Anda di halaman 1dari 48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KEGIATAN MAGANG

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PENGGEMUKAN SAPI


POTONG DI PT. TRI NUGRAHA FARM DUSUN PONGANGAN
RT 01/ RW 01, DESA SAMIRONO, KECAMATAN GETASAN,
KABUPATEN SEMARANG

Tugas Akhir

Program Studi Diploma III Agribisnis Minat Peternakan

Oleh :
Annisa Nur Rohmi
H3409003

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAPORAN KEGIATAN MAGANG

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PENGGEMUKAN SAPI


POTONG DI PT. TRI NUGRAHA FARM DUSUN
PONGANGAN RT 01/ RW 01, DESA SAMIRONO,
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli
Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Diploma III Agribisnis Minat Peternakan

Oleh :
Annisa Nur Rohmi
H3409003

PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012

i
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN PENGGEMUKAN SAPI


POTONG DI PT. TRI NUGRAHA FARM DUSUN
PONGANGAN RT 01/ RW 01, DESA SAMIRONO,
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

Telah dipertahankan didepan dewan penguji


pada tanggal: 18 Juni 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Tim Penguji:

Penguji I Penguji II

Wara Pratitis S.S, S.Pt .MP Rysca Indreswari, S.Pt.,M.Si


NIP.1973 0422 200003 2 001 NIP. 1983 0706 200812 2 001

Surakarta, Juli 2012


Universitas Sebelas Maret Surakarta
Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS


commit to user
NIP. 195602251986011001

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul “Manajemen Pemeliharaan Penggemukan Sapi
Potong Di PT. Tri Nugraha Farm Dusun Pongangan Rt 01/ Rw 01, Desa
Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang”. Tugas Akhir ini
ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Ahli
Madya di Program Studi Agribisnis Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program D-III Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Minat Program Studi D-III Agribisnis Minat Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Woro Pratitits S.S, S.Pt.M.P.selaku Dosen Pembimbing.
5. Bp. Tanwir selaku manajer dan segenap karyawan PT. Tri Nugraha Farm yang
banyak memberikan pengalaman.
6. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan, serta
7. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dari penyusunan Tugas Akhir
ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penyusun
berharap Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penyusun
pada khusunya dan semua pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012

commit to user Penyusun

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
i
HALAMAN JUDUL................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR............................................................................................
iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................
1
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
2
B. Tujuan Magang.....................................................................................
3
C. Perumusan Masalah..............................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
A. Sapi Potong….………………………………………………….. 4
5
B. Bakalan Sapi Potong………………...…………………………….
C. Lokasi Kandang…………………...………………………….. 6
9
D. Pakan………………...………………………………………………
E. Manajemen Kesehatan dan Penyakit………...……………… 11
F. Pemasaran…………………………………………..………. 12
BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN................................................ 14
14
A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan...............................................
14
B. Materi dan Metode................................................................................
14
1. Materi….…………………………………………………………
14
2. Metode………………….………………………...……………......
15
C. Cara Pengambilan Data………………………………………………
1. Wawancara……………………………………………… 15
2. Pengamatan Lapang dan Diskusi……………………….. 15
commit to user
3. Studi Pustaka……………………………………………………… 15

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Sumber Data…………………………………..………………………
16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
17
A. Kondisi Umum Perusahaan…………...………………………………
17
1. Sejarah Perusahaan………………………………………………...
17
2. Keadaan Umun Perusahaan……………………………………….17
3. Populasi Ternak……………………………………………………
19
B. Manajemen Perusahaan………………………………………………20
1. Struktur Organisasi………………………………………………...
20
2. Tenaga Kerja dan Hak Kewajiban Karyawan……………………..21
C. Hasil Pembahasan Kegiatan Magang…………………………………
23
1. Jenis Sapi Potong………………………………………………….23
2. Bakalan Sapi Potong………………………………………………
24
3. Kandang…………………………………………………….... 28
4. Manajemen Pakan…………………………………………...........31
5. Manajemen Kesehatan dan Penyakit……………………………...33
6. Pemasaran…………………………………………………………34
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 36
A. Simpulan…………………………………………………………... 36
B. Saran………………………………………………………………….36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


1. Data Populasi Ternak Per Tanggal 27 Februari 2012…………..………..
19
2. Jumlah dan Pembagian Tenaga Kerja ………………………………. 22
3. Jadwal Kerja Karyawan……………………………………………. 22
4. Jadwal Pemberian Pakan………………………………………… 31
5. Kandungan Nutrient…………………….. .……………………………32

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1. Model Atap Monitor dan Semi Monitor………………………… 8
2. Model Atap Shade dan Gable…………………………………… 8
3. Struktur Organisasi di PT Tri Nugraha Farm…………………… 20

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
1. Daftar Kuisioner…………………………………………….. 39
2. Dokumentasi Magang……………………………………….. 41
3. Lay Out PT Tri Nugraha Farm……………………………..... 44
4. Lay Out Kandang Sapi Potong………………………………. 45
5. Harga Bakalan Sapi Potong………………………………… 46
6. Komposisi Pakan Konsentrat………………………………... 47
7. Kebutuhan Zat Pakan Harian Pada Sapi Potong…………….. 48
8. BK Jerami dan BK Konsentrat………………………………. 49
9. Perbandingan Komposisi Pakan…………………………........ 50
10. Pertambahan Berat Badan Harian Sapi Peranakan limousine... 51
11. Pertambahan Berat Badan Harian Sapi Peranakan simental…. 52
12. Perhitungan Konversi Pakan…………………………………. 53

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Manajemen Pemeliharaan Penggemukan Sapi Potong Di PT.


Tri Nugraha Farm Dusun Pongangan Rt 01/ Rw 01, Desa
Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Annisa Nur Rohmi1


H 3409003
Wara Pratitis S.S, S.Pt .MP 2 dan Rysca Indreswari, S.Pt.,M.Si M.Sc 3

ABSTRAK

Praktek Magang bertujuan untuk mengetahui Manajemen pemeliharaan Sapi potong. Pelaksanaan magang pada
tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 10 Maret 2012. Di PT. Tri Nugraha Farm dusun pongangan, desa samirono
kecamatan getasan kabupaten semarang..

Metode dasar yang digunakan dalam praktek magang ini adalah Praktek Lapang, Observasi, Wawancara dan
Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder). Pengambilan lokasi praktek magang disesuaikan dengan kajian Manajemen
Pemeliharaan Sapi potong yakni PT. Tri Nugraha Farm dusun pongangan, desa samirono kecamatan getasan kabupaten
semarang.

Peningkatan permintaan daging merupakan peluang usaha peternakan untuk membuka usaha peternakan lebih luas. Sapi
potong merupakan salah satu komoditi ternak yang dapat di ambil dagingnya untuk memenuhi kebutuhan protein dalam
tubuh manusia. Maka ternak sapi yang dulunya dari gembalaan dengan pakan yang terbatas, kini semakin di kembangkan
apalagi ketersediaan lahan penggembalaan semakin terbatas. Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi dalam
jumlah maupun kualitasnya adalah dengan usaha sapi kereman. Produktivitas sapi kereman dapat ditunjang dengan
pemberian pakan (hijauan maupun konsentrat) yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit,
penanganan pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan umurnya. Pada dasarnya semua jenis sapi dapat
digemukkan, tetapi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi haruslah dipilih bibit sapi yang mempunyai pertumbuhan
berat badan yang lebih cepat dan efisien dalam penggunaan pakan. PT Tri Nugraha Farm melakukan penyeleksian bibit sapi
potong yang di gunakan dan manajemen pemeliharaan meliputi manajemen perkandangan, pakan, serta manajemen
kesehatan untuk penggemukan sapi potong.

Kata Kunci : Sapi Potong, Penggemukan Sapi, Pemeliharaan Sapi, Produktivitas Sapi.

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan Nama Rohana Febrin Radiastuti H3409023
2. Dosen Pembimbing / Penguji I
3. Penguji II

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Maintenance Management in Beef Cattle Fattening PT. Tri


Nugraha Farm Hamlet Pongangan Rt 01 / Rw 01, Village
Samirono, District Getasan, Semarang regency

Annisa Nur Rohmi1


H 3409003
Wara Pratitis S.S, S.Pt .MP 2 dan Rysca Indreswari, S.Pt.,M.Si M.Sc 3

ABSTRAK
Practice Management Internship aims to determine the maintenance Beef cattle. Implementation of the internship on
February 10, until the date of March 10, 2012. In PT. Tri Nugraha Farm hamlet pongangan , district Village, district Samirono
getasan Semarang Regency.
The basic method used in the practice of this internship is the Practice Field, Observations, Interviews and Data
Sources (Primary and Secondary Data Data). Intake of internship practice site assessments tailored to the Maintenance
Management Beef cattle namely PT. Tri Nugraha Farm hamlet pongangan , district Village, district Samirono getasan Semarang
Regency
Increased demand for livestock meat is an opportunity to open a wider farm. Beef cattle are one commodity that can be
taken to meet the needs of meat protein in the human body. Then the cattle from the pastures that were once limited to the feed, is
now increasingly being developed let alone the more limited availability of grazing land. One of the efforts to increase supply
beef in quantity and quality is the Dry lot fattening cow business. Dry lot fattening cow productivity can be supported with the
provision of feed (forage and concentrate) is good with an appropriate composition, disease prevention, post-harvest handling and
marketing as well as the type of cow and age. Basically all types of cattle can be fattened, but to obtain high profits to be selected
seedling growth of cattle that have a more rapid weight gain and feed efficiency in use. PT Tri Nugraha Farm did selecting seeds
that beef cattle in the use and maintenance management includes management cage system, feed and health management for
fattening beef cattle.

Keywords: Beef Cattle, Beef Cattle Fattening, Cattle Cultivating, Cattle Productivity.

Explanation :
1. University student of Livestock Agribusiness of Sebelas March University names Annisa Nur Rohmi H3409003
2. Counselor lecturer/Examiner I
3. Examiner lecturer/examiner II

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan daging sapi untuk konsumsi masyarakat dirasa semakin
meningkat setiap tahunnya sesuai dengan kenaikan jumlah penduduk di
Indonesia. Salah satu usaha peningkatan pengadaan daging sapi dalam jumlah
maupun kualitasnya adalah dengan usaha sapi kereman. Sapi kereman (Dry Lot
Fattening) adalah sapi jantan yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak
dipekerjakan tetapi hanya diberi makan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk
menaikkan berat badan dan kesehatan sapi yang maksimal. Produktivitas sapi
kereman dapat ditunjang dengan pemberian pakan (hijauan maupun konsentrat)
yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan
pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa sapi dan umurnya. Faktor – faktor
tersebut sangat penting dan dapat memprengaruhi produksi karkas dan mutu
daging yang baik.
Pada dasarnya semua jenis sapi dapat digemukkan, tetapi untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi haruslah dipilih bibit sapi yang mempunyai
pertumbuhan berat badan yang lebih cepat dan efisien dalam penggunaan pakan.
Namun, perlu diketahui bahwa hasil dan keuntungan dari usaha penggemukan
(feedlot) sapi tersebut tidaklah selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya pemilihan bibit dengan genetis yang baik, bahan pakan yang
selalu tersedia, kecermatan selama pemeliharaan (manajemen), lokasi usaha,
penanganan limbah ternak dan pemasaran hasil ternak.
Menurut Gunawan et al. (1998) ada tiga sistem yang dapat diterapkan
dalam pemeliharaan sapi potong, yaitu sistem intensif, semi intensif dan ekstensif.
Untuk pemeliharaan sapi secara intensif cenderung dilakukan oleh peternak
dengan skala usaha yang lebih besar dan dilakukan untuk tujuan tertentu,
misalnya untuk penggemukan sapi, sistem semi ekstensif dilakukan oleh peternak
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan skala usaha sedang dan sistem ekstensif lebih banyak dilakukan oleh
peternak tradisional.

B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah :
a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
b. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja praktis
sehingga secara langsung dapat memecahkan permasalahan yang ada
dalam kegiatan di bidang manajemen penggemukan sapi potong di PT. Tri
Nugraha Farm.
c. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori
yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang dilakukan di
lapangan.
d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa
untuk dapat mengabdi ke masyarakat.
e. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi,
pemerintah, dan perusahaan.
2. Tujuan khusus dari kegitan magang ini adalah :
a. Melihat dan memahami secara langsung proses kegiatan penggemukan
sapi potong yang dilakukan PT. Tri Nugraha Farm.
b. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan magang yang
dilakukan di PT. Tri Nugraha Farm.
c. Mengetahui jenis, pakan, bibit, perkandangan dan teknologi yang
digunakan dalam menejemen penggemukan sapi potong di PT. Tri
Nugraha Farm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. PERUMUSAN MASALAH
Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat. Tentunya ternak
sapi yang dulunya dari gembalaan dengan pakan yang terbatas, kini semakin di
kembangkan apalagi ketersediaan lahan penggembalaan semakin terbatas.
Kondisi ini menambah keinginan manusia untuk membuka usaha peternakan sapi
secara intensif dan profesional.
Peternakan yang tangguh memerlukan kerja keras, keuletan, dan kemauan
yang keras dari peternak itu sendiri agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Keberhasilan yang dicapai akan memicu motivasi peternak agar terus berusaha
memelihara ternak sapi secara terus-menerus dan bahkan bisa menjadi mata
pencaharian utama.
Sapi potong sudah menjadi salah satu pilihan komoditas yang bisa
menjadi sumber pendapatan keluarga, karena proses pemeliharaan sapi potong
(feedlot) sebenarnya cukup mudah. Namun, yang menjadi permasalahan adalah
pemeliharaan yang dilakukan para perernak. Beberapa peternak belum memiliki
orientasi bahwa beternak sapi potong bisa menjadi sumber pendapatan utama.
Hal itu kemungkinan bisa di sebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka
tentang berternak sapi potong (feedlot).
Perumusan masalah mengenai manajemen pemeliharaan penggemukan
sapi Potong di PT Tri Nugraha Farm yaitu penyeleksian bibit sapi potong yang di
gunakan di PT Tri Nugraha Farm, manajemen pemeliharaan meliputi manajemen
perkandangan, pakan, serta manajemen kesehatan di PT Tri Nugraha Farm.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Potong
Jumlah populasi sapi dunia meningkatnya lebih hebat dari pada
pertambahan jumlah penduduk sekarang. Jumlahnya stabil dari 1000 juta dan
tampak peningkatan populasi kurang lebih memiliki angka yang sama. Untuk
didaerah seperti yang mereka miliki dunia selama akhir dasawarsa (Williamson,
1993).
Sapi potong sebagai salah satu sub sektor pertanian yang perlu
dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong yang bersifat usaha
keluarga. Bantuan pemerintah dalam mendukung perkembangan ternak sapi
potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas seperti kredit penggemukan sapi
potong, pembibitan sapi potong, penerapan sistem kontrol lewat pengembangan
sapi potong bantuan presiden (BANPRES), crash program sapi potong import,
proyek transmigrasi ternak, RCP (Rural Credit Project) atau proyek kredit
pedesaan (Murtidjo, 1990).
Sapi Peranakan Simmental berasal dari Switzerland. Sapi ini memiliki ciri-
ciri yaitu ukuran tubuh besar, pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak di
bawah kulit rendah, warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit
merah, muka, keempat kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran
tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg, dan jantan 1.150 kg (Sugeng,
1998). Menurut Susilorini (2008) sapi Peranakan Simental mempunyai sifat jinak,
tenang, dan mudah dikendalikan.
Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999),
berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang
lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan
pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut ke
bawah serta ujung ekor ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Bentuk tubuhnya kekar
dan berotot, sapi jenis ini sangat cocok dipelihara di tempat yang iklimnya sedang
Sapi Limousin adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar, 1999),
dikembang-kan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan
perototan yang lebih baik dari Simmental, warna bulu coklat tua kecuali disekitar
ambing berwarna putih serta lutut kebawah dan sekitar mata berwarna lebih muda
Bentuk tubuh sapi jenis ini adalah besar, panjang, padat dan kompak. Keunggulan
dari jenis sapi ini pertumbuhan baannya yang sangat cepat.
Secara genetik, sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari
wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen
yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan
yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut
tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Di Indonesia sapi Limousin
disilangkan dengan berbagai jenis sapi lain, seperti misalnya dengan sapi
peranakan Ongole, sapi Brahman atau sapi Hereford
B. Bakalan Sapi Potong
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil
akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian,
dan pengalaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Pengadaan bibit dapat
dilakukan dengan mengawinkan indukan sapi sendiri atau dengan membeli anak
sapi. Pengadaan bibit sapi dari pembibit sapi, peternak dapat langsung
menentukan jenis sapi yang diinginkan (Purnawan dan Cahyo, 2010).
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi
potong bibit atau bakalan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar
tubuh, daya pertumbuhan, dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan
mengetahui sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit namun secara praktis,
pada umumnya dipergunakan dalam penilaian individual adalah mengamati
bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas
dari faktor genetik sapi potong ( Murtidjo, 1990 ).
Pemilihan sapi potong bakalan yang akan dipelihara, akan tergantung
pada selera petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara
umum yang menjadi pilihan petani ternak adalah sapi potong yang pada
umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan dan yang paling mudah
pemasarannya. Indonesia cukup banyak dikenal sapi potong lokal, jenis sapi
potong impor, maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan
lewat kawin suntik/ inseminasi buatan (Murtidjo, 1990). Pemilihan bakalan yang
baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah
satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah penambahan berat badan
harian (PBBH) dari bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol
keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi dapat optimal. Usaha
penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan
selama 3-4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan
berat badan harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih
produktif (Zainal, 2010).
C. Kandang
Kandang merupakan tempat tinggal ternak selama di rawat oleh
pemiliknya (Sarwono dan Arianto, 2002). Tujuan pembuatan kandang sendiri
adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, tempat sapi beristirahat
dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman di sekitar lokasi,
tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan
memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut (Abidin, 2006). Beberapa
hal yang harus diperhatikan mengenai kandang diantaranya adalah desain lay out,
kapasitas dan materi bangunan kandang terutama lantai dan atap kandang.
Kesemuanya itu harus diperhatikan dalam rangka mempermudahkan alur kegiatan
pemeliharaan mulai dari kedatangan bakalan, kemudahan proses pemberian pakan
ternak dan minum, sekaligus menyangkut kemudahan membersihkan kandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

baik dari sisa kotoran, makanan dan genangan air serta persiapan pngangkutan
sapi yang siap dijual (Rahmat, 2005).
Penentuan lokasi sebenarnya sangat berhubungan dengan faktor teknis
terhadap komoditas yang akan dibudidayakan. Kondisi di daerah tropis seperti di
Indonesia untuk pembesaran sapi lokal tidak banyak berpengaruh. Namun, untuk
jenis sapi yang baru diimpor dari daerah beriklim subtropis, tentu ada
pengaruhnya bila belum ada penyesuaian dengan baik (Purnawan dan Cahyo,
2010). Pemeliharaan sapi sistem perkandangan lebih banyak dilakukan pada
pembesaran ternak sapi secara intensif atau semi intensif. Kehidupan populasi
sapi dibatasi oleh suatu areal yang berbentuk pagar atau kandang. (Purnawan dan
Cahyo, 2010).
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang
letaknya cukup jauh dari permukiman penduduk, tetapi mudah dicapai kendaraan.
Kandang harus pisah dengan rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan
sinar matahari harus dapat menembus peralatan kandang serta dekat dengan lahan
pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah
atau ladang. Pemilihan lokasi untuk usaha ternak sapi potong (feedlot) sebaiknya
jauh dari permukiman masyarakat dan memiliki akses ke pasar serta letak dan
ketinggian lokasi harus di perhatikan, letak dan ketingiannya terhadap
lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
Dewasa ini dikenal dua tipe kandang yang dipergunakan di Indonesia,
yakni kandang tipe tunggal dan kandang tipe ganda. Di dalam kandang tipe
tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran. Lain
lagi di dalam kandang tipe ganda, penempatan sapi-sapi dilakukan pada dua
jajaran atau baris dengan saling berhadapan atau saling bertolak belakang.
Diantara kedua baris atau jajaran sapi itu dibuat jalur untuk jalan. Jumlah sapi
yang akan digemukkan mencapai jumlah 10 ekor maka lebih baik digunakan
kandang tipe tunggal. Akan tetapi, apabila jumlah sapi yang akan digemukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lebih dari 10 ekor maka sebaiknya digunakan kandang tipe ganda. Kandang tipe
ganda dan saling bertolak belakang merupakan tipe kandang yang paling efisien
dalam penggunaan tenaga kerja (Siregar, 2003).
Atap kandang terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes dan lain-
lain.Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting
sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30 – 45 % ,
asbes atau seng sebesar 15 – 20 % dan rumbia atau alang-alang sebesar 25 – 30
%, Ketinggian atap dataran tinggi 2,5 – 3,5 meter. Bentuk dan model atap
kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak
(Reksohadiprojo, 1984).

Gambar 1. Model atap Monitor dan Semi Monitor

Gambar 2. Model Atap Shade dan Gable


Berdasarkan bentuk atap kandang pada Gambar 1 dan Gambar 2. Model
atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable,
sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

monitor atau semi monitor adalah model kandang yang mempunyai atap dua
bidang , sedangkan shade mempunyai atap satu bidang (Reksohadiprojo, 1984).
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan keadaan iklim setempat,
jenis ternak, dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri. Perancangan kandang
ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan, kedudukan atap
dan bayangan atap, serta lantai kandang. Lantai kandang untuk penggemukan
sebaiknya disemen dengan kemiringan 4-5 cm. Kemiringan itu bertujuan agar air
kencing, air siraman pembersih kandang atau cairan lain di dalam kandang dapat
mengalir keluar dengan mudah (Sarwono dan Arianto, 2002).
Perlengkapan kandang untuk ternak sapi potong adalah tempat pakan dan
tempat minum permanen dari semen lebih menghemat tenaga kerja dan tahan
lama. Tempat tendon pakan hijauan atau pakan konsentrat. Saluran pembuangan
air, air kencing dan tempat penampungan kotoran, sisa-sisa pakan tersedia diluar
kandang. Peralatan kandang seperti sekop, sapu lidi, arit atau parang untuk
emoting hijauan ( BPTP, 2001 ).
D. Pakan
Pakan ternak sapi potong dari sudut nutrisi salah satu unsur yang sangat
penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Pakan
sangat esensial bagi ternak sapi. Pakan yang baik akan menjadikan ternak
sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh secara normal (Murtidjo, 1990).
Pakan mempunyai peranan yang penting baik diperlukan bagi ternak-ternak
muda, maupun untuk mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu
produksi serta tenaga bagi ternak dewasa dan berfungsi untuk memelihara daya
tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus
sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan
pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh
tubuh dengan kualitas yang baik (BPTP, 2001).
Berdasarkan kondisi fisiologi dan system pencenaan makanannya, sapi
digolongkan sebagai ternak ruminansia, karena pencernaan makanannya di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

rumen. Pencernaan makanan di dalam ruminanasia bersifat khas. Hal ini di


sebabkan kaena terdapat tiga proses pencernaan yang jarang di jumpai pada
hewan lain, yakni pencernaan mekanis di dalam mulut dengan bantuan air ludah
(saliva), pencernaan fermentatif di dalam rumen dengan bantuan mikroba rumen,
dan pencernaan enzimatis pascarumen. Berdasarkan sumber pakannya, sapi
termasuk hewan herbivore, yakni pemakan tumbuhan. Hampir dari seluruh
pakannya berasal dari tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan memiliki sel dengan struktur
yang lebih kompleks jika di bandingkan dengan sel hewan, sehingga untuk
mencerna tumbuh-tumbuhan diperlukan proses-proses khusus yang jauh lebih
sulit (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
Komposisi pakan sapi terdiri dari hijauan pakan dan konsentrat. Hijauan
pakan merupakan pakan kasar yang terdiri dari hijauan pakan yang dapat berupa
rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah
diintroduksikan juga beberapa jenis leguminasi. Hijauan sebagai pengisi perut,
sumber gizi protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral. Rumput berdaun lebat
relatif lebih disukai oleh ternak dan kandungan protein rumput dipengaruhi
pematangan, usia hijauan, kesuburan tanah, pemupukan dan iklim(Murtidjo,
1993).
Hijauan merupakan bahan pakan utama bagi sapi potong berupa rumput
yang terdiri dari rumput unggul, rumput lapangan dan sebagian jenis leguminosa.
Bahan pakan hijauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan meliputi : 1). Rumput-
rumputan, terdiri dari rumput liar (lapangan) atau rumput unggul yang sengaja
ditanam seperti : Ilalang, teki rumput gajah, rumput benggala; 2). Daun-daunan
berupa daun pisang, daun ubi kayu dan daun ubi jalar. Daun pisang dapat
diberikan dalam bentuk segar ataupun sisa pembungkusan yang diberikan dalam
keadaan segar agar zat gizi paan tidak terlalu banyak yang hilang. Begitu pula
dengan daun ubi kayu dan ubi jalar diberikan dalam bentuk segar sebagai sumber
protein dan vitamin B1, B2, C dan Provitamin A; 3). Daun-daun dari jenis
kacang-kacangan banyak mengandung protein dan zat kapur yang tinggi sanagt
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

baik digunakan untuk pakan ternak ruminansia. Daun kacang kacang yang dapat
dipilih antara lain daun turi, daun lamtoro, daun kacang tanah, daun kedelai, daun
kacang panjang, daun gamal dan daun kaliandra. Mengingat biaya pakan
mencapai 70 % dari total biaya produksi perlu dikembangkan jenis pakan sapi
potong yang lainnya sebagai pakan subtitusi dengan persyaratan pemberian pakan
hijauan sebesar 10 % dari berat badan sapi (Nani, 2009).
Pakan konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk
melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Pakan
konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna.
Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 1% dari berat badan. Contoh
bahan pakan konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan
berbagai ubi (Hilman, 2010).
E. Manajemen Kesehatan dan Penyakit
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha
pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada perawatan dan
pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan
pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai segi,
baik dari segi penyakit ( ringan, tidak menular, atau menular ) maupun dari segi
ekonomis ( Murtidjo, 1990 ).
Pengertian umum tentang hewan sakit adalah setiap penyimpangan dari
kondisi normalnya. Dalam arti yang lebih spesifik, hewan sakit adalah suatu
kondisi yang ditimbulkan oleh suatu individu hidup atau oleh penyebab lainnya,
baik yang diketahui maupun tidak, yang merugikan kesehatan hewan yang
bersangkutan. Hewan sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan,
dan sebagainya (Akoso, 1996).
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ternak
adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit


pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara
pemeliharaan yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara
maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha
pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun
demikian usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatan.
(Jahja. et al, 1993).
Vaksinasi pencegahan hendaknya dianggap sebagai perlindungan
tambahan dibandingkan dengan pentingnya menjaga kebersihan. Keberhasilan
vaksinasi jarang mencapai 100% dan hewan muda mungkin peka, jadi hendaknya
hati-hati untuk mengurangi resiko intensitas dan penyebaran infeksi. Caranya
adalah dengan menghindari kontak dengan hewan sakit, kontak dengan lendir,
kotoran dan benda-benda tercemar (Williamson dan Payne, 1993). Pemberian
vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi
yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang
dapat menyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),
kembung (Bloat) dan lain-lain (Deptan, 2002).
F. Pemasaran
Pengembangan agribisnis peternakan memiliki prospek yang baik,
khususnya untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang masih akan terus
mengalami akselerasi seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pertambahan jumlah
penduduk, dan peningkatan urbanisasi. Produksi daging pada tahun 2020 di
proyeksikan akan mencapai angka cukup besar yaitu 2,7 juta ton ( Simatupang,
2004 ).
Daging sapi merupakan pilihan utama konsumen. Sudah jelas dalam
pemasaran daging sapi mudah menembus pasar. Sebagai ternak potong daging
sapi juga memiliki presentase karkas lebih baik daripada ternak kerbau. Sapi-sapi
Indonesia meski digolongkan sebagai sapi tipe potong, dari potensinya seperti
sapi bali dikenal sebagai sapi yang memiliki presentase karkas cukup tinggi, rata-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

rata mencapai 57 %. Oleh karena itu, alasan inilah usaha ternak sapi potong
dalam batas kelayakan masih sanggup memberi keuntungan ekonomis, meski
hanya memelihara dalam jumlah sedikit ( Murtidjo, 1990 ).
Pemasaran sapi dalam bentuk ternak hidup perlu memperhatikan
penyusutan bobot badan selama transportasi. Hasil penelitian Gunawan (1998)
menunjukkan bahwa pemasaran sapi dari pedagang/pasar lokal di NTT hingga
pelabuhan Tanjung Priuk (Jakarta) mengalami penyusutan bobot badan sebanyak
12,4 %. Oleh karena itu, pemasaran sapi lebih baik dalam bentuk daging olahan /
daging beku.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan


Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari sampai
dengan 10 Maret 2012. Kegiatan proses magang dimulai pada puku 08.00
WIB berakhir pada pukul 16.00 WIB. Kegiatan magang ini dilaksanakan 6
hari kerja, dimulai dari hari senin sampai dengan sabtu. Kegiatan magang ini
dilaksanakan di PT. Tri Nugraha Farm Dusun Pongangan RT 01/ RW 01
Desa Samirono, Kec. Getasan, Kab. Semarang
B. Materi dan Metode Magang

1. Materi Magang
a. Jenis sapi potong yang dipelihara adalah jenis sapi peranakan simmental,
dan peranakan limousin.
b. Pakan yang meliputi kosentrat dan hijauan. Pakan penguat mengunakan
onggok, ampas tahu, pollard dan beberapa bahan lain, sedangkan hijauan
mengunakan jerami kering.
c. Kandang yang digunakan merupakan kandang ganda, dengan sistem
head to head atau saling berhadapan dan kandang tail to tail. Kandang di
perusahaan PT Tri Nugraha Farm ini sudah permanen, terbuat dari semen
dan kayu yang kuat.

2. Metode Magang
Dalam kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di PT Tri
Nugraha Farm ada beberapa metode yang dilaksanakan antara lain:
a. Penyediaan bakalan.
Mencatat dan mengamati tentang recording bakalan sapi potong yang
datang.

commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

b. Manajemen pakan.
Mengetahui jenis pakan yang digunakan pada sapi potong di PT Tri
Nugraha farm, mengetahui banyaknya jumlah pakan dan minum serta
mengikuti semua kegiatan pemberian pakan.
c. Manajemen Kandang.
Mengamati dan mencatat kontruksi kandang, mengukur luas kandang,
kapasitas kandang, bahan yang di gunakan dalam pembuatan kandang.
d. Manajemen kesehatan dan penyakit
Mengetahui berbagai jenis penyakit yang ada di PT Tri Nugraha Farm,
mengamati cara pengendalian penyakit dengan cara sanitasi kandang
serta mengetahui tindakan penanganan pada sapi sakit
C. Cara Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan selama magang di
PT Tri Nugraha Farm melalui beberapa pendekatan meliputi:

1. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara
langsung yang berkaitan dengan materi magang. Kegiatan dimulai dari
pengamatan secara langsung dan mencatat hal yang belum dimengerti,
setelah bertemu dengan manajer dilakukanlah proses wawancara mengenai
sejarah peternakan, pengadaan bakalan, dasar konstruksi kandang, sumber
bahan pakan dan dasar pemberian pakan dan proses pemasaran.

2. Pengamatan Lapang dan Diskusi


Pengamatan dilakukan secara langsung dengan ikut bekerja di
PT Tri Nugraha Farm mulai dari proses pengadaan bahan pakan,
memformulasi kosentrat, pemberian rangsum pada ternak. Selain itu juga
melakukan pengamatan seperti jumlah sapi, jenis sapi yang digunakan,
konstruksi kandang, pengolahan jerami, pelaksanaan pembersihan kandang
dan penimbangan sapi. Pada saat melakukan pengamatan kami melakukan
diskusi baik dengan manajer ataupun wakil manajer mengenai peternakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

ini. Selain membahas peternakan juga membahas tentang potensi di bidang


peternakan dan pengolahan hasil ternak.

3. Studi Pustaka
Mencatat hal-hal yang terkait dengan topik yang diambil, dapat
melalui studi pustaka sehingga dapat dijadikan referensi dalam pemecahan
masalah.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan
ada dua jenis yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
di lapangan. Pengamatan meliputi jumlah sapi, jenis sapi yang digunakan,
konstruksi kandang, pengolahan jerami, pelaksanaan pembersihan kandang
dan penimbangan sapi.
2. Dalam kegiatan magang perusahaan ini, yang menjadi data sekunder
adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada
di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang
perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Tri Nugraha Farm


PT Tri Nugraha Farm merupakan usaha peternakan di bidang
penggemukan dan pembibitan sapi potong berdiri pada bulan Mei 2010.
Pemilik PT. Tri Nugraha Farm Bp. H. Rachmatullah, BA, SE. Usaha
berawal dari seorang teman yang bernama Bapak Robert yang mempunyai
peternakan sapi PFH dengan 200 ekor dan sedang mengalami
kemunduran. Bapak Rachmatullah berinisiatif membeli kandang milik
bapak robert. Mula – mula dengan jumlah ternak sapi 70 ekor sapi
peranakan simental dan limousine. Tujuan dari mendirikan peternakan ini
adalah untuk pabrik pengolahan daging dan pabrik pengolahan pakan
Sebelum mendirikan PT Tri Nugraha Farm Bapak Rachmatullah
mendirikan pabrik yang bernama PT Adiboga Cipta pada bulan Oktober
tahun 1998 yang berlokasi di dusun Padaan, desa Gedangan, kecamatan
Tuntang, kabupaten Semarang. Usaha yang bergerak di bidang pengolahan
hasil ternak yaitu pembuatan sosis, bakso, beef burger , dan lain-lain.
Kendala yang di hadapi PT Adiboga Cipta adalah stok bahan baku dan
mahalnya daging sapi. Selain itu Bapak Rachmatullah juga mempunyai
restauran cepat saji di berbagai daerah di kota besar termasuk Jakarta, Bali,
Surabaya dan lain-lain. Produk dari PT Adiboga cipta langsung di setorkan
di restauran cepat saji Hannamassa.
2. Keadaan umum Perusahaan
PT. Tri Nugraha Farm terletak di dusun Pongangan RT 01 RW 01
desa Samirono, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. Luas lahan
keseluruhan adalah 3 Ha, yang semuanya merupakan kompleks
peternakan. Lahan terdiri dari lahan tanaman rumput gajah, bangunan
kandang, bangunan gudang pakan, bangunan tempat pengolahan
konsentrat, tempat limbah,commit
kantor,to userkaryawan, dan mushola.
mess

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Lokasi peternakan terletak di daerah pegunungan yang merupakan


dataran tinggi . suhu rata- rata daerah ini adalah 27oC pada siang hari
sedangkan pada malam hari 19oC dan dengan kelembapan rata-rata
berkisar antara 60-80% dimana suhu kelembapan ini sangat cocok untuk
usaha peternakan sapi potong. Secara geografis terletak antara
110°.27’.56,81” - 110°.32’.4,64” Bujur Timur dan 007°.17’.- 007°.17’.23”
Lintang Selatan, berada di daerah cekungan, kaki gunung Merbabu,
diantara gunung Gajah Mungkur, gunung Telomoyo, dan gunung Payung
Rong
Lokasi peternakan tersebut mempunyai jarak dengan jalan raya
sekitar 50,34 meter. Jarak dengan pemukiman penduduk sangat dekat
karena lokasi tersebut langsung bersebelahan dengan rumah penduduk.
Penduduk tersebut tidak merasa keberatan karena sebagian besar
penduduk di sana sendiri adalah peternak. Sebaiknya keberadaan atau
lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan sumber bahan pakan. Air
di sana masih sangat kurang karena sumber air di daerah peternakan sangat
sulit sehingga harus membeli air bersih. Sumber pakan berasal dari lahan
sendiri. Lokasi peternakan sebaiknya di pilih dengan kemiringan yang
landai karenakan akan mempermudahkan keluar masuknya karyawan dan
memudahkan drainase untuk pembuangan limbah (Sarwono dan Arianto,
2004).
Luas kantor PT. Tri Nugraha Farm adalah 11 x 18 m2, di dalam
kompleks kantor terdapat dapur, ruang makan, kamar mandi dan 3 kamar
yang digunakan pemilik sewaktu meninjau peternakannya. Gudang
penyimpanan konsentrat mempunyai luas 7 x 10 m2, gudang sudah cukup
untuk menyimpan konsentrat yang akan digunakan untuk ternak karena
setiap hari digunakan sebagai pakan ternak dan kapasitas produksi
konsentrat setiap harinya berjumlah 2 ton. Kandang ternak seluas 31 x 55
m2 , kandang ini sudah cukup untuk menampung 250 ekor sapi yang akan
digemukan. Tempat tinggal karyawan memiliki luas 10 x 11 m2 terdiri dari
commitruang
8 kamar dan 1 ruangan untuk to user
TV dan jauh dari peternakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

untuk mahasiswa yang praktek di PT. Tri Nugraha Farm. Pabrik


pengolahan konsentrat memiliki luas 25 x 10 m2, pabrik pengolahan
konsentrat terdiri dari 2 ruangan yaitu tempat genset dan tempat
pengolahan sendiri yang jadi satu dengan gudang bahan baku. Pabrik
pengolahan konsentrat cukup luas untuk memproduksi konsentrat 2 ton
setiap harinya. Gudang penyimpanan jerami ada 2 yaitu untuk kandang
bawah memiliki luas 6 x 25 m2 dan kandang atas memiliki luas 6 x 10 m2
(Lampiran 3)
3. Populasi Ternak
Jumlah ternak yang berada di PT. Tri Nugraha Farm pertanggal 27
Februari 2012 adalah 358 dengan jenis sapi peranakan Simenntal dan sapi
peranakan Limousine. Usaha penggemukan dan pembibitan PT. Tri
Nugraha Farm pertanggal 27 februari 2012 memiliki jumlah ternak 358
ekor yang meliputi sapi peranakan Simenntal untuk jantan 165 ekor betina
16 ekor , sapi peranakan Limousine jantan sebanyak 172 ekor dan betina
sebanyak 5 ekor (Tabel 1).
Tabel 1. Data Populasi Ternak Per tanggal 27 Februari 2012
Line Simental Limousin
Jantan Betina Jantan Betina
A 18 4
B 12 2
C 17 27
D 17 26
F 32 21
E 9 14
U 3 15
G 12 5
H 32 27
I 24 34
J 4
K 1
P 2
Jumlah 165 16 172 5
Sumber : Data Sekunder Magang Mahasiswa (2012)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

Data jumlah populasi sapi potong tiap harinya berubah dikarenakan


pengambilan sapi potong tiap hari 2 ekor untuk usaha pembuatan
sosis,bakso nuggets dll. Selain iti bakalan yang datang tidak menentu dan
jumlahnya pun tidak menentu sehingga akan mempersulit proses
recording pada populasi ternak itu sendiri menyebabkan data akan berubah
tiap harinya.
B. Manajemen Perusahaan

1. Struktur Organisasi

Secara Struktual, struktur organisasi di PT. Tri Nugraha Farm


terdiri dari pemilik, pendamping teknis, manajer, bagian umum
perencanaan, sarana dan prasarana, bagian administrasi dan keuangan,
kepala kandang, bagian pakan ternak, bagian kesehatan dan reproduksi
ternak, bagian pengadaan pemasaran ternak. petugas kandang dan petugas
produksi konsentrat.
Adapun struktur organisasi di PT. Tri Nugraha Farm adalah
sebagai berikut :

Pemilik
Rachmatullah

Pendamping Teknis
Imam Hariadi

Bag. Umum Perencanaan Bag. Administrasi dan


Sarana dan Prasarana Manajer Keuangan
Chaerul Anam Tanwir Harun AR
Andriyan Sri Purwani

Gambar 3. Struktur Organisasi di PT Tri Nugraha Farm

Pada sistem organisasi di PT Tri Nugraha farm dikelola oleh


seorang manajer yang commit to user
tugasnya mencatat dan controlling keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

peternakan di sana meliputi karyawan dan ternak itu sendiri. Seorang


manajer juga di dampingi oleh orang yang bergerak di bidang
administrasi yang segala upaya yang terkait dengan permasalahan
pengendalian likuiditas , pengendalian laba usaha, analisis sumber dana
dan penggunaan dana meliputi mengelola uang usaha dll. Selain itu di
dampingi dengan seseorang yang bertugas dibagian umum perencanaan
sarana dan prasarana, kepala kandang, bagian kesehatan ternak, bagian
pemasaran dan karyawan yang ditunjuk sebagai petugas kandang.
2. Tenaga Kerja dan Hak Kewajiban Karyawan

1. Tenaga Kerja
Jumlah karyawan di peternakan ini kurang lebih 17 orang dari
bagian konsentrat dan penggemukan dengan sistem pembagian kerja
berotasi antara karyawan kandang dan karyawan pembuatan konsentrat.
Hal ini bertujuan agar antara karyawan satu dengan lainya dapat
bekerjasama tanpa dengan baik dan pembagian libur bagi karyawan
sendiri. Juga bertujuan agar karyawan tidak tertuju pada satu bidang
kajian (kerja).
Pendidikan rata – rata karyawan kandang di PT Tri Nugraha Farm
ini adalah lulusan SMP dan SMA. Untuk perekrutan karyawan di ambil
dari warga sekitar dan dari daerah sekitar Salatiga. Untuk karyawan yang
di ambil dari luar daerah salatiga dengan tujuan apabila di daerah
peternakan tersebut ada acara desa maka tidak akan terjadi karyawan
yang memungkinkan untuk libur secara bersamaan. Karyawan sendiri
sudah di bagi per line yang kira kira sekitar 20-30 sapi per orang.sehingga
akan mempermudah dalam sistem kerjanya sendiri. Jumlah dan
pembagian kerja karyawan di tunjukan pada Tabel 2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

.Tabel 2. Jumlah dan Pembagian Tenaga Kerja


No Nama karyawan Penempatan Kerja
1 Bp. Wiji Kepala bag. konsentrat
2 Ghofur pembuatan konsentrat
3 Bu Tri pembuatan konsentrat
4 Bp. Rebi pembuatan konsentrat
5 Bp. Giman pembuatan konsentrat
6 Bp. Alwi pembuatan konsentrat
7 Bp. Muhammad kepala kandang
8 Andhika kandang sapi potong
9 Riyanto kandang sapi potong
10 Bp. Mukimin kandang sapi potong
11 Bp. Rukimin kandang sapi potong
12 Sri P kandang sapi potong
13 Suryadi kandang sapi potong
14 Bp. Wagi Kepala kandang Atas
15 Bp. Kusno Bag. Kesehatan Ternak
16 Bp. Suyadi Lahan
17 Bu Warsih masak
Sumber: Data Primer Magang Mahasiswa (2012)
2. Hak dan Kewajiban Karyawan
Hak dan kewajiban karyawan meliputi sistem dan jam bekerja yang
telah di atur oleh pihak perusahaan itu sendiri. Sistem kerja karyawan
berlangsung pada jam 08.00 – 16.00 WIB. Jadwal kerja karyawan di
tunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jadwal Kerja Karyawan
Penempatan Kerja Waktu jam kerja

Karyawan bagian Kandang


Pagi 08.00-11.00
potong,tempat produksi konsentrat,
kantor, dan kandang atas bagian potong
istirahat 11.00-13.00
Sumber : Data Primer Magang Mahasiswa (2012)
Untuk sapi potong penempatan kerja di PT Tri Nugraha Farm di di
bagi menjadi tujuh yaitu karyawan yang bertugas di kandang potong,
tempat produksi konsentrat, kantor, dan kandang atas bagian potong.
Gaji pekerja tiap bulannya adalah Rp 750.000,00 sedangkan untuk
commit to user
bagian kantor sebesar Rp 1.300.000,00. Fasilitas yang dapat dinikmati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

karyawan di PT. Tri Nugraha Farm adalah adanya Jamsostek (Jaminan


Sosial Tenaga Kerja) yang dananya di peroleh dari pemotongan gaji setiap
bulannya pada setiap karyawan sebesar Rp. 10.000,00. Jaminan ini dapat
di gunakan oleh semua anggota keluarga karyawan yang bersangkutan
dengan tujuan untuk Jaminan Kesehatan, Kecelakaan Kerja dan lain-lain.
Selain itu karyawan pada hari Lebaran adanya pemberian 2x gaji atau
THR yang diperoleh dari setiap bulannya. Semua karyawan mendapatkan
2x makan yakni makan siang dan makan sore tanpa adanya pemotongan
dari gaji. Untuk masa kerja di PT. Tri Nugraha Farm ± 15 tahun. Di PT.
Tri Nugraha Farm semua karyawan harus patuh dan tunduk terhadap
peraturan yang berlaku, apabila melanggar dari peraturan maka akan diberi
langsung berupa SP ( Surat Peringatan). Untuk pemberhentian tugas kerja
pada karyawan diberlakukan apabila karyawan sudah mendapat SP ( Surat
Peringatan ) sebanyak 3x dari atasan.
C. Hasil Pembahasan Kegiatan Magang
1. Jenis Sapi Potong
Jenis sapi potong yang di pelihara di PT Tri Nugraha Farm adalah jenis
sapi potong dari bangsa Simmental dan Limousine memiliki pertumbuhan
bobot badan yang lebih cepat dibandingkan jenis sapi lain. Usaha sapi potong
biasanya membutuhkan sapi jantan untuk usaha penggemukan karena pada
umumnya pertumbuhan lebih cepat dan mempunyai pertambahan bobot badan
yang tinggi dibandingkan dengan sapi betina. Sehingga dalam usaha
penggemukan di PT Tri Nugraha Farm menggunakan jenis sapi peranakan
Simmental dan Limousine.
Sejatinya semua jenis ras punya kelebihan dan kekurangan masing-
masing tentang hal ini dapat dilihat dari sisi kekuatan finansial peternak,
peruntukannya dan waktu yang tepat untuk penjualannya. Seperti yang di
ketahui, untuk pertambahan berat badan harian sapi jenis Limosine dan
Simmental F1 telah menjadi tolak ukur yang mana pertambahan berat badan
hariannya mampu mencapai 1,3-2kg/ harinya. Fisiologi dan kriteria performan
commit fisik
juga sangat menentukan. Tampilan to user
yang ideal mencakup body frame,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

power depan dan belakang sapi akan mempengaruhi ADG, kemudahan


pemeliharaan,dan harga jualnya ( Lampiran 2)
Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai
dengan 2,5 tahun. Kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya
dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis
dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4 buah. Sapi yang
sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga cukup bagus. Pada usia
ini sudah muncul gejala fat (perlemakan) yang tentunya akan berpengaruh
dengan nilai jual dari pelaku pemotongan ternak. Sapi dibawah usia ideal
penggemukan biasanya lebih lambat proses penggemukan dikarenakan selain
bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan resiko
penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat
yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit.
Tentang variabel berat tubuh, pastinya tergantung dari jenis ras apa sapi yang
akan dipelihara. Sapi jenis Limousin dan Simmental maupun silangannya
dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg,
sedangkan pada peternakan di PT Tri Nugraha Farm menggunakan jenis sapi
ini untuk usaha penggemukan, karena dilihat dari berbagai aspek – aspek di
atas.
2. Bakalan Sapi Potong
Pada peternakan PT. Tri Nugraha Farm ini bakalan di dapat dari
daerah sekitar yaitu dari daerah Magetan, Sunggingan Boyolali, Surabaya dan
asal dari peroraangan yang menjual bakalan mereka dan juga dari peternakan
itu sendiri. Karena di PT Tri Nugraha Farm sendiri juga usaha di bidang
pembibitan maka bibit dari calon bakalan dipelihara sendiri. Mungkin
dikarena di sana harga bakalan lebih murah selain itu jenis sapi ini mudah
dalam beradaptasi dengan lingkungan dan pertumbuhan lebih cepat.
Ketersediaan bakalan dirasa baik, karena ketersediaan dapat continue dari
beberapa pertimbangan diatas, Jenis sapi inilah yang dipelihara untuk usaha
penggemukan ialah, Peranakan Simmental, Peranakan Limousine harga
commit
bakalan sapi potong dapat di lihat padatoLampiran
user 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Pemilihan bakalan di peternakan ini adalah dengan


mempertimbangkan hal-hal dibawah ini
1. Laju pertumbuhan. Bakalan berasal dari keturunan yang memiliki laju
prtumbuhan tinggi. Laju pertumbuhan berkait dengan kecepatan
peningkatan bobot sapi. Masing-masing bangsa sapi mempunyai
potensi perbedaan dalam pertumbuhan. Limousine dan Simmental
termasuk tipe sapi untuk digemukan namun, Limousine memiliki
keunggulan sebagai tipe pedaging dari pada Simmental dan PO.
Sementara itu jika dilihat dari pertumbuhanya Limousine dan
Simmental hampir sama dan lebih baik dari pada PO.
2. Kesehatan. Bakalan yang sehat dan tidak sakit
3. Sapi jantan. Bakalan sapi jantan memiliki laju pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan sapi betita. Selain itu, pada masa produktif
sapi betina dilarang di potong untuk mendukung produksi anak sapi
kecuali, sapi betina tersebut telah beranak lebih dari tujuh kali, tidak
produktif lagi atau infertil
4. Populasi. Bakalan dari bangsa sapi yang memiliki pertambahan
populasi baik dan penyebaranya merata pada suatu daerah.
5. Konversi pakan. Bakalan memiliki konversi pakan yang rendah hal ini
dikarenakan, untuk mencapai pertambahan bobot badan persatuan
berat, di perlukan jumlah pakan yang optimal.
Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada
pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan
yang akan digemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat berasal dari
sapi lokal yang ada di pasar ataupun sapi import yang belum maksimal
pertumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi yang memiliki
potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas utama bakalan sapi
yang dipilih yaitu kurus akan tetapi sehat dan bentuk tulangnya datar, berusia
1-2 tahun, dan sepasang gigi serinya sudah tanggal.
Pemilihan bakalan sapi yang baik menjadi langkah awal yang sangat
commit
menentukan keberhasilan usaha. to user
Salah satu tolok ukur penampilan produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

sapi potong adalah pertambahan berat badan harian. Penampilan produksi


tersebut merupakan suatu fungsi dari faktor genetik, faktor lingkungan, dan
interaksi antara kedua faktor tersebut. Bakalan dari genetik bermutu, peternak
tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi tetap
optimal meskipun sangat sulit menentukan baik buruknya mutu genetik,
secara umum penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan mutu genetiknya.
Sapi bakalan bisa diperoleh dari berbagai sumber di antaranya pembelian
langsung dari pasar hewan atau pembibitan sendiri. Upaya pembibitan sendiri
merupakan hal yang cukup rumit meskipun bukan suatu hal yang tak
mungkin. Pembibitan merupakan usaha yang padat modal dan membutuhkan
waktu yang cukup lama, sehingga tanpa penanganan yang serius bisa
mendatangkan kerugian yang tidak sedikit.
Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat
menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur penampilan produksi
sapi potong adalah penambahan berat badan harian (PBBH). Dengan bakalan
dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan,
sehingga potensi produksi dapat optimal. Usaha penggemukan sapi potong
biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama 3-4 bulan.
Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan berat badan
harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih produktif.
(Zainal, 2010)
Perlakuan yang di lakukan di saat sapi bakalan datang di PT Tri
Nugraha Farm adalah seperti yang di lakukan peternakan pada umumnya
yaitu:
1. Pada saat bakalan datang, bakalan ditimbang satu persatu untuk
mengetahui bobot awal sapi. Ini biasanya dilakukan untuk mengetahui
konsumsi ransum yang diperlukan per sapi untuk usaha penggemukan
perharinya.
2. Recording atau pencatatan ulang bobot badan, kondisi sapi datang
misalnya kondisi kesehatan bakalan tersebut dicatat dalam buku dan
commit
catatan atau form yang tertera padatomasing-masing
user sapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

3. Selesai ditimbang, bakalan dimasukan ke dalam kandang karantina yang


sudah disterilkan selama tujuh hari atau seminggu agar sapi bisa
menyesuaikan lingkungan baru, di kandang karantina tersebut sapi di
vaksinasi diberi antibiotic LA non x dan vitamin B komplex selama tiga
hari kemudian baru diberi obat cacing.
4. Pemberian tanda pada bakalan tidak dilakukan karena dari tempat asal
sudah diberi tanda.
5. Pemberian pakan konsentrat dan jerami diberikan sesuai dengan bobot
badan bakalan tersebut, biasanya pada bakalan yang baru datang terjadi
penurunan nafsu makan dikarenakan belum biasa menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar. Hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan
berat badan sehingga untuk sebulan kedepanya akan mengalami
penurunan berat badan.
Setelah sapi bakalan di karantina selama satu minggu kemudian
ditempatkan pada kandang biasa hal ini menunjukan bahwa sapi siap
digemukan dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Penempatan sapi yang dilakukan di PT Tri Nugraha Farm dilakukan secara
acak dan tidak berdasarkan umur, berat badan, keadaan fisik dll. Ini sangat
bertolak belakang dari pendapat Sugeng (2001) yang menyatakan bahwa sapi
– sapi yang digemukan sebaiknya memiliki keseragaman tipe, umur, dan besar
tubuh. Sebaiknya dikelompokan sesuai dengan keseragaman umur, berat
badan ini umumnya akan lebih menguntungkan pada peternak khususnya
dalam berbagai hal termasuk disini recording, tata laksana penempatanya,
pemberian pakan, penimbangan dan pencatatan bobot badan.
Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan modal utama, yaitu
tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara continyu. Kemampuan
peternak memilih dan menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat
menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang
diharapkan. Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari
pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

3. Kandang
Lokasi peternakan di PT Tri Nugraha Farm terletak di pegunungan
yang merupakan dataran tinggi, Dengan suhu rata – rata adalah 27oC pada
siang hari dan 19oC pada malam hari. Sedangkan kelembapan pada daerah
ini berkisar 60-80%. Suhu dan kelembapan tersebut sangat cocok untuk
usaha penggemukan sapi potong jenis peranakan Simmental dan Limosine
karena sapi tersebut dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Pertumbuhan
sapi potong optimal pada kisaran suhu 10oC-27oC dengan kelembapan
berkisar antara 60-90% ( Abidin, 2002).
Sapi termasuk hewan yang peka terhadap keadaan perubahan suhu
lingkungan. Terutama perubahan yang drastis suhu tinggi bisa
menyebabkan konsumsi pakan menurun dan berakubat pada menurunya
laju pertumbuhan. Pada hewan tertentu, suhu tinggi juga berpengaruh
terhadap kemampuan reproduksi, yakni menurun. Pemaksaan penggunaan
suatu lokasi yang temperaturnya fluktuasi, kurang cocok bagi hewan, akan
menyebabkan menurunya penampilan produksi. Mudah dalam teknologi
yang berurusan dengn iklim misalnya dengan penggunaan AC dan heater,
tetapi hal ini malah menambah beban usaha.
Suhu di daerah atau lokasi penggemukan sapi potong di PT Tri
Nugraha Farm optimal untuk usaha penggemukan sapi potong. Untuk
curah hujan disuatu lokasi berhubungan erat dengan temperatur di daerah
tersebut. Temperatur pada musim hujan akan lebih rendah dibandingkan
dengan pada musim kemarau karena tergantung pada keberadaan hijauan.
Sedangkan, lokasi yang ideal untuk usaha peternakan sapi potong berkisar
antara 800-1.500 mm/tahun.
Lokasi kandang yang dipilih di PT Tri Nugraha Farm ini terletak
agak jauh dari pemukiman penduduk. Kira-kira 200 meter dari rumah
pendududuk. Akses jalan yang menuju ke pasar juga bias dijangkau
dengan kendaraan hal ini sesuai dengan pendapat Aulia (2009) yang
menyatakan bahwa lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah
commit
daerah yang letaknya cukup to user
jauh dari permukiman penduduk, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

mudah dicapai kendaraan. Kandang harus pisah dengan rumah tinggal


dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
peralatan kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya
dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. Dalam
pemilihan lokasi untuk usaha ternak sapi potong (feedlot) sebaiknya jauh
dari permukiman masyarakat dan memiliki akses ke pasar serta letak dan
ketinggian lokasi harus diperhatikan, letak dan ketingiannya terhadap
lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (Aulia.2009).
PT Tri Nugraha Farm mempunyai beberapa jenis kandang yang
mempunyai fungsi tersendiri yaitu kandang penggemukan, kandang
karantina, kandang pembibitan, kandang pedet, kandang betina produktif
(perah). Model kandang sapi pada PT Tri Nugraha farm menggunakan
kandang dengan sistem kelompok dimana kandang kelompok ini
umumnya digunakan pada perusahaan penggemukan sapi sistem feedlot.
Satu line kandang dapat menampung sapi hingga kurang lebih 20 ekor.
Kandang ganda lebih irit dalam penggunaan bahan bangunan.
Kandang kelompok dengan ukuran 16 x 10 m dapat menampung sekitar
40 ekor sapi atau daya tampung kandang 4 m2/ekor. Kandang kelompok
lebih mudah dibersihkan. Menurut Purnawan dan Cahyo yang menyatakan
bahwa kelemahan dari kandang bentuk ini adalah ternak kurang terlindung
dan pertikaian antar ternak yang bisa menyebabkan ternak luka-luka dapat
terjadi, kelemahan lainya yaitu adanya persaingan pakan yang terjadi pada
ternak yang menyebabkan ternak kurang konsumsi pakanya.
Kontruksi kandang harus diperhatikan dengan cermat karena
keadaan kandang yang dibuat nantinya akan memudahkan operasional
kerja dengan baik. Operasional kerja yang bisa terlaksana dengan praktis
seperti pemberian pakan dan minum, sanitasi kandang. Kerangka kandang
di PT. Tri Nugraha Farm terbuat dari bahan besi dan beton yang
disesuaikan dengan model kandang yang diinginkan (Lampiran 2).
Bahan atap kandang yang dipergunakan yaitu asbes dengan model
commit
model atap monitor sehingga to user
memudahkan dalam sirkulasi udara. Asbes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

digunakan karena mempunyai daya tahan baik terhadap cuaca dan bahan
yang digunakan tidak terlalu panas karena letak kandang dekat dengan
daerah pegunungan sehingga tidak menimbulkan ternak menjadi stress dan
nyaman.
Dinding kandang di PT Tri Nugraha Farm terbuat dari tembok
dengan model tertutup sepenuhnya karena terletak di dataran tinggi.
Dinding kandang berfungsi untuk mengurangi terpaan angin secara
langsung ke dalam kandang, menghambat keluarnya panas tubuh pada
ternak pada malam har, dan membatasi ternak agar tidak bisa keluar.
Lantai kandang terbuat dari beton yang dilengkapi dengan karpet
karena di sini adalah tempat berdirinya sapi sehingga peternak harus
membuat sapi nyaman. Alasnya tidak keras, rata, dan tidak licin sehingga
dapat membuat sapi nyaman dan tidak berbahaya bagi ternak dan para
pekerja.
Selokan untuk menampung air kencing dan sisa pembersihan
kotoran sapi sudah ditata dengan baik sehingga air tersebut dapat mengalir
lancar. Terkadang tersumbat dan ini diakibatkan dari sisa jerami yang
kurang besrsih dari pemberian pakan dan pembersihan kandang.
Peralatan kandang yang digunakan umunya sama dengan
peternakan lainya yaitu cangkul, ember, sekop,sapu lidi, alat penggaruk,
engkong, sabit, timbangan sapi, karung, selang air, suntikan, buku
recording , kelengkapan kandang lainya yaitu tempat pakan dan minum
(70 cm x 60 cm), tambatan sapi yang terbuat dari besi agar sapi tidak
berjalan kemana-mana, tempat penyimpanan jerami, bak tendon air,
gudang untuk menyimpan perlengkapan kandang, tempat penimbangan,
tempat penampungan kotoran, pagar dan kantor. Kelengkapan kandang
untuk pemenuhan kebutuhan sapi di dalam kandang untuk menunjang
aktivitas makan, minum, istirahat, perawatan, dan buang kotoran sapi pada
kandang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

4. Manajemen Pakan
Usaha penggemukan sapi potong yang di kandangkan sepanjang waktu
membutuhkan pengolahan yang baik. Salah satunya dengan penyediaan pakan
yang secara kuantitas cukup dan kualitas baik. PT Tri Nugraha Farm
menggunakan system dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan
memprioritaskan pemberian pakan berupa konsentrat. Pakan berupa hijauan
hanya di berikan sedikit sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi.
Berkisar 30:70% dengan perbandingan jerami dan konsentrat dikarenakan
kandungan nutrien dalam konsentrat mampu membantu dalam penambahan
berat badan. (Tabel 4)
Tabel 4. Jadwal pemberian pakan
hijauan/
Waktu konsentrat
jerami
04.30 WIB 3 kg
08.00 WIB 2 kg
13.00 WIB 6 kg
15.00 WIB 3 kg
Sumber: Data Primer Magang Mahasiswa di PT. Tri Nugraha Farm
Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan di PT Tri Nugraha Farm
dua kali yaitu pagi hari dan siang hari. Konsentrat diberikan dahulu kemudian
selang dua jam diberikan hijauan dikarenakan nutrient yang terkandung dalam
konsentrat akan membantu mikrobia dalam rumen untuk mencerna hijauan
akan lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2003) yang
menyatakan bahwa pemberian konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu
teknik yang memberikan tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi sebab,
pemberian hijauan yang hampir bersamaan waktunya dengan pemberian
konsentrat akan berakibat pada penurunan kecernaan bahan kering dan bahan
organik ransum. Adanya hijauan dan konsentrat pada waktu yang bersamaan
itu akan mengurangi kecernaan hijauan di dalam rumen. Hal ini terjadi karena
mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna
konsentrat terlebih dahulu (umumnya konsentrat lebih mudah di cerna dari
pada hijauan). Pemberian konsentrat yang dilakukan dua jam sebelum
commit to user
pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

organik ransum. Hal ini terjadi karena konsentrat yang relatif banyak
mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen
pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen.
Pakan disusun dengan komposisi sederhana akan tetapi tidak
mengurangi kandungan nutrient yang berarti disini dapat menekan biaya
produksi dalam pemeliharaan. Komposisi konsentrat dapat dilihat pada
Lampiran 5 dengan komposisi konsentrat tersebut didapatkan kandungan
nutrient pada Tabel 5
Tabel 5. Kandungan Nutrien
Nutrien
BK 84%
ABU 11,37%
PK 13%
TDN 68,7%
ME 2073 Kcal/kg
SK 14,66%
Ca 0,6%
P 0,82%
K 0,3%
Na 0,2%
Sumber : Data sekunder Kandungan Konsentrat PT Tri Nugraha Farm
. Berdasarkan jumlah konsumsi pakan pada Lampiran 9 yaitu 10,83 kg
dibandingkan dengan standar kebutuhan pada Lampiran 7 kisaran berat badan
sapi 400-450 sudah memenuhi standar kebutuhan BK. Selain pemberian
pakan, pemberian air minum juga harus diperhatikan. Air minum ad libitum
jumlah yang diberikan kira-kira 20-40 liter per hari. Sisa air minum digunakan
untuk membersihkan kandang sapi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

5. Manajemen Kesehatan dan Penyakit Ternak.


Penjagaan kesehatan dalam upaya untuk pencegahan penyakit
dilakukan secara komprehensif dan saling terkait, yaitu mulai dari
pengendalian bakalan, kandang, pakan dan minum, serta perawatan kebersihan
tiap harinya. Penyakit sendiri datang dengan adanya tanda-tanda khusus,
namun, tanda – tanda ini kadang tidak nampak dan sulit dikenali. Sehingga
dilakukan pencegahan penyakit dari pada mengobati akan lebih menambah
biaya untuk penggunaan obat.
Pengendalian penyakit dimulai dari bakalan datang. Setelah bakalan
ditimbang kemudian dimasukan ke dalam kandang karantina, dimana kandang
karantina telah disterilkan selama satu hari kemudian bakalan diberikan
antibiotik berupa LA max dan vitamin B Komplek setelah tiga hari diberikan
obat cacing albenol, protex, albendasol. Bakalan dibiarkan selama satu
minggu untuk penyesuaian terhadap lingkungan baru.
Untuk sanitasi kandang penggemukan dilakukan pembersihan selama
satu kali untuk pembersihan lantai kandang dan tempat pakan minum dengan
meliputi pembuangan kotoran dalam penampungan limbah, sanitasi
lingkungan dengan menyapu dan pembersihan alat-alat kandang. Sanitasi
kandang sendiri di lakukan setiap pukul 09.00 setelah pemberian pakan.
Sanitasi terhadap ternak dengan pemandian minimal satu kali per hari
tidak dilakukan karena berbagai faktor mulai dari kurangnya air bersih, waktu
dan kurangnya ketersediaan air untuk memandikan ternak. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Sugeng (2001) yang menyatakan bahwa salah satu cara
untuk menjaga agar ternak terhindar dari penyakit dengan usaha menjaga
kebersihan lingkungan kandang seperti lantai yang bersih. Sapi harus
dimandikan satu kali perhari dengan tujuan agar parasit kulit atau gatal-gatal
tidak mudah menghinggapinya.
Selain menjaga kebersihan lingkungan pengendalian pada penyakit
ternak juga dilakukanya pencegahan berupa vaksinasi, vaksinasi dibutuhkan
sapi selama proses pemeliharaan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Dengan demikian, sapi tidak commit to user penyakit yang disebabkan oleh
akan terserang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

mikroorganisme sesuai dengan penentuan vaksin tersebut. Pemberian vaksin


di PT Tri Nugraha Farm ini dilakukan pada saat sapi berada di kandang
karantina. Sehingga pemberian vaksinnya cukup dari gejala-gejala penyakit
yang dialami sapi . vaksinasi dilakukan tiap 3 bulan sekali. Pemberian obat
cacing dengan menggunakan Albendasol. Pemberian obat cacing dengan cara
oral dan suntik. Penyakit yang sering menyerang di PT Tri Nugraha Farm
sendiri adalah diare, kembung dan cacingan.
Upaya untuk penegndalian penyakit yang sering muncul adalah dengan
menyediakan pakan yang berkualitas, pakan sapi harus cukup dan terjamin
kualitas serta nutrientnya, penyediaan pakan dan minum harus diusahakaan
bersih, hindari pemberian pakan yang tidak baik, kadaluarsa, basi atau busuk,
pakan yang tidak diketahui sumbernya dengan jelas tidak boleh diberikan,
pakan yang tercemar mikroorganisme dapat menyebabkan sapi terserang
penyakit diare. Pemberian konsentrat yang berlebihan dan kandungan serat
kasar yang rendah dapat menyebabkan kembung. Akumulasi fermentasi pakan
konsentrat akan memproduksi gas dan buih sehingga menyebabkan kembung.
Kembung sendiri cara pengendaliannya dengan memberikan minyak kayu
putih dioleskan pada bagian perut. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan
minyak kayu putih putih akan cepat mengobatinya.
6. Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan di Perusahaan Pembibitan dan
Penggemukan Sapi Potong PT Tri Nugraha Farm yaitu masuk pada pabrik
pengolahan hasil ternak PT Adi Boga Cipta dengan pemilik yang sama.
Sebelum disetorkan ke PT Adi Boga Cipta sapi potong dari PT Tri Nugraha
Farm dijual pada jagal dengan tujuan agar hasil samping dari pemotongan sapi
tersebut seperti kulit, kepala dll dapat dimanfaatkan dan menambah hasil
tersendiri untuk jagal. Pembuatan Produk hasil ternak menggunakan daging
sapi tertentu.
Dalam setiap harinya sapi dijual dua ekor dengan harga Rp. 26.000;
perkg berat hidup diperusahaan ini tidak menjual sapi keluar dikarenakan
untuk memenuhi kebutuhan commit
dalam to user
pembuatan hasil ternak seperti sossis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

nuggets, bakso dll. Pemasaran adalah kunci pokok dari segala usaha apapun.
Untuk pemasaran dari usaha peternakan masih terbuka lebar. Pemasaran sapi
bisa dilakukan dengan menjual berupa sapi hidup ataupun berupa daging segar
maupun olahan. Namun, yang dilakukan oleh pak Joko sapi dijual hidup
dengan taksiran berat badan sapi tanpa dilakukan penimbangan. Sebenarnya
untuk pemasaran dari hasil usaha feedlot lebih baik dilakukan dengan
timbangan, sehingga untuk usaha yang berikutnya kita bisa menyesuaikan
pengeluaran biaya pakan dengan PBB tiap hari. Dengan itu kita bisa membuat
analisa kasar usaha sapi penggemukan sapi potong secara feedlot.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Manajemen pemeliharaan Penggemukan Sapi Potong di PT Tri Nugraha


Farm pada dasarnya sudah cukup baik karena beberapa hal telah memenuhi
standar pemeliharaan meskipun tidak keseluruhan sesuai dengan standar
pemeliharaan yang baik.
Perkandangan yang dipergunakan di PT Tri Nugraha Farm hampir
seluruhnya sudah cukup memenuhi standar pemeliharaan Sapi Potong. Dari
model kandang yang digunakan dan ventilasi untuk sirkulasi udara maupun
peralatan kandang sudah cukup baik. Usaha pencegahan terhadap penyakit
meliputi, pemeriksaan kondisi Sapi, vaksinasi secara terprogram, pemberian
vitamin dan pengobatan, pemisahan Sapi yang sakit, dan penanganan Sapi
yang mati. Hambatan yang ada di dalam perusahaan antara lain masalah
sumber daya manusia. Hal ini menyangkut masalah kedisiplinan operator
kandang dalam kesadaran arti pentingnya kesehatan.
B. Saran

Dari simpulan hasil pelaksanaan magang di PT Tri Nugraha Farm


terdapat beberapa hal yang sebaiknya segera dibenahi oleh perusahaan agar
proses produksi maupun kinerja perusahaan dapat berjalan dengan optimal.
Hal-hal yang harus dibenahi antara lain: perlu adanya pengolahan limbah
untuk menambahkan pendapatan. Untuk perputaran kerja karyawan sebaiknya
diperhatikan dengan benar, dan dengan persetujuan karyawan kandang
sehingga karyawan sendiri tidak mengeluh dan karyawan. Sebaiknya sapi di
tempatkan seragam dengan umur dan berap badanya sehingga akan
mempermudah recording dan pekerja dalam pemeliharaan pemberian pakan
dan pembersihan kandang. Parasit pada kandang misalnya lalat sebaiknya di
musnahkan karena lalat merupakan hewan perantara penyakit menular,
Penambahan pakan tambahan seperti singkong dapat menambah nafsu makan
commit to user
pada ternak sehingga dapat meningkatkan PBBHnya.

36
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Anda mungkin juga menyukai