Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin
di RSUD Bangil
Disusun Oleh :
I Kadek Bagus Tri Prabawa S.Ked
16710299
Pembimbing :
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK
1
III. STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Abdul Majid
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Satak 06/03 Manaruwi, Bangil
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Bangsal : Melati
No RM : 028583
Tanggal Masuk : 5 Juli 2018
II. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan di bangsal mawar tanggal 06 Juli 2018 pukul 14.00
secara autoanamnesis.
a. Keluhan Utama : Luka di kaki kanan dan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh timbul luka di
kaki kanan dan kirinya. Awalnya kulit seperti terkelupas, lama- lama
luka menjadi lebih besar, lebih dalam, membengkak dan bernanah.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri pada luka. Pasien mengaku kaki
tidak terkena barang tumpul maupun tajam sebelumnya. Pasien
mencoba mengobati lukanya dengan berobat ke puskesmas tapi luka
tidak kunjung sembuh.
± 3 tahun lalu pasien menderita penyakit kusta dan saat ini dinyatakan
sudah sembuh dari penyakitnya. Saat masuk rumah sakit pasien
memeriksakan diri di poli kulit RSUD Bangil, pasien mengeluh luka
pada kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 tahun lalu.. Kemudian pasien
disarankan oleh dokter untuk rawat inap.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat dengan gejala yang sama sebelumnya : disangkal
- Riwayat Hipertensi : (-)
2
- Riwayat Kusta : (+) sejak tahun 2016, berobat
rutin setiap bulan di RSUD Bangil
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat Penyakit maag : disangkal
- Riwayat luka sukar sembuh : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
- Riwayat Hipertensi :disangkal.
- Riwayat Diabetes Mellitus :disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung :disangkal
e. Riwayat kebiasaan :
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olahraga : disangkal
g. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien makan tidak teratur tiga hingga empat kali sehari
dengan nasi, sayur, tahu, dantempe, terkadang daging, telur dan ikan.
Jarang mengkonsumsi buah-buahan. Beberapa hari terakhir, sejak sakit
nafsu makan pasien menurun,makan dalam jumlah sedikit. Pasien
sering mengkonsumsi makanan asin dan manis.
III. ANAMNESIS SISTEM
Keluhan utama : luka di kaki kanan dan kiri
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (-), nggliyer (-), jejas(-
), leher kaku (-)
3
Mata : Penglihatan kabur (+), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-).
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-),
keluar cairan (-), darah (-).
Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir
pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut
kering(-).
Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk
darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada
(-), berdebar-debar (-), keringat dingin (+)
Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), perut mules (-), diare (-),
nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun (+),
BB turun(+).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-)
Sistem genitourinaria : Sering kencing (+), nyeri saat kencing (-),
keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-),
sulit memulai kencing (-), warna kencing
kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna
seperti teh (-).
Ekstremitas: Atas : Luka (-), kesemutan(-), bengkak(-), sakit sendi
(-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-
)
Bawah : Luka (+) di pedis dextra et sinistra, gemetar
(-), ujung jari dingin(-), kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-
), bengkak (+) kedua kaki, pus (+)
Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (+),
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
4
Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (+),gatal (-),
bercakmerah kehitaman di bagian dada,
punggung, tangan dan kaki (-)
5
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan :normal
Paru-paru
Depan Dextra Sinistra
I:Simetris, retraksi dinding dada (-) I:Simetris, retraksi dinding dada
Pal :Stem fremitus kanan = kiri (-)
Per:Sonor di kedua lapangan paru Pal :Stem fremitus kanan = kiri
Aus: suara dasar vesikuler, suara Per:Sonor di kedua lapangan paru
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) Aus: suara dasar: Suara
vesikuler,
dasarsuara: Vesikuler
tambahan : wheezing (-), ronchi(-
)
Belakang I:Simetris, retraksi dinding dada (-) I:Simetris, retraksi dinding dada
Pal :Stem fremitus kanan = kiri (-)
Per:Sonor di kedua lapangan paru Pal :Stem fremitus kanan = kiri
Aus: suara dasar vesikuler, suara Per:Sonor di kedua lapangan paru
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) Aus: suara
dasar vesikuler, suara tambahan :
wheezing (-), ronchi(-)
Depan Belakang
SDV
RBH, (-),
SDV
Abdomen melemah
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) N
6
Palpasi : Supel, NT (+) epigastrium, Hepar : tidak
teraba, Lien : tidak teraba, Tes undulasi (-)
Perkusi : Timpani, Pekak alih (-), Pekak sisi (-)
1. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Ulkus (+/+) (+/+)
Pulsasi arteri dorsalis - (+N /↓)
pedis
Pucat (-/-) (-/-)
Status Lokalis :
Inspeksi : terdapat satu luka terbuka pada kaki kanan dan kiri. Tidak
terdapat jari nekrosis, mengenai lapisan dermis, epidermis, tidak
mencapai tendo kaki dan tulang. Luka bernanah.
Palpasi : perabaan hangat pada kulit (+), krepitasi (-), pulsasi arteri
dorsalis pedis melemah pada kaki kanan dan kiri.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin 1 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Lekosit 12,84 3,8 – 10,6
Eritrosit L3,336 4,4 – 5,9
7
Hemoglobin L 9,06 13,2 – 17,3
Hematokrit L 26,48 40 – 52
MCV L79,39 80 – 100
MCH 27,38 26 – 34
MCHC 33,20 32 – 36
Trombosit 313 150 – 440
RDW L10,74 11,5 – 14,5
Eosinofil absolute L 0,04 0,045 – 0,44
Basofil absolute 0,01 0 – 0,02
Neutrofil absolute H 26,50 1,8 – 8
Limfosit absolute 1,48 0,9 – 5,2
Monosit absolute H 1,72 0,16 – 1
Eosinofil 1,4 2–4
Basofil 0,00 0–1
Neutrofil H 78,6 50 – 70
Limfosit H 13,6 25 – 40
Monosit 6,1 2–8
b. Kimia Klinik (Serum)
Pemeriksaan Hasil
GDS 66
SGOT 17,27
SGPT 10,67
Kalium -
Kreatinin L 0,58
Albumin L 1,1
8
VI. RESUME
Seorang laki-laki berusia 55 tahun, datang poli kulit RSUD bangil
dengan keluhan Luka di kaki kanan dan kiri. pasien mengeluh luka pada
kaki tidak kunjung sembuh sejak 1 tahun yang lalu. Pasien memiliki
riwayat kusta. Saat ini, pasien dalam kondisi yang lemah dan
disarankan untuk rawat inap.
Pada pemeriksaan ekstremitas, terdapat ulkus pada kaki kanan, pulsasi
arteri dorsalis pedis melemah.
Pada darah rutin didapatkan: Leukosit 12,84, Hb L 9,60, Ht L 28,90,
eritrosit L 3,52, trombosit H 577, eosinofil absolut L0,04, netrofil
absolut H26,50, monosit absolut 1,72 H, eosinofil L 0,10, neutrofil H
87,70, limfosit L 6,50, Natrium L 129, chlorida L 94, GDS 66.
Pada hasil EKG didapatkan: normo-sinus
9
SDV(+)N, wheezing(-/,-), ronki (-)
Abdomen Datar, BU(+)normal, tympani, nyeri tekan (+), hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas Dalam batas normal
10
Inj. Ceftri 2x1
11
VI. PEMBAHASAN
12
Tiga tahap terjadinya ulkus plantar sejati :
a. tahap ulkus mengancam dimana hanya terjadi peradangan pada tempat
yang menerima tekanan
b. tahap ulkus tersembunyi dimana terjadi proses kerusakan jaringan,
timbul bula nekrosis, tetapi kerusakan ini tertutupi oleh kulit yang
masih intak.
c. tahap ulkus yang nyata, dimana kerusakan terekspos dunia luar.
Tahap ulkus mengancam ditandai dengan timbulnya edema yang
dapat dikenali dengan meningkatnya gap antara 2 jari, telapak kaki yang
lunak dan hangat pada daerah yang rusak (contohnya dasar dari falang
proksimal ); dan kemungkinan timbul bengkak pada dorsum yang
berhubungan. Tahap ulkus tersembunyi dapat dikenali dengan timbulnya bula
nekrosis, dan pada tahap ketiga radang menjadi jelas.
Pada 2 jenis ulkus plantar yang lain, kulit terbuka akibat luka atau fisura
kemudian timbul infeksi pada jaringan yang lebih dalam dan terdapat fokus
peradangan supuratif yang berkembang menjadi ulkus. Tanpa melihat asalnya,
selanjutnya ulkus memiliki sifat yang sama yaitu sulit untuk sembuh, mudah
kambuh dan merusak jaringan lunak dan skeleton kaki secara progresif. Ulkus
plantar akibat trauma dan fisura dapat dicegah dengan melindungi telapak kaki
dari luka dan perawatan diri yang teratur.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi
Stage 1:
Ulkus plantar digolongkan berdasarkan penanganannya, yaitu
a. Ulkus akut
Ulkus akut adalah ulkus yang menunjukkan adanya infeksi akut dan
peradangan akut. Daerah terkena menjadi bengkak dan hiperemi, dan
dasarnya kotor. Mungkin dijumpai limfadenitis inguinal dan tanda serta
gejala infeksi akut seperti demam, leukositosis dsb.
b. Ulkus kronik
Ulkus kronik lebih tenang, sedikit discharge, terdapat hiperkeratotik,
dengan jaringan fibrosa yang padat dan dasar ulkus berwarna pucat
13
tertutup jaringan granulasi yang tidak sehat. Ulkus tampak statis tanpa
tanda-tanda menyembuh.
c. Ulkus complicated
Ulkus complicated, dapat akut atau kronik memperlihatkan gambaran
yang kompleks seperti osteomielitis, artritis septik, dan tenosinovitis
septik, sebagai akibat penyebaran infeksi ke tulang, sendi dan tendon.
ulkus rekuren
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan
Tahap ulkus mengancam biasanya terlewati, dan bila diketahui maka kaki
harus diistirahatkan secara absolut (tidak boleh menahan beban, berjalan atau
duduk) dan dilakukan elevasi selama 48-72 jam, untuk mencegah kerusakan
jaringan lebih lanjut. Penderita diinstruksikan untuk melakukan perawatan
diri dan memakai alas kaki.
Bila ditemukan bula nekrosis, pemecahan bula harus dihindari, dan
bila terpaksa dilakukan dapat dilakukan dengan cara ditusuk dan kulit yang
terluka ditutup dengan kasa steril. Penderita juga dinstruksikan untuk
melakukan perawatan diri dan menggunakan alas kaki pelindung.
Ketika sudah terjadi ulkus yang terbuka, harus ditentukan apakah
ulkus tersebut akut, kronik, dengan komplikasi atau rekuren. Pada ulkus akut
diusahakan secepatnya mengontrol infeksi dan meminimalkan kerusakan
jaringan. Tirah baring, elevasi tungkai, irigasi serta pemakaian antibiotika
bila diperlukan. Tindakan pada kasus ini terbatas hanya untuk mengambil
jaringan yang benar-benar mati dan prosedur drainase, yang harus dilakukan
secara hati-hati. Setelah 10 hari, keadaan dievaluasi kembali.
Ulkus kronik tanpa komplikasi sulit untuk sembuh karena penderita
terus berjalan dan terjadi proses pemecahan jaringan granulasi. Tujuan
pengobatan pada tahap ini adalah melindungi ulkus selama berjalan dan
membiarkan ulkus menyembuh tanpa interfensi. Ini dapat dicapai dengan
menutup luka dengan pembalut plester dan penderita diperbolehkan berjalan
setelah jaringan mengeras. Biasanya dalam waktu 6 minggu ulkus mulai
membaik. Terkadang diperlukan perawatan 6 minggu lagi untuk
mendapatkan hasil kesembuhan yang nyata.
14
Setelah mengangkat pembalut penderita harus melakukan perawatan
diri dan memakai alas kaki pelindung. Untuk ulkus superfisial, pembalut
plester dapat diganti dengan plester yang mengandung zinc oksida. Plester
diganti bila diperlukan misalnya bila terdapat eksudat atau terlepas. Plester
dipakai sampai 2 minggu setelah luka menyembuh. Selama itu, jalan harus
dibatasi dan penderita harus memakai alas kaki pelindung bila berjalan. Bila
ulkus luas dan bersih penyembuhan dapat dipercepat dengan melakukan
tandur kulit dan dibalut selama 4 minggu untuk melindungi tandur.
Terkadang ulkus sulit menyembuh karena aliran darah ke telapak kaki
berkurang dari yang seharusnya. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan
dekompresi neurovaskular tibialis posterior.
Seperti telah disebutkan terdahulu, komplikasi yang sering terajadi
adalah infeksi pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus seperti ini, bila
terdapat fase akut diterapi seperti ulkus akut. Bila sudah teratasi, dilakukan
evaluasi untuk mengidentifikasi komplikasi yang timbul. Debridement
dilakukan untuk infeksi yang lebih dalam. Beberapa hari setelah prosedur ini
dilakukan, ulkus dirawat seperti ulkus tanpa komplikasi. Pada kasus ulkus
seperti bunga kol harus dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk
menentukan ganas tidaknya. Dilakukan eksisi lokal, dan bila diperlukan
dilakukan amputasi. Bila terdapat ulkus dan deformitas, ulkus disembuhkan
dahulu, baru kemudian dilakukan koreksi deformitas.
2.2. Pencegahan kekambuhan
Tujuan penatalaksanaan ulkus plantar adalah menyembuhkan ulkus dan
mencegah ulkus kambuh. Ulkus sering kambuh karena terdapat faktor dasar
(kehilangan sensibilitas, paralisis otot intrinsik dan terus dipakai berjalan);
skar yang terbentuk pada ulkus sebelumnya tidak dapat menahan tekanan
selama berjalan; dan skar mendapat tekanan yang lebih besar karena adanya
deformitas serta flare up infeksi yang terletak di dalam.
Pencegahan ulkus menjadi rekuren dengan cara :
a) mengurangi tekanan selama berjalan dan menggunakan alas kaki
pelindung
b) eradikasi infeksi yang terletak pada struktur yang lebih dalam
15
c) meningkatkan kualitas skar
d) mengurangi beban pada skar dengan cara modifikasi alas kaki dan
melakukan prosedur tindakan pembedahan.
Indikasi amputasi jika:
a. SCC
b. Flail foot
c. Fixed deformity
d. Unhealthy stump
16
2. Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang
harus dikerjakan dengan baik dan teliti.Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
mungkin.Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang
adekuat.Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi
jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian akan sangat
mengurangi produksi cairan/pus dari ulkus/gangren.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka, atau iodine encer, senyawa
perak sebagai bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai caradebridement
non surgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan
nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan
beranjak pada proses selanjutnya, yaitu proses granulasi dan epitelisasi. Untuk
menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka, dapat pula dipakai kasa yang
dibasahi dengan salin.Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat
perawatan kaki diabetik.
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap
daerah yang berbeda.Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan
hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang
polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob
untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian
antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram
positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat
yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).
4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan
kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui
17
berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis
pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta
pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif
maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle
pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu
berupa:
18
kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang turut
berperan.
Selain itu, terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk
memperbaiki vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka pada kaki diabetik
sebagai terapi adjuvant.
5. Metabolic control
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki.Kadar glukosa
darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai
faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar gula darah. Status nutrisi
harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik akan membantu kesembuhan
luka. Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar
albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal.
6. Educational control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik
maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai
tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
19
ALUR KETERKAITAN MASALAH
Kurang
menjaga
kebersihan kaki
Ulkus post MH
Genetik
Usia
Imun menurun
Neuropati Mual
Angiopati Nyeri tekan
Infeksi epigastrium
Badan lemas
Ulkus post MH
20
DAFTAR PUSTAKA
1. IPD FK UI
2. KONSENSUS DM 2011
3. GUIDELINE DIABETIC ULCER 2011
4. Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.
5. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI press,. 2007; 247.
6. Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume
2. London: Mosby, 2003; 1631-48.
7. Fajriandi. Kusta di Indonesia Belum Tuntas, [online] 2010, [diakses pada
5 April 2012] www.fajriandi'sblog.htm
8. Anonim. Ulkus Dekubitus (Bedsores), [online] 2010, [diakses pada 1 April
2012] www.medicastore.com
9. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Cutaneous Signs and Diagnosis. In:
Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition.
Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 18.
10. South H. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions, 2001.
11. Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta: Hipokrates, 2000; 280.
21
17. http://www.worldwidewounds.com/2005/october/Sharp/Discourse-On-
Pressure-Ulcer-Physiology.html
18. Anonim. Skin Ulcers, Bedsores, Decubitus Ulcer, Leg Ulcer, Pressure
Ulcer, Venous Ulcer, [online’, 2010, [diakses pada 30 Maret 2012]
www.truestarhealth.com
22