Anda di halaman 1dari 6

Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang disebabkan

oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat cacat
sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota
tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total adalah keadaan tenaga kerja tiadak
mampu bekerja sama sekali untuk selama-lamanya
Pekerja datang ke pusat kesehatan dengan beberapa kemungkinan diantaranya untuk pencegahan,
pengobatan ataupun rehabilitasi. Sesuai dengan tempat dan kebutuhan maka kemungkinan apabila
sakit pekerja akan datang ke klinik perusahaan, klinik layanan primer atau langsung ke rumah sakit.
Bila terkait Dengan program pemeriksaan kesehatan tahunan maka pekerja akan diperiksa oleh
provider MCU.
Secara administratif fasilitas kesehatan memberikan laporan diagnosis seluruh penyakit ke Dinas
Kesehatan setempat. Dalam kaitan pembiayaan Fasilitas Kesehatan memberikan laporan ke pihak
asuransi. Dalam hal diagnosis PAK terdapat perbedaan laporan dimana Fasilitas Kesehatan yang
menjadi anggota BPJS KK akan melaporkan PAK kepada BPJS KK dan Disnaker setempat
sedangkan Fasilitas Kesehatan yang bukan anggota BPJS KK melaporkan sesuai alur administratif
yaitu ke Dinas Kesehatan setempat. Bila terdapat PAK di Fasilitas Kesehatan yang bukan anggota
BPJS KK maka klaim BPJS KK diajukan oleh pihak pemberi kerja dengan form yang sudah tersedia.
Penyakit Akibat Kerja yang terdiagnosis pada MCU dilaporkan pada pemilik perusahaan untuk
dilakukan follow up terkait kliam BPJS KK. Adapun provider MCU yang merupakan PJK3 harus
melaporkan PAK pada Disnaker setempat secara administratif.
Dari alur pelaporan tersebut dapat diketahui terdapat beberapa kemungkinan adanya gap data antara
Kementerian Kesehatan, Kementrerian Tenaga Kerja dan BPJS KK. Terdapat kemungkinan PAK
yang terdiagnosis di Fasilitas Kesehatan bukan anggota BPJS KK tidak dilaporkan untuk
mendapatkan klaim asuransi BPJS KK. Sebaliknya ada kemungkinan tumpang tindih laporan dari
Provider MCU dengan Klinik Perusahaan atau pihak pemberi kerja.
UNDANG-UNDANG No. 1 TH 1970 Ttg KESELAMATAN KERJA Pasal 11

• Pengurus diwajibkan melaporkan setiap kecelakaan yg terjadi dalam tempat kerja yg


dipimpinnya, kpd pejabat yg ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

• Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai dimaksud dalam ayat (1)
diatur dgn peraturan perundangan.

Permenaker No 05 Tahun 1993 Petunjuk Teknis Penaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran,


Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek

Pasal 7

1) Pengusaha wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjanya kpd
Kantor Depnaker/Disnaker dan Badan Penyelenggara setempat sebagai laporan kecelakaan
kerja tahap I dalam waktu tidak lebih dari 2 X 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan
dengan mengisi formulir Jamsostek 3

2) Pengusaha wajib mengirimkan Laporan Kecelakaan Kerja Tahap II kpd Depnaker/Disnaker


dan Badan Penyelenggara setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu
tidak lebih dari 2 X 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berdasarkan
surat keterangan dokter yang menerangkan :

a. Keadaan sementara idak mampu bekerja telah berakhir; atau

b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya; atau

c. Keadaan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; atau

d. Meninggal dunia.

3) Surat keterangan dokter dimaksud menggunakan Formulir Jamsostek 3b.

Pasal 8

1) Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam waktu
tidak lebih dari 2 X 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan mengisi formulir
Jamsostek 3 sejak menerima diagnosis dari Dokter Pemeriksa

Dalam hal penyakit yang timbul karena hubungan kerja, surat keterangan dokter sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 menggunakan Formulir Jamsostek 3c.

Permenaker No 04 Tahun 1993 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja

Ps 2 :

1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja
yang terdiri dari :

a. Pengangkutan dari tempat kejadian ke rumah sakit yang terdekat atau ke rumahnya

b. Pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan di rumah sakit

c. Biaya pemakaman
2) Selain jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan santunan berupa uang
yang tdd :

a. Santuanan STMB

b. Santuanan cacat sebagian untuk selama-lamanya

c. Santuanan cacat total untuk selama-lamanya

d. Santunan kematian

3) Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud alam ayat (1) dan (2) sesuai
lampiran

Ps 6 :

 Pengusaha wajib membuat daftar Perusahaan Wajib Bayar Jaminan Kecelakaan Kerja di
perusahaan atau di bagian perusahaan yang berdiri sendiri yang dibuat sesuai dengan
Bentuk KK 1 dan didaftarkan ke kantor Depnaker/Disnaker setempat

Ps 8 :

1) Pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan kerja yang menimpa tenaga
kerjanya kpd Kantor Depnaker/Disnaker setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 X 24 jam.

2) Pelaporan dapat dilakukan secara lisan sebelum secara tertulis

3) Dalam hal PAK, laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampaikan dalam
waktu tidak lebih dari 2 X 24 jam setelah didiagnosis oleh dokter pemeriksa.

4) Laporan tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (3) dilakukan dengan mengisi
Laporan Kecelakaan Kerja Tahap I sesuai dg bentuk KK 2

Ps 9 :

1) Pengusaha wajib mengirim Laporan Kecelakaan Kerja Tahap II kpd Kantor


Depnaker/Disnaker setempat dengan mengisi Bentuk KK. 3 dalam waktu tidak lebih dari 2 X
24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan berdasarkan surat keterangan dokter
dinyatakan :

a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir

b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya

c. Keadaan cacat total untuk selama-lamanya

d. Meninggal dunia

2) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan Bentuk KK. 4

3) Dalam hal PAK, surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
menggunakan Bentuk KK. 5

4) Dalam KK. 4 atau KK. 5 sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) harus disampaikan
oleh pengusaha kpd Kantor Depnaker/Disnaker setempat

Ps 10 :
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja sementara tidak mampu bekerja, perusahaan
wajib terus membayar upah tenaga yang bersangkutan sebagaimana dalam pasal 2 ayat (2)
huruf a sampai dokter pemeriksa menetapkan akibat kecelakaan kerja yang dideritanya.

ATA CARA PELAPORAN Permenaker No 3 tahun 1998

1. Pengurus/pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja


yang dipimpinnya baik yang telah mengikutsertakan pekerjanya kedalam program Jamsostek
maupun yang belum.

2. Kecelakaan yang dilaporkan terdiri dari :

 Kecelakaan kerja

 Penyakit akibat kerja

 Kebakaran, Peledakan dan Bahaya Pembuangan Limbah

 Kejadian berbahaya lainnya

3. Melaporkan secara tertulis kepada Dinas Ketenagakerjaan setempat dalam waktu tidak lebih
dari 2 x 24 jam sejak terjadi kecelakaan dengan menggunakan formulir bentuk 3 KK2 A.
(penggani bentuk KK2)

4. Pelaporan dapat dilakukan secara lisan sebelum secara tertulis

5. Pengurus/pengusaha yang telah mengikuti program Jamsostek, tata cara pelaporannya


sesuai Permenaker No 05 tahun 1993 ttg Juknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran
Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek.

6. Pengurus/pengusaha yang belum mengikuti program Jamsostek, tata cara pelaporannya


sesuai Permenaker No. 04 tahun 1993 ttg Jaminan Kecelakaan Kerja.

PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek


Pasal 19 Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja dalam waktu
tidak lebih dari 2 x 24 jam setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa.

Keppres No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul dalam Hubungan Kerja

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TANGGAL 27


Pebruari 1993

1. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silicosis,


antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama
penyebab cacat atau kematian.
Permenaker No 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG


KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

Pasal 8 Pengurus yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam peraturan Menteri ini, diancam
dengan hukuman sesuai dengan pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.

UU no 1 th 70

Pasal 15 (1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan. (2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah). (3) Tindak pidana tersebut
adalah pelanggaran.
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No. 3 Tahun 1992 ttg Jamsostek
3. PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek
4. Keppres No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul dalam Hubungan Kerja
5. Permenaker No 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
6. Permenaker No 01 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
7. Permenaker No 03 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
8. Permenaker No 333 tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
9. Permenaker No. 5/Men/1993 tentang Juknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran,
Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek.
10. Permenaker No. 04/Men/93 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja
11. Permenaker No. 03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan Kecelakaan
12. Kepmenakertrans No 79 tahun 2003 tentang Pedoman Diagnosis dn Penilaian Cacat Karena
Kecelakaan dan PAK
13. Permenaker No. 64 Tahun 2005 tentang Perubahan ke empat atas PP No. 14 tahun 1993
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri

Anda mungkin juga menyukai