Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori,

penalaran, berpikir dan bahasa.

TEORI PIAGET dalam PERKEMBANGAN KOGNITIF

Jean Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang lahir pada 9 Agustus 1896 di
Neuchatel, Switzerland, beliau yang meninggal pada usia 84 merupakan tokoh yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Proses kognitif dimana anak mampu mengkontruksi pemikiran mereka dan membentuk
pengetahuan melalui eksplorasi lingkungan secara aktif.

Asumsi-Asumsi Dasar Piaget

Anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan termotivasi. Piaget di sini meyakini bahwa secara
alami anak-anak memiliki ketertarikan terhadapa dunia dan memiliki rasa ingin tahu yang besar
dapat membantu mereka dalam memahami dunia tersebut.

Anak-anak mengonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman. Di sini anak-anak


tidak hanya mengumpulkan hal yang telah mereka pelajari menjadi suatu fakta, namun anak-
anak juga menggabungkannya dengan pengalaman yang mereka alami sendiri.

Anak-anak belajar melalui dua proses yang saling melengkapi, yakni asimilasi dan akomodasi.

Asmilasi : melibatkan respon terhadap objek/peristiwa sesuai dengan skema yang sudah ada.
Contohnya : seorang anak berumur 7 tahun mungkin dengan cepat mengatakan hewan yang
melata di belakang rumah adalah seekor ular.

Akomodasi : di sini anak-anak akan memodifikasi skema yang sudah ada sehingga sesuai dengan
objek/peristiwa membentuk rancangan yang baru, namun tidak menghilangkan skema
sebelumnya.
Contohnya : seorang anak berumur 7 tahun mungkin mendapati bahwa hewan yang panjang,
kurus, bersisik yang dlihatnya, bukanlah ular karena memiliki empat kaki.

DISEQUILIBRIUM : keadaan ketidak-seimbangan yang


mengawali perubahan kognisi. Perkembangan kognisi
terjadi karena ada tantangan yang dituntut pada anak
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :

1. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun) :


2. Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) :
3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) :
4. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

 Tahap Sensorimotor ( Anak berkembang melalui indra dan motoriknya)

Piaget mengemukakan bahwa dalam sebagian besar tahap ini, anak-anak berfokus pada apa
yang mereka lakukan dan lihat saat itu. Piaget menyatakan bahwa kemampuan berpikir yang
sesungguhnya muncul pada usia dua tahun. Secara spesifik, anak memperoleh kemampuan
berpikir simbolik, yakni kemampuan mempresentasikan dan memikirkan objek-objek dan
peristiwa dalam sebuah symbol. Seringkali symbol ini berbentuk kata yang didengar anak di
sekelilingnya.

Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Anak
memahami lingkungan dengan menggunakan penginderaan (sensori) dan berbagai macam
gerakan (motorik). Karena keterbatasan dirinya dalam menjelajah, interaksi dengan lingkungan
semata-mata hanya terbatas pada respon sensorimotorik, serta terikat pada ruang dan waktu.

 Tahap Praoperasional ( anak berpikir sangat egosentrik – berdasarkan sudut


pandangnya sendiri)

Ditandai dengan keterampilan bahasa anak yang berkembang pesat dan penguasaan kosakata
yang meningkat dan memungkinkan mereka dapat mengekspresikan dan memikirkan beragam
objek dan peristiwa, atau dengan kata lain seorang anak mampu menggunakan bahasa dalam
mengembangkan konsepnya, walaupun masih sederhana.

Meski demikian, pemikiran praoperasional memiliki sejumlah keterbatasan, di mana anak


menunjukkan egosentrisme praoperasional, yakni ketidakmampuannnya memandang sesuatu
dari perspektif orang lain. Di sini anak akan terkesan ‘pelit’ karena ia tidak bisa melihat dari
sudut pandang orang lain.

 Tahap Operasional Konkret ( Pemikiran anak masih terikat pada hal yang konkrit)

Menurut Piaget, saat memasuki fase ini proses-proses berpikir mereka menjadi terorganisasi ke
sistem proses-proses mental yang lebih besar yang memudahkan mereka berpikir logis dari pada
sebelumnya. Conthnya : bila seorang anak diberi benda berbeda ukuran, maka ia sudah mampu
mengurutkan dari benda yang paling besar ke benda yang paling kecil.
 Tahap Operasional Formal ( Anak mampu berpikir abstrak)

Anak dan remaja yang sudah berada dalam tahap ini sudah mampu memikirkan dan
membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Seseorang
dalam tahap ini mulai memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Remaja tidak lagi
dibatasi dengan kenyataan dan actual. Namun, remaja mulai memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Dengan kata lain, mereka tidak terlalu memusatkan
perhatiannya pada situasi saat ini, namun mereka dapat membayangkan suatu rangkaian
peristiwa yang mungkin terjd nanti. Contonya : seorang anak yang memikirkan studinya
selanjutnya.

Selain itu, dalam aspek pemecahan masalah mereka dapat lebih bekerja lebih sistematis.
Contohnya : anak-anak yang telah mampu memcahkan soal matematika menggunakan rumus
yang rumit.

Anda mungkin juga menyukai