Anda di halaman 1dari 4

MITIGASI BENCANA ALAM DALAM PENATAAN KAWASAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN : UPAYA PENANGGULANGAN


RESIKO BENCANA ALAM

DISUSUN OLEH:

IRWANDA
16172062P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH
2017
MITIGASI BENCANA ALAM DALAM PENATAAN KAWASAN PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN : UPAYA PENANGGULANGAN RESIKO BENCANA ALAM

Oleh : IMAM INDRATNO

ABSTRAK
Kesadaran akan kehadiran bencana dalam pengelolan negara telah tercermin dalam berbagai peraturan dan
perundangan. Berbagai peraturan dan perundangan tersebut mulai menyinggung berbagai konsep hingga
tindakan yang perlu dilakukan dalam menangani bencana. Pelaksanaan pengurangan risiko bencana di
Indonesia merupakan bagian dari upaya pengurangan risikobencana di tingkat global dan regional. Beberapa
forum internasional telah menghasilkan kesepakatan-kesepatakan yang melandasi upaya pengurangan risiko
bencana ditingkat nasional. Penyusunan pedoman penataan kawasan perumahan dan permukiman dalam
rangka mitigasi bencana perlu mengadopsi berbagai landasan, kebijakan, dan peraturan perundangan yang
berkaitan dengan pengurangan risiko bencana agar didapat suatu pedoman yang komprehensif dan holistik
dalam pengelolaan bencana khususnya dalam penataan kawasan perumahan dan permukiman.

Key words: bencana, risiko bencana, perumahan, permukiman

TINDAKAN MITIGASI GEMPA BUMI DI tidak. Dan apabila sudah terlanjur


BENGKULU terbentuk kawasan permukiman di daerah
Sebagai contoh upaya mitigasi yang yang rawan bencana gempabumi tinggi,
dilakukan di propinsi Bengkulu adalah upaya maka strategi untuk mitigasi selanjutnya
mitigasi yang telah dilakukan di Kota perlu dipikirkan, misalnya saja dengan
Bengkulu, diantaranya adalah: menerapkan building code dalam
Kajian Risiko untuk membangun rumah-rumah di kawasan
menentukan rencana tindak kota Bengkulu tersebut.
dalam menghadapi bencana gempabumi. Meningkatkan kesiapsiagaan
Dalam kegiatan ini disusun potensi bahaya masyarakat dalam menghadapi bencana
gempabumi di Kota Bengkulu, tingkat gempa bumi melalui pelatihan (ToT), yaitu
kerentanan kota Bengkulu terhadap melatih perwakilan masyarakat dan
bahaya gempabumi untuk kemudian dikaji diharapkan perwakilan masyarakat ini
tingkat risiko bencana gempabumi di Kota nantinya dapat menyebarkan
Bengkulu ini. pengetahuannya kepada masyarakat yang
Dalam kajian risiko gempabumi di Kota lebih luas.
Bengkulu ini, faktor yang dipergunakan
untuk melakukan kajian risiko adalah
berupa kajian bahaya gempabumi yang RUANG LINGKUP PEDOMAN
melingkupi 1) pengumpulan data geologi, MITIGASI GEMPA
kegempaan dan geoteknik; 2) Pedoman ini disusun sebagai acuan untuk
pengumpulan data topografi; 3) analisis penataan kawasan perumahan dan
bahaya gempabumi; 4) pembuatan peta permukiman berbasiskan mitigasi bencana
mikrozonasi, peta klasifikasi tanah, rawan alam. Jenis bencana alam yang dikaji
longsor dan likuifaksi. Kajian kerentanan meliputi:
gempabumi yang melingkupi 1) data 1) Gempabumi
kepadatan penduduk; 2) data bangunan; 2) Tsunami
3) data prasarana dan sistem utilitas yang 3) Letusan gunungapi
ada; 3) data lapangan terbang dan 4) Tanah Longsor
pelabuhan; 4) data aktivitas sosial 5) Banjir
ekonomi. Kemudian dilakukan kajian risiko Ditinjau dari jenis kawasan perumahan dan
dengan mengalikan faktor bahaya dengan permukimannya, maka pedoman ini meliputi 2
kerentanan. (dua) jenis kawasan perumahan dan
Hasil dari kajian ini biasanya adalah peta- permukiman, yaitu:
peta mikrozonasi yang menunjukkan 1) Kawasan perumahan dan permukiman
daerah yang rawan bencana gempabumi, baru, sebagai upaya preventif.
daerah mana yang termasuk rawan tinggi, 2) Kawasan perumahan dan permukiman
sedang hingga rendah. Berdasarkan peta yang telah ada, sebagai upaya kuratif.
hasil kajian tersebut, maka dapat disusun Tindakan mitigasi bencana pada kawasan
suatu rencana, termasuk untuk perumahan dan permukiman akan meliputi:
pembangunan permukiman, di daerah 1) Tindakan mitigasi struktural
mana saja yang diperbolehkan dibangun Tindakan mitigasi struktural terutama pada
untuk permukiman dan daerah mana yang upaya rekayasa konstruksi.
2) Tindakan mitigasi non-struktural ii. Penyelenggaraan penataan
Tindakan mitigasi non-struktural meliputi: kawasan perumahan dan
a. Tindakan penataan ruang permukiman yang telah ada
b. Penyediaan prasarana dan sarana e. Kelembagaan
c. Peningkatan kesiapan masyarakat f. Peran serta masyarakat
d. Sistem peringatan dini (3) Tindakan Mitigasi Bencana Alam Pada
e. Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perumahan dan Permukiman
f. Peran serta masyarakat Memuat:
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ruang a. Tindakan mitigasi bencana
lingkup pedoman ini meliputi ketentuan gempabumi pada kawasan
sebagai berikut: perumahan dan permukiman
(1) Ketentuan Umum b. Tindakan mitigasi bencana tsunami
Ketentuan umum memuat: pada kawasan perumahan dan
a. Definisi dan batasan yang digunakan permukiman
dalam pedoman; c. Tindakan mitigasi bencana gunungapi
b. Tujuan pedoman; pada kawasan perumahan dan
c. Ruang lingkup pedoman; dan permukiman
d. Kedudukan pedoman. d. Tindakan mitigasi bencana tanah
(2) Pedoman Umum Penyelenggaraan longsor pada kawasan perumahan
Penataan Kawasan Perumahan dan dan permukiman
Permukiman Berbasis Mitigasi Bencana e. Tindakan mitigasi bencana banjir
Alam. pada kawasan perumahan dan
Memuat: permukiman
a. Prinsip dasar (4) Pengendalian Pemanfaatan Kawasan
b. Konsep dasar mitigasi bencana alam Perumahan dan Permukiman, meliputi:
pada kawasan perumahan dan a. Peraturan zonasi
permukiman b. Perangkat insentif dan disinsentif
c. Pendekatan mitigasi bencana c. Perijinan
d. Penyelenggaraan penataan kawasan d. Sanksi
perumahan dan permukiman berbasis (5) Aturan Peralihan
mitigasi bencana alam (6) Aturan Penutup
i. Penyelenggaraan penataan
kawasan perumahan dan
permukiman baru

longsor, pemasangan tanggul penahan


TUJUAN PENYUSUNAN PEDOMAN banjir, dan lain sebagainya.
PENATAAN KAWASAN PERUMAHAN 3. Dari sudut pandang kerentanan, peraturan
DAN PERMUKIMAN DALAM RANGKA juga memfasilitasi atau bahkan memaksa
MITIGASI BENCANA ALAM masyarakat untuk merubah karakteristik,
Peraturan adalah suatu unsur penting dalam kebiasaan, dan kegiatannya yang
Penataan Kawasan Perumahan dan berpotensi untuk meningkatkan
Permukiman. Hal ini dapat dijelaskan dengan kemungkinan mereka terpapar pada suatu
beberapa alasan penting, yaitu: ancaman bencana. Misalnya larangan
1. Peraturan adalah salah satu wahana yang bertempat tinggi di kawasan rawan
efektif untuk secara proaktif mencegah bencana, seperti aliran sungai, tepi pantai
masyarakat dari melakukan kegiatan atau yang rawan tsunami, daerah rawan tanah
tindakan yang pada akhirnya menimbulkan longsor, dan lain sebagainya.
atau meningkatkan ancaman maupun 4. Khusus mengenai peraturan perundangan,
risiko bencana. Contoh dari peraturan peraturan ini dapat mendorong atau
semacam ini adalah larangan terhadap mewajibkan pemerintah pusat dan daerah
pembangunan perumahan pada daerah untuk melakukan investasi-iinvestasi untuk
yang memiliki kerawanan bencana sangat perlindungan rakyat; melakukan
tinggi. pengaturan-pengaturan kelembagaan dan
2. Peraturan juga dapat mencegah prosedural untuk memastikan pengawasan
masyarakat dari ancaman bencana yang pelaksanaan peraturan dan penyiapan
nyata-nyata atau diperkirakan ada. tanggap kedaruratan yang lebih efektif.
Contohnya adalah kewajiban untuk Pemerintah juga dapat mengatur dan
melakukan pembangunan terasering pada memastikan hubungan dan hak kewajiban
bukit yang terjal untuk menghindari tanah
antara satu pelaku dengan lainnya dalam c) Penyelenggaraan Mitigasi
hal penangnanan bencana. Bencana Alam Pada Kawasan
Dengan demikian, maka tujuan penyusunan Perumahan & Permukiman
pedoman penataan kawasan perumahan dan Bagian ini menjelaskan berbagai
permukiman dalam rangka mitigasi bencana tindakan mitigasi yang dapat
alam adalah menyediakan panduan bagi dilakukan pada berbagai kawasan
perencanaan dan pengembangan kawasan sesuai dengan jenis bahaya yang
perumahan dan permukiman berdasarkan dihadapinya.
pertimbangan mitigasi bencana alam untuk d) Pengendalian Pemanfaatan
menciptakan kawasan permukiman yang Ruang
aman terhadap bencana alam. Bagian ini menjelaskan mengenai
Secara lebih khusus penyusunan pedoman mekanisme pengendalian
penataan kawasan perumahan dan pemanfaatan ruang yang dapat
permukiman dalam rangka mitigasi bencana dilakukan pada kawasan rawan
alam adalah: bencana. Berbagai materi yang
1. Memberikan pengertian dan lingkup tercakup pada bagian ini adalah
mitigasi bencana alam pada kawasan peraturan zonasi, perijinan, sanksi,
perumahan dan permukiman dan perangkat insentif dan
2. Memberikan tata cara dan prosedur disinsentif.
perencanaan mitigasi bencana alam bagi
kawasan perumahan dan permukiman
3. Memberikan dasar formal untuk alternatif
tindakan mitigasi bencana alam yang DAFTAR PUSTAKA
dapat dilakukan untuk kawasan 1. Komarudin. 1997. Menelusuri
perumahan dan permukiman Pembangunan Perumahan Dan
Permukiman. Yayasan Realestat
PENUTUP Indonesia. PT.Rakasindo. Jakarta.
Berdasarkan uraian dan kesimpulan di atas 2. Kajian Direktorat Vulkanologi dan
maka: Mitigasi Bencana Geologi
1. Disarankan penyusunan Peraturan 3. Kerjasama Pemda dengan PVMBG
Menteri Negara Perumahan Rakyat 4. Nasiruddin Mahmud. 1995. Penentuan
tentang Pedoman Penataan Kawasan Lokasi Perumahan di Kabupaten DT II
Perumahan dan Permukiman dalam Bandung.Jurusan TPL ITB, ,3.
rangka Mitigasi Bencana Alam. 5. Otto Soemarwoto. 1985. Ekologi
2. Ruang lingkup substansi yang diatur Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
dalam peraturan menteri ini meliputi: Penerbit Djambatan. Jakarta.
a) Ketentuan Umum 6. RUU Penanggulangan Bencana
Ketentuan umum memuat definisi 7. Standar Perencanaan Ketahanan
yang digunakan dalam pedoman Gempa Untuk Struktur Bangunan
untuk mencegah ambiguitas, ruang Gedung SNI – 1726 - 2002
lingkup pedoman, tujuan pedoman, 8. Studi PMB-ITB –Pemkot Bandung
dan kedudukan pedoman. dalam IUDMP-RADIUS tahun 1999
Ketentuan umum mengatur batasan 9. Tata Cara Perencanaan Akses
dan berbagai hal yang tercakup Bangunan Dan Akses Lingkungan
dalam pedoman ini. Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
b) Pedoman Umum Pada Bangunan Gedung SNI 03-1735-
Bagian ini memuat prinsip dasar 2000.
mitigasi bencana pada kawasan 10. Thunen Von & Dunn, 1977.
perumahan dan permukiman yang Perencanaan Fisik, ITB. Bandung.
terutama berbasis pada pemunculan 11. Tata Cara Perencanaan Bangunan
budaya keselamatan (safe culture). Sederhana Tahan Angin SNI 03-2397-
Pada bagian ini dibahas berbagai 1991
materi seperti, prinsip umum, 12. UU Nomor 26/2007 tentang Penataan
penyelenggaraan penataan Ruang
kawasan perumahan dan 13. UU Nomor 4/1992 tentang
permukiman secara preventif dan Permukiman
kuratif, kelembagaan, dan peran 14. UU Nomor 24/2007 tentang
masyarakat. Penanggulangan Bencana

Anda mungkin juga menyukai