Audit of Hospital Waste Management - 1 PDF
Audit of Hospital Waste Management - 1 PDF
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
DI
PALEMBANG
Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008
Tanggal : 15 Januari 2008
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Ketua DPRD Palembang
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Walikota Palembang
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Tembusan :
1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;
2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta;
5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta;
6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Direktur RSUD Palembang BARI
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. i
GAMBARAN UMUM..............................................................................................
1
TEMUAN PEMERIKSAAN……………………………………………………… 8
1. Beberapa Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Belum
Memenuhi Standar Pelayanan.......................................................................... 8
2. Ketersediaan Tenaga, Sarana dan Prasarana Belum Memenuhi Standar……. 13
3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program
Kerja Tahunan.................................................................................................. 16
4. Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Administrasi oleh Tenaga Paramedis
pada Instalasi-instalasi Belum Dibuat............................................................. 18
5. Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara
Optimal............................................................................................................ 20
6. Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap
Belum Dibuat Perjanjian.................................................................................. 22
7. Beberapa Alat Medis Belum Dimanfaatkan ……………….………………... 24
8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan
Masih Dibawah Rata-rata……………………………………………………. 26
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penampilan Kinerja Mutu dan Efisiensi Pelayanan
Kesehatan pada RSUD Palembang BARI Tahun Anggaran 2005 sampai dengan Tahun
Anggaran 2007 mengalami peningkatan yang cukup baik. Namun demikian dari hasil
pemeriksaan masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Hasil evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern atas pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek Organisasi, Kebijaksanaan, Perencanaan,
Prosedur Kerja, Pencatatan, Personalia/SDM, Pelaporan dan Pengawasan Intern
menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern telah ditetapkan cukup memadai,
namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang
mengakibatkan sistem pengendalian intern menjadi kurang efektif dan optimal.
2. Temuan Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan
MUZAKKIR
NIP.240000857
B. Entitas Pemeriksaan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI di Palembang.
C. Tujuan Pemeriksaan
1. Untuk menilai apakah upaya pelayanan kesehatan oleh RSUD telah dilaksanakan
secara optimal sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan.
2. Untuk menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan pada RSUD telah tersedia
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukkannya.
3. Untuk menilai apakah biaya kegiatan upaya pelayanan kesehatan tersebut telah
dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
D. Sasaran Pemeriksaan.
Pelaksanaan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan pada
RSUD, yang meliputi kegiatan :
1. Pengelolaan, penggunaan dan pertanggungjawaban dana kegiatan pelaksanaan
pelayanan kesehatan,
2. Pemanfaatan sarana, prasarana, peralatan kesehatan, dan obat-obatan yang
menunjang upaya pelayanan kesehatan masyarakat,
3. Pendapatan dari pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga,
4. Ketersediaan tenaga medis, paramedis, dan non medis.
F. Alasan Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan karena pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang
sangat esensial bagi masyarakat, sehingga kinerja rumah sakit perlu didukung dengan
pencapaian standar yang sesuai dengan Indikator Upaya Kesehatan.
G. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) BPK-RI Tahun 2007.
H. Metodologi Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghitung realisasi hasil dari indikator
pelayanan kesehatan masyarakat pada rumah sakit atas sasaran kinerja dan
membandingkannya dengan standar indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya melakukan evaluasi atas hasil perbandingan tersebut, serta kaitan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk menilai ekonomis, efektivitas, dan efisiensi pencapaian
tujuan.
Pemilihan dan pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan teknik stratified
random sampling. Untuk mengumpulkan bukti digunakan teknik pemeriksaan
berupa observasi, wawancara dan pengujian dokumen serta analisis pemeriksa.
RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Jalan Panca Usaha
Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Untuk sementara ini, RSUD Palembang BARI
membina daerah Seberang Ulu dan menerima rujukan dari 9 (sembilan) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Induk, 12 (dua belas) Puskesmas Pembantu,
Dokter dan Bidan praktik swasta, serta rujukan dari Puskesmas-Puskesmas yang
berada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997, RSUD Palembang BARI telah
ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk
menjadi RSUD tipe B.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, RSUD Palembang
BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan Rawat Jalan.
a) Poliklinik Spesialis Bedah,
b) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam,
c) Poliklinik Spesialis Kebidanan,
d) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana (KB),
e) Poliklinik Spesialis Anak,
f) Poliklinik Spesialis Mata,
g) Poliklinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT),
h) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin,
i) Poliklinik Spesialis Gigi, dan
j) Instalasi Rawat Darurat.
2. Pelayanan Rawat Inap.
a) Pelayanan Rawat Inap Umum,
b) Pelayanan Rawat Inap Umum Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana (KB),
c) Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak, dan
d) Pelayanan Rawat Inap VIP.
3. Pelayanan Penunjang.
Rincian Sumber Daya Manusia yang ada pada RSUD Palembang BARI per
September 2007 adalah:
Jenis Tingkat Pendidikan Status
No.
Ketenagaan SD SMP SMA D-1 D-3 D-4 S-1 S-2 PNS PTT Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Dokter Umum - - - - - - 15 - 9 6 15
2 Dokter Gigi - - - - - - 1 - 1 - 1
5 Dokter Anak - - - - - - - 3 3 - 3
14 Dokter MARS/MM - - - - - - - 4 4 - 4
15 S-2 Lain-lain - - - - - - - 3 3 - 3
17 S-1 Apoteker - - - - - - 2 - 1 1 2
18 S-1 Ekonomi - - - - - - 7 - 2 5 7
19 S-1 Hukum - - - - - - 2 - 2 - 2
20 S-1 Pendididkan - - - - - - 1 - - 1 1
21 S-1 Teknik - - - - - - 5 - 1 4 5
22 S-1 Keperawatan - - - - - - 2 - 1 1 2
23 D-4 Kebidanan - - - - - 1 - - 1 - 1
24 D-3 Farmasi - - - - 2 - - - - 2 2
25 D-3 Perawatan - - - - 69 - - - 47 22 69
26 D-3 Gizi - - - - 2 - - - 2 - 2
27 D-3 APK - - - - 1 - - - 1 - 1
28 D-3 Lain-lain - - - - 13 - - - 2 11 13
29 D-3 Kebidanan - - - - 16 - - - 13 3 16
30 D-3 Fisioterapi - - - - 2 - - - 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
31 D-3 Refraksi Optisi - - - 1 - - - - 1 1
32 D-3 APRO - - - - 7 - - - 3 4 7
33 D-3 ATEM - - - - 1 - - - 1 - 1
34 D-3 AAK - - - - 4 - - - 2 2 4
35 D-3 Anastesi - - - - 2 - - - 2 - 2
D-1 Kes Lingkungan
- - - 1 - - - - 1 - 1
36 (SPPH)
37 D-1 Gizi (SPAG) - - - 2 - - - - 2 - 2
38 D-1 Lain-lain - - - 3 - - - - - 3 3
39 Bidan - - 3 - - - - - 3 - 3
40 Perawat Bidan - - 10 - - - - - 9 1 10
41 Perawat (SPK) - - 17 - - - - - 17 - 17
42 SPRG - - 3 - - - - - 3 - 3
43 SMAK - - 6 - - - - - 5 1 6
44 SMF - - 7 - - - - - 6 1 7
45 Pekarya Kesehatan 5 5 10 - - - - - - 20 20
46 SLTA Umum - - 23 - - - - - 2 21 23
47 SMK - - 16 - - - - - 2 14 16
48 SLTP - 4 - - - - - - - 4 4
49 SD 2 - - - - - - - - 2 2
J. Batasan Pemeriksaan
Indikator Upaya Kesehatan yang dinilai berdasarkan Kumpulan Indikator Kesehatan
Departemen Kesehatan Tahun 1998 adalah ketersediaan dan pemanfaatan tempat
tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lamanya pasien dirawat (Average
Length of Stay/Av.LOS), frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO),
rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI), angka kematian
untuk 1000 penderita keluar (Gross Death Rate/GDR), angka kematian lebih dari 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar (Nett Death Rate/NDR).
K. Kriteria Pemeriksaan
Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan organisasi Rumah Sakit :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
(SISPENAS) Tahun 2005-2009.
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting dan strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan kinerja pelayanan
kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja
Rumah Sakit, diantaranya kegiatan pelayanan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh
masyarakat.
Baik/buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Palembang BARI
kepada masyarakat dapat diketahui dari beberapa indikator sebagai berikut :
a. Indikator Mutu Pelayanan, yaitu :
1) Ketersediaan dan pemanfaatan tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR),
dengan rumus : jumlah hari perawatan/(jumlah tempat tidur x 365 hari);
2) Rata-rata lamanya pasien dirawat (Average Length of Stay/Av.LOS) dengan
rumus : jumlah hari perawatan/jumlah pasien yang keluar;
3) Frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO) dengan rumus : jumlah
pasien yang keluar/jumlah tempat tidur;
4) Rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI) dengan rumus:
{(jumlah tempat tidur x 365 hari) - jumlah hari perawatan}/jumlah pasien yang
keluar.
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Indikator BTO, TOI dan Av.LOS secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.
a. Tahun 2005
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2005 adalah:
b. Tahun 2006
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2006 adalah:
Angka GDR dan NDR rumah sakit Tahun 2006 rendah menunjukkan bahwa mutu
pelayanan rumah sakit baik.
c. Tahun 2007
Jumlah tempat tidur di seluruh ruangan di RSUD Palembang BARI untuk tahun 2007
adalah sebanyak 120 buah. Penambahan jumlah tempat tidur tersebut diantaranya
tempat tidur di ruang kebidanan yang sebenarnya berfungsi untuk tindakan dan
observasi dihitung sebagai tempat tidur instalasi rawat inap. Hal itu terjadi karena
seringkali tempat tidur tersebut digunakan untuk pasien rawat inap di bagian
kebidanan akibat kurangnya tempat tidur di bagian perawatan.
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2007 (sampai dengan bulan Juni) sesuai dengan jumlah tempat
tidur tersebut adalah sebagai berikut :
No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai
1. BOR 60 – 85 % 77,91%
2. BTO 40 - 50 27,98
3. TOI 1–3 1,43
4. Av. LOS 6–9 5,04
5. GDR 45 ‰ 27,70 ‰
6. NDR 25 ‰ 21,15 ‰
Perhitungan indikator kesehatan Tahun 2005, Tahun 2006 dan Tahun 2007 (sampai
dengan bulan Juni) tersebut menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan mutu
dan efisiensi kegiatan pelayanan kesehatan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh
masyarakat pada RSUD Palembang BARI. Angka BTO Tahun 2007 (sampai dengan
bulan Juni) yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat.
Hal ini mengakibatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit belum optimal.
Kondisi ini disebabkan belum ada upaya maksimal dari Komite Medik dan Panitia
Mutu Pelayanan RSUD Palembang BARI untuk mengevaluasi tingkat pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Panitia
Mutu memberikan laporan kepada Direktur/Komite Medik mengenai indikator-indikator
untuk mutu pelayanan medik. Hasil laporan dievaluasi bersama secara berkala (tiga bulan
sekali) sedangkan untuk kasus yang perlu ditindaklanjuti segera dibicarakan langsung
pada pertemuan dengan seluruh jajaran Komite Medik.
Sebagai rumah sakit umum daerah di Kota Palembang, RSUD Palembang BARI
harus memberikan pelayanan terbaik yang didukung dengan jumlah tenaga yang cukup
dan profesional serta sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10
November 1997, RSUD Palembang BARI telah ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan
saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk menjadi RSUD tipe B.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan pemeriksaan fisik atas ketersediaan
tenaga dan sarana prasarana rumah sakit, menunjukkan hal-hal berikut :
a. Ketersediaan Tenaga
Jumlah tenaga untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit
sampai dengan saat pemeriksaan secara keseluruhan telah sesuai dengan standar,
namun secara rinci berdasarkan spesialisasi jenis tenaga beberapa diantaranya belum
sesuai dengan standar, yaitu:
Jumlah Tenaga
No Jenis Tenaga
2005 2006 2007
1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik - 1 1
2. Dokter Gigi 2 1 1
3. Perawat (SPK) 24 19 17
4. S I Gizi - - -
5. D II Gizi 1 1 -
6. Fisioterapis 2 2 2
7. Tehniker Gigi - - -
Selisih (kurang)
No Jenis Tenaga Standar
2005 2006 2007
1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik 2 2 1 1
2. Dokter Gigi 2 - 1 1
3. Perawat (SPK) 19 - - 2
4. S I Gizi 1 1 1 1
5. D II Gizi 4 3 3 4
6. Fisioterapis 12 10 10 10
7. Tehniker Gigi 1 1 1 1
Jumlah 17 17 20
Selain itu terdapat beberapa tempat tidur yang tersebar di ruangan lainnya yaitu:
Jumlah
No Ruangan
2005 2006 2007
1. Kebidanan (VK) - - 5
2. Ginekologi - - 3
3. Neonatus 13 16 20
4. Isolasi 5 5 5
5. Observasi - - 3
Total 18 21 36
Dengan demikian total jumlah tempat tidur pada Tahun 2005 sebanyak 93 buah,
Tahun 2006 sebanyak 100 buah, dan Tahun 2007 sebanyak 120 buah. Dari jumlah
seluruh tempat tidur yang terdapat di ruangan rawat inap menunjukkan bahwa
fasilitas tiap kamar untuk Kelas Utama, I, II, dan III sudah cukup memadai, namun
masih terdapat beberapa sarana prasarana ruangan yang kurang baik kondisinya
seperti tempat tidur, meskipun masih dapat dipergunakan, dan kebersihan di beberapa
ruangan yang kurang terpelihara.
Dibandingkan dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.0159/Yan.Med/1987 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah, maka
penyebaran/penempatan tempat tidur belum sepenuhnya sesuai, yaitu terdapat
kelebihan tempat tidur di Kelas Utama dan kekurangan tempat tidur di beberapa
ruangan lainnya dengan rincian sebagai berikut :
Tahun 2005
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 93 = 1,86 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 9 18% x 93 = 16,70 (Maksimal) 17 Kurang 8
3. II 13 20% x 93 = 18,60 (Maksimal) 19 Kurang 6
4. III 49 2 x 30% x 93 = 55,80 (Minimal) 56 Kurang 7
Tahun 2006
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 100 = 2 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 9 18% x 100 = 18 (Maksimal) 18 Kurang 9
3. II 17 20% x 100 = 20 (Maksimal) 20 Kurang 3
4. III 49 2 x 30% x 100 = 60 (Minimal) 60 Kurang 11
Tahun 2007
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 120 = 2,40 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 10 18% x 120 = 21,60 (Maksimal) 22 Kurang 12
3. II 21 20% x 120 = 24 (Maksimal) 24 Kurang 3
4. III 49 2 x 30% x 120 = 72 (Minimal) 72 Kurang 23
angka 4 huruf b yang menyatakan bahwa persentase dari jumlah tempat tidur tersedia
pada RSU kelas C dan Rumah Sakit Karantina, terbagi atas :
- Kelas Utama 2% maksimal,
- Kelas I 18 % maksimal,
- Kelas II 20% maksimal,
- Kelas III 60% minimal.
Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD
Palembang BARI kurang cermat dalam merencanakan kebutuhan tenaga, sarana dan
prasarana.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa saat ini
RSUD Palembang BARI sedang dalam proses penilaian akreditasi untuk 12 pelayanan.
Penilaian yang diberikan sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan baik
dari segi tenaga, sarana dan prasarananya. Perekrutan tenaga yang akan dilaksanakan
mempedomani persyaratan sesuai standar dan kompetensi tenaga yang diperlukan.
3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program Kerja
Tahunan
RSUD Palembang BARI merupakan RSUD tipe C yang susunan organisasi dan
tata kerjanya diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari
2004 dan dikukuhkan dengan Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004
tanggal 18 Febuari 2004. Salah satu sub bidang dalam susunan organisasi dan tata kerja
tersebut adalah Sub Bidang Program dibawah pimpinan Wakil Direktur Keuangan dan
Rekam Medik.
Program kerja tahunan merupakan gambaran mengenai kegiatan rumah sakit
terutama proses bisnis rumah sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas laporan dari
setiap bidang dan konfirmasi kepada Kepala Sub Bidang Program dan Rekam Medik
serta Kasub Bidang Yan Medik dan Non Medik RSUD Palembang BARI diketahui
terdapat 5 (lima) bidang dan 7 (tujuh) instalasi yang belum membuat program kerja
tahunan yaitu:
a. Kesekretariatan
b. Bidang Keuangan dan Program
c. Bidang Sarana dan Rekam Medik
d. Bidang Keperawatan
e. Bidang Medik dan Non Medik
f. Instalasi Rawat Jalan
g. Instalasi Rawat Inap
h. Instalasi Radiologi
i. Instalasi Laundry
j. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
k. Instalasi Farmasi
l. Instalasi Penyehatan Lingkungan
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja RSUD Palembang BARI Pasal 18 Ayat (2) yang menyebutkan
bahwa Sub Bidang Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana,
mengevaluasi dan menginformasikan program RSUD Palembang BARI.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Program
Kerja Tahunan disusun berdasarkan informasi yang diterima dari setiap bidang dan
instalasi yang ada di lingkungan RSUD Palembang BARI dan mengacu pada visi, misi
yang telah ditetapkan. Khusus untuk Rencana Strategis Bisnis baru akan disusun sesuai
sengan ketentuan yang semestinya setelah mendapat masukan dari narasumber yang
berkompeten di bidangnya (mempersiapkan RSUD Palembang BARI menjadi BLUD
(Badan Layanan Umum Daerah)).
e. Instalasi Radiologi;
f. Instalasi Gizi;
g. Instalasi Laundry;
h. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit;
i. Instalasi Laboratorium dan Patologi Klinik;
j. Instalasi Farmasi;
k. Instalasi Penyehatan Lingkungan
Pelaksanaan tugas pelayanan pada instalasi-instalasi tersebut diantaranya
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga paramedis baik perawatan maupun non perawatan. Tata
cara pelaksanaan tugas pada masing-masing instalasi diatur dalam suatu prosedur tetap
(protap) yang menjadi pedoman kerja bagi setiap tenaga paramedis dalam mengambil
tindakan pelayanan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Instalasi Laboratorium dan
konfirmasi dengan Kasub Bidang Pelayanan Medik dan Non Medik serta Kepala
Ruangan Zaal Penyakit Dalam dan Kebidanan, diketahui bahwa selain melaksanakan
tugas pelayanan kesehatan seperti yang diatur dalam protap, tenaga paramedis tersebut
juga melaksanakan tugas administrasi antara lain mencatat keluar-masuk pasien,
pengurusan berkas administrasi pasien yang akan keluar dan melaporkannya ke bidang
keuangan. Pelaksanaan tugas tersebut untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi
rumah sakit yang terpusat pada bidang keuangan.
Hasil penilaian atas pelaksanaan tugas tersebut diukur dari efektivitas tujuan
pelaksanaan sistem informasi rumah sakit menunjukkan masih banyak tenaga paramedis
yang tidak melaksanakan tugasnya secara semestinya. Berkas administrasi pasien masih
diinput langsung oleh bidang keuangan. Beberapa tenaga paramedis mengakui beban
kerja yang bertambah akibat tugas-tugas dimaksud. Kondisi tersebut juga didukung
dengan kekurangmampuan tenaga paramedis dalam pengoperasian komputer.
Seharusnya setiap prosedur kerja dituangkan dalam suatu kebijakan rumah sakit
berupa prosedur tetap atau standar operasional baku.
Hal tersebut disebabkan Direktur RSUD Palembang BARI lalai tidak segera
membuat prosedur tetap atas pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga
paramedis di setiap instalasi.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur
tetap pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga paramedis di setiap
instalasi akan segera dibuat setelah dibahas bersama oleh bagian yang terkait.
5. Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara Optimal
Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang BARI diatur dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 dan dikukuhkan dengan
Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 18 Febuari 2004. Di dalam
keputusan tersebut disebutkan bahwa Susunan Organisasi RSUD Palembang BARI
terdiri dari :
a. Direktur;
b. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik;
c. Wakil Direktur Pelayanan;
d. Sekretariat;
e. Bidang Keuangan dan Program;
f. Bidang Sarana dan Rekam Medik;
g. Bidang Medik dan Non Medik;
h. Bidang Keperawatan;
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa SPI terdiri
dari Ketua dan dua anggota yang saat ini merangkap tugas di bagian keuangan dan
kepegawaian sehingga program kerja/ rencana pemeriksaan yang telah dibuat tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Untuk itu SPI akan segera dievaluasi karena salah satu
anggota sudah mengurus kepindahan tugasnya ke instansi lain di lingkungan Pemerintah
Kota Palembang.
6. Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap Belum
Dibuat Perjanjian
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien dan
penyediaan obat yang bermutu. Penyelenggaraan pelayanan tersebut difasilitasi oleh
instalasi farmasi dengan tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan produksi, peracikan,
penyimpanan dan pendistribusian obat-obatan.
Tata kerja Instalasi Farmasi pada RSUD Palembang BARI diatur dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 tentang Organisasi dan
Tata Kerja RSUD Palembang BARI. Instalasi farmasi sebagai salah satu instalasi
penunjang medis difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi
pasien RSUD.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi pasien
umum, instalasi farmasi dibantu oleh Apotek Pelengkap yang berfungsi melayani resep
pasien umum diluar pasien Askes PNS dan Askeskin yang tidak disediakan oleh Instalasi
Farmasi.
Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Kepala Instalasi Farmasi diketahui bahwa
keberadaan Apotek Pelengkap tersebut belum dibuatkan perjanjian dan tidak ada
pembagian kontribusi kepada rumah sakit, padahal Apotek Pelengkap memanfaatkan
fasilitas ruangan dan petugas rumah sakit. Selain itu, resep yang dilayani oleh Apotek
Pelengkap pada dasarnya merupakan obat-obat yang tidak disediakan oleh Instalasi
Farmasi dan merupakan barang konsinyasi perusahaan-perusahaan farmasi.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Instalasi
Farmasi RSUD Palembang BARI mempunyai tugas dan fungsi untuk pelayanan obat-
obatan (mulai pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dalam pemenuhan kebutuhan
obat dan pelayanan resep bagi pasien). Khusus untuk Askes dan Askeskin langsung
dilaksanakan oleh Apotik Sehat Bersama (milik Koperasi Askes) yang dasar
pelaksanaannya mengacu pada MoU yang dibuat pihak rumah sakit dan PT. Askes.
Pelayanan obat untuk pasien umum dalam hal obat tidak tersedia di RSUD Palembang
BARI (sesuai dengan obat rutin yang disediakan dari APBD Kota Palembang) maka
Kepala Instalasi Farmasi menyediakan obat yang diperlukan dengan langsung
mengajukan permintaan kepada distributor untuk menyuplai ke Instalasi Farmasi.
Pengadaan tersebut dan pendistribusian sesuai dengan peresepan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para pasien, RSUD
Palembang BARI, pada Tahun Anggaran 2006, telah melakukan pengadaan alat-alat
medis untuk mendukung pelayanan kepada pasien. Alat-alat medis tersebut
didistribusikan ke masing-masing instalasi rumah sakit yang akan memanfaatkannya.
Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa instalasi diketahui terdapat alat medis
di Instalasi Bedah Sentral yang semenjak pengadaannya belum juga dioperasikan, yaitu :
Alat medis tersebut bersifat spesifik dan hanya bisa dioperasikan oleh dokter yang
memiliki sertifikasi pengoperasian alat medis tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Sub Bagian Diklat dan Litbang RSUD Palembang BARI diketahui bahwa
proses pengajuan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD
Palembang BARI dalam merencanakan pengadaan alat medis tidak diikuti dengan
perencanaan kebutuhan tenaga medis yang memiliki kompetensi mengoperasikan alat
medis tersebut.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa dalam
rangka pengembangan rumah sakit diperlukan Sumber Daya Manusia, sarana, dan
prasarana yang sesuai dengan standar yang ditentukan, diantaranya termasuk penyediaan
alat-alat kesehatan yang diperlukan. Sejalan dengan pengadaan alat-alat kesehatan
tersebut juga direncanakan diklat untuk tenaga yang akan mendapat sertifikasi
pengoperasian alat medis tersebut yang waktu dan tempat pelaksanaannya tergantung dari
pihak penyelenggara. Untuk pengoperasian Laparascopy dan Endoscopy akan dilakukan
setelah dokter spesialis yang bersangkutan selesai mengikuti diklat (pada bulan Desember
2007 dan awal tahun 2008) dan mendapat sertifikasi.
8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan Masih
Dibawah Rata-rata
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur
keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi
tolok ukur keberhasilan kinerja pelayanan kepada masyarakat. Indikator tersebut secara
umum mengacu kepada Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah
Sakit yang wajib dilaksanakan daerah, yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/2002 tanggal 28 Maret 2002.
SPM tersebut mengatur beberapa jenis pelayanan minimal yang wajib diselenggarakan
yaitu :
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
b. Manajemen Rumah Sakit
c. Pelayanan Medik
1) Rawat jalan
2) Rawat Inap
3) Pelayanan penunjang
Suatu standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai
patokan dalam melakukan kegiatan dan meningkatkan mutu pelayanan. Evaluasi atas
mutu pelayanan dilakukan oleh Panitia Mutu Pelayanan Rumah Sakit dan monitoring
dilakukan oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit.
Dalam rangka peningkatan RSUD Palembang BARI menjadi tipe B, manajemen
rumah sakit telah melakukan penilaian atas standar pelayanan untuk Rumah Sakit 12
Pelayanan yang dibina dan dievaluasi oleh Departemen Kesehatan, terdiri dari :
a. Pelayanan Farmasi,
b. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana,
c. Pelayanan Radiologi,
d. Pelayanan Laboratorium,
e. Pelayanan Kamar Operasi,
f. Pelayanan Pengendalian Infeksi (INOS),
g. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (PERISTI),
h. Administrasi dan Manajemen,
i. Pelayanan Rekam Medik,
j. Pelayanan Keperawatan,
k. Pelayanan Medik,
l. Pelayanan Gawat Darurat.
Instrumen-instrumen standar tersebut disiapkan oleh Tim Akreditasi RSUD
Palembang BARI yang dibuat dalam bentuk Kelompok Kerja (Pokja) 12 pelayanan yang
ketuanya juga menjabat sebagai ketua Komite Medik RSUD Palembang BARI. Standar
yang dinilai dari masing-masing jenis pelayanan terdiri dari :
a. Falsafah dan Tujuan,
b. Administrasi dan Pengelolaan,
c. Staf dan Pimpinan,
d. Fasilitas dan Peralatan,
e. Kebijakan dan Prosedur,
f. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan,
g. Evaluasi dan Pengendalian Mutu.
Standar diatas merupakan acuan yang ditetapkan RSUD Palembang BARI dalam
rangka menilai mutu pelayanan sekaligus sebagai standar yang digunakan oleh Komisi
Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya (KARS) dalam rangka penilaian kelayakan
peningkatan tipe rumah sakit.
Hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan adanya kenaikan persentase
pencapaian standar (penilaian sampai dengan bulan November 2007) namun persentase
pencapaian standar untuk 2 (dua) pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan
Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS) dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
(INOS) Tahun 2007 masih dibawah rata-rata, terdiri dari:
Nilai (%)
No. Pelayanan
2006 2007
1 K3 RS 48,88 65,00
2 INOS 35,29 60,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Survei Akreditasi RS dan Sarana
Kesehatan Lainnya Tahun 2003 mengenai Pedoman Khusus Keselamatan Kerja,
Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS), serta Pedoman Khusus
Pengendalian Infeksi Nosokomial (INOS) yang menyatakan bahwa, nilai standar yang
harus dipenuhi untuk K3 RS dan INOS masing-masing adalah 75%.
Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa nilai lulus
untuk masing-masing pokja adalah jika nilai rata-ratanya 75% dan tidak ada nilai 60%
atau di bawah 60%. Untuk tahun 2007 untuk penilaian standar akreditasi masih terdapat
dua pokja yang harus diperhatikan yaitu Infeksi Nosokomial (INOS) dan Keselamatan
Kerja, Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS). Hal tersebut
dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia dan diklat untuk (SDM) yang belum terpenuhi.
Untuk itu semua sarana, prasarana, dan diklat akan dilaksanakan supaya pada penilaian
berikutnya akan diperoleh sertifikasi 12 pelayanan.
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
DI
PALEMBANG
Nomor : 05/S/XVIII.PLG/01/2008
Tanggal : 15 Januari 2008
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Ketua DPRD Palembang
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Walikota Palembang
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Tembusan :
1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;
2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta;
5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta;
6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG
Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948
Kepada Yth.
Direktur RSUD Palembang BARI
di
Palembang
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
Resume Hasil Pemeriksaan……………………………………………………………... i
IV. Kesimpulan................................................................................................................... 39
Tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, bahwa dari hasil pemeriksaan
masih menunjukkan beberapa penyimpangan yang perlu mendapat perhatian, yakni
sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit
b. Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan
c. Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya
Pencemaran
d. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum
Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan
e. Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Berisiko
Menimbulkan Bahaya Pencemaran
f. Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai
g. Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai
Sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut di atas, disarankan agar segera
diambil langkah-langkah tindak lanjut seperlunya sesuai rekomendasi BPK-RI
sebagaimana dimuat dalam Temuan Pemeriksaan.
MUZAKKIR
NIP.240000857
c. Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit antara lain pembakaran insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
Limbah medis RSUD merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang
berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Limbah infeksius yaitu limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan;
b. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah;
c. Limbah sitotoksis yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup;
d. Limbah jaringan tubuh padat yang meliputi organ, anggota badan yang dihasilkan
pada saat pembedahan atau autopsi;
e. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset;
f. Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan;
g. Limbah radioaktif adalah bahan bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.
Limbah cair
Limbah padat
Kontainer Pengumpulan
TPA Ditimbun/
Dibakar
Incinerator
BOD, COD, minyak dan lemak sulfida, phospat, dan bakteri yang berdampak
sekunder pada biota air dan kesehatan masyarakat. Upaya pengelolaan limbah
untuk mengurangi dampak tersebut tidak didukung oleh program percepatan
pembuatan sarana pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan.
2) Upaya pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL tidak dituangkan
dalam Program Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Tujuan pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL adalah mencegah
terjadinya pencemaran udara oleh bau dan pembusukan sampah (NH3 dan
H2S) serta uap logam dari pembakaran di incinerator. Untuk menghindari
risiko tersebut, upaya pengelolaan yang harus dilakukan adalah menguji
efisiensi pembakaran incinerator, namun pada kenyataannya upaya tersebut
tidak didukung oleh program yang dijalankan.
b Kegiatan pengolahan limbah rumah sakit belum memenuhi persyaratan hukum
diantaranya pengoperasian incinerator yang belum memiliki izin. Izin operasi alat
pengolahan tersebut berupa izin mengenai kelayakan pengoperasian peralatan
pengolahan limbah antara lain efisiensi pembakaran 99,99% dengan menggunakan
alat pengendalian pencemaran udara. RSUD Palembang BARI juga tidak
memiliki izin dalam melakukan pembuangan limbah cair kategori B3 yang
dibuang ke kolam penampungan dan resapan tanah melalui septic tank tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
c. Sumber daya manusia pengelola limbah belum memadai dan memenuhi
kualifikasi.
Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) dibentuk berdasarkan
Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor 800/502/RSUD/2006,
tanggal 1 Mei 2006 tentang Struktur Organisasi Instalasi Penyehatan Lingkungan
RSUD Palembang BARI. IPL-RS merupakan unit fungsional yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan fisik, kimiawi dan biologi di rumah sakit dan dipimpin
oleh Kepala Instalasi yang dibantu dan didampingi oleh 4 (empat) Kepala Sub
Instalasi (Sub Instalasi Administrasi dan Logistik, Sub Unit Penyehatan Air, Sub
Unit Kesehatan Lingkungan, Sub Unit Sanitasi Ruang Bangunan) serta pelaksana
dan operator.
Berdasarkan Lampiran Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor
800/502/RSUD/2006 tersebut menunjukkan bahwa IPL-RS dipimpin oleh Kepala
Instalasi yang hanya dibantu oleh 1 (satu) orang Kepala Sub Instalasi yaitu Sub
Instalasi Penyehatan Air. Tugas-tugas lain seperti administrasi dan logistik,
penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan pemeliharaan kebersihan/kesehatan
gedung dilaksanakan langsung oleh Kepala Instalasi. 3 (tiga) orang pelaksana dan
1 (satu) orang operator incinerator belum mencukupi untuk menyelenggarakan
pengelolaan limbah dan tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai
dalam hal pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Pelaksanaan pengelolaan
limbah hanya didasari atas rutinitas pekerjaan dan pengarahan internal dari Kepala
Instalasi.
d. Anggaran yang disediakan dalam rangka pengelolaan limbah rumah sakit tidak
memadai. Hasil pengamatan atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
menunjukkan beberapa permasalahan yang timbul sebagai akibat minimnya
pendanaan yang dialokasikan rumah sakit untu kegiatan tersebut, diantaranya :
1) Hasil pemantauan dan pemeriksaan oleh Tim Pemantauan Bapedalda Kota
Palembang Tahun 2002 sesuai Surat Nomor 660/201/Bapedalda/2002 tanggal
7 Mei 2002 perihal Pengendalian Dampak Lingkungan merekomendasikan
kepada Direktur RSUD Palembang BARI untuk membuat Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai unit pengolah limbah rumah sakit
namun tidak ditanggapi serius oleh Pemerintah Kota Palembang. Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) baru direalisasikan pada Tahun Anggaran
2007 dan masih dalam tahap pengerjaan.
2) Kinerja incinerator sangat dibawah standar. Asap hasil proses insinerasi
seharusnya dibuang melalui cerobong namun pada kenyataannya keluar dari
tutup incinerator yang rusak. Biaya pemeliharaan untuk incinerator tidak
pernah dianggarkan. Pemeliharaan mutlak dibutuhkan untuk memperpanjang
umur ekonomis dan teknis alat tersebut untuk dapat memproses sampah medis
yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. Emisi incinerator belum pernah
diuji sehingga tidak dapat diketahui informasi mengenai baku mutu emisi
tersebut.
3) Biaya pengelolaan limbah yang paling banyak diserap dalam APBD hanya
berupa pengadaan kantong plastik, kotak sampah dan pengujian kualitas air
kolam penampungan/rawa resapan.
4) Pengujian kualitas udara sebagai bagian dari aspek pengelolaan limbah belum
pernah dilakukan. Kualitas udara disekitar kolam penampungan/rawa resapan
Rumah sakit merupakan salah satu penghasil limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) seperti disebutkan dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun bahwa
rumah sakit merupakan penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode
limbah D227 dan sumber pencemarannya adalah seluruh kegiatan rumah sakit dan
laboratorium klinis.
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Untuk menjamin semua limbah B3 dibuang dengan aman, maka diperlukan
pengelolaan khusus sebagai strategi pengelolaan limbah sebagai bentuk tanggung
jawab rumah sakit terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya.
RSUD Palembang BARI telah melakukan strategi pengelolaan limbah cair
sebagai usaha untuk mereduksi dan mengolah limbah B3 yang dihasilkannya seperti
tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD
Palembang BARI. Petunjuk Teknis tersebut merupakan kebijakan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang memuat tata cara pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan RSUD Palembang BARI. Pelaksanaan kegiatan tersebut diselenggarakan
oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS).
dan sodium azide (beracun), sodium hydroxide dan sodium hypochlorite (bersifat
iritasi).
d) Detergent, darah dan kaporit dari laundry.
e) Perak Halida/HBr Ag dalam proses pencucian foto rontgen (bersifat asam/korosif)
dari ruang radiologi.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap penggunaan septic tank sebagai unit
pengolahan limbah cair menunjukkan bahwa kontruksi septic tank menggunakan dua
bak dimana bak utama untuk menampung limbah cair sebelum dialirkan ke bak
kontrol sebagai bak pengolah. Di dalam bak kontrol dilakukan pengolahan tradisional
dengan menggunakan lapisan-lapisan batu kali, batu dan ijuk, kerikil, pasir sebelum
dibuang ke resapan tanah.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bawah kontruksi septic tank
tidak memadai untuk mengolah limbah B3. Pengolahan dalam bak kontrol hanya
untuk memisahkan lumpur namun tidak untuk mereduksi limbah B3 yang meresap ke
tanah.
Kondisi diatas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang
dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Pasal 9 ayat (1) Setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah
B3 dan/atau menimbun limbah B3.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit : Pasal 7, ayat (1) Setiap
penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:
a) Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga
mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampau Baku Mutu
Limbah Cair yang telah ditetapkan;
b) Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air
hujan.
Hal tersebut disebabkan tidak adanya pengawasan dan evaluasi atas proses
pengelolaan limbah B3.
3.2.2 Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya
Pencemaran
Dari jenis sampah medis pada tabel diatas menunjukkan bahwa beberapa sampah
medis tersebut dapat dikategorikan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
mengingat sifatnya infeksius.
Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan prosedur penimbunan sampah medis
tersebut dapat dijelaskan bahwa petugas pada setiap instalasi penghasil sampah
medis mengumpulkan sampah medis yang dihasilkannya ke dalam wadah/kantung
plastik berwarna setiap harinya untuk selanjutnya dikumpulkan oleh petugas
kebersihan IPL-RS untuk dikubur di dalam lubang galian yang ditutup tanah.
Lokasi penimbunan terletak di belakang bangunan unit perawatan kebidanan.
Sampah medis hanya ditempatkan pada kantong-kantong plastik, diikat dan
3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum
Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan
f. Emisi udara hasil proses insinerasi tidak pernah diuji. Pengujian dimaksudkan
untuk mengetahui apakah emisi dari incinerator memenuhi baku mutu yang
diperbolehkan.
Berdasarkan hasil uji emisi pada incinerator milik RSUD Palembang BARI
pada tanggal 7 November 2007, yang dilakukan oleh Perwakilan BPK-RI di
Palembang bekerjasama dengan Bapedalda Provinsi Sumatera Selatan dengan hasil
sebagai berikut :
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat salah satu parameter melebihi standar
baku mutu yang diperkenankan.
alat ukur dengan standar untuk satuan ukur yang sesuai guna menetapkan
sifat ukurannya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan
pengukuran;
b) ayat (5), yang menyatakan bahwa kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk
menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur dan atau bahan ukur.
2) Pasal 2
a) ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap alat kesehatan wajib dilakukan
pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau
kinerja dan keselamatan pemakaian;
b) ayat (2), yang menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan
pada alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan
dengan kriteria:
(1) Belum mempunyai sertifikat;
(2) Sudah berakhir jangka waktu sertifikat.
(3) Pasal 3 yang menyatakan bahwa alat kesehatan yang wajib diuji dan
dikalibrasi tercantum dalam lampiran 3) Pasal 4, Ayat (1) yang
menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan
dilakukan oleh Instansi Penguji secara berkala, sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI, pada angka
3.3.2 tentang Pencemaran Udara dan Bau, pada huruf d yang menyatakan bahwa
tujuan pegelolaan adalah mencegah terjadinya pencemaran udara oleh bau dan
pembusukan sampah (NH3 dan H2S) serta uap logam dari pembakaran
incinerator.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Lampiran I. Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Bagian IV. Pengelolaan Limbah, huruf B.
Persyaratan, angka 4. Limbah Gas yang menyebutkan bahwa Standar limbah gas
(emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan incinerator
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, Pasal 7 :
(1) ayat (1) setiap penanggung jawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :
membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat
pengaman;
(2) ayat (2) memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan
kecepatan angin;
(3) ayat (3) melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap
cerobong emisi.
Sampah non medis atau biasa juga disebut dengan sampah domestik/rumah
tangga dapat diartikan sebagai bahan-bahan tidak berguna, tidak digunakan yang
dihasilkan unit-unit di dalam rumah sakit. Jenis sampah ini seperti kertas, karton,
kaleng, botol, plastik, sisa makanan/bahan makanan dan debu.
RSUD Palembang BARI memiliki 1 (satu) unit Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) sebagai tempat penampungan sampah non medis yang dihasilkan
rumah sakit sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPS yang
dimiliki berupa bak terbuat dari besi berkapasitas 6m3 dan letaknya berdekatan
dengan bangunan IPL-RS (± 10 m) dan bak penampungan air bersih (± 3 m).
Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS diketahui bahwa pengangkutan
sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Palembang dengan
jadwal 2 (dua) hari sekali sesuai dengan Surat Walikota Palembang Nomor
658/001559/VI tanggal 28 Agustus 2003.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penumpukan sampah non
medis pada TPS lebih dari 1x24 jam memungkinkan terbentuknya habitat vektor
penyakit dan infeksi silang sebagai akibat dari proses pembusukan. Letak TPS yang
berdekatan dengan bangunan IPL-RS dan bak penampungan air bersih sangat
mengganggu estetika dan menimbulkan risiko pencemaran air dan udara oleh
mikroorganisme. Keadaan seperti didukung juga dengan kondisi dimana bak
penampungan air bersih yang mengalami keretakan dan menimbulkan kebocoran.
yang menyatakan antara lain bahwa pengelolaan limbah padat dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya pencemaran udara (bau) dan air lindi dari proses
pembusukan yang menyebabkan pencemaran air.
b. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia pada Seri 2 tentang penyediaan air
pada kegunaan khusus, pada angka 5.1, halaman 34 yang menyatakan bahwa
bahan tangki harus dipilih sedemikian untuk mencegah kebocoran terhadap
kontaminan. Pemilihan bahan pipa distribusi dan tangki sama pentingnya.
memahami, menyadari dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan
sehat serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi RS dengan benar.
Hal ini terjadi karena Direktur RSUD Palembang BARI belum optimal dalam
melakukan pemantauan pengelolaan limbah.
Pengelolaan limbah cair, limbah padat medis dan limbah padat non medis
yang dituangkan dalam Prosedur Tetap belum sepenuhnya memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
lingkungan lainnya yang terkait serta RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL). Hal ini terlihat antara lain dari belum diolahnya limbah cair melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), proses insinerasi limbah padat medis yang
membahayakan kesehatan serta petugas-petugas di masing-masing unit penghasil
limbah yang kurang memahami pengelolaan limbah yang benar.