Preskas Keratitis - Zahra, Amal, Indah
Preskas Keratitis - Zahra, Amal, Indah
Oleh:
Pembimbing :
I. IDENTITAS
Nama : Tn. H
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ponorogo, Jawa Timur
Tanggal periksa : 14 Maret 2016
No. RM : 01 33 27 57
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Pandangan mata kanan dan kiri kabur
D. Kesimpulan Anamnesis
OD OS
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
B. Vital Sign
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit
HR : 82x/menit T : 36.80C
C. Pemeriksaan subyektif
OD OS
A. Visus Sentralis
B. Visus Perifer
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata OD OS
2. Supercilia
6. Kelopak mata
a. pasangannya
b. gerakannya
c. rima
1.) lebar 10 mm 10 mm
d. kulit
9. Tekanan intraocular
10. Konjungtiva
c. konjungtiva fornix
1.) edema Tidak ada Tidak ada
d. konjungtiva bulbi
11. Sclera
12. Kornea
a. ukuran 12 mm 12 mm
14. Iris
15. Pupil
a. ukuran 3 mm 3 mm
16. Lensa
e. shadow test - -
B. Visus perifer
OD OS
III. DIAGNOSIS BANDING
1. ODS Keratitis Punctata
2. ODS Uveitis Akut
3. ODS Glaukoma Akut
IV. DIAGNOSIS
ODS Keratitis Punctata
V. TERAPI
Non Medikamentosa:
1. Memakai pelindung (kacamata) gar terhindar dari paparan debu dan sinar
ultraviolet
2. Menjaga kebersihan dan kelembaban mata
Medikamentosa:
VI. PLANNING
Kontrol lagi 1 minggu untuk evaluasi pengobatan
VII. PROGNOSIS
OD OS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi kornea
Kornea (bahasa latin, cornum = seperti tanduk) merupakan selaput bening, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skleralis.1,4
1. Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata
prekornea.
2. Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.
3. Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu penampilan
optikal.
Kornea memiliki lima lapisan, berikut adalah susunan lapisan dari anterior ke posterior : 4
1. Epitel
Tebal 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
Sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal
berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa sehingga berfungsi sebagai barier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukan
2. Membran bowman
Terlihat di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari lapisan depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; waktu yang diperlukan untuk membentuk kembali
serat kolagen dapat mencapai 15 bulan. Keratosis merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas yang terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio atau sesudah trauma.
4. Membran desment
Membran aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.
Endotel melekat pada membran desment melalui hemidesmosom dan zonula
akluden.
Kornea dipersyarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh
lapis epitel di persyarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir syaraf. Bulbus
Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi syaraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Kornea bersifat avaskular,
mendapat nutrisi secara difusa dari humor aquos dan dari tepi kapiler. Bagian sentral
kornea menerima oksigen secara tidak langsung dari udara, melalui oksigen yang larut
dalam lapisan air mata, sedangkan bagian perifer, menerima oksigen secara difusa dari
pembuluh darah siliaris anterior. 4
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa
endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak
memiliki daya regenerasi.4
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Transparansi kornea disebabkan
oleh strukturnya yang seragam, avaskularitas dan detrugensi.4
B. Fisiologi kornea
Kornea memiliki banyak serabut nyeri sehingga lesi kornea dapat menimbulkan rasa
sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Lesi kornea pada umumnya dapat
mengaburkan penglihatan terutama pada lesi di tengah kornea.2
Fotofobia kornea terjadi akibat kontraksi dari iris yang meradang. Dilatasi pembuluh
darah iris merupakan fenomena refleks yang disebabkan oleh iritasi pada ujung saraf
kornea. Meskipun mata berair dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea namun
kotoran mata hanya terjadi pada ulkus bakteri purulenta.2
C. Keratitis
1. Definisi
Keratitis adalah suatu kondisi dimana kornea bagian depan mata menjadi
meradang. Kondisi ini sering ditandai dengan rasa sakit dan gangguan
penglihatan. Keratitis dapat terjadi pada setiap kelompok usia dan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Gambar 2. Keratitis 8
2. Etiologi
Penyebab keratitis bermacam-macam, seperti infeksi bakteri, virus maupun
jamur (virus herpes simpleks merupakan penyebab tersering), kekeringan
kornea, pajanan cahaya yang terlalu terang, benda asing, reaksi alergi terhadap
kosmetik, debu, polusi atau bahan iritan lainnya, kekurangan vitamin A dan
penggunaan lensa kontak yang kurang baik.2
3. Gejala dan Tanda Keratitis
6. Diagnosa Banding
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang seperti kultur biopsi kornea untuk menemukan bentuk
penyebab.1
Diagnosa banding keratitis yaitu galukoma akut dan uveitis akut.2
7. Penatalaksanaan 9
Primer
8. Komplikasi 2
- Ulkus kornea
- Perforasi kornea
9. Prognosa
Prognosa keratits bergantung pada luasnya jaringan parut yang terjadi pada
kornea dan penanganan awal dapat mencegah kerusakan mata permanen.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas. S. 2002. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
2. Vaughan. D et all. 2002. Oftalmologi Umum Edisi-14. Jakarta: Widya Medika
3. Anonym. 2010. Keratitis. Faculty of Harvard Medical School, National Eye
Institute. Diakses tanggal 08 Mei 2010
4. Ilyas. S. 2005. Ilmu Penyakit Mata Edisi-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
5. Wilson. SA. 2008. Management of Corneal Abrasion. www.aafp.com, diakses
tanggal 08 Mei 2010
6. Anatomy of Eye. 2010. www.medscape.com, diakses tanggal 08 Mei 2010
7. Opthalmology of Evaluation. 2010. www.medscape.com, diakses tanggal 08 Mei
2010
8. Keratitis. 2010. www.medscape.com, diakses tanggal 08 Mei 2010
9. Mansjoer. A. 2001. Kapita Selekta Edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI