Anda di halaman 1dari 4

Pengenalan

Elemen ketiga dari passive income adalah royalty, yang mana akan dibahas dalam chapter ini. Secara
umum, royalti dapat dianggap sebagai pembayaran atas penggunaan kekayaan tak berwujud.
Umumnya sekarang, royati merupakan pembayaran yang dibayarkan atas penggunaan kekayaan
intelektual.

Sejarahnya, persebaran ilmu pengetahuan belum pernah terkekang sekedar didalam lingkungan
negara. Persebaran kekayaan intelektual telah secara menyeluruh tersebar pada akhir abad ke-19
hingga melahirkan perjanjian internasional dalam rangka melindungi hak cipta properti dari
pembajakan. Persebaran teknologi dan kekayaan intelektual secara internasional semakin meningkat
selama abad ke-20.

Pengembangan karya tulis dan karya seni, atau program komputer, penemuan, desain atau jenis
tanaman adalah kegiatan yang memakan waktu lama dan mahal biayanya. Penulis, komposer,
penampil, programer, investor, desainer, atau penyilang tanaman menginginkan hak kepemilikan
yang sah atas hasil kerjanya agar mereka dapat mengontrol komersialisasi barang mereka untuk
dapat balik modal biaya investasi mereka dan memperoleh keuntungan dari investasi uang, waktu
dan pengetahuan serta usaha mereka. Jika pengembang tidak mengamankan hak kepemilikannya,
dia bisa dengan mudah kehilangan kontrol atas komersialisasi hasil kerjanya kepada “gretonger”, dan
akan secepatnya kehilangan minat dalam meneruskan inovasi investasinya.jadi, melalui hukum lokal
mereka, negara yang paling maju meningkatkan insentif bagi para inovator dengan melindungi hak
kepemilikan dan kekayaan intelektual mereka.

Kekayaan intelektual meliputi hal hal seperti pengetahuan teknologi, produk, proses, desain dan ide.
Hal tersebut merupakan kekayaan intelektual yang mana hak kepemilikan lindungi. Seperti barang
berwujud dan kekayaan pribadi, kekayaan intelektual dapat diberikan dari satu pihak kepada piuhak
lainnya dengan cara menjualnnya langsung dan membeli atau dengan cara pemilik memberikan hak
kepada pihak lain untuk menggunakan kekayaan tersebut. Tergantung pada sifatnya, hak milik atas
kekayaan intelektual pada umumnya berwujud sebagai:

Copyright yaitu hak dari seorang pencipta atas karya original, karya tulis, ilmiah, dramatik atau karya
musik, rekaman suara, film, tayangan, program kabel atau edisi terbitan. (program komputer
biasanya jatuh pada kategori karya tulis atau karya ilmiah)

Patent yaitu hak memonopoli diberikan, umumnya dengan pendaftaran, atas suatu barang seperti
produk baru, proses produksi baru, perkembangan dari proses produksi yang telah ada, metode
terkait percobaan atau pengontrolan proses produksi, komponen atau komposisi kimia baru, alat
atau sirkui elektronik, teknologi komputer, yang mana semuanya memiliki aplikasi industri. Wajarnya,
pemberian hak ini memberikan pemilik hak secara ekslusif untuk membua, menggunakan atau
memberikan penemuannya ini dalam jangka waktu beberapa tahun, dengan diatur lebih lanjut
didalam peraturan lokal negara masing masing, setelah masa berlaku paten habis, siapapun dapat
memakai penemuan ini.

Trademark yaitu pengenal, seperti lambang atau kombinasi dari lambang yang mana dapat mewakili
secara visual suatu bisnis dan membuat produknya atau jasanya dapat dibedakan dari barang atau
jasa yang disediakan oleh penyedia lainnya. Lambangnya dapat mengikutsertakan alat atau desain
artistik, logo, brand, heading, label, tiket, nama, tanda tangan, kata, huruf, angka, gambar, simb,
gambar, warna, suara atau bau atau kombinasi diantara semua tadi. Pendaftaran trademark
memberikan pemilik hak khusus dalam menggunakan trademark untuk barang atau jasa tertentu
untuk jangka waktu, yang mana mungkin bisa selamanya.
Registered design yaitu desain novel, yang mana normalnya didatarkan di kantor kekayaan
intelektual pemerintahaan. Desain yang didaftarkan melindungi kepentingan pemilik dalam
penampakan luar dari artikel yang diproduksi (daripada artikelnya sendiri). Deainnya biasanya
merupakan sesuatu yang akan di produksi berkali kali melalui proses industri, daripada diproduksi
sekali duakali.

Plant variety right yaitu hak yang diberikan, umumnya oleh pemerintah, atas variasi tanaman baru,
unik, serupa dan stabil. Setelah diberikan, peternak tanaman ini mendapatkan hak khusus dalam
memproduksi untuk dijual, menjual, material produksi atau variasi tanaman dan menyebarkan
variasinya untuk produksi komersial yang biasanya terbatas waktunya.

Geographical indication yaitu hak di pengenal daerah yang membuat asal dari barang dapat dikaitkan
dengan daerah tertentu. Contohnya penggunaan kata “Champagne” pada anggur terkenal
menunjukan daerah di Perancis dimana produk tersebut berasal.

Hak hak diatas merupakan hak kepemilikan yang berharga yang dapat dipindahtangankan dengan
jalan penjualan dan pembelian, penyerahan, lisensi atau penyewaan. Kita akan mendalami tentang
aspek perpajakan dari pembayaran royalti yang terjadi karena penggunaan hak hak sebagaimana
dimaksud diatas. Analisis legal dari perpajakan royalti ini sendiri secara umum sama seperti dividen
dan bunga.

Dengan diselesaikannya chapter ini, kamu harusnya bisa untuk

- Memahami arti dari “royalti” untuk keperluan perpajakan internasional


- Menjelaskan bagaimana pendapatan royalti dipajaki menurut OECD model
- Membedakan antara sumber dari pajak atas royalti menurut OECD model, UN model, dan
CARICOM Agreement
- Menjelaskan penggunaan definisi “royalti” hingga “know how payment” menurut model
perjanjian pajak berganda dan bagaimana membedakan perpajakan dari pembayaran seperti
itu tadi dengan perpajakan atas jasa teknis dan biaya manajemen menurut model perjanjian
pajak berganda
- Mendiskusikan perbedaan perlakuan pajak yang diterapkan kepada royalti yang timbul dari
hak atau kekayaan yang secara efektif berhubungan dengan BUT; dan
- Memahami percabangan perjanjian pajak berganda untuk pembayaran royalti antara
persons yang berhubungan.

Hukum lokal perpajakan dari royalti

Hukum perpajakan negara R normalnya akan memperbolehkan negara R untuk memajaki


pendapatan secara worldwide (termasuk royalti) yang diterima oleh penduduknya. Mirip juga,
menurut hukum perpajakan negaranya, Negara S juga dapat memajaki royalti yang diterima oleh
non-penduduk dari negara S, juga penduduknya pula, jika negara itu menginginkan untuk memajaki
penyedia dari hak menggunakan kekayaan tak berwujud kepada subjek badan di Negara S. Negara S
normalnya akan menetapkan pungutan pajak final non-penduduk atas pembayaran bruto dari royalti
yang diterima oleh pengguna hak dari kekayaan tak berwujud di Negara S dengan penyedia non-
penduduk dari hak tersebut.

Sebagaimana dividen dan bunga, pemilik dari hak kekayaan tak berwujud itu normalnya akan
membayar pajak atas royalti yang bersumber dari luar negeri di Negara R menurut basis pendapatan
bersih yaitu Negara R biasanya akan memperbolehkan pengurangan untuk pengeluaran yang terjadi
ketika pemilik menghasilkan pendapatan royalti. Negara R kemudian memberikan pemilik hak
keringanan pajak untuk (final pemungutan non-penduduk) pajak yang telah dibayar di Negara S atas
pendapatan royaltinya, baik menurut hukum pajak domestiknya atau sesuai dengan yang dinyatakan
pada Pasal 23 B dari P3B antara Negara R dan Negara S.

Hak pemajakan menurut P3B

Pasal 12 dari model P3B OECD menyatakan bahwa pemajakan royalti yang di terima dari Negara S
oleh orang yang merupakan penduduk Negara R. Prinsip dari Pasal 12 adalah hanya
memperbolehkan negara R untuk memajaki royalti tersebut; Pasal 12 tidak menerima hak pemajakan
dari Negara S yang muncul dari hukum lokal negaranya. Pasal ini mungkin merupakan contoh terbaik
filosofi yang terkandung dalam model P3B OECD yaitu mewakili kepentingan negara pemasok modal
negara berkembang dari barat. Ini juga menjadi pendekatan yang diambil dalam model P3B Amerika.
Jadi, kecuali penyedia dari teknologi memiliki BUT di negara berkembang, negara tersebut tidak
mendapatkan pendapatan pajak sepeserpun dari royalti yang dibayarkan atas penggunaan teknologi.
Pendapatan yang hilang ini menjadi perkara menjengkelkaan jika pemasok teknologi menggunakan
pembayaran royalti yang tidak di pajaki untuk menyedot pendapatan yang hausnya bisa dipajaki
(biasanya anak perusahaan) keluar dari negara berkembang, dan membuat negara tersebut tidak
mendapat manfaat pajak sedikitpun dari penggunaan teknolgi yang diimpor tersebut.

Pasal 12(1) model P3B OECD secara singkat menyatakan demikian, setelah sebelumnya menjelaskan
pengertian “royalti”:

Royalti yang timbul di (Negara S) dan dimiliki oleh penduduk (Negara R) hanya dapat (shall)
dipajaki di negara (R)

Dengan penambahan

Kata “dapat” disini harusnya tidak diartikan sebagai pembatasan makna untuk (dengan salah)
menyimpulkan kalau Negara R harus memajaki Royalti ini. Kata tersebut harusnya di dibaca
berkelanjutan dengan “hanya” sehingga Negara R tidak harus memajaki royalti tetapi jika mereka
benar melakukannya, negara tersebutlah satu satunya yang bisa melakukannya, kebalikannya,
menurut Pasal 12(1) dari model P3B OECD, Negara S dilarang untuk memajaki royalti tanpa
memandang apakah negara R memajakinya atau tidak. Hal ini diartikan menjadi Negara R tidak harus
kehilangan sepeserpun pajaknya dikarenakan kredit pajak luar negeri kepada penduduknya, yang
mana menyediakan hak penggunaan kekayaan tak berwujud kepada persons di Negara S, karena
tidak ada pajak yang dibayarkan ke negara S.

Sialnya untuk negara sumber (biasanya negara berkembang dimana masuknya teknologi dan
kekayaan tak berwujud lainnya penting bagi perkembangan ekonomi mereka) telah diarahkan oleh
UN untuk memasukkan pasal 12 dari model P3B mereka yang mana lebih simpatik kepada negara
berkembang. Pasal 12(1) dari model P3B UN memperbolehkan Negara R untuk memajaki
penduduknya atas pendapatan royalti yang mereka dapatkan dari Negara S, jika Negara R
mengijinkan hal tersebut terjadi, dengan cara yang sama seperti di model P3B OECD (kecuali kali ini
UN memakai kata “boleh” daripada “dapat”)

Royalti yang timbul di Negara S dan dibayarkan kepada penduduk dari Negara R boleh (may) dipajaki
di Negara R

Dengan penambahan

Jadi, lagi. negara R tidak harus memajaki royalti tersebut, namun bisa (may) melakukannya apabila
mereka mau; dengan kata lain, jika Negara R memajaki royalti yang didapatkan oleh penduduknya,
model P3B UN antara Negara R dan Negara S tidak mencegahnya untuk melakukan itu.
Sebagai tambahan, dan yang penting, Pasal 12(2) dari model P3B UN juga memperbolehkan Negara S
untuk memajaki royalti yang sama, namun (seperti bunga) subjek dibatasi jumlah pajaknya. Pasal
12(2) model P3B UN menyatakan bahwa:

Royalti juga dapat (may) dipajaki di Negara S dan menurut hukum dari Negara S, namun jika
beneficial owner dari royalti merupakan penduduk dari negara R, pajak yang ditagihkan tidak boleh
melebihi … persen (presentase di serahkan menurut perundingan masing masing negara) dari nilai
bruto royalti. Pihak yang berkompensi dimasing masing negara yang terlibat akan secara sepakat
menentukan bentuk dari aplikasi dari pembatasan ini.

Dengan penekanan

Lagi, negara S tidak harus (shall) memajaki royalti namun mereka boleh (may) melakukannya jika
mereka mau, namun mereka dibatasi oleh Pasal 12(2). Pasal 12(2) memperbolehkan pemajakan di
Negara S menurut hukum domestiknya, namun dengan batasan. Sebagaimana dengan bunga, negara
anggota dari EU adalah negara yang Pasal 12(2) tidak merasakan dampak dari ini selama penerima
royalti merupakan anggota lain dari EU karena Interest and Royalties Directive (2003) of European
Council melarang anggota dari EU yang merupakan negara sumber dari royalti untuk memajaki
royalti dengan dasar hukum perpajakan lokal mereka.

Sebagaimana dengan dividen dan bunga, pasal 12(2) dari model P3B UN juga dapat menguntungkan
negara R, negara tempat pemilik kekayaan tak berwujud berkedudukan. Pasal 12(2) membatasi hak
pemajakan Negara S yang mana berarti bahwa Negara R harus rela mendapat pajak yang lebih sedikit
ketika mereka memberikan fasilitas kredit pajak kepada penduduknya, yang memberikan hak
penggunaan kekayaan tak berwujud kepada persons di Negara S. Lagi, keuntungan dari Negara R ini
hanya dapat dirasakan apabila tarif pajak Negara R lebih tinggi dibandingkan negara S.

The CARICOM Agreement, lain halnya, membatasi hak pemajakan royalti kepada negara sumber saja;
ya benar, Negara R tidak memiliki hak memajaki, yang mana berlawanan dengan pendekatan yang
dipakai oleh OECD dan AS dalam model P3B mereka. Pasal 13(2) dari CARICOM Agreement
menentukan tarif maksimum mutlak kepada negara sumber yaitu 15 persen dari jumlah bruto
royalti.

Negara OECD dibawah ini (yang mana kebanyakan tidak dianggap sebagai negara berkembang)
mendapatkan hak untuk tidak memakai Pasal 12(1) dari model OECD dan melakukan pemajakan
pada sumber, yang mana selaras dengan model P3B UN: Australia, Canada, Republik Ceko, Yunani,
Itali, Jepang, Korea, Meksiko, Selandia Baru, Polandia, Portugal, Spanyol, dan Turki. Negara non-OECD
(yang mana kebanyakan merupakan negara berkembang) mempertahankan hak untuk melakukan
pemajakan royalti pada sumbeer yaitu: Argentina, Belarusia, Brazil, Tiongkok, Estonia, Israel, Latvia,
Lithuania, Malaysia, Filipina, Rumania, Russia, Republik Slovakia, Afrika Selatan, Thailand, Ukraina
dan Vietnam.107

Anda mungkin juga menyukai