Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

SISTEM RUJUKAN
PUSKESMAS NGAJUM

KABUPATEN MALANG
KECAMATAN NGAJUM
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga laporan manajemen puskesmas ini dapat diselesaikan

Laporan ini disusun untuk pedoman atau acuan pelayanan Puskesmas Ngajum.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Uswatun Hasanah selaku kepala Puskesmas Ngajum.


2. Keluarga besar Puskesmas N gajum
3. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberi dukungan dan doa.

Penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ngajum, 20 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................4

DAFTAR ISI.....................................................................................................5

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................6

A. LATAR BELAKANG......................................................
B. TUJUAN......................................................................
C. DASAR KEBIJAKAN........................................................
D. RUANG LINGKUP..............................................................
E. METODOLOGI...............................................................

BAB II. STANDAR KETENAGAAN......................................................

A. KUALIFIKASI SDM........................................................
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN............................................................
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN………………………………………
D. BATASAN OPERASIONAL……………………………………………..
E. LANDASAN HUKUM……………………………………………………

BAB III. STANDAR FASILITAS................................................


A. BENAH RUANG……………………….…………………
B. STANDAR FASILITAS…………………………………..

BAB IV.TATALAKSANA PELAYANAN.................................................


BAB V. LOGISTIK…………………………………………………………….
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN………………………………………….
BAB VII.HASIL KERJA SAMA…………………………………………………
BAB VIII.PENGENDALIAN MUTU…………………………………………
BAB IX.PENUTUP……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,dan kemampuan


hidup sehat bagi setiap orang,agar terwujud derajat kesehatan manusia yang setinggi-tingginya
.Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan,pemberdayaan dan
kemandirian,adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat, dengan perehatian khusus
diberikan kepada pendudukrentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia, dan keluarga miskin.

Undang-Undang repoblik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2)
bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau, dan dalam pasal 30 ayat(1) menyatakan fasilitas pelayanan
kesehatanmenurut jenis pelayanannya terdiri dari pelayanan kesehatan perseorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat, ayat (2) fasilitas-fasilitas pelayan kesehatan terdiri dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat dua dan tingkat ketiga . Upaya –upaya
kesehatan, dalam hal ini upaya kesehatan perseorangan, diselenggarakan melalui upaya-upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan, pemulihan dan paliatif yan ditunjukkan pada
perseorangan, dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan ,dan didukung
sistem rujukan yang berfungsi secara mantap. Sistem rujukan dalam upaya kesehatan
perseorangan disebut sebagai sistem rujukan medik, yang berkaitan dengan upaya pengobatan
dan pemulihan.

Sistem rujukan medik tersebut dapat berupa pengiriman pasien, specimen, pemeriksaan
penunjang diagnostik, dan rujukan pengetahuan tentang penyakit. Rujukan medic
diselenggarakan dalam upaya menjamin pasien dapat menerima pelayanan kesehatan
perseoranagan secara berkualitas dan memuaskan, pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat dari lokasi tempat tinggalnya, pada tingkat biaya yang paling sesuai(low cost) sehingga
terjangkaupasien umumnya, sehingga pelayanan dapat terselenggara secara efektif dan
efisien. Diharapkan pelayanan yang diberikan dimulai dari institusi pelayanan kesehatan tingkat
dasar sudah harus berkualitas dan pasien merasa puas menerima pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, sehingga hanya kasus yang benar-benar tidak mampu ditangani di
tingkat pelayanan dasar yang akan dirujuk.

Hal ini penting, selain untuk mencegah terjadinya fenomena bypass, juga sekaligus akan
dapat mendorong berfungsinya system rujukan medic secara efektif, efisien dan mantap.

Kondisi demikian akan dapat diwujudkan kalau sistem kesehatan daerah khususnya di tingkat
kabupaten/ kota (District Health Sistem), sudah dapat difungsikan dengan baik, yang sekaligus
juga akan mendukung penguatan kualitas pelayanan kesehatan perseoranagan melalui model
pendekatan Primary health care (PHC). Dan menyongsong diterpkan Undang-Undang Badan
penyelengaraan Jaminan Sosial Nomor 24 tahun 2011, diharapkan bahwa pelayanan
kesehatan perseorangan yang didukung dengan system rujukan medik yang efektif dan efisien
serta mantap, dapat diimplementasikan secara baik, benar, serta memuaskan pesertanya.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi petunjuk teknis untuk
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perseorangan
yang menggantikan SK Menteri Kesehatan RI No.032/BIRHUB/1972
tanggal 2 September 1972 tentang Refferal Sistem yang sudah tidak
sesuai lagi dengan era desentralisasi yang sedang berlangsung
saat ini. Pedoman ini diharapkan dapat mengarahkan proses
penyelenggaraan pelayanan Kesehatan perseorangan yang berkualitas
dan berkesinambungan dalam satu sistem rujukan medik yang
berfungsi secara efektif, efisien dan mantap. Pengalaman negara lain
dapat dijadikan acuan untuk mengembangkannya. Sistem rujukan
yang efektif menjamin hubungan yang akrab antar tingkat sistem
Kesehatan dan menjamin pasien untuk menerima perawatan yang
paling sesuai dan terjangkau dari tempat tinggalnya dan biaya yang tepat guna.

B. TUJUAN

TUJUAN UMUM

Tujuan umum:
Terlaksananya prosedur rujukan pelayanan Kesehatan perseorangan
mengikuti standar mutu1 dan keselamatan pasien sesuai dengan
kriteria rujukan, di semua tingkat fasilitas pelayanan Kesehatan
perseorangan di Indonesia.

TUJUAN KHUSUS

1. Meningkatnya kemampuan fasilitas pelayanan Kesehatan


perseorangan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
yang berkualitas dan memuaskan, sehingga masyarakat bersedia
memanfaatkan sebagai kontak pertamanya, dalam mengawali
proses pelayanan Kesehatan perseorangan.
2. Tertatanya alur pelayanan Kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dua dan ketiga secara berkesinambungan, mengikuti
prosedur di setiap tingkatan, sesuai dengan kompetensi,
kewenangan dan proporsi masing-masing tingkatan, sehingga
pelayanan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil
guna.
3. Meningkatnya akses dan cakupan pelayanan Kesehatan
perseorangan secara merata dan menyeluruh (universal coverage),
yang didukung oleh sistem jaminan Kesehatan sebagaimana
diatur dalam UU SJSN dan UU BPJS Kesehatan dan peraturan
pelaksananya.
4. Menjamin terselenggaranya pelayanan Kesehatan perseorangan
yang merata, berkualitas dan memuaskan, serta berkelanjutan
(continuum of care), dalam upaya mencapai target sasaran MDGs
di Indonesia.
5. Memberikan petunjuk yang jelas dan kepastian hukum bagi
Fasyankes dalam memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu

.
C. MANFAAT

Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1.Puskesmas

Sebagai data,masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi kelengkapan


sarana prasarana, ketepatan prosedur maupun keefektivitasan dari pelaksanaan
sistem rujukan dan dapat melaksanakan sistem rujukan yang sesuai Sistem
Kesehatan nasional di Pukesmas Ngajum, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang

2.Petugas Kesehatan

Menambah masukan tentang ketepatan prosedur maupun indikasi dalam


pelaksanaan sistem rujukan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.KUALIFIKASI SDM

……………………………….

B. DISTRIBUSI KETENAGGAN

1.Untuk rujukan umum pasien tidak gawat langsung ke poli


2.Untukpasien BPJS, pasien yang tidak gawat rujukan dibuat di poli
3.Pasien gawat darurat, maka harus ………………….

C.RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pedoman ini meliputi, rujukan pasien, rujukan material (specimen )

D. BATASAN OPERASIONAL

Rujukan di puskesmas ngajum ada 3 macam yaitu:


1.Rujukan pasien gawat darurat
2.Rujukan pasien tidak gawat darurat (rujukan internal)
Pasien tidak gawat biasanya,pasien dengan penyakit yang membutuhkan
penanganan dokter spesialis dan Untuk pasien dengan gawat darurat yang tidak
bias ditangani di Puskesmas Ngajum.
3.Rujukan material (spesimen) biasanya dibutuhkan dahak untuk Tes TCM

E. LANDASAN HUKUM

1. UU No 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran


2. UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. UU No 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
4. UU No 38 tahun 2014 TENTANG KEPERAWATAN
5. UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
6. UU No 40 tahun 2004 tentang system jaminan social…..?
7. UU No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
8. UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
9. UU No 24 tahun 2011 tentang badan pelaksana jaminan social
10. PP No 72 tahun 2012 tentang system kesehatan nasional
11. PMK 741 tahun 2008 tentang SPM
12. PMK No 657 tahun 2009 tentang pengiriman dan penggunaan spesimen klinik,
materi bio logic dan muatan informasi
13. PMK No 658 tahun 2009 tentang jejaring laborat diagnosis penyakit infeksi new
emergensi dan ve emergensi
14.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. DASAR PEMIKIRAN
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur
lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
8
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
Keliling.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan
kesehatan (promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada
semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia.
Fungsi dan Peran Puskesmas
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi sebagai berikut:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan.
Memiliki makna bahwa puskesmas harus mampu membantu menggerakkan
(motivator dan fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang
diselenggarakan di tingkat kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu,
berorientasi, serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
Diharapkan setiap pembangunan yang dilaksanakan seyogyanya yang
mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi
lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuyan keluarga agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk
melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak lain.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas
bersifat holistik, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok
(basic health service), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
9
masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas
merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan
merata.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
• Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta
sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan
dalam dan luar gedung di wilayah kerja puskesmas.
• Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya,
melalui upaya rawat jalan dan rujukan.
• Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan
puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara
sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
Pengertian Sistem Rujukan
Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk
memberikan informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.
Rujukan dapat berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan
adalah tempat materi tersebut ditemukan.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan
pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun
horizontal. Secara vertikal dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu. Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya.
Jenis Rujukan
Sistem rujukan menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128
Tahun 2004) dibagi menjadi:
10
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah
medik perorangan yang antara lain meliputi:
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional
dan lain-lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih
lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu
penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas,
dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada
saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan
masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
11
Gambar 1. Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004
.
Sistem rujukan dalam bidang obstetri dibagi menjadi:
1. Rujukan Terencana, rujukan ke rumah sakit yang telah disiapkan dan direncanakan
jauh-jauh hari bagi ibu risiko tinggi. Ada 2 macam rujukan terencana yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB), untuk ibu dengan resiko tinggi yang masih
sehat dan belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan, ibu masih dapat
berjalan sendiri atau naik kendaraan umum, dan tidak membutuhkan alat
ataupun obat.
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR), meliputi rujukan In Utero bagi janin dengan
masalah dan janin risiko tinggi yang masih sehat (misalnya kehamilan dengan
riwayat obstetrik jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens).
Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan
inkubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, memberi
nutrisi dan O2, tetap pada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.
Pada jam-jam krisis pertama bayi langsung mendapatkan perawatan
12
spesialistik dari dokter spesialis anak. Manfaat RDB/RDR: pratindakan diberi
KIE, tidak membutuhkan stabilisasi, menggunakan prosedur, alat, obat
standar (obat generik), lama rawat inap pendek dengan biaya efisien dan
efektif terkendali, pasca tindakan perawatan dilanjutkan di puskesmas.
2. Rujukan Tepat Waktu (RTW), rujukan untuk ibu dengan gawat darurat obstetrik,
perdarahan antepartum, preeklampsi berat/eklampsia, dan ibu dengan komplikasi
persalinan dini yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa faktor
resiko.
Sistem rujukan menurut tata hubungannya dibagi menjadi:
1. Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk.
2. Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya dibagi menjadi:
1. Rujukan Medis:
• Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
• Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
• Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
• Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif, yang antara lain meliputi bantuan.
• Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa
atau berjangkitnya penyakit menular.
• Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
• Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan massal.
13
• Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas
terjadinya bencana alam.
• Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan
air bersih bagi masyarakat umum.
• Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.
Jenjang Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, maka jenjang pelayanan kesehatan
dibagi menjadi lima jenjang, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga.
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat.
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya
posyandu, polindes, saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional
dibawahnya, yaitu praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga, dan lainlain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua.
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesialis) oleh Balai Pengobatan
Penyakit Paru (BP4), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai
Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM), Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat
(BKOM), Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T),
rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas
kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga.
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh
rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan
departemen kesehatan.
Jalur Rujukan
Jalur rujukan dibagi menjadi dua, yaitu:
14
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan:
1) Antara masyarakat dengan puskesmas.
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas.
3) Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap.
4) Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
lainnya.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat:
1) Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.
2) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral.
3) Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).
Keuntungan Sistem Rujukan
1. Pelayanan dan pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara
psikologis memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga pasien.
2. Penataran yang diadakan secara teratur dan berkala akan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas daerah, sehingga semakin banyak kasus
yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing, serta meningkatkan
kewaspadaan tenaga kesehatan akan kasus-kasus sulit tertentu yang harus segera
dirujuk.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan
tenaga ahli dan fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.
Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun
kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan
harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
15
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat
yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa
prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.
1. Prosedur standar merujuk pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar
petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian
pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
b. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register
rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan
tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.
2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.
16
a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk
lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk
ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai
aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis
dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang
paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan yang akan
dilakukan kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat
rujukan pasien rangkap 2, kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien,
prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
3. Prosedur standar membalas rujukan pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan
pasien ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara
lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya
perlu di follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi
pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
17
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah
memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam
keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir
pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan untuk
setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk
memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan
berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon,
handphone, faksimili dan sebagainya.
4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien
a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/Puskesmas yang
terakhir merawat pasien tersebut.
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau (follow
up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register
pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan
dan memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah
diterima.
18
Persiapan Rujukan
1. Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh
minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan medis, maternal dan
perinatal.
2. Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut
mengantar pasien ke tempat rujukan.
3. Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien,
alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada pasien.
4. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk. Jenis-jenis obat yang dibutuhkan diantaranya:
a. Epinephrin
b. Lidokain
c. Sulfas atropin
d. Dopamin
e. Magnesium sulfat
f. Morfin
g. Kortikosteroid
h. Natrium bikarbonat
i. Kalsium glukonat/Kalsium klorida
j. Furosemide
k. Diazepam
6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan
pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
secepatnya.
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
a. Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. Isi tas PP:
1. Pembalut gulung
2. Pembalut segitiga
3. Kassa steril
4. Plester
5. Kapas putih
6. Plester cepat (misal Tensoplast, dll)
7. Cairan antiseptik
8. Cairan pencuci luka rivanol
9. Obat-obatan
19
10. Alat medis tambahan
11. Gunting
12. Pinset
13. Senter
14. Peniti
15. Buku catatan dan alat tulis
16. Stetoskop
17. Tensimeter
18. Termometer
b. Alat pelindung diri
c. Sepatu bot
d. Perlengkapan medis
1. Alat pemeriksaan
2. Emergency kit
e. Airways and breathing set
1. Ventilator mobile/portable
2. Tabung oksigen portable
3. Suction unit
4. Bag valve mask
5. ETT
6. Laringoscope
7. Pulse Oxymetri
8. Oxyhood
f. Circulation set
1. Vena sectie set
2. Hanging blood pressure monitor
3. Automatic external defibrilator
4. EKG monitor
5. Intraosseus needle
g. Trauma set
1. Necsplint/collar splint
2. Long spine board
3. Wound toilet set
4. Minor surgery set
h. Alat angkut evakuasi
1. Scoope stretcher
2. Stretcher beroda
i. Lain-lain
1. Infus set
2. Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
3. Kantung muntah
4. Box tissue
5. Satu pak gelas
6. Satu pak tissue basah
7. Empat liter air steril/NaCl
8. Empat buah alat pengikat lunak
9. Kantung sampah
j. Obat-obatan
k. Alat komunikasi
1. Radio medik
20
2. Mobile phone
7. Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat
rujukan.
8. Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau
calon pendonor darah dari keluarga untuk berjaga–jaga dari kemungkinan kasus
yang memerlukan donor darah.
Mekanisme Rujukan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.
2. Menentukan tempat rujukan.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
5. Melakukan persiapan rujukan.
6. Pengiriman penderita.
7. Tindak lanjut penderita:
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.
b. Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan
lanjut tetapi memiliki hambatan melapor.
B. MEKANISME RUJUKAN PUSKESMAS BATEALIT JEPARA
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:
Keputusan untuk melakukan rujukan dilakukan apabila puskesmas tidak
dapat memberikan pelayanan medis dan/atau pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan pasien.
Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
PONED: dilakukan oleh bidan.
2. Menentukan tempat rujukan:
21
Sebagian besar pasien dirujuk ke RS Kartini Jepara dan RS Islam Jepara, atas
saran dan penjelasan dari perawat, bidan, atau dokter jaga, dengan persetujuan
pasien dan keluarga.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
Memberikan informasi mengenai alasan pasien dirujuk kepada pasien dan
keluarga pasien.
Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
PONED: dilakukan oleh bidan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
Tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu bahwa akan ada
penderita yang dirujuk.
5. Melakukan persiapan rujukan.
a. Persiapan Tenaga Kesehatan, tidak terdapat ketentuan jumlah tenaga medis
yang harus ikut mendampingi pasien dan keluarga pasien hingga sampai di
tempat rujukan.
b. Persiapan Keluarga, pasien dan keluarga pasien diberikan informasi
mengenai alasan dilakukan rujukan.
c. Persiapan Surat, keluarga pasien diberi surat pengantar/surat rujukan yang
berisi identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah
diberikan pada pasien.
Pasien rujukan PONED diberikan surat rujukan dari puskesmas, surat dibuat
rangkap tiga, satu untuk dibawa pasien dan keluarga sebagai pengantar ke
tempat rujukan, satu disimpan oleh bidan, satu disimpan di instalasi
PONED puskesmas. Dilakukan pencatatan pasien yang dirujuk di buku
rujukan.
Pasien rujukan instalasi gawat darurat dan rawat inap diberikan satu surat
rujukan sebagai pengantar ke tempat rujukan. Tidak dilakukan pencatatan
rujukan pasien dari instalasi gawat darurat dan rawat inap.
Pasien rujukan pasien rawat jalan/BP dilakukan untuk kepentingan
pendataan asuransi/jaminan kesehatan, dicatat di buku rujukan. Surat
rujukan memiliki format yang berbeda dengan surat rujukan instalasi gawat
darurat, rawat inap, dan PONED. Surat dibuat rangkap dua, satu untuk
pasien dan satu untuk disimpan puskesmas.
22
Gambar 1. Surat rujukan Puskesmas Batealit
.
Isi surat rujukan Puskesmas Sambas terdiri atas kop surat, nomor surat,
perihal, tempat dan tanggal penulisan surat, tempat rujukan yang dituju,
identitas pasien (nama, umur, dan alamat pasien), diagnosa/diagnosa
sementara, gejala, tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan, serta
tempat untuk tanda tangan Kepala Puskesmas Batealit. Surat
ditandatangani oleh Dokter, dapat ditandatangani oleh Perawat.
d. Persiapan alat, obat, dan kendaraan.
Kendaraan yang digunakan sebagai ambulance Puskesmas adalah
Toyota Kijang F60 standard tahun pembuatan 2004 dengan kapasitas
silinder 1781cc bernomor polisi K 9597 C atas nama pemilik
Pemerintah Kabupaten Jepara. Kondisi ambulance dirasa kurang
nyaman untuk pasien, keluarga pasien, dan tenaga medis yang ikut
mengantar karena AC tidak dingin yang mungkin dikarenakan
adanya gangguan pada freon AC tersebut. Ketersediaan oksigen
pada saat mengantar juga harus menjadi perhatian serius,oksigen
sebaiknya harus selalu berada dalam kondisi penuh dan air oksigen
yang selalu terisi. Lampu sirine berwarna biru menyala kurang
terang dan pengeras sirine perlu diadakan servis agar suara yang
23
dihasilkan lebih keras. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan
perhatian untuk perbaikan ambulance ke depannya:
Tidak terdapat Tas PP
Tidak terdapat alat pelindung diri
Tidak terdapat perlengkapan medis di dalam mobil ambulance,
tenaga medis menyiapkan sendiri perlengkapan medis yang
diperlukan saat itu
Tidak terdapat airway dan breathing set
Tidak terdapat circulation set
Tidak terdapat trauma set
Alat angkut berupa stretcher beroda
Tidak terdapat infus set, kantung muntah, kantung sampah, dan
perlengkapan tambahan lain di dalam mobil ambulance. Obatobatan,
infus set, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan saat
itu disiapkan sendiri oleh tenaga medis sesaat sebelum merujuk
pasien.
Tidak terdapat alat komunikasi di dalam mobil ambulance. Untuk
berkomunikasi digunakan alat komunikasi pribadi milik keluarga
pasien atau tenaga medis yang ikut mengantar.
Gambar 2. Mobil ambulance tampak depan.
24
Gambar 3. Mobil ambulance tampak belakang.
Gambar 4. Bagian dalam mobil ambulance.
25
Gambar 5. Kelengkapan mobil ambulance berupa tabung oksigen.
6. Pengiriman penderita.
Dilakukan dengan mobil ambulance milik puskesmas, kelengkapan
mobil ambulance kurang, tidak memiliki sopir ambulance tetap.
Tidak ada ketentuan jumlah tenaga medis yang harus ikut mengantar dan
mendampingi pasien dan keluarga ke tempat rujukan.
7. Tindak lanjut penderita:
Puskesmas melakukan pelayanan medis lanjutan kepada penderita yang
datang ke puskesmas setelah selesai mendapatkan pelayanan
(pengobatan rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan penunjang tertentu) di
tempat rujukan.
Puskesmas memberikan surat pengantar rujukan ke tempat rujukan
sesuai permintaan pasien untuk mendapatkan pelayanan medis di tempat
rujukan.
26
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara keseluruhan,manajemen sistem rujukan di Puskesmas Sambas Kabupaten
Sambas sudah sesuai dengan pelaksanaan sistem rujukan yang berpedoman kepada Sistem
kesehatan Nasional. Tenaga medis yang ditunjuk merujuk oleh Kepala Puskesmas Sambas,
juga sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan
yang masih ada:
a.Kurang lengkapnya sistem pencatatan dan pendataan rujukan.
b.Kondisi kendaraan yang kurang nyaman.
c.Kelengkapan alat maupun srana dan prasarana yang diperlukan
27
Semoga kekurangan tersebut dapat diatasi demi peningkatan pelayanan kesehatan
di Puskesmas Sambas.
Saran-saran:
a. Perlunya dibuat suatu susunan form tertulis yang tetap setiap melakukan tindakan
rujukan.
b. Diperlukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan evaluasi seusai merujuk
apakah sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
c. Sebaiknya surat rujukan dibuat dalam dua rangkap.
d. Perlunya dipertimbangkan pengadaan alat-alat maupun sarana dan prasarana medis
dan nonmedis untuk diintegrasikan secara komprehensif pada mobil ambulance
puskesmas.
e. Perlunya komunikasi yang intensuif antara puskesmas dengan pihak yang merujuk
dan pihak tempat rujukan, terkait persiapan sebelum merujuk maupun pada saat
penerimaan pasien di tempat rujukan (pentingnya pemberitahuan melalui telepon
terlebih dahulu pada tempat rujukan)
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI:
Pedoman Pengembangan dan Pembinaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di
Indonesia, Direktorat Rumah Sakit, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta, Tahun 1978.
2. Departemen Kesehatan RI:
Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Tahun 2005.
3. Departemen Kesehatan RI:
Sistem Informasi Rumah Sakit Di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V),
Keputusan Menkes RI No.1410/Menkes/SK/X/2003, Tanggal 1 Oktober 2003,
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta Tahun 2003.
4. Notoatmodjo Soekidjo:
28
http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/07/14/sistem-rujukankesehatan-diindonesia.
Konsultasi tanggal 24 Januari 2011.
5. Nasution, Abdul Bari., Adriaansz, George., Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo Trihono. 2005. Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma
Sehat. Jakarta : Sagung Seto
7. www.puskel.com/4-macam-sistem-rujukan-upaya-kesehatan/
8. www.scribd.com/poedji-rochjati
29
LAMPIRAN
CONTOH FORM RUJUKAN
30
Puskesmas :
Kecamatan :
Nomor :
Mohon pemeriksaan, pengobatan, perawatan untuk :
Nama :
Umur ibu : tahun
Alamat :
31
KASUS MATERNAL
1. Anamnesis
a. Gravida ( ), Para ( ), Abortus ( )
b. Anak hidup ( )
c. Persalinan yang lalu :
Normal ( ), ada kelainan ( )
d. Bila ada kelainan, sebutkan :
e. Saat ini hamil( )minggu
2. Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah : / mmHg
b. Tinggi fundus uteri : cm
c. His : Kuat ( ), Lemah ( )
Frekuensi ..........kali/menit
d. Denyut jantung janin :
kali/menit
e. Teratur ( ), tidak teratur ( )
f. Pembukaan serviks : cm
g. Ketuban : utuh ( ), pecah ( )
Bila pecah, air ketuban : jernih ( ),
keruh ( )
h. Faktor risiko yang ditemukan
3. Obat dan tindakan yang diberikan
a. Obat
belum diberi ( ), sudah diberi ( )
Bila sudah diberi, yaitu :
b. Tindakan yang telah dilakukan
:................................................
4. Diagnosis sementara
Tanggal merujuk......./......./.......
Yang menerima rujukan
Kepada :
Yth.
RSUD
Di
Kelamin bayi : lelaki ( ), perempuan ( )
Umur bayi :............hari...............jam
Kecamatan :
KASUS PERINATAL
1. Anamnesis
a. Umur kehamilan ibu ( ) minggu
b. Cara bersalin :
spontan ( ), forsep ( ), vakum ( ),
operasi sesar ( )
c. Presentasi bayi :
32
kepala ( ), sungsang ( ), lintang ( )
2. Pemeriksaan fisik
a. Asfiksia :
1. tidak asfiksia( ),
2. Ringan ( ),
3. Sedang ( ),
4.berat ( )
b. Berat badan
1. saat lahir ........ gram,
2. Saat rujuk........gram
c. Gejala yang ditremukan
(beri tanda yang sesuai)
Panas ( ), sesak ( ), kebiruan ( ),
krjang ( ), memar/luka/bengkak ( ),
kelainan kongenital ( ), lainlain.......
d. Faktor resiko yang ditemukan
3. Obat dan tindakan yang diberikan
a. obat :
belum diberi ( ),
sudah diberi ( ),
bila sudah diberi yaitu
yaitu :...............................................
.........
b. tindakan resusitasi yang dilakukan :
.........................................................
4. Diagnosis sementara
Jam merujuk .....: .....
Yang merujuk
33

Anda mungkin juga menyukai