Draft PMK - Perusahaan Pembiayaan
Draft PMK - Perusahaan Pembiayaan
NOMOR /PMK.010/
TENTANG
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11. Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing adalah badan atau lembaga
berbadan hukum, baik swasta maupun pemerintah yang didirikan
tidak berdasarkan hukum Indonesia.
12. Hari adalah hari kerja.
13. Direksi adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai perseroan perbatas bagi Perusahaan Pembiayaan
berbentuk badan hukum perseroan terbatas dan pengurus
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai
perkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum
koperasi.
15. Kantor Cabang adalah unit usaha dari suatu Perusahaan Pembiayaan
yang menjalankan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan.
20. Aset Produktif adalah semua aset yang dimiliki oleh Perusahaan
Pembiayaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.
22. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Perusahaan
Pembiayaan yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
23. Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai
pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti
pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.
24. Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan
Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa
(musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut
kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
25. Wakalah bil Ujra adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al
muwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).
26. Murabahah adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembeli
dan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih
-5-
sebagai laba.
27. Salam adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan
syarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak.
28. Istishna’ adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni`) dan penjual
(pembuat, shani`) dengan harga yang disepakati bersama oleh para
pihak.
29. Ketua adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan.
30. Kepala Biro adalah Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan, Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
BAB II
KEGIATAN USAHA
Pasal 2
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:
a. sewa guna usaha;
b. anjak piutang;
c. usaha kartu kredit; dan/atau
d. pembiayaan konsumen.
Pasal 3
(1) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a wajib
dilakukan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang modal
kepada Penyewa Guna Usaha untuk jangka waktu tertentu melalui
angsuran dengan mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat barang modal (sewa pembiayaan).
(3) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat
dilakukan sebagai berikut:
-6-
a. Pemberi Sewa Guna Usaha melakukan Sewa Guna Usaha atas
barang modal dari pemasok bagi Penyewa Guna Usaha (direct
lease); dan/atau
b. Pemberi Sewa Guna Usaha membeli barang Penyewa Guna Usaha
yang kemudian disewagunausahakan kembali (sale and leaseback).
(4) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) antara Pemberi Sewa Guna Usaha dan Penyewa Guna Usaha
wajib diikat dengan perjanjian tertulis.
(5) Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada pada Pemberi
Sewa Guna Usaha.
Pasal 4
(1) Anjak piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, wajib
dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek
yang memiliki jatuh tempo paling lama 2 (dua) tahun.
(2) Piutang dagang jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. piutang dari transaksi perdagangan; dan/atau
b. piutang dari kegiatan usaha pembiayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2.
(3) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (without
recourse); dan/atau
b. Anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (with
recourse).
(4) Dalam anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, seluruh risiko atas
tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutang
ditanggung Pembeli Piutang.
(6) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) antara Pembeli Piutang dan Penjual Piutang wajib diikat
dengan perjanjian tertulis.
-7-
Pasal 5
(1) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c,
wajib dilakukan dalam bentuk kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.
(2) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit dan Pemegang Kartu Kredit
wajib diikat dengan perjanjian tertulis.
Pasal 6
(1) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
d, wajib dilakukan dalam bentuk pembiayaan untuk pengadaan
barang, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, berdasarkan
kebutuhan Konsumen dengan pembayaran secara angsuran.
Pasal 7
Ketentuan mengenai pokok-pokok perjanjian tertulis kegiatan
Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),
Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (2), dan Pasal 6 ayat (4), diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Ketua.
-8-
BAB III
PENDIRIAN DAN PERIZINAN
Pasal 8
(1) Perusahaan Pembiayaan didirikan dalam bentuk badan hukum:
a. perseroan terbatas; atau
b. koperasi.
(2) Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum perseroan
terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, sahamnya
dapat dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia;
b. badan usaha atau lembaga Indonesia yang berbadan hukum;
c. Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing;
d. Negara Republik Indonesia; dan/atau
e. pemerintah daerah.
(3) Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan hukum koperasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, kepemilikannya
berdasarkan undang-undang mengenai perkoperasian.
Pasal 9
(1) Untuk melakukan kegiatan sebagai Perusahaan Pembiayaan, badan
hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) harus terlebih
dahulu memperoleh izin usaha dari Menteri.
(2) Pemberian izin usaha oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Ketua atas nama Menteri.
Pasal 10
Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1)
wajib secara jelas mencantumkan dalam anggaran dasar bahwa maksud
dan tujuan perusahaan hanya untuk menjalankan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 11
(1) Permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1), diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q.
Ketua sesuai dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
-9-
I Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 12
(1) Menteri menetapkan persetujuan atau penolakan permohonan izin
usaha dalam jangka waktu paling lama 40 (empat puluh) Hari setelah
dokumen permohonan untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 diterima secara lengkap dan benar.
Pasal 14
(1) Perusahaan Pembiayaan dalam pelaksanaan kegiatan usahanya harus
melaksanakan ketentuan mengenai penerapan prinsip mengenal
nasabah bagi lembaga keuangan non bank.
Pasal 15
Nama Perusahaan Pembiayaan wajib dicantumkan secara jelas pada
gedung kantor Perusahaan Pembiayaan.
BAB IV
PERMODALAN
Pasal 16
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan permodalan
sebagai berikut:
a. koperasi, memiliki simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
b. perseroan terbatas, memiliki modal disetor paling sedikit sebesar
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
(2) Ketentuan permodalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b dilakukan dalam bentuk setoran tunai pada salah satu
bank umum di Indonesia pada saat pendirian Perusahaan
Pembiayaan.
Pasal 17
Kepemilikan saham oleh Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c, wajib memenuhi
ketentuan paling tinggi sebesar 85% (delapan puluh lima perseratus) dari
modal disetor Perusahaan Pembiayaan.
Pasal 18
(1) Bagi pemegang saham yang berbentuk badan usaha atau lembaga,
jumlah penyertaan modal pada Perusahaan Pembiayaan ditetapkan
paling banyak sebesar:
a. modal sendiri badan usaha atau lembaga yang bersangkutan,
apabila tidak ada penyertaan yang telah dilakukan; atau
b. modal sendiri badan usaha atau lembaga yang bersangkutan
setelah dikurangi dengan penyertaan yang telah dilakukan.
(2) Jumlah penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dipenuhi pada saat badan usaha atau lembaga yang bersangkutan
-14-
melakukan:
a. penyetoran modal untuk pendirian Perusahaan Pembiayaan;
dan/atau
b. penambahan modal disetor Perusahaan Pembiayaan.
(3) Modal sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi pemegang
saham yang berbentuk:
a. badan hukum perseroan terbatas merupakan penjumlahan dari
modal disetor, agio/disagio saham, cadangan, saldo laba/rugi
dan laba/rugi tahun berjalan.
b. badan hukum koperasi merupakan penjumlahan dari simpanan
pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah.
c. badan hukum yayasan adalah sebesar aktiva bersih yang terdiri
dari aktiva bersih terikat secara permanen, aktiva bersih terikat
secara temporer, dan aktiva bersih tidak terikat.
d. badan hukum lain adalah sebesar kekayaan bersih yaitu selisih
lebih aset dengan kewajiban.
e. Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di negara tempat badan usaha tersebut didirikan.
Pasal 19
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, tidak berlaku bagi
pemegang saham Perusahaan Pembiayaan yang berbentuk badan
hukum dana pensiun.
(2) Bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum dana pensiun,
pada saat melakukan penyertaan modal pada Perusahaan
Pembiayaan, jumlah penyertaan modal dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur tentang investasi dana pensiun.
Pasal 20
Pemegang saham Perusahaan Pembiayaan paling sedikit wajib memenuhi
persyaratan:
a. tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan;
b. tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan
c. tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa
keuangan;
d. setoran modal pemegang saham tidak berasal dari pinjaman;
e. setoran modal pemegang saham tidak berasal dari kegiatan pencucian
uang (money laundering); dan
f. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang
-15-
mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Pasal 21
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan perubahan pemegang
saham, sementara modal disetornya kurang dari ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), maka Perusahaan
Pembiayaan tersebut wajib menyesuaikan modal disetor menjadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1).
Pasal 22
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki modal sendiri paling kurang
sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor.
BAB V
DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Pasal 23
Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan paling
sedikit wajib memenuhi persyaratan:
a. tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor perbankan;
b. tidak tercatat dalam daftar tidak lulus (DTL) di sektor perbankan;
c. tidak pernah dihukum karena tindak pidana kejahatan di sektor jasa
-16-
keuangan; dan
d. tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyatakan bersalah yang
mengakibatkan suatu perseroan/perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Pasal 24
(1) Setiap anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan
Pembiayaan wajib lulus penilaian kemampuan dan kepatutan.
Pasal 25
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai paling sedikit 1 (satu)
orang anggota Direksi berkewarganegaraan Indonesia.
Pasal 26
(1) Anggota Direksi Perusahaan Pembiayaan wajib menetap di
Indonesia.
Pasal 27
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai paling sedikit 1 (satu)
orang anggota Dewan Komisaris yang menetap di Indonesia.
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGGUNAAN TENAGA ASING
Bagian Pertama
Struktur Organisasi
Pasal 28
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib mempunyai struktur organisasi yang
menggambarkan secara jelas paling sedikit fungsi:
a. administrasi dan pembukuan;
b. pemasaran, survei kelayakan, analisis pembiayaan dan penagihan;
c. pengendalian internal; dan
d. penerapan prinsip mengenal nasabah.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilengkapi dengan uraian tugas, wewenang, tanggung jawab, dan
prosedur kerja secara tertulis.
Bagian Kedua
Penggunaan Tenaga Asing
Pasal 29
(1) Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai kepemilikan saham oleh
Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17, dapat mempekerjakan tenaga asing sebagai tenaga
ahli, penasihat atau konsultan, atau tenaga eksekutif selain Direksi,
dengan wajib memenuhi persyaratan:
a. memiliki keahlian sesuai dengan bidang tugas yang akan menjadi
tanggung jawabnya; dan
b. memenuhi ketentuan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
(2) Perusahaan Pembiayaan yang mempekerjakan tenaga asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menyampaikan kepada
Menteri:
a. program kerja tenaga asing tersebut sesuai dengan tugasnya; dan
b. program pendidikan dan pelatihan di bidang keahliannya yang
akan diberikan tenaga asing tersebut kepada pegawai dari
Perusahaan Pembiayaan yang mempekerjakannya.
-18-
BAB VII
KANTOR CABANG
Pasal 30
(1) Perusahaan Pembiayaan dapat membuka Kantor Cabang.
(2) Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki
kewenangan:
a. menandatangani perjanjian pembiayaan; dan/atau
b. menyelenggarakan tata usaha pembukuan.
Pasal 31
(1) Pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
wajib terlebih dahulu memperoleh izin Menteri.
(2) Izin pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Ketua atas nama Menteri.
Pasal 32
(1) Untuk dapat membuka Kantor Cabang, Perusahaan Pembiayaan
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. perbandingan antara jumlah pinjaman dan jumlah modal sendiri
ditambah pinjaman subordinasi paling tinggi sebesar 10 (sepuluh)
kali; dan
b. memiliki modal sendiri paling kurang sebesar 50% (lima puluh
perseratus) dari modal disetor.
Pasal 33
(1) Permohonan izin pembukaan Kantor Cabang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) diajukan oleh Direksi Perusahaan
Pembiayaan kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan format
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 34
(1) Menteri dapat memberikan persetujuan atau penolakan permohonan
Kantor Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1).
Pasal 35
Sebelum penetapan oleh Ketua atas nama Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2), Biro Pembiayaan dan Penjaminan
-20-
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan melakukan:
a. penelitian atas kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (2);
b. analisis atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2);
dan
c. verifikasi langsung ke Kantor Cabang yang akan dibuka, apabila
diperlukan.
Pasal 36
(1) Perusahaan Pembiayaan dapat menutup Kantor Cabang setelah
melakukan pemberitahuan kepada debitur mengenai:
a. penutupan Kantor Cabang; dan
b. prosedur penyelesaian hak dan kewajiban.
(2) Perusahaan Pembiayaan wajib melaporkan penutupan Kantor
Cabang secara tertulis kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro
paling lama 10 (sepuluh) Hari setelah tanggal penutupan Kantor
Cabang.
BAB VIII
PEMBIAYAAN DAN ASET PRODUKTIF
Bagian Pertama
Pembiayaan
Pasal 37
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib memiliki aset kegiatan usaha paling
kurang sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari total aset.
(2) Aset kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. piutang pembiayaan,
b. aset yang disewagunausahakan, dan/atau
-21-
c. komponen investasi dan piutang sewa berdasarkan Prinsip
Syariah.
(3) Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal
izin usaha ditetapkan.
Bagian Kedua
Kualitas Dan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif
Pasal 38
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan penilaian dan penetapan
kualitas Aset Produktif.
Pasal 39
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib melakukan penyisihan penghapusan
Aset Produktif.
BAB IX
PENDANAAN DAN PENYERTAAN
Bagian Pertama
Pendanaan
Pasal 40
(1) Perusahaan Pembiayaan dapat menerima pinjaman dari bank
dan/atau badan usaha lainnya.
(2) Jumlah pinjaman selain bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
untuk setiap investor dengan jangka waktu paling sedikit 1 (satu)
tahun.
Pasal 41
(1) Pinjaman subordinasi merupakan pinjaman yang harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. minimum berjangka waktu 5 (lima) tahun;
b. dalam hal terjadi likuidasi, hak tagih berlaku paling akhir dari
segala pinjaman yang ada; dan
c. dituangkan dalam perjanjian tertulis antara Perusahaan
Pembiayaan dengan pemberi pinjaman.
(2) Perusahaan Pembiayaan yang menerima pinjaman subordinasi wajib
menyampaikan laporan pinjaman subordinasi sesuai dengan format
dalan Lampiran IV kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling
lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal pinjaman diterima.
Pasal 42
(1) Jumlah pinjaman Perusahaan Pembiayaan dibatasi dengan ketentuan
gearing ratio paling tinggi sebesar 10 (sepuluh) kali.
Pasal 43
(1) Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pembiayaan dapat
bekerjasama dengan bank atau Perusahaan Pembiayaan lain melalui
pembiayaan channeling atau pembiayaan bersama (joint financing),
sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Risiko yang timbul dari pembiayaan bersama (joint financing) menjadi
beban masing-masing pihak secara proporsional.
Bagian Kedua
Penyertaan
Pasal 44
(1) Perusahaan Pembiayaan hanya dapat melakukan penyertaan modal
pada perusahaan yang terkait dengan kegiatan usaha Perusahaan
Pembiayaan di Indonesia.
(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal sendiri
perusahaan yang menerima penyertaan.
(4) Jumlah penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) wajib dipenuhi pada saat melakukan penyertaan.
BAB X
PEMBATASAN
Pasal 45
(1) Perusahaan Pembiayaan dilarang:
a. menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu; dan
b. memberikan jaminan atas pinjaman/kewajiban pihak lain dalam
segala bentuknya.
(2) Perusahaan Pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup bayar
(promissory note) sepanjang hanya digunakan sebagai jaminan atas
hutang kepada bank/badan usaha lain yang menjadi krediturnya.
BAB XI
PELAPORAN
Bagian Pertama
Penyampaian Laporan Perubahan Anggaran Dasar dan Alamat
Pasal 46
(1) Perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapatkan
persetujuan dari instansi berwenang, wajib dilaporkan kepada
Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (tiga puluh) Hari
terhitung sejak tanggal diterimanya persetujuan perubahan anggaran
dasar tersebut dari instansi berwenang.
Pasal 47
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan perubahan
-27-
alamat kantor pusat atau Kantor Cabang secara tertulis kepada
Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari
terhitung sejak tanggal perubahan.
Bagian Kedua
Penyampaian Laporan Keuangan dan Kegiatan Usaha
Pasal 48
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan kepada Menteri secara
lengkap dan benar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan bulanan paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya;
b. Laporan kegiatan usaha semesteran paling lama 1 (satu) bulan
setelah periode semester berakhir;
c. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan
publik paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku terakhir.
(2) Tahun buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
ditetapkan berdasarkan tahun takwim.
(3) Akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus
terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Pasal 49
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib mengumumkan neraca dan
perhitungan laba rugi singkat paling kurang dalam 1 (satu) surat
kabar harian yang mempunyai peredaran luas, paling lama 4 (empat)
bulan setelah tahun buku berakhir.
BAB XII
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Bagian Pertama
Kegiatan Pembiayaan dan Pendanaan Berdasarkan Prinsip Syariah
Pasal 50
(1) Perusahaan Pembiayaan dapat melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah.
Pasal 51
(1) Setiap kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah wajib diikat dalam suatu akad.
Pasal 52
(1) Perusahaan Pembiayaan dapat memperoleh pendanaan berdasarkan
Prinsip Syariah.
Bagian Kedua
Perizinan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
Pasal 53
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
ayat (2), wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Menteri.
Pasal 54
(1) Perusahaan Pembiayaan Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53 ayat (2) huruf a, dapat didirikan dengan cara:
a. pendirian baru Perusahaan Pembiayaan Syariah; atau
b. perubahan Perusahaan Pembiayaan yang telah ada menjadi
Perusahaan Pembiayaan Syariah.
-30-
Pasal 55
(1) Pembukaan Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
53 ayat (2) huruf b wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mencantumkan secara jelas dalam anggaran dasarnya kegiatan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (2);
b. membentuk Dewan Pengawas Syariah;
c. memiliki modal kerja Unit Usaha Syariah; dan
d. memiliki pembukuan terpisah untuk kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah.
(2) Permohonan untuk mendapatkan izin pembukaan Unit Usaha
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b,
diajukan oleh Direksi kepada Menteri c.q. Ketua sesuai dengan
format dalam Lampiran XV Peraturan Menteri Keuangan ini,
dilampiri dengan:
a. fotokopi rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia;
b. dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (6);
c. laporan keuangan awal Unit Usaha Syariah yang terpisah dari
kegiatan usaha lainnya;
d. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat anggota
mengenai pembukaan Unit Usaha Syariah dan pengangkatan
anggota Dewan Pengawas Syariah; dan
e. fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)
atau paspor yang masih berlaku, bagi anggota Direksi yang
bertanggung jawab atas Unit Usaha Syariah.
-32-
Pasal 56
(1) Modal kerja Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55 ayat (1) huruf c ditetapkan paling kurang sebesar
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Modal kerja Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus disisihkan dalam bentuk tunai.
Pasal 57
(1) Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin untuk
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) wajib melakukan kegiatan usaha
paling lama 40 (empat puluh) Hari terhitung sejak tanggal izin
diberikan.
Pasal 58
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah wajib menyampaikan laporan keuangan
dan kegiatan usaha bulanan berdasarkan Prinsip Syariah kepada
Menteri secara lengkap dan benar, paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya.
Pasal 59
(1) Penutupan Unit Usaha Syariah hanya dapat dilakukan dengan izin
Menteri.
BAB XIII
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN DAN
PEMISAHAN
Bagian Pertama
Penggabungan dan Peleburan
Pasal 60
(1) Perusahaan Pembiayaan wajib menyampaikan laporan
Penggabungan atau Peleburan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala
Biro paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal
diterimanya persetujuan/pemberitahuan perubahan anggaran dasar
dari instansi berwenang.
(6) Sebelum izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
diberikan, Perusahaan Pembiayaan hasil Peleburan dapat
menjalankan kegiatan usaha.
Bagian Kedua
Pengambilalihan
Pasal 61
(1) Pengambilalihan dapat dilakukan dengan memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 44 Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 62
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan wajib
menyampaikan laporan kepada Menteri c.q. Ketua u.p. Kepala Biro
paling lama 10 (tiga puluh) Hari terhitung sejak tanggal diterimanya
persetujuan/pemberitahuan atas akta Pemisahan dari instansi
berwenang.
(4) Pemisahan tidak murni sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
mengakibatkan sebagian aset, kewajiban, dan ekuitas Perusahaan
Pembiayaan beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perusahaan
Pembiayaan lain atau lebih yang menerima peralihan, dan
Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pemisahan tersebut tetap
ada.
Pasal 63
(1) Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB XIV
PEMBUBARAN, PERUBAHAN KEGIATAN USAHA, DAN
PENGEMBALIAN IZIN USAHA
Pasal 64
(1) Dalam hal Perusahaan Pembiayaan bubar karena keputusan rapat
umum pemegang saham atau rapat anggota atau karena jangka
waktu berdirinya sudah berakhir, likuidator atau penyelesai harus
melaporkan pembubaran tersebut kepada Menteri c.q. Ketua paling
lama 10 (sepuluh) Hari terhitung sejak tanggal rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota dilaksanakan.
Pasal 65
(1) Dalam hal Perusahaan Pembiayaan bubar berdasarkan penetapan
pengadilan atau keputusan pemerintah, likuidator atau penyelesai
harus melaporkan pembubaran tersebut kepada Menteri c.q. Ketua
paling lama 20 (dua puluh) Hari terhitung sejak tanggal penetapan
pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap atau dikeluarkannya
keputusan pemerintah.
-37-
Pasal 66
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan perubahan kegiatan usaha
sehingga tidak lagi menjadi Perusahaan Pembiayaan dan
mengembalikan izin usaha Perusahaan Pembiayaan, harus
melaporkan kepada Menteri paling lama 10 (sepuluh) Hari terhitung
sejak tanggal diterimanya persetujuan perubahan anggaran dasar
dari instansi berwenang.
Pasal 67
Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, Pasal 65,
dan Pasal 66 Peraturan Menteri Keuangan ini, Ketua atas nama Menteri
mencabut izin usaha Perusahaan Pembiayaan.
BAB XV
SANKSI
Pasal 68
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 3 ayat (1), Pasal 3 ayat
(4), Pasal 4 ayat (1), Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (1), Pasal 5 ayat (2),
Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (4), Pasal 10, Pasal 15, Pasal 16 ayat (1),
Pasal 17, Pasal 18 ayat (2), Pasal 20, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22, Pasal
23, Pasal 24 ayat (1), Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29
ayat (1), Pasal 29 ayat (2), Pasal 31 ayat (1), Pasal 31 ayat (3), Pasal 37
ayat (1), Pasal 37 ayat (3), Pasal 38 ayat (1), Pasal 39 ayat (1), Pasal 42
ayat (5), Pasal 44 ayat (4), Pasal 45 ayat (1), Pasal 48 ayat (1) huruf c,
Pasal 49 ayat (1), Pasal 51 ayat (1), Pasal 53 ayat (1), Pasal 54 ayat (4),
Pasal 55 ayat (1), Pasal 57 ayat (3), Pasal 59 ayat (2), dan/atau Pasal 63
ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi
-38-
administratif secara bertahap berupa:
a. Peringatan;
b. Pembekuan kegiatan usaha; dan
c. Pencabutan izin usaha.
(2) Sanksi peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan masa
berlaku masing-masing 2 (dua) bulan.
(6) Dalam hal masa berlaku sanksi peringatan dan sanksi pembekuan
kegiatan usaha berakhir pada hari libur nasional maka sanksi
peringatan dan sanksi pembekuan kegiatan usaha berlaku hingga
hari kerja berikutnya.
Pasal 69
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 48 ayat (1) huruf a,
Pasal 48 ayat (1) huruf b, dan/atau Pasal 58 ayat (1) Peraturan
Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif secara bertahap
berupa:
a. Peringatan;
b. Pembekuan kegiatan usaha; dan
c. Pencabutan izin usaha.
(2) Perusahaan Pembiayaan dianggap terlambat menyampaikan
a. dalam hal laporan keuangan bulanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a dan/atau laporan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud Pasal 58 ayat
(1) disampaikan antara tanggal 11 sampai dengan tanggal 20
bulan berikutnya; dan/atau
b. dalam hal laporan kegiatan usaha semesteran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b disampaikan melewati 1
(satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan setelah periode
semester berakhir.
(3) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pelanggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 1
(satu) tahun takwim, dikenakan sanksi peringatan.
Pasal 70
(1) Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 29 ayat (3), Pasal 36
-40-
ayat (2), Pasal 41 ayat (2), Pasal 46 ayat (1), Pasal 46 ayat (3), Pasal 47
ayat (1), Pasal 49 ayat (2), Pasal 60 ayat (1), Pasal 61 ayat (2) dan/atau
Pasal 62 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. Peringatan;
b. Pembekuan kegiatan usaha; dan
c. Pencabutan izin usaha.
Pasal 71
Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 13 ayat (1) Peraturan
Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
izin usaha.
Pasal 72
Perusahaan Pembiayaan yang melanggar Pasal 57 ayat (1) Peraturan
Menteri Keuangan ini dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan
izin usaha Perusahaan Pembiayaan dengan Prinsip Syariah atau izin
pembukaan Unit Usaha Syariah.
-41-
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 73
Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha, wajib
memenuhi ketentuan Pasal 15, Pasal 25, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28, Pasal
29, Pasal 38, dan/atau Pasal 39 dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun
sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 74
Perusahaan Pembiayaan yang telah memperoleh izin usaha dan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, wajib memenuhi
ketentuan Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56,
Pasal 57, Pasal 58 dan/atau Pasal 59 dalam waktu paling lama 1 (satu)
tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 75
(1) Segala sanksi yang telah dikenakan terhadap Perusahaan
Pembiayaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dinyatakan tetap
sah dan berlaku.
Pasal 76
Permohonan pembukaan Kantor Cabang yang telah diajukan kepada
Menteri sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan dan belum
memperoleh persetujuan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 77
Pelaporan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan
yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Peraturan Menteri
Keuangan ini ditetapkan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
-42-
Pasal 78
Pelaporan perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Peraturan Menteri
Keuangan ini ditetapkan dan belum dicatat dalam administrasi
Kementerian Keuangan, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan ini.
Pasal 79
Perusahaan Pembiayaan yang pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri
Keuangan ini telah memperoleh izin usaha untuk melakukan kegiatan
usaha kartu kredit, sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib
mengikuti ketentuan Bank Indonesia.
Pasal 80
Selama ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat
(2) belum ditetapkan, Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor 1500/LK/2005 tanggal 4 Mei 2005 tetap dinyatakan berlaku dan
penyebutan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan dalam keputusan
tersebut, diubah menjadi Ketua.
Pasal 81
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang
Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna
Usaha (Perusahaan Leasing) dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan Peraturan Menteri Keuangan ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 83
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
-43-
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di
Jakarta pada tanggal
MENTERI KEUANGAN,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
PATRIALIS AKBAR
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Tembusan:
Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan.
*) coret yang tidak perlu
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami mengajukan permohonan izin pembukaan Kantor Cabang sebagai berikut:
No. Kota/Kabupaten dan Provinsi Alamat, No. Telepon, dan No. Fax
1.
dst.
Untuk melengkapi permohonan dimaksud, bersama ini kami sampaikan dokumen-
dokumen sebagai berikut:
1. bukti kepemilikan atau penguasaan gedung kantor.
2. rencana kerja tahunan kantor pusat Perusahaan Pembiayaan berupa:
a. nama kota dan alamat Kantor Cabang yang akan dibuka;
b. sumber pendanaan dan fotokopi perjanjian pinjaman;
c. target pembiayaan; dan
d. proyeksi keuangan berupa arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi (sotfcopy dan
hardcopy).
3. rencana kerja Kantor Cabang yang akan dibuka berupa:
a. target pembiayaan dan langkah untuk mencapai target;
b. sistem dan prosedur kerja;
c. struktur organisasi dan personalia termasuk nama calon kepala cabang dan riwayat
hidupnya serta jumlah karyawan; dan
d. proyeksi keuangan bulanan berupa arus kas, neraca, dan perhitungan laba rugi selama 12
bulan (sotfcopy dan hardcopy).
Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi *)
...................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan pelaksanaan penutupan Kantor Cabang sebagai berikut:
No. dan Tanggal Surat Kota/Kabupaten
No. Keputusan Pemberian Izin Alamat Alasan Penutupan
dan Provinsi
Kantor Cabang
1.
dst.
Kami telah melakukan pemberitahuan kepada debitur mengenai penutupan Kantor
Cabang tersebut dan prosedur penyelesaian hak dan kewajiban berupa ………………………
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal ............ , telah dilakukan perubahan nama sebagai berikut:
No. dan Tanggal Surat Keputusan Pemberian Nama Lama Nama Baru
Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha PT/Koperasi*)……… sebagai berikut:
Pasal Isi Pasal (Lama) Isi Pasal (Baru)
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai pengurangan
modal disetor dan modal ditempatkan sebagai berikut:
Modal Lama Baru
Modal dasar
Modal ditempatkan dan disetor
dengan komposisi pemegang saham sebagai berikut:
No. Nama Pemegang Saham Nilai Saham Lama (Rp) Nilai Saham Baru (Rp)
1.
dst.
Adapun alasan pengurangan modal disetor dan modal ditempatkan tersebut adalah
…………………
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan perubahan anggaran dasar yang
telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ………..
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal .................. , telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai status
perusahaan sebagai berikut:
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan perubahan anggaran dasar yang
telah disetujui oleh instansi berwenang, yang persetujuannya kami terima pada tanggal ………..
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal .................., telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai peningkatan
modal disetor dan modal ditempatkan sebagai berikut:
Modal Lama Baru
Modal dasar
Modal ditempatkan dan disetor
dengan komposisi pemegang saham sebagai berikut:
No. Nama Pemegang Saham Nilai Saham Lama (Rp) Nilai Saham Baru (Rp)
1.
dst.
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan:
a. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*).
b. bukti penambahan modal disetor.
c. data pemegang saham atau anggota.
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN X
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*)
tanggal .............. , telah dilakukan perubahan anggaran dasar mengenai pemegang saham yaitu:
Lama Baru
Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp)
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal .............. telah dilakukan perubahan Direksi dan Dewan Komisaris*) yaitu:
Lama Baru
Komisaris ............... ...............
Direktur ............... ...............
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan:
1. akta risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota*) tanggal ..............;
2. data anggota Direksi/ Dewan Komisaris*) meliputi:
a. fotokopi tanda pengenal berupa kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor yang masih
berlaku;
b. fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali bagi anggota Dewan Komisaris yang
tidak berdomisili di Indonesia;
c. daftar riwayat hidup dengan dilengkapi pas foto berwarna yang terbaru berukuran 4 x 6 cm;
d. bukti pengalaman operasional di bidang Perusahaan Pembiayaan atau perbankan di
Indonesia paling sedikit 2 (dua) tahun bagi salah satu Direksi;
e. hasil penilaian kemampuan dan kepatutan sebagai calon anggota Direksi/Dewan
Komisaris*) Perusahaan Pembiayaan.
Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami
mengucapkan terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan perubahan alamat kantor pusat/Kantor Cabang*) sebagai
berikut:
No. No. dan Tanggal Surat Alamat, No. Tanggal
Kota/Kabupaten Alamat Pelaksanaan
Keputusan Pemberian Telepon dan
**) dan Provinsi Lama Pemindahan
Izin Kantor Cabang**) No. Fax Baru
Alamat
1.
2.
dst.
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan bukti kepemilikan atau
penguasaan atas gedung kantor yang baru.
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XIII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Direksi PT/Koperasi *)
...................................
Tembusan:
Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan.
*) coret yang tidak perlu
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XIV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Direksi PT/Koperasi *)
...................................
Tembusan:
Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan.
*) coret yang tidak perlu
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Direksi PT/Koperasi *)
...................................
Tembusan:
Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan.
*) coret yang tidak perlu
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XVI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XVII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
LAPORAN PENGGABUNGAN/PELEBURAN *)
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini kami melaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat
anggota*) tanggal ................ telah dilakukan Penggabungan/Peleburan*) antara PT/Koperasi*)
..................... dan PT/Koperasi*)............................
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota;*)
2. akta hasil Penggabungan/Peleburan*) yang telah disetujui/dicatat*) oleh instansi berwenang,
yang persetujuan/pencatatannya*) kami terima pada tanggal ………..;
3. data pemegang saham/anggota *)
4. daftar kepemilikan berupa daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing
kepemilikan saham/daftar anggota berikut jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib serta
daftar hibah *) dan
5. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
......................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
LAMPIRAN XVIII
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /PMK.010/
TENTANG PERUSAHAAN
PEMBIAYAAN
LAPORAN PENGAMBILALIHAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*)
tanggal .............. telah dilakukan pengambilalihan PT/Koperasi*)............... oleh .......................yaitu:
Lama Baru
Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp) Nama Pemegang Saham Nilai Saham (Rp)
LAPORAN PEMISAHAN
Kepada Yth.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
c.q. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan u.p. Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan
Gedung Soemitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-
4 Jakarta 10710
Dengan ini dilaporkan bahwa sesuai dengan rapat umum pemegang saham/rapat anggota*)
tanggal .............. telah dilakukan Pemisahan murni/tidak murni*) PT/Koperasi*).........................
Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. risalah rapat umum pemegang saham/rapat anggota *)
2. akta Pemisahan yang telah disetujui/dicatat*) oleh instansi berwenang, yang
persetujuan/pencatatannya*) kami terima pada tanggal ………...
3. data pemegang saham/anggota *)
4. daftar kepemilikan berupa daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing-masing
kepemilikan saham/daftar anggota berikut jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib serta
daftar hibah *) dan
5. data anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu,*) kami mengucapkan
terima kasih.
Direksi PT/Koperasi*)
..................................
MENTERI KEUANGAN,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO