluar dengan mudah (Sarwono dan Arianto, 2002).
Perlengkapan kandang untuk ternak sapi potong adalah tempat pakan dan
tempat minum permanen dari semen lebih menghemat tenaga kerja dan tahan
lama. Tempat tendon pakan hijauan atau pakan konsentrat. Saluran pembuangan
air, air kencing dan tempat penampungan kotoran, sisa-sisa pakan tersedia diluar
kandang. Peralatan kandang seperti sekop, sapu lidi, arit atau parang untuk
emoting hijauan ( BPTP, 2001 ).
D. Pakan
Pakan ternak sapi potong dari sudut nutrisi salah satu unsur yang sangat
penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Pakan
sangat esensial bagi ternak sapi. Pakan yang baik akan menjadikan ternak
sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh secara normal (Murtidjo, 1990).
Pakan mempunyai peranan yang penting baik diperlukan bagi ternak-ternak
muda, maupun untuk mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu
produksi serta tenaga bagi ternak dewasa dan berfungsi untuk memelihara daya
tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus
sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan
pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh
tubuh dengan kualitas yang baik (BPTP, 2001).
Berdasarkan kondisi fisiologi dan system pencenaan makanannya, sapi
digolongkan sebagai ternak ruminansia, karena pencernaan makanannya di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
11
baik digunakan untuk pakan ternak ruminansia. Daun kacang kacang yang dapat
dipilih antara lain daun turi, daun lamtoro, daun kacang tanah, daun kedelai, daun
kacang panjang, daun gamal dan daun kaliandra. Mengingat biaya pakan
mencapai 70 % dari total biaya produksi perlu dikembangkan jenis pakan sapi
potong yang lainnya sebagai pakan subtitusi dengan persyaratan pemberian pakan
hijauan sebesar 10 % dari berat badan sapi (Nani, 2009).
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk
melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan
konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna.
Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan. Contoh
bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan
berbagai ubi (Hilman, 2010).
E. Manajemen Kesehatan dan Penyakit
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha
pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada perawatan dan
pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan
pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai segi,
baik dari segi penyakit ( ringan, tidak menular, atau menular ) maupun dari segi
ekonomis ( Murtidjo, 1990 ).
Pengertian umum tentang hewan sakit adalah setiap penyimpangan dari
kondisi normalnya. Dalam arti yang lebih spesifik, hewan sakit adalah suatu
kondisi yang ditimbulkan oleh suatu individu hidup atau oleh penyebab lainnya,
baik yang diketahui maupun tidak, yang merugikan kesehatan hewan yang
bersangkutan. Hewan sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan,
dan sebagainya (Akoso, 1996).
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ternak
adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
13
rata mencapai 57 %. Oleh karena itu, alasan inilah usaha ternak sapi potong
dalam batas kelayakan masih sanggup memberi keuntungan ekonomis, meski
hanya memelihara dalam jumlah sedikit ( Murtidjo, 1990 ).
Pemasaran sapi dalam bentuk ternak hidup perlu memperhatikan
penyusutan bobot badan selama transportasi. Hasil penelitian Gunawan (1998)
menunjukkan bahwa pemasaran sapi dari pedagang/pasar lokal di NTT hingga
pelabuhan Tanjung Priuk (Jakarta) mengalami penyusutan bobot badan sebanyak
12,4 %. Oleh karena itu, pemasaran sapi lebih baik dalam bentuk daging olahan /
daging beku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
1. Materi Magang
a. Jenis sapi potong yang dipelihara adalah jenis sapi peranakan simmental,
dan peranakan limousin.
b. Pakan yang meliputi kosentrat dan hijauan. Pakan penguat mengunakan
onggok, ampas tahu, pollard dan beberapa bahan lain, sedangkan hijauan
mengunakan jerami kering.
c. Kandang yang digunakan merupakan kandang ganda, dengan sistem
head to head atau saling berhadapan dan kandang tail to tail. Kandang di
perusahaan PT Tri Nugraha Farm ini sudah permanen, terbuat dari semen
dan kayu yang kuat.
2. Metode Magang
Dalam kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di PT Tri
Nugraha Farm ada beberapa metode yang dilaksanakan antara lain:
a. Penyediaan bakalan.
Mencatat dan mengamati tentang recording bakalan sapi potong yang
datang.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
b. Manajemen pakan.
Mengetahui jenis pakan yang digunakan pada sapi potong di PT Tri
Nugraha farm, mengetahui banyaknya jumlah pakan dan minum serta
mengikuti semua kegiatan pemberian pakan.
c. Manajemen Kandang.
Mengamati dan mencatat kontruksi kandang, mengukur luas kandang,
kapasitas kandang, bahan yang di gunakan dalam pembuatan kandang.
d. Manajemen kesehatan dan penyakit
Mengetahui berbagai jenis penyakit yang ada di PT Tri Nugraha Farm,
mengamati cara pengendalian penyakit dengan cara sanitasi kandang
serta mengetahui tindakan penanganan pada sapi sakit
C. Cara Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan selama magang di
PT Tri Nugraha Farm melalui beberapa pendekatan meliputi:
1. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung yang berkaitan dengan materi magang. Kegiatan dimulai dari
pengamatan secara langsung dan mencatat hal yang belum dimengerti,
setelah bertemu dengan manajer dilakukanlah proses wawancara mengenai
sejarah peternakan, pengadaan bakalan, dasar konstruksi kandang, sumber
bahan pakan dan dasar pemberian pakan dan proses pemasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
3. Studi Pustaka
Mencatat hal-hal yang terkait dengan topik yang diambil, dapat
melalui studi pustaka sehingga dapat dijadikan referensi dalam pemecahan
masalah.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan
ada dua jenis yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
di lapangan. Pengamatan meliputi jumlah sapi, jenis sapi yang digunakan,
konstruksi kandang, pengolahan jerami, pelaksanaan pembersihan kandang
dan penimbangan sapi.
2. Dalam kegiatan magang perusahaan ini, yang menjadi data sekunder
adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada
di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang
perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
1. Struktur Organisasi
Pemilik
Rachmatullah
Pendamping Teknis
Imam Hariadi
1. Tenaga Kerja
Jumlah karyawan di peternakan ini kurang lebih 17 orang dari
bagian konsentrat dan penggemukan dengan sistem pembagian kerja
berotasi antara karyawan kandang dan karyawan pembuatan konsentrat.
Hal ini bertujuan agar antara karyawan satu dengan lainya dapat
bekerjasama tanpa dengan baik dan pembagian libur bagi karyawan
sendiri. Juga bertujuan agar karyawan tidak tertuju pada satu bidang
kajian (kerja).
Pendidikan rata – rata karyawan kandang di PT Tri Nugraha Farm
ini adalah lulusan SMP dan SMA. Untuk perekrutan karyawan di ambil
dari warga sekitar dan dari daerah sekitar Salatiga. Untuk karyawan yang
di ambil dari luar daerah salatiga dengan tujuan apabila di daerah
peternakan tersebut ada acara desa maka tidak akan terjadi karyawan
yang memungkinkan untuk libur secara bersamaan. Karyawan sendiri
sudah di bagi per line yang kira kira sekitar 20-30 sapi per orang.sehingga
akan mempermudah dalam sistem kerjanya sendiri. Jumlah dan
pembagian kerja karyawan di tunjukan pada Tabel 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
3. Kandang
Lokasi peternakan di PT Tri Nugraha Farm terletak di pegunungan
yang merupakan dataran tinggi, Dengan suhu rata – rata adalah 27oC pada
siang hari dan 19oC pada malam hari. Sedangkan kelembapan pada daerah
ini berkisar 60-80%. Suhu dan kelembapan tersebut sangat cocok untuk
usaha penggemukan sapi potong jenis peranakan Simmental dan Limosine
karena sapi tersebut dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Pertumbuhan
sapi potong optimal pada kisaran suhu 10oC-27oC dengan kelembapan
berkisar antara 60-90% ( Abidin, 2002).
Sapi termasuk hewan yang peka terhadap keadaan perubahan suhu
lingkungan. Terutama perubahan yang drastis suhu tinggi bisa
menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakubat pada menurunya
laju pertumbuhan. Pada hewan tertentu, suhu tinggi juga berpengaruh
terhadap kemampuan reproduksi, yakni menurun. Pemaksaan penggunaan
suatu lokasi yang temperaturnya fluktuasi, kurang cocok bagi hewan, akan
menyebabkan menurunya penampilan produksi. Mudah dalam teknologi
yang berurusan dengn iklim misalnya dengan penggunaan AC dan heater,
tetapi hal ini malah menambah beban usaha.
Suhu di daerah atau lokasi penggemukan sapi potong di PT Tri
Nugraha Farm optimal untuk usaha penggemukan sapi potong. Untuk
curah hujan disuatu lokasi berhubungan erat dengan temperatur di daerah
tersebut. Temperatur pada musim hujan akan lebih rendah dibandingkan
dengan pada musim kemarau karena tergantung pada keberadaan hijauan.
Sedangkan, lokasi yang ideal untuk usaha peternakan sapi potong berkisar
antara 800-1.500 mm/tahun.
Lokasi kandang yang dipilih di PT Tri Nugraha Farm ini terletak
agak jauh dari pemukiman penduduk. Kira-kira 200 meter dari rumah
pendududuk. Akses jalan yang menuju ke pasar juga bias dijangkau
dengan kendaraan hal ini sesuai dengan pendapat Aulia (2009) yang
menyatakan bahwa lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah
commit
daerah yang letaknya cukup to user
jauh dari permukiman penduduk, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
digunakan karena mempunyai daya tahan baik terhadap cuaca dan bahan
yang digunakan tidak terlalu panas karena letak kandang dekat dengan
daerah pegunungan sehingga tidak menimbulkan ternak menjadi stress dan
nyaman.
Dinding kandang di PT Tri Nugraha Farm terbuat dari tembok
dengan model tertutup sepenuhnya karena terletak di dataran tinggi.
Dinding kandang berfungsi untuk mengurangi terpaan angin secara
langsung ke dalam kandang, menghambat keluarnya panas tubuh pada
ternak pada malam har, dan membatasi ternak agar tidak bisa keluar.
Lantai kandang terbuat dari beton yang dilengkapi dengan karpet
karena di sini adalah tempat berdirinya sapi sehingga peternak harus
membuat sapi nyaman. Alasnya tidak keras, rata, dan tidak licin sehingga
dapat membuat sapi nyaman dan tidak berbahaya bagi ternak dan para
pekerja.
Selokan untuk menampung air kencing dan sisa pembersihan
kotoran sapi sudah ditata dengan baik sehingga air tersebut dapat mengalir
lancar. Terkadang tersumbat dan ini diakibatkan dari sisa jerami yang
kurang besrsih dari pemberian pakan dan pembersihan kandang.
Peralatan kandang yang digunakan umunya sama dengan
peternakan lainya yaitu cangkul, ember, sekop,sapu lidi, alat penggaruk,
engkong, sabit, timbangan sapi, karung, selang air, suntikan, buku
recording , kelengkapan kandang lainya yaitu tempat pakan dan minum
(70 cm x 60 cm), tambatan sapi yang terbuat dari besi agar sapi tidak
berjalan kemana-mana, tempat penyimpanan jerami, bak tendon air,
gudang untuk menyimpan perlengkapan kandang, tempat penimbangan,
tempat penampungan kotoran, pagar dan kantor. Kelengkapan kandang
untuk pemenuhan kebutuhan sapi di dalam kandang untuk menunjang
aktivitas makan, minum, istirahat, perawatan, dan buang kotoran sapi pada
kandang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
4. Manajemen Pakan
Usaha penggemukan sapi potong yang di kandangkan sepanjang waktu
membutuhkan pengolahan yang baik. Salah satunya dengan penyediaan pakan
yang secara kuantitas cukup dan kualitas baik. PT Tri Nugraha Farm
menggunakan system dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan
memprioritaskan pemberian pakan berupa konsentrat. Pakan berupa hijauan
hanya di berikan sedikit sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi.
Berkisar 30:70% dengan perbandingan jerami dan konsentrat dikarenakan
kandungan nutrien dalam konsentrat mampu membantu dalam penambahan
berat badan. (Tabel 4)
Tabel 4. Jadwal pemberian pakan
hijauan/
Waktu konsentrat
jerami
04.30 WIB 3 kg
08.00 WIB 2 kg
13.00 WIB 6 kg
15.00 WIB 3 kg
Sumber: Data Primer Magang Mahasiswa di PT. Tri Nugraha Farm
Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan di PT Tri Nugraha Farm
dua kali yaitu pagi hari dan siang hari. Konsentrat diberikan dahulu kemudian
selang dua jam diberikan hijauan dikarenakan nutrient yang terkandung dalam
konsentrat akan membantu mikrobia dalam rumen untuk mencerna hijauan
akan lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2003) yang
menyatakan bahwa pemberian konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu
teknik yang memberikan tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi sebab,
pemberian hijauan yang hampir bersamaan waktunya dengan pemberian
konsentrat akan berakibat pada penurunan kecernaan bahan kering dan bahan
organik ransum. Adanya hijauan dan konsentrat pada waktu yang bersamaan
itu akan mengurangi kecernaan hijauan di dalam rumen. Hal ini terjadi karena
mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna
konsentrat terlebih dahulu (umumnya konsentrat lebih mudah di cerna dari
pada hijauan). Pemberian konsentrat yang dilakukan dua jam sebelum
commit to user
pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
organik ransum. Hal ini terjadi karena konsentrat yang relatif banyak
mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen
pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen.
Pakan disusun dengan komposisi sederhana akan tetapi tidak
mengurangi kandungan nutrient yang berarti disini dapat menekan biaya
produksi dalam pemeliharaan. Komposisi konsentrat dapat dilihat pada
Lampiran 5 dengan komposisi konsentrat tersebut didapatkan kandungan
nutrient pada Tabel 5
Tabel 5. Kandungan Nutrien
Nutrien
BK 84%
ABU 11,37%
PK 13%
TDN 68,7%
ME 2073 Kcal/kg
SK 14,66%
Ca 0,6%
P 0,82%
K 0,3%
Na 0,2%
Sumber : Data sekunder Kandungan Konsentrat PT Tri Nugraha Farm
. Berdasarkan jumlah konsumsi pakan pada Lampiran 9 yaitu 10,83 kg
dibandingkan dengan standar kebutuhan pada Lampiran 7 kisaran berat badan
sapi 400-450 sudah memenuhi standar kebutuhan BK. Selain pemberian
pakan, pemberian air minum juga harus diperhatikan. Air minum ad libitum
jumlah yang diberikan kira-kira 20-40 liter per hari. Sisa air minum digunakan
untuk membersihkan kandang sapi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
nuggets, bakso dll. Pemasaran adalah kunci pokok dari segala usaha apapun.
Untuk pemasaran dari usaha peternakan masih terbuka lebar. Pemasaran sapi
bisa dilakukan dengan menjual berupa sapi hidup ataupun berupa daging segar
maupun olahan. Namun, yang dilakukan oleh pak Joko sapi dijual hidup
dengan taksiran berat badan sapi tanpa dilakukan penimbangan. Sebenarnya
untuk pemasaran dari hasil usaha feedlot lebih baik dilakukan dengan
timbangan, sehingga untuk usaha yang berikutnya kita bisa menyesuaikan
pengeluaran biaya pakan dengan PBB tiap hari. Dengan itu kita bisa membuat
analisa kasar usaha sapi penggemukan sapi potong secara feedlot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
A. Simpulan
36
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
36