Mohamad Sulahudin 4-11-23
Mohamad Sulahudin 4-11-23
TANGERANG SELATAN
Dosen Pengampu :
Oleh:
Mohamad Sulahudin
23 / 2301160479
Kelas 4-11
Tahun 2018
Daftar Isi
Abstraksi ................................................................................................................. 1
Pendahuluan ............................................................................................................ 1
Pembahasan ............................................................................................................. 2
Referensi ............................................................................................................... 11
Abstraksi
Pendahuluan
Dividen merupakan suatu bentuk pembagian keuntungan atau laba kepada para
pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pemaknaan
dividen seperti demikian sering kita temui penggunaannya dalam surat kabar dan
majalah bisnis. Pemaknaan yang umum seperti itulah yang paling banyak
diketahui oleh masyarakat awam. Namun, apakah ketika membahas tentang
perpajakan, pengertian tersebut cukup untuk mengantarkan kita dalam memahami
keseluruhan perlakuan pemajakan dividen melalui Undang Undang Perpajakan di
negara ini?
Mengetahui perbedaan ini merupakan hal vital yang harus diketahui oleh wajib
pajak maupun pegawai pajak. Pasalnya, dalam pembedaan perlakuan perpajakan
ini dapat menimbulkan kesalahan pemotongan atau pemungutan serta penyetoran
pajak apabila terjadi kesalahan dalam mengenali objek pajaknya. Hal ini tentunya
akan merugikan wajib pajak karena, selain harus membayar sanksi dan denda
administrasi pajak apabila terjadi kesalahan, wajib pajak juga melewatkan
1
kesempatan untuk menikmati fasilitas yang diberikan oleh Undang Undang
Perpajakan.
Untuk pegawai pajak, tentunya mengetahui perbedaan perlakuan ini adalah hal
yang wajib. Selain dapat mengakibatkan hilangnya sebagian potensi penerimaan
negara, ketika terjadi kecolongan dalam administrasi perpajakannya, kesalahan
yang dilakukan oleh pegawai pajak dapat mengurangi rasa percaya dalam diri
masyarakat kepada pemerintahnya.
Pembahasan
Dividen bukanlah istilah yang asing lagi bagi kebanyakan orang. Masyarakat
awam akan memaknai dividen sebagai pembagian sisa laba bagi pemegang
saham, yang mana tidak sepenuhnya salah, meskipun dalam kenyataannya
pemaknaan dengan seperti demikian dapat dikatakan terlalu sempit dan kurang
komprehensif. Hal tersebut juga dapat dikatakan tentang bagaimana wajib pajak
memahami dividen sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan
kita.
2
Undang Pajak Penghasilan tentang penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g
menjelaskan bahwa yang termasuk dalam dividen adalah:
3
Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, penghasilan yang diperoleh oleh
subjek pajak belum tentu termasuk dalam objek pajak. Meskipun sampai saat ini
masih menyusuri permukaannya saja, namun dengan pengetahuan ini,
pembahasan berikutnya akan lebih mudah dipahami.
Pada saat ini sebagian orang awam yang mencoba memahami Undang-Undang
Pajak Penghasilan pasti mulai menggerutu tentang bagaimana rumitnya sistem
perpajakan negara ini. Hal itu tidak salah, namun seperti yang dijelaskan di atas
tadi, Undang-Undang Pajak Penghasilan juga memberikan fasilitas dan
kemudahan bagi wajib pajak nya. Pasal 4 ayat (3) itulah yang mengatur tentang
fasilitas yang dimaksud penulis ini.
Pasal 4 ayat (3) huruf f mengatur tentang jenis penghasilan dividen apa saja yang
termasuk dalam kategori bukan objek pajak. Dan ketika suatu penghasilan
dikategorikan sebagai penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, maka
4
penghasilan tersebut tidak perlu dibayar pajaknya dan hanya perlu dilaporkan
dalam laporan Surat Pemberitahuan Tahunan wajib pajak.
Penghasilan dividen yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f adalah
penghasilan dividen yang diterima oleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
badan dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia. Tentu saja penjelasan tidak berhenti sampai disitu.
Penyertaan modal oleh penerima dividen kepada badan usaha yang membagikan
dividen tersebut harus sekurang kurangnya 25 persen dari penyertaan modal total,
dan pembayaran dividen tersebut harus bersumber dari cadangan laba yang
ditahan.
Ternyata ada beberapa hal lagi yang harus dimengerti agar pembaca dapat secara
lengkap memahami tentang perbedaan perlakuan pemajakan kepada penghasilan
dividen, yaitu apakah penghasilan tersebut termasuk dalam objek pajak final atau
bukan.
Pembaca mungkin telah membaca Pasal 4 ayat (1) hingga ayat (3) dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan secara urut. Dan untuk pembaca yang teliti menyimak
dan tidak melewati membaca ayat (2) dari Pasal 4 ini, mungkin akan menyadari
5
bahwa penghasilan dividen bukan merupakan objek pajak final sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Meskipun benar kalau didalam Pasal 4 ayat (2) tidak menyinggung penghasilan
dividen sebagai penghasilan yang merupakan objek pajak final sama sekali, tapi di
Pasal 17 ayat (2c) menyatakan sebaliknya. Mungkin terasa aneh mengapa
penghasilan dividen diterangkan dalam pasal lain yang jaraknya cukup jauh dari
pasal serupa yang menjelaskan hal yang sama.
Secara historis, ayat (2c) dalam Pasal 17 merupakan ayat yang ditambahkan
dalam perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan disusun untuk
mengakomodasi kebutuhan perpajakan di masa tersebut. Disisi lain,
pemberlakuan penghasilan dividen sebagai objek pajak final berkaitan dengan
pemberian tarifnya. Secara filosofis, penghasilan dividen ini bukan merupakan
objek pajak final. Namun ketika beberapa kondisi dipenuhi, pemberian tarif pajak
terhadap penghasilannyalah yang membuat penghasilan tersebut dikategorikan
sebagai objek pajak final. Kemudian, kondisi apa saja yang disyaratkan dalam
Pasal 17 ayat (2c) ini?
Pasal 17 ayat (2c) menyatakan bahwa untuk setiap penghasilan dividen yang
diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri akan dikenakan tarif 10
persen dan bersifat final. Ketentuan yang disyaratkan dalam Pasal 17 ayat (2c)
hanyalah penerima penghasilan dividen tersebut haruslah wajib pajak dalam
negeri untuk menikmati tarif 10 persen final ini. Lalu, jika wajib pajak yang
menerima penghasilan dividen merupakan wajib pajak badan dalam negeri yang
tidak termasuk dalam penerima dividen yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3),
bagaimanaka perlakuan pemajakannya?
Penghasilan dividen yang diterima oleh wajib pajak badan pada umumnya akan
menambah penghasilan tahun berjalannya dan akan diperhitungkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunannya. Meskipun begitu, penghasilan dividen yang diterima
wajib pajak badan akan dipotong dengan menggunakan tarif 15 persen sesuai
dengan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Penghasilan tersebut
6
terutang sejak dividen tersebut tersedia untuk dibayarkan dan dapat dijadikan
kredit pajak sebagai pengurang pajak penghasilan tahun tersebut.
Lalu bagaimana jika penerima dividen tersebut merupakan wajib pajak luar
negeri? Jika disimak dengan baik, Undang-Undang Pajak Penghasilan selalu
berhati-hati dalam melakukan penyebutan wajib pajak dengan wajib pajak dalam
negeri. Peraturan yang mengikat dividen diatas, baik ketika diterima oleh wajib
pajak orang pribadi atau wajib pajak badan, hanya berlaku untuk wajib pajak
dalam negeri. Ketika penerima penghasilan dividen tersebut merupakan wajib
pajak luar negeri, penghasilan dividen tersebut akan dikenakan pajak dengan tarif
20 persen sesuai dengan yang ditentukan dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak
Penghasilan, kecuali terdapat P3B antara Indonesia dengan negara lain yang
menjadi domisili wajib pajak luar negeri.
Terakhir, bagaimana dengan pemajakan dividen yang diterima dari luar negeri?
Seperti yang terjadi pada contoh sebelumnya, Undang-Undang hanya mengatur
penghasilan dari sumber tertentu yang diterima oleh wajib pajak tertentu selama
hal tersebut masih masuk kedalam jurisdiksi Undang-Undang Pajak Penghasilan
tersebut. Dalam hal ini, penghasilan dividen yang diterima dari luar negeri akan
diperlakukan sama seperti penghasilan lainnya yang bersumber dari luar negeri.
Dengan melihat penerimanya, dapat diketahui apakah Indonesia berhak atas pajak
dari penghasilan tersebut. Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dalam
negeri Indonesia akan menambah penghasilan tahun berjalan yang kemudian akan
diperhitungkan pada akhir tahun.
7
F. Saat terutang Pajak dan Contoh soal Pembahasan
Yang dimaksud sebagai waktu dimana dividen tersebut tersedia untuk dibayarkan
terdiri dari dua waktu. Apabila perusahaan pembagi dividen merupakan
perusahaan privat yang mana sahamnya tidak diperjualbelikan dalam bursa, maka
yang dianggap sebagai waktu dimana dividen tersebut tersedia untuk dibayarkan
adalah saat dimana pembagian dividen ditentukan dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS). Sedangkan untuk perusahaan yang go public, saat tersedianya
dividen untuk dibayarkan terhitung ketika tanggal dimana kepemilikan saham
dicatat oleh perusahaan (recording date).
Contoh 1 :
PT. Atlus (tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 23 April 2016
mengumumkan pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Pada tanggal 11 Agustus 2016 perusahaan membagikan dividen tunai
kepada para pemegang sahamnya, yang mana dividen tersebut berasal dari
cadangan laba yang ditahan. Total jumlah dividen yang dibagikan adalah sebesar
Rp.1.000.000.000,-. Susunan pemegang saham beserta persentase kepemilikan
sahamnya adalah sbb :
Jawaban 1 :
Karena PT Sega merupakan wajib pajak dalam negeri, dengan kepemilikan 35%
atas PT Atlus maka dividen yang diterimanya dari PT Atlus merupakan
penghasilan yang termasuk bukan objek pajak.
8
Untuk PT Kakean Mulih, dengan penyetoran modal sebesar 20% atas PT Atlus,
maka dividen yang diterimanya dari PT Atlus merupakan penghasilan yang
termasuk objek pajak penghasilan. Pemotongan pajak akan dilakukan PT Atlus
pada tanggal diumumkannya pembagian dividen yaitu 23 April 2016, mengingat
PT Atlus bukanlah perusahaan yang go public.
= 15% X 200.000.000
Untuk Tuan Wibu, karena dia merupakan wajib pajak orang pribadi, penghasilan
dividen yang dia terima akan dipotong pajaknya oleh PT Atlus dengan
menggunakan tarif final pasal 17 ayat (2c).
= 5.000.000
Untuk Index Corp, yang mana merupakan wajib pajak luar negeri, penghasilan
yang mereka terima akan dipajaki dengan pasal 26 Undang-Undang Pajak
Penghasilan. Pasal 4 ayat (3) f juga tidak berlaku bagi Index Corp karena mereka
bukan wajib pajak dalam negeri Indonesia. Dengan asumsi tidak ada P3B antara
Indonesia dengan negara domisili Index Corp, maka penghasilan tersebut akan
dipotong dengan tarif 20%.
9
Kesimpulan
10
Referensi
11