PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 “SISTEM GERAKAN DAN ORGANISASI MUHAMMADIYAH”
A. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum
Majelis ini awalnya digerakkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan dibantu oleh murid-muridnya atas kesadaran mengamalkan surat al- Ma’un. KH. Ahmad Dahlan mendorong mencari anak fakir miskin, menyantuni dan menghimpun, memberikan sandang pangan, mendidik mereka shalat dan memberikan kerja-kerja yang positif. Ide ini diteruskan, oleh KH Sudja’, murid setia KH. Ahmad Dahlan yang mempunyai banyak gerakan kemanusiaan serta sosial yang semuanya telah merakyat dalam kehidupan masyarakat, di mana ada Muhammadiyah di situ ada gerakan-gerakan kemanusiaan dan kesosialan. Visi Pengembangan: Berkembangnya fungsi pelayanan kesehatan dan kesejahteraan yang unggul berbasis Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat khususnya kaum dhu’afa sebagai aktualisasi Dakwah Muhammadiyah. Ciri Pengembangan Program: a. Sistem Gerakan 1. Menguatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang maju, professional dan modern. 2. Menguatnya pemahaman ideolog dan visi gerakan Muhammadiyah. Kegiatan: 1. Perintisan Amal Usaha Kesehatan di Daerah-daerah 2. Sosialisasi-sosialisasi Visi dan Misi Program kesehatan Muhammadiyah 3. Penyususnan dan pengelolaan Data Base Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah b. Kepemimpinan dan Organisasi 1. Menguatnya sistem managemen Organisasi Muhammadiyah yang dinamis dan produktif 2. Menguatnya sistem kepemimpinan kolektif kolegial yang transformatif yang mampu memberikan keteladanan, memobilisasi potensi, memproyeksikan masa depan, mengagendakan perubahan Kegiatan: 1. Penyelenggaraan Monitoring dan Evaluasi program melalui permusyawarahan dalam pengelolaan organisasi dan kepemimpinan 2. Perumusan berbagai panduan terkait dengan mekanisme kerja organisasi, dan keuangan di lingkungan MPKU c. Jaringan 1. Menguatnya peran jaringan Keummatan kebangsaan universal 2. Menguat dan meluasnya jaringan amal usaha, kegiatan dan perangkat persyarikatan 3. Menguatnya hubungan dan kerjasama internasional Kegiatan: 1. Pembentukan dan pengembangan jaringan program pengembangan kesehatan masyarakat (hingga skala nasional dan internasional) 2. Pembentukan Jaringan Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan berskala Regional d. Sumberdaya 1. Terlaksananya Pembinaan dan pemberdayaan anggota Muhammadiyah sebagai subjek gerakan secara konsisten dan berkelanjutan 2. Meningkatkan kualitas sumber daya amal usaha bidang kesehatan (AUMKES) melalui peningkatan kapasitas tenaga AUMKES, pendidikan, promosi, daya dukung fasilitas, dan berbagai skill yang mengembangkan keunggulan Kegiatan: 1. Seminar dan pelatihan peningkatan kompetensi Pimpinan AUMKES 2. Membangun Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan untuk pendidikan Manajemen RS e. Aksi Pelayanan 1. Terbangunnya sinergi pelayanan public sebagai wahana untuk menumbuhkembangkan Islamic Civil Society. Kegiatan: a) TOT Fasilitator dan Pelatihan GJDJ bagi Pelayanan Dasar sebagai penggerak dan penguat cabang/ranting Muhammadiyah/Aisyiysh di lingkungannya b) Pelatihan Manajemen Penanganan Bencana (HOPE) di lingkungan AUMKES 2. Terlaksanya Pelayanan Publik melalui amal usaha, program, dan kegiatan Muhammadiyah yang berkualitas. Kegiatan: a) Workshop dan Sosialisasi Pengembangan AUMKES berstandar ISO dan Akreditasi Kemenkes b) Assessment, Workshop da Sosialisasi Pengembangan Rumah Sakit dengan layanan Unggulan 3. Terlaksananya fungsi advokasi dalam pelayanan dan kebijakan publik dari gerakan Muhammadiyah. Kegiatan: a) Sosialisasi dan advokasi isu-isu/masalah kesehatan di lingkungan internal, lokal, regional, nasional dan internasional b) Penelitian yang terintegrasi dengan program pengembangan kesehatan masyarakat yang sedang berjalan B. Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Berdirinya bersamaan dengan berdirinya Muhammadiyah, pada tahun 1912 dengan nama Bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Adapun aktivitas PKO, dalam bidang kesehatan. Pada tahun 1956 Majelis Penolong Oemoem berubah nama menjadi Majelis Pembina Kesejahteraan Umat (Majelis PKU). Kemudian pada tahun 1990 berubah nama menjadi Majelis Pembina Kesehatan. Dilanjutkan pada tahun 2000 berubah nama menjadi Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM). Pada tahun 2008, dalam rangka mengoptimalkan dibidang pelayanan sosial. Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat mendirikan kelompok kerja bernama Forum Panti Sosial Muhammadiyah-‘Aisyiah (FORPAMA). Pada tahun 2009 FORPAMA berubah nama dari Forum Panti Sosial menjadi Forum Perlindungan Anak dan Lansia Muhammadiyah-‘Aisyiah. Akhirnya pada tahun 2010, pasca Mukhtamar 1 Abad Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengesahkan pembentukan Majelis Pelayanan Sosial sebagai pemekaran dari MKKM, menyertai disahkannya Majelis Pelayanan Kesehatan Umum. Visi: Berkembangnya fungsi pelayanan sosial yang unggul sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat khususnya kaum dhu’afa sebagai aktualisasi Dakwah Muhammadiyah. Misi: 1. Menggerakkan dan menyatukan seluruh potensi Muhammadiyah untuk meningkatkan profesionalitas dalam pelayanan sosial 2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan kelembagaan sosial lingkungan Muhammadiyah 3. Mengembangkan kemitraan dan jejaring pelayanan sosial Program Kerja: 1. Pelayanan dan perlindungan anak dan Lansia berbasis keluarga, komunitas dan institusi pelayanan sosial 2. Pengembangan usaha kecil dan menengah untuk institusi pelayanan sosial 3. Keterampilan hidup untuk anak Sasaran: 1. Anak yang membutuhkan perlindungan khusus 2. Kelompok Lansia 3. Masyarakat miskin Pengalaman dan Mitra Kerja: 1. Mengelola institusi pelayanan sosial (panti asuhan) yang tersebar diseluruh Indonesia sejak tahun 1912 2. Mendirikan Pusat Kesehatan Panti bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 3. Penyaluran donasi untuk anak bekerjasama dengan Yayasan Dharmais C. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Majelis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian warga dan anggota Muhammadiyah sesuai yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II Pasal 3 ayat (8) yang berbunyi “Membimbing masyarakat kearah perbaikan kehidupan dan mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam”. Adapun tugas dan fungsi Majelis Ekonomi adalah: 1. Merumuskan dasar tujuan dan sistem ekonomi Islam 2. Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam bidang perekonomian anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar ikatan Persyarikatan 3. Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam di luar Persyarikatan D. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan Muhammadiyah memiliki Majelis wakaf dan kehartabendaan dimaksudkan agar barang wakaf dari pewakaf tetap lestari, abadi, mendatangkan kemanfaatan bagi agama, nusa dan bangsa. Dan orang yang wakaf tetap mendapat amal jariyah. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai pengemban amanat, menjaga, memelihara dan melestarikan kebaikannya. Mentri Dalam Negeri RI No: SK 14/DDA/1972 tanggal 10 Februari 1972 yang menegaskan bahwa “Persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dapat mempunyai tanah dan hak milik”. Adapun tugas dan fungsi Majelis Wakaf dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf 2. Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan memelihara serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik Persyarikatan 3. Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai dikuasai oleh pimpinan Persyarikatan serta hak milik Persyarikatan E. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Majelis ini merupakan majelis yang dibentuk setelah Mukhtamar Muhammadiyah ke 45, 2005 di Malang, sehingga merupakan majelis baru. Misi: Tertatanya kapasitas organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang mampu meletakkan landasan yang kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan pemberdayaan serta mendorong proses transformasi sosial dalam masyarakat. Sebagai kesinambungan dari Lembaga Buruh, Tani dan Nelayan, MPM melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain: 1. Pengembangan media komunitas, pusat dokumentasi dan data base mengenai keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan dengan upaya-upaya pemberdayaan BTN. 2. Pembentukan lembaga advokasi dalam melindungi dan membela hak-hak masyarakat dampingan. 3. Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer sebagai konsultan umat di sejumlah Qaryah Thayyibah.
F. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Majelis ini didirikan sebagai kelanjutan dan penyempurnaan Lembaga Keadilan Hukum PP Muhammadiyah pada periode sebelum Mukhtamar 44, Jakarta 2000 dan Lembaga Hukum dan HAM. Setelah Mukhtamar Satu Abad dikembangkan menjadi Majelis Hukum dan HAM. Dibentuknya Majelis ini didasarkan pada beberapa pemikiran: 1. Kasus-kasus pelanggaran HAM dan ketidakadilan hukum dari tahun ke tahun cenderung meningkat, baik kuantitatif maupun kualitatif 2. Penanganan atas kasus-kasus pelanggaran HAM sering berakhir dengan ketidakjelasan, tidak transparan dan tidak tuntas. Lebih- lebih atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum terhadap warga sipil. Kejadian-kejadian tersebut sangat ironis dengan gencarnya kampanye penegakan HAM 3. Rendahnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat G. Majelis Lingkungan Hidup (LH) Pendirian Majelis ini merupakan pengembangan dari Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) yang dibentuk sebelum Mukhtamar Satu Abad. Sesudah Mukhtamar Satu Abad pada tahun 2010 disahkan terbentuknya Majelis Lingkungan Hidup sebagai bentuk konkret dari kepedulian Muhammadiyah dalam mencermati masalah-masalah lingkungan hidup, yang dalam perkembangan terakhir, banyak muncul permasalahan dalam masyarakat. Program dan kegiatan dari MLH PP Muhammadiyah ini meliputi: 1. Pengkajian dan penelitian dalam masalah lingkungan 2. Pendidikan dan pelatihan untuk pendampingan masyarakat dalam pelestarian dan pemberdayaan lingkungan 3. Melaksanakan diskusi dan Seminar Lingkungan 4. Penerbitan jurnal dan buku-buku tentang Lingkungan dan Peran Persyarikatan
H. Majelis Pustaka dan Informasi
Majelis ini mengalami beberapa pergantian nama. Semula di masa KH. Ahmad Dahlan didirikan Majelis Taman Pustaka, kemudian menjadi Majelis Pustaka dan sejak Mukhtamar 45 di Malang dirubah menjadi Lembaga Pustaka dan Informasi. Kemudian pada tahun 2010, pasca Mukhtamar Satu Abad diubah kembali menjadi Majelis Pustaka dan Informasi, dengan tugas dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan sebagai berikut: 1. Pengadaan perpustakaan yang memadai di kantor wilayah dan daerah, terutama bahan pustaka yang berisi dokumen-dokumen Persyarikatan 2. Penulisan sejarah Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya ditingkat wilayah dan daerah agar masing-masing daerah memiliki sejarah perkembangan Muhammadiyah di daerahnya 3. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pelayanan kepada media massa (cetak dan elektronik), serta mengaktifkan wibsite sebagai saran penyebaran informasi dan syiar kegiatan Muhammadiyah 4. Menyelenggarakan pelatihan tentang kepustakaan dan jaringan informasi