Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 55 TAHUN DENGAN KELUHAN LUKA DI


KAKI KANAN DAN KIRI

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin
di RSUD Bangil

Disusun Oleh :
I Kadek Bagus Tri Prabawa S.Ked
16710299

Pembimbing :
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


RSUD BANGIL PASURUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2018
II. DAFTAR MASALAH
Tanggal AKTIF Tanggal INAKTIF
05/07/2018 1. Ulkus Post MH 05/07/2018 1. Kurang menjaga
kebersihan kaki

1
III. STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Abdul Majid
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Satak 06/03 Manaruwi, Bangil
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Bangsal : Melati
No RM : 028583
Tanggal Masuk : 5 Juli 2018
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan di bangsal mawar tanggal 06 Juli 2018 pukul 14.00
secara autoanamnesis.
a. Keluhan Utama : Luka di kaki kanan dan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh timbul luka di
kaki kanan dan kirinya. Awalnya kulit seperti terkelupas, lama- lama
luka menjadi lebih besar, lebih dalam, membengkak dan bernanah.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada luka. Pasien mengaku kaki
tidak terkena barang tumpul maupun tajam sebelumnya. Pasien
mencoba mengobati lukanya dengan berobat ke puskesmas tapi luka
tidak kunjung sembuh.
± 3 tahun lalu pasien menderita penyakit kusta dan saat ini dinyatakan
sudah sembuh dari penyakitnya. Saat masuk rumah sakit pasien
memeriksakan diri di poli kulit RSUD Bangil, pasien mengeluh luka
pada kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 tahun lalu.. Kemudian pasien
disarankan oleh dokter untuk rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat dengan gejala yang sama sebelumnya : disangkal
- Riwayat Hipertensi : (-)

2
- Riwayat Kusta : (+) sejak tahun 2016, berobat
rutin setiap bulan di RSUD Bangil
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat Penyakit maag : disangkal
- Riwayat luka sukar sembuh : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
- Riwayat Hipertensi :disangkal.
- Riwayat Diabetes Mellitus :disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung :disangkal
e. Riwayat kebiasaan :
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olahraga : disangkal

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah tidak bekerjam. Biaya kesehatan ditanggung oleh
jamkesmasnas.

g. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien makan tidak teratur tiga hingga empat kali sehari
dengan nasi, sayur, tahu, dantempe, terkadang daging, telur dan ikan.
Jarang mengkonsumsi buah-buahan. Beberapa hari terakhir, sejak sakit
nafsu makan pasien menurun,makan dalam jumlah sedikit. Pasien
sering mengkonsumsi makanan asin dan manis.
III. ANAMNESIS SISTEM
 Keluhan utama : luka di kaki kanan dan kiri
 Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas(-
), leher kaku (-)

3
 Mata : Penglihatan kabur (+), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).
 Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
 Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-), darah (-).
 Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir
pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut
kering(-).
 Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
 Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk
darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)
 Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada
(-), berdebar-debar (-), keringat dingin (+)
 Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), perut mules (-), diare (-),
nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun (+),
BB turun(+).
 Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
 Sistem genitourinaria : Sering kencing (+), nyeri saat kencing (-),
keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-),
sulit memulai kencing (-), warna kencing
kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna
seperti teh (-).
 Ekstremitas: Atas : Luka (-), kesemutan(-), bengkak(-), sakit sendi
(-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-
)
Bawah : Luka (+) di pedis dextra et sinistra, gemetar
(-), ujung jari dingin(-), kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-
), bengkak (+) kedua kaki, pus (+)
 Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (+),
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)

4
 Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (+),gatal (-),
bercakmerah kehitaman di bagian dada,
punggung, tangan dan kaki (-)

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 :
A. Keadaan Umum : tampak lemas
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Vital sign :T : 130/80 mmHg
N : 88 x/menit isi dan tegangan cukup
R : 20 x/menit
S : 37,1C
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 54 kg
Status Gizi : normoweight
D. Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata, tidak
mudah rontok
E. Mata : Conjunctiva PalpebraAnemis (+/+), Sclera
Ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
F. Telinga : discharge (-), napas cuping hidung (-)
G. Hidung : secret (-)
H. Mulut : lidah kotor (-), pernapasan mulut (-)
I. Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
J. Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran kelanjar
getah bening (-), deviasi trakea (-)
K. Thorak
i. Jantung
 Inspeksi : ictus codis tampak
 Palpasi : kuat angkat, teraba 2 jari, ictus cordis teraba
diICS 5 linea midclavikul, pulsus parasternal (-
), pulsus epigastrium (-)
 Perkusi
Kanan jantung : ICS 4 lineaparasternalis dextra

5
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
 Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan :normal
Paru-paru
Depan Dextra Sinistra
I:Simetris, retraksi dinding dada (-) I:Simetris, retraksi dinding dada
Pal :Stem fremitus kanan = kiri (-)
Per:Sonor di kedua lapangan paru Pal :Stem fremitus kanan = kiri
Aus: suara dasar vesikuler, suara Per:Sonor di kedua lapangan paru
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) Aus: suara dasar: Suara
vesikuler,
dasarsuara: Vesikuler
tambahan : wheezing (-), ronchi(-
)
Belakang I:Simetris, retraksi dinding dada (-) I:Simetris, retraksi dinding dada
Pal :Stem fremitus kanan = kiri (-)
Per:Sonor di kedua lapangan paru Pal :Stem fremitus kanan = kiri
Aus: suara dasar vesikuler, suara Per:Sonor di kedua lapangan paru
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) Aus: suara
dasar vesikuler, suara tambahan :
wheezing (-), ronchi(-)
Depan Belakang
SDV

RBH, (-),
SDV
Abdomen melemah

Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) N

6
Palpasi : Supel, NT (+) epigastrium, Hepar : tidak
teraba, Lien : tidak teraba, Tes undulasi (-)
Perkusi : Timpani, Pekak alih (-), Pekak sisi (-)
1. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Ulkus (+/+) (+/+)
Pulsasi arteri dorsalis - (+N /↓)
pedis
Pucat (-/-) (-/-)

Status Lokalis :
Inspeksi : terdapat satu luka terbuka pada kaki kanan dan kiri. Tidak
terdapat jari nekrosis, mengenai lapisan dermis, epidermis, tidak
mencapai tendo kaki dan tulang. Luka bernanah.

Palpasi : perabaan hangat pada kulit (+), krepitasi (-), pulsasi arteri
dorsalis pedis melemah pada kaki kanan dan kiri.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin 1 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lekosit 12,84 3,8 – 10,6
Eritrosit L3,336 4,4 – 5,9

7
Hemoglobin L 9,06 13,2 – 17,3
Hematokrit L 26,48 40 – 52
MCV L79,39 80 – 100
MCH 27,38 26 – 34
MCHC 33,20 32 – 36
Trombosit 313 150 – 440
RDW L10,74 11,5 – 14,5
Eosinofil absolute L 0,04 0,045 – 0,44
Basofil absolute 0,01 0 – 0,02
Neutrofil absolute H 26,50 1,8 – 8
Limfosit absolute 1,48 0,9 – 5,2
Monosit absolute H 1,72 0,16 – 1
Eosinofil 1,4 2–4
Basofil 0,00 0–1
Neutrofil H 78,6 50 – 70
Limfosit H 13,6 25 – 40
Monosit 6,1 2–8
b. Kimia Klinik (Serum)
Pemeriksaan Hasil
GDS 66
SGOT 17,27
SGPT 10,67
Kalium -
Kreatinin L 0,58
Albumin L 1,1

8
VI. RESUME
Seorang laki-laki berusia 55 tahun, datang poli kulit RSUD bangil
dengan keluhan Luka di kaki kanan dan kiri. pasien mengeluh luka pada
kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 tahun yang lalu. Pasien memiliki
riwayat kusta. Saat ini, pasien dalam kondisi yang lemah dan
disarankan untuk rawat inap.
Pada pemeriksaan ekstremitas, terdapat ulkus pada kaki kanan, pulsasi
arteri dorsalis pedis melemah.
Pada darah rutin didapatkan: Leukosit 12,84, Hb L 9,60, Ht L 28,90,
eritrosit L 3,52, trombosit H 577, eosinofil absolut L0,04, netrofil
absolut H26,50, monosit absolut 1,72 H, eosinofil L 0,10, neutrofil H
87,70, limfosit L 6,50, Natrium L 129, chlorida L 94, GDS 66.
Pada hasil EKG didapatkan: normo-sinus

VII. PROGRESS NOTE


Tanggal 5 Juli 2018
S Kaki cekot-cekot
O
Keadaan umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
TD 130/70 mmHg
N 83 x/m
RR 20 x/m
T 36,0°C
Kepala mesochepal
Mata Konjungtivsa pucat ( -/- ), sclera ikterik (-/-)
Leher KGB membesar (-/-)
Thorax sela iga tak melebar
Cor Iktus kordis tak tampak, Konfigurasi jantung dalam batas normal,
BJ I-II regula, bising jantung -/-
Pulmo Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru,

9
SDV(+)N, wheezing(-/,-), ronki (-)
Abdomen Datar, BU(+)normal, tympani, nyeri tekan (+), hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas Dalam batas normal

Pemerksaan Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Penunjang Lekosit 12,84 3,8 – 11
Eritrosit 3,40 3,8 - 5,2
Hemoglobin 9,0 11,7 – 15,5
Hematokrit 28,0 35 – 47
MCV 83,90 80 – 100
MCH 28,50 26 – 34
MCHC 33,90 32 – 36
Trombosit 313 150 – 440
RDW 10,47 11,5 – 14,5
Eosinofil 0,00 2–4
Basofil 0,20 0–2
Netrofil 59,70 50 – 70
Limfosit 5,70 25 – 40
Monosit 15,0 2–8

Pemeriksaan kimia klinik


Natrium - 135-145
Chlorida - 3,5-5,0
Albumin 1,1 3,2 -5,2

 Ulkus cruris pedis dextra et sinistra


A
 Istirahat
P
 Infus D5 ½ 20 tpm
 Trf plasbumin 25% 100cc s/d albumin >2,5g/dL (IV)
 Metronidazole 3x500 mg (IV)

10
 Inj. Ceftri 2x1

Tanggal 6 juli 2018


S Kaki cekot-cekot
O
Keadaan umum Tampak baik
Kesadaran Compos mentis
TD 140/80 mmHg
N 82 x/m
RR 19 x/m
T 36,8°C
Kepala mesochepal
Mata Konjungtiva pucat ( -/- ), sclera ikterik (-/-)
Leher KGB membesar -/-
Thorax sela iga tak melebar
Cor Iktus kordis tak tampak, Konfigurasi jantung dalam batas normal,
BJ I-II regula, bising jantung -/-
Pulmo Taktil fremitus kanan=kiri, perkusi sonor seluruh lapang paru,
SDV(+)N, wheezing(-/-), ronki (-)
Abdomen Datar, BU (+) normal, tympani, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas Dalam batas normal
A  Ulkus cruris pedis dextra et sinistra
Terapi lanjut
P

11
VI. PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut diajukan kasus seorang laki-laki 55 tahun


tahun datang dengan keluhan terdapat luka di kaki kanan dan kiri. pasien
mengeluh luka pada kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengaku badan masih sering menggigil. Kemudian pasien disarankan oleh dokter
untuk rawat inap. Pada pemeriksaan ekstremitas, terdapat ulkus pada kaki kanan,
pulsasi arteri dorsalis pedis melemah. Pada darah rutin didapatkan: Leukosit
12,60, Hb L 9,60, Ht L 28,90, eritrosit L 3,52, trombosit H 313, eosinofil absolut
L0,04, eosinofil L 0,10, neutrofil H 87,70, limfosit L 13,6, GDS 66.
Ulkus pada penderita kusta adalah ulkus plantar atau ulkus tropik. Bagian
kaki yang paling sering dijumpai ulkus adalah telapak kaki khususnya telapak
kaki bagian depan (ball of the foot), di mana sekitar 70-90% ulkus berada di sini.
Pada lokasi ini, ulkus lebih sering ditemukan pada bagian medial dibanding
dengan bagian lateral, sekitar 30-50% berada di sekitar ibu jari, di bawah falang
proksimal ibu jari dan kepala metatarsal.
Data dari Departemen Kesehatan (Depkes)/Kemenkes, secara nasional
Indonesia sudah mencapai angka eliminasi kusta pada tahun 2000 lalu. Terdapat
sekitar 20.000 kasus baru ditemukan setiap tahun atau sekitar 2 sampai 3 orang
setiap jam atau 40 - 80 orang setiap harinya. Di Etiophia, dari 75 orang penderita
kusta, 43 berkembang menjadi ulkus pada pedis.
PATOGENESIS
Tiga penyebab terjadinya ulkus :
1. berjalan pada kaki yang insensitif serta paralisis otot-otot kecil
2. infeksi yang timbul akibat trauma pada kaki yang insensitif
3. infeksi yang timbul pada deep fissure telapak kaki yang insensitif dan
kering atau terdapatnya corn atau kalus pada telapak kaki
Penyebab pertama menimbulkan sekitar 85% ulkus plantar sedangkan
penyebab ke 2 & 3 menimbulkan ulkus pada sekitar 15% ulkus plantar. Ini
yang disebut ulkus plantar sejati, yang bila sekali terjadi maka proses
penyembuhan tidak mudah, cenderung untuk kambuh dan potensial merusak
kaki secara progresif.

12
Tiga tahap terjadinya ulkus plantar sejati :
a. tahap ulkus mengancam dimana hanya terjadi peradangan pada tempat
yang menerima tekanan
b. tahap ulkus tersembunyi dimana terjadi proses kerusakan jaringan,
timbul bula nekrosis, tetapi kerusakan ini tertutupi oleh kulit yang
masih intak.
c. tahap ulkus yang nyata, dimana kerusakan terekspos dunia luar.
Tahap ulkus mengancam ditandai dengan timbulnya edema yang
dapat dikenali dengan meningkatnya gap antara 2 jari, telapak kaki yang
lunak dan hangat pada daerah yang rusak (contohnya dasar dari falang
proksimal ); dan kemungkinan timbul bengkak pada dorsum yang
berhubungan. Tahap ulkus tersembunyi dapat dikenali dengan timbulnya bula
nekrosis, dan pada tahap ketiga radang menjadi jelas.
Pada 2 jenis ulkus plantar yang lain, kulit terbuka akibat luka atau fisura
kemudian timbul infeksi pada jaringan yang lebih dalam dan terdapat fokus
peradangan supuratif yang berkembang menjadi ulkus. Tanpa melihat asalnya,
selanjutnya ulkus memiliki sifat yang sama yaitu sulit untuk sembuh, mudah
kambuh dan merusak jaringan lunak dan skeleton kaki secara progresif. Ulkus
plantar akibat trauma dan fisura dapat dicegah dengan melindungi telapak kaki
dari luka dan perawatan diri yang teratur.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi
Stage 1:
Ulkus plantar digolongkan berdasarkan penanganannya, yaitu
a. Ulkus akut
Ulkus akut adalah ulkus yang menunjukkan adanya infeksi akut dan
peradangan akut. Daerah terkena menjadi bengkak dan hiperemi, dan
dasarnya kotor. Mungkin dijumpai limfadenitis inguinal dan tanda serta
gejala infeksi akut seperti demam, leukositosis dsb.
b. Ulkus kronik
Ulkus kronik lebih tenang, sedikit discharge, terdapat hiperkeratotik,
dengan jaringan fibrosa yang padat dan dasar ulkus berwarna pucat

13
tertutup jaringan granulasi yang tidak sehat. Ulkus tampak statis tanpa
tanda-tanda menyembuh.
c. Ulkus complicated
Ulkus complicated, dapat akut atau kronik memperlihatkan gambaran
yang kompleks seperti osteomielitis, artritis septik, dan tenosinovitis
septik, sebagai akibat penyebaran infeksi ke tulang, sendi dan tendon.
ulkus rekuren
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan
Tahap ulkus mengancam biasanya terlewati, dan bila diketahui maka kaki
harus diistirahatkan secara absolut (tidak boleh menahan beban, berjalan atau
duduk) dan dilakukan elevasi selama 48-72 jam, untuk mencegah kerusakan
jaringan lebih lanjut. Penderita diinstruksikan untuk melakukan perawatan
diri dan memakai alas kaki.
Bila ditemukan bula nekrosis, pemecahan bula harus dihindari, dan
bila terpaksa dilakukan dapat dilakukan dengan cara ditusuk dan kulit yang
terluka ditutup dengan kasa steril. Penderita juga dinstruksikan untuk
melakukan perawatan diri dan menggunakan alas kaki pelindung.
Ketika sudah terjadi ulkus yang terbuka, harus ditentukan apakah
ulkus tersebut akut, kronik, dengan komplikasi atau rekuren. Pada ulkus akut
diusahakan secepatnya mengontrol infeksi dan meminimalkan kerusakan
jaringan. Tirah baring, elevasi tungkai, irigasi serta pemakaian antibiotika
bila diperlukan. Tindakan pada kasus ini terbatas hanya untuk mengambil
jaringan yang benar-benar mati dan prosedur drainase, yang harus dilakukan
secara hati-hati. Setelah 10 hari, keadaan dievaluasi kembali.
Ulkus kronik tanpa komplikasi sulit untuk sembuh karena penderita
terus berjalan dan terjadi proses pemecahan jaringan granulasi. Tujuan
pengobatan pada tahap ini adalah melindungi ulkus selama berjalan dan
membiarkan ulkus menyembuh tanpa interfensi. Ini dapat dicapai dengan
menutup luka dengan pembalut plester dan penderita diperbolehkan berjalan
setelah jaringan mengeras. Biasanya dalam waktu 6 minggu ulkus mulai
membaik. Terkadang diperlukan perawatan 6 minggu lagi untuk
mendapatkan hasil kesembuhan yang nyata.

14
Setelah mengangkat pembalut penderita harus melakukan perawatan
diri dan memakai alas kaki pelindung. Untuk ulkus superfisial, pembalut
plester dapat diganti dengan plester yang mengandung zinc oksida. Plester
diganti bila diperlukan misalnya bila terdapat eksudat atau terlepas. Plester
dipakai sampai 2 minggu setelah luka menyembuh. Selama itu, jalan harus
dibatasi dan penderita harus memakai alas kaki pelindung bila berjalan. Bila
ulkus luas dan bersih penyembuhan dapat dipercepat dengan melakukan
tandur kulit dan dibalut selama 4 minggu untuk melindungi tandur.
Terkadang ulkus sulit menyembuh karena aliran darah ke telapak kaki
berkurang dari yang seharusnya. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan
dekompresi neurovaskular tibialis posterior.
Seperti telah disebutkan terdahulu, komplikasi yang sering terajadi
adalah infeksi pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus seperti ini, bila
terdapat fase akut diterapi seperti ulkus akut. Bila sudah teratasi, dilakukan
evaluasi untuk mengidentifikasi komplikasi yang timbul. Debridement
dilakukan untuk infeksi yang lebih dalam. Beberapa hari setelah prosedur ini
dilakukan, ulkus dirawat seperti ulkus tanpa komplikasi. Pada kasus ulkus
seperti bunga kol harus dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk
menentukan ganas tidaknya. Dilakukan eksisi lokal, dan bila diperlukan
dilakukan amputasi. Bila terdapat ulkus dan deformitas, ulkus disembuhkan
dahulu, baru kemudian dilakukan koreksi deformitas.
2.2. Pencegahan kekambuhan
Tujuan penatalaksanaan ulkus plantar adalah menyembuhkan ulkus dan
mencegah ulkus kambuh. Ulkus sering kambuh karena terdapat faktor dasar
(kehilangan sensibilitas, paralisis otot intrinsik dan terus dipakai berjalan);
skar yang terbentuk pada ulkus sebelumnya tidak dapat menahan tekanan
selama berjalan; dan skar mendapat tekanan yang lebih besar karena adanya
deformitas serta flare up infeksi yang terletak di dalam.
Pencegahan ulkus menjadi rekuren dengan cara :
a) mengurangi tekanan selama berjalan dan menggunakan alas kaki
pelindung
b) eradikasi infeksi yang terletak pada struktur yang lebih dalam

15
c) meningkatkan kualitas skar
d) mengurangi beban pada skar dengan cara modifikasi alas kaki dan
melakukan prosedur tindakan pembedahan.
Indikasi amputasi jika:
a. SCC
b. Flail foot
c. Fixed deformity
d. Unhealthy stump

Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut.Untuk kaki


yang insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang
insensitif tersebut.Jika sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai
alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki.Untuk
kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
memperbaiki vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, akan dibahas
lebih lanjut pada upaya pencegahan sekunder.
B. Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi-disipliner sangat
diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil
pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut, dan semuanya
harus dikelola bersama.
1. Mechanical control (pressure control)
Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan weight-bearing area
pada plantar pedis. Daerah-daerah yang mendapat tekanan lebih besar tersebut
akan rentan terhadap timbulnya luka. Berbagai cara untuk mencapai keadaan
weight-bearing dapat dilakukan antara lain dengan removable cast walker, total
contant casting, temporary shoes, felt padding, crutches, wheelchair, electric
carts, maupun cradled insoles.
Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada
luka, seperti dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses dan prosedur koreksi
bedah (misalnya operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, Achilles
tendon lengthening, dan partial calcanectomy).

16
2. Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang
harus dikerjakan dengan baik dan teliti.Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
mungkin.Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang
adekuat.Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi
jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian akan sangat
mengurangi produksi cairan/pus dari ulkus/gangren.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau iodine encer, senyawa
perak sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai caradebridement
non surgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan
nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan
beranjak pada proses selanjutnya, yaitu proses granulasi dan epitelisasi. Untuk
menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka, dapat pula dipakai kasa yang
dibasahi dengan salin.Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat
perawatan kaki diabetik.
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap
daerah yang berbeda.Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan
hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang
polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob
untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian
antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram
positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat
yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).

4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan
kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui

17
berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis
pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta
pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif
maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle
pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu
berupa:

Modifikasi Faktor Risiko1


 Stop merokok
 Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia)
Terapi Farmakologis
Jika mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada
kelainan akibat aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti
aspirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat
pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM; tetapi sampai saat ini belum
ada bukti yang cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna
memperbaiki patensi pada penyakit pembuluh darah kaki.
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio
intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan.Sebelum
tindakan revaskularisasi, diperlukan pemeriksaan angiografi untuk mendapatkan
gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka.Untuk
oklusi yang pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovaskular (PTCA).Pada
keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat
diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik, sehingga

18
kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang turut
berperan.
Selain itu, terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk
memperbaiki vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetik
sebagai terapi adjuvant.
5. Metabolic control
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki.Kadar glukosa
darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai
faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula darah. Status nutrisi
harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik akan membantu kesembuhan
luka. Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar
albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal.
6. Educational control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai
tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.

19
ALUR KETERKAITAN MASALAH

Kurang
menjaga
kebersihan kaki
Ulkus post MH

Genetik

Usia

Imun menurun

Neuropati Mual
Angiopati Nyeri tekan
Infeksi epigastrium
Badan lemas

Ulkus post MH

20
DAFTAR PUSTAKA
1. IPD FK UI
2. KONSENSUS DM 2011
3. GUIDELINE DIABETIC ULCER 2011
4. Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.
5. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI press,. 2007; 247.
6. Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume
2. London: Mosby, 2003; 1631-48.
7. Fajriandi. Kusta di Indonesia Belum Tuntas, [online] 2010, [diakses pada
5 April 2012] www.fajriandi'sblog.htm
8. Anonim. Ulkus Dekubitus (Bedsores), [online] 2010, [diakses pada 1 April
2012] www.medicastore.com
9. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Cutaneous Signs and Diagnosis. In:
Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition.
Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 18.
10. South H. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions, 2001.
11. Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta: Hipokrates, 2000; 280.

12. Hastuti RT. Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita


Diabetes Mellitus. Semarang, Universitas Diponegoro. 2008 [Tesis]
13. Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI press, 2007;1911.
14. Marison. Ulkus Plantar Pedis pada Kusta, [online] 2008, [diakses pada 1
April 2012] www.marisonhaji'sblog.htm
15. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Dermatous Resulting from Physical
Factor. In: Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th
edition. Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 42.
16. Catherine Anne Sharp. A Discourse on Pressure Ulcer Physiology: the
Implications of Repositioning and Staging, [online], 2005, [diakses pada
30 Maret 2012]

21
17. http://www.worldwidewounds.com/2005/october/Sharp/Discourse-On-
Pressure-Ulcer-Physiology.html
18. Anonim. Skin Ulcers, Bedsores, Decubitus Ulcer, Leg Ulcer, Pressure
Ulcer, Venous Ulcer, [online’, 2010, [diakses pada 30 Maret 2012]
www.truestarhealth.com

19. Hall John C. Sauers Manual of Skin Disease. Philadelphia: Lippincott


Williams and Wilkins, 2000:110-2.
20. Landow K R. Ulkus Tungkai. Kapita Selekta Terapi Dermatologi. Jakarta:
EGC,1995:201-3.
21. Agustin T, Pusponegoro EHD. Patogenesis dan Penatalaksanaan Ulkus
Stasis. Media Dermato-Venereologica Indonesiana:2005;32:87-95.
22. Mulyana S. Ullkus Diabetik, http://www.tentangkedokterandanlinux.html
[diakses:5 april 2012].
23. ellerman K, Rothel H, Ulcus Cruris Assosiated With Polidase Deficiency,
http://Dermatology.Colib.org [diakses 4 april 2012].

22

Anda mungkin juga menyukai