Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN KANKER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Stase Maternitas

DI SUSUN OLEH :
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXV
KELOMPOK 4
Fatimah Q F 220112170557
Gadis Pratiwi 220112170546
Oselia Esa M 220112170505
Pyju Rahayu 220112170553
Raden Nida Y M 220112170529
Ulfa Fauziyyah A 220112170561
Ulfah Nasti 220112170562
Yayat fajar 220112170539

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Menagemen Nyeri pada Pasien Kanker


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, tanda bahaya, tata
cara penanganan, komplikasi dan gerakan janin sebelum
dan setelah terjadi ketuban pecah dini
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien di ruang Poli Obstetri dan
Ginekologi RSHS Bandung
Waktu : 30 menit
Tanggal : 19 Juli 2018
Tempat : Ruang Tunggu Poli Obstetri dan Ginekologi RSHS
Bandung

I. Tujuan Instruksional Umum ( T I U )


Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien mampu memahami tentang
penatalaksanaan manajemen nyeri pada pasien kanker.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( T I K )


Setelah diberi penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menyebutkan pengertian manajemen nyeri
b. Menyebutkan macam-macam penatalaksanaan manajemen nyeri

III. Materi penyuluhan


a. Pengertian Manajemen nyeri
b. Manajemen Nyeri
IV. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Penyuluh Sasaran Metode Alokasi
Waktu

1. Pembukaan a. Membuka dengan salam, memperkenalkan a. Menjawab salam, 5 menit


diri, kontrak waktu mendengarkan, dan
b. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan memberi
c. Mengkaji seberapa jauh pengetahuan persetujuan
keluarga terkait informasi yang akan b. Menjawab
diberikan pertanyaan yang
dilontarkan,
mendengarkan.
2. Isi a. Menjelaskan materi mengenai: a. Mendengarkan dan Ceramah 15
1) Menyebutkan pengertian memperhatikan dan menit
b. Menanyakan diskusi
manajemen nyeri
pertanyaan yang
2) Menyebutkan macam-macam belum dimengerti
penatalaksanaan manajemen c. Mendengarkan dan
memperhatikan
nyeri
b. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
c. Menjawab pertanyaan keluarga
3. Penutupan a. Memberikan pertanyaan untuk evaluasi Menjawab pertanyaan, 10
b. Ditutup dengan mengucapkan salam berpartisipasi untuk menit
mendiskusikan masalah

V. Media
Media : Leaflet/Powerpoint

VI. Evaluasi
Prosedur : Tanya Jawab
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan :
a. Sebutkan pengertian manajemen nyeri
b. Sebutkan macam-macam penatalaksanaan manajemen nyeri
MATERI SAP
1. Pengertian nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.

2. Manajemen Nyeri
Tindakan Non Farmakologis.
Saat ini marak dikembangkan terapi tambahan untuk mengatasi nyeri, seperti:
 Kompres hangat/dingin.
 Latihan nafas dalam.
 Musik.
 Aromatherapi.
 Imajinasi terbimbing.
 Hipnosis.
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi
nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari
beberapa tindakan penaganan berdasarkan :

1. Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :


a. Stimulasi kulit.
Massase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter
besar, sehingga mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri.
b. Stimulasi electric (TENS).
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara
ini bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa
dilakukan dengan massase, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve
stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan
arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.
c. Akupuntur.
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk
mengobati nyeri. Jarum – jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan
menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat
memblok transmisi nyeri ke otak.
d. Plasebo.
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan zat
tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai
“obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.

2. Intervensi perilaku kognitif meliputi :


a. Relaksasi.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan keteganggan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan bebrapa kali agar mencapai hasil optimal.
Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri.
b. Latihan Relaksasi
1. Ambil posisi senyaman mungkin, jangan silangkan tangan dan kaki anda.
2. Mulailah dengan konsentrasi untuk menarik nafas dalam.
3. Jika pikiran anda terpecah, kembalilah dengan konsentrasi pada nafas
anda.
4. Jadikan diri anda menyadari dan merasakan irama nafas anda.
5. Rasakan setiap tarikan nafas anda melalui seluruh tubuh anda,
memberikan energi yang dapat membantu menyembuhkan diri anda.
6. Saat anda menghembuskan nafas, lepaskan ketegangan diri anda, lepaskan
semua keluhan anda.
7. Lemaskan seluruh serat otot anda mulai dari atas, kepala anda menjadi
lemas dan relaks, turunkan kebawah keleher anda, kedua tangan, dada,
dan punggung.
8. Lanjutkan untuk melemaskan serat otot paha nada, betis dan kaki anda.
9. Hal ini akan menjadikan diri anda menjadi relaks lebih dalam,
kenyamanan anda mulai anda rasakan lebih baik.
10. Anda dapat mulai membayangkan hal yang dapat membuat anda lebih
senang dan nyaman, lanjutkan dengan lebih menikmati kondisi tersebut,
resapi dan hayati, dan nikmati lebih mendalam.
11. Kondisi relaks dan nyaman ini dapat anda rasakan dan anda dapatkan
kapanpun anda menginginkannya.

c. Gate Control dan Masase Kutanus


Teori gate control nyeri bertujuan menstimulasi serabut-serabut yamg
menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi,
impuls nyeri. Beberapa strategi penghilang nyeri nonfarmakologis. Termasuk
menggosok kulit dan menggunakan panas dan dingin, adalah berdasarkan
mekanisme ini.
Masase adalah stimulasi kuteneus tubuh secara umum, sering dipusatkan
pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor
yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui
sistem control desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot.

d. Terapi Es dan Panas


Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang
efektif pada beberapa keadaan, namun begitu, keefektifannya dan mekanisme
kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas
bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-noniseptor) dalam
reseptor yang sama seperti pada cedera.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas
reseptor nyeri dan subkutan lain [ada tempat cedera dengan menghambat
proses inflamasi. Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera
setelah cedera terjadi.
Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatakan aliran darah ke
suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan
mempercepat penyembuhan. Namun demikian, menggunakan panas kering
dengan lampu pemanas tampak tidak seefektif penggunaan es. Baik terapi
panas kering dan lembab kemungkinan memberi analgesia tetapi penelitian
tambahan diperlukan untuk memahami mekanisme kerjanya dan indikasi
penggunaannya yang sesuai. Baik terapi es maupun panas harus digunakan
dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit.

e. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan.


Stimulasi saraf transkutan (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh
baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan
sensasi kesemutan , menggetar atau menegung pada area nyeri. TENS telah
digunakan baik pada nyeri akut dan kronik. TENS diduga dapat menurunkan
nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area
yang sama seperti pada serabut yang menstrasmisikan nyeri. Mekanisme ini
sesuai dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga memblok
transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asendens saraf pusat.
Mekanisme ini akan menguraikan keefekitan stimulasi kutan saat
digunakan pada araea yang asama seperti pada cedera. Sebagai contoh, saat
TENS digunakan apda pasien pasca operatif elektroda diletekkan disekitar
luka bedah. Penjelasan lain untuk keefektifan TENS adalah efek placebo
(pasien mengharapkannya agar efektif) dan pembentukan endorphin, yang
juga memblok transmisi nyeri.

f. Distraksi.
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selai pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif efektif
lainnya ( Arntz dkk., 1991; Devine dkk., 1990). Seseorang, yang kurang
menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan
sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem control
desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan
ke otak.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima
dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri secara umum
meningkat dalam hubungan langsung engan parsitipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimuli.
Karenanya, stimuli penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan
efektif dalam menurunkan nyeri disbanding stimuli satu indera saja.

g. Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positf tertentu.
Jika imajinasi terpadu diharapkan agar efektif, doibutuhkan waktu yang
banyak untuk menjelaskan tekniknya dan waktu untuk pasien
mempraktekkannya. Biasanya, pasien diminta untuk mempraktikkan imajinasi
terbimbing selama sekitar 5 menit, tiga kali sehari. Beberapa hari praktik
mungkin diperlukan sebelum intensitas nyeri dikurangi. Banyak pasien mulai
mengalami efek rileks dari imajinasi terbimbing saat pertama kali meraka
mencobanya. Nyeri mereda dapat berlanjut selam berjam-jan setelah imajinasi
digunakan.
Pasien harus diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing hanya dapat
berfungsi pada beberapa orang. Imajinasi terbimbing harus digunakan hanya
sebagai tambahan dari bentuk pengobatan yang telah terbukti, sampai riset
telah menunjukkan apakah dan bilakah tekinik ini efektif.

h. Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin
membantu dalam memberikan peredaan pada nyeri terutama dalam situasi
sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas tetapi tidak tampak
diperantari oleh sistem endorfin. Keefektifan hipnosis tergantung pada
kemudahan hipnotik individu.
DAFTAR PUSTAKA

Perry Potter.(1999). Fundamental Keperawatan. Mosby : EGC


Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC
Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan.
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai