PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan manusia komunikasi merupakan alat untuk berinteraksi dengan sesama,
setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari komunikasi, implikasinya komunikasi
itu penting dalam kehidupan sosial untuk membangun konsep konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk mmperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
dengan kata lain melalui komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat,
keluarga, kelompok, organisasi, negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam komunikasi terdapat berbagai model komunikasi yang digunakan oleh manusia baik dari
komunikasi yang bersifat verbal dan nonverbal, kemudian didalmnya juga terpecah beberapa
nama komunikasi lain yang telah diklasifikasikan oleh beberapa pakar komunikasi yaitu
komunikasi massa, komunikasi tatap muka, komunikasi keluarga, komunikasi politik dan
komunikasi organisasi. Namun dalam hal ini kita lebih sepesifik membahas tentang komunikasi
organisasi nonverbal.
Proses komunikasi nonverbal dalam ruang lingkup organisasi adalah secara sederhana
menyampaikan pesan nonverbal anatar organisasi, setiap organisasi memiliki model dan bentuk
yang berbeda, sehingga pesan nonverbal tersebut juga diterima dengan model yang variatif.
Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi organisasi, sebagai contoh, kita
mengenakan satu atribut organisasi kita maka orang tidak akan lagi bertnya kita bersal dari
organisasi apa, karena atribut itu menginterpretasikan organisasi kita, dan itu merupakan satu
bentuk komunikasi organisasi nonverbal.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Komunikasi Nonverbal?
2. Apa saja bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal?
3. Apa saja Karakteristik Komunikasi Nonverbal?
4. Apa saja Fungsi- fungsi Komunikasi Nonverbal?
5. Apa saja perilaku nonverbal dalam interaksi sosial?
6. Apa saja isyarat pengenalan diri dalam komunikasi nonverbal?
7. Apa saja perbedaan kultural dalam komunikasi nonverbal?
8. Apa saja perbedaan gender dalam komunikasi nonverbal?
BAB II
ISI
3. Komunikasi Mata
Pesan-pesan yang dikomunikasikan oleh mata bervariasi bergantung pada durasi, arah,
dan kualitas dari perilaku mata. Bila kontak mata terjadi lebih singkat, kita dapat mengira orang
ini tidak berminat, rnalu, atau sibuk. Bila waktu yang patut dilampaui, kita umumnya
menganggap hal ini menunjukkan minat yang berlebihan. Di antara periset-periset lain,Mark
Knapp (1978) mengemukakan empat fungsi komunikasi mata:
a. Mencari Umpan Balik
Kita seringkali menggunakan mata kita untuk mencari umpan balik dari orang lain.
Dalam berbicara dengan seseorang, kita memandangnya dengan sungguh-sungguh, seakan-akan
mengatakan, “Nah, bagaimana pendapat anda?” Seperti mungkin anda duga, pendengar
memandang pembicara lebih banyak ketimbang pembicara memandang pendengar.
b.Menginformasikan Pihak Lain untuk Berbicara
Fungsi kedua adalah menginformasikan pihak lain bahwa saluran komunikasi telah
terbuka dan bahwa ia sekarang dapat berbicara. Kita melihat ini dengan jelas di ruang kuliah,
ketika dosen mengajukan pertanyaan dan kemudian menatap salah seorang mahasiswa. Tanpa
mengatakan apa-apa, dosen ini jelas mengharapkan mahasiswa tersebut untuk menjawab
pertanyaannya.
c.Mengisyaratkan Sifat Hubungan
Fungsi ketiga adalah mengisyaratkan sifat hubungan antara dua orang -misalnya,
hubungan positif yang ditandai dengan pandangan terfokus yang penuh perhatian, atau hubungan
negatif yang ditandai dengan penghindaran kontak mata. Kita juga dapat mengisyaratkan tata
hubungan status dengan mata kita. Ini khususnya menarik karena gerakan mata yang sama
mungkin mengisyaratkan subordinasi atau superioritas. Seorang atasan, misalnya, mungkin
menatap bawahannya atau tidak mau melihatnya langsung. Demikian pula, bawahan mungkin
menatap langsung atasannya atau barangkali hanya menatap lantai.
d. Mengkompensasi Bertambahnya Jarak Fisik
Akhimya, gerakan mata dapat mengkompensasi bertambah jauhnya jarak fisik. Dengan
melakukan kontak mata, kita secara psikologis mengatasi jarak fisik yang memisahkan kita. Bila
kita menangkap pandangan mata seseorang dalam sebuah pesta, misalnya, secara psikologis kita
menjadi dekat meskipun secara fisik jarak di antara kita jauh. Tidaklah mengherankan, kontak
mata dan ekspresi lain yang menunjukkan kedekatan psikologis, seperti pengungkapan-diri,
berhubungan secara positif; jika yang satu meningkat, begitu juga yang lain.
e. Fungsi Penghindaran Kontak Mata
Ahli sosiologi, Erving Goffman, dalam Interaction Ritual (1967), mengatakan bahwa
mata adalah “pengganggu yang hebat.” Bila kita menghindari kontak mata atau mengalihkan
pandangan kita, kita membantu orang lain menjaga privasi (privacy) mereka. Kita sering
melakukan hal ini bila ada pasangan yang bertengkar di muka umum. Kita mengalihkan
pandangan dari mereka (meskipun mungkin mata kita terbuka lebar) seakan-akan mengatakan,
“Kami tidak ingin mencampuri; kami menghormati hak anda.” Goffman menamai perilaku
iniinatensi masyarakat (civil innatention). Penghindaran kontak mata dapat mengisyaratkan
ketiadaan minat-terhadap seseorang, pembicaraan, atau rangsangan visual tertentu. Adakalanya,
seperti burung unta, kita menyembunyikan mata kita untuk menghindari rangsangan yang tidak
menyenangkan. Perhatikanlah, misalnya, betapa cepat orang menutup mata mereka bila
menghadapi hal yang sangat tidak menyenangkan.
4. Komunikasi Ruang
a. Proksemik/komunikasi jarak
Yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga
tempat atau lokasi posisi Anda berada.
1) Intim (0-45cm)
2) Personal (75-120cm)
3) Sosial (120-210 atau 210-360 formal)
4) Publik (360-450 cm)
b. Teritorial
c. Estetika dan warna
5. Diam
a. Memberi kesempatan berpikir
b. Menyakiti
c. Mengisolasi diri sendiri
d. Mencegah komunikasi
e. Mengkomunikasikan perasaan
f. Tidak menyampaikan sesuatupun
6. Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan,
seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal: tertawa, pekikan, rintihan, uh,
ahh, dan sebagainya.
3.Kinesik (kinesics)
Terdapat beberapa jenis kinesik, antra lain:
(1) Ekspresi wajah
Ekspresi wajah dan kontak mata dianggap sebagai kunci penting dalam menentukan
kepribadian dan kondisi emosi seseorang. Kita cenderung menentukan atau menduga perasaan
atau emosi seseorang apakah dia senang, berbohong, berbicara benar, atau sedang frustasi
dengan memperhatikan ekspresi wajahnya, termasuk dengan melihat matanya atau melalui
kontak mata. Jika orang tua saya sudah memasang wajah cemberut, itu artinya mereka sedang
marah. Ekspresi wajah yang sumeringah itu menandakan sedang senang atau bahagia.
Hubungan antara komunikasi nonverbal dan kebudayaan sangat erat karena keduanya
dipelajari, diwariskan dan melibatkan pengertian-pengertian yang harus dimiliki bersama. Dilihat
dari segi ini, dapat dimengerti mengapa komunikasi nonverbal dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Banyak perilaku nonverbal dipelajari secara kultural. Sebagaimana aspek verbal,
komunikasi nonverbal juga tergantung atau ditentukan oleh kebudayaan, yaitu :
1. Kebudayaan menentukan perilaku-perilaku nonverbal yang mewakili atau melambangkan
pemikiran, perasaan, keadaan tertentu dari komunikator.
2. Kebudayaan menentukan kapan waktu yang tepat atau layak untuk mengkomunikasikan
pemikiran, perasaan, keadaan internal. Jadi walaupun perilaku-perilaku yang memperlihatkan
emosi ini banyak yang bersifat universal, tetapi ada perbedaan-perbedaan kebudayaan dalam
menentukan kapan, oleh siapa dan dimana emosi-emosi itu dapat diperlihatkan.
3. Pengenalan dan pemahaman tentang pengaruh kebudayaan pada interaksi nonverbal
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam Komunikasi Antar Budaya, karena: Dengan
mengerti pola-pola dasar pengetahuan nonverbal dalam suatu kebudayaan, kita dapat mengetahui
sikap-sikap dasar dari kebudayaan tersebut. Misalnya dengan memperhatikan tindak tanduk para
pegawai pria Jepang dalam membuat pertemuan-pertemuan di restoran pada malam hari,
seseorang dapat mempelajari sedikit tentang sikap mereka terhadap pekerjaan dan wanita.
4. Pola-pola perilaku nonverbal dapat memberikan informasi tentang sistem nilai suatu
kebudayaan. Misalnya : tentang konsep waktu kebudayaan dengan orientasi pada “doing” (aktif
melakukan sesuatu) seperti Amerika Serikat akan cenderung untuk menganggap situasi tanpa
kata-kata sebagai membuang-buang waktu. Bagi kebudayaan dengan orientasi pada “being”
(keberadaan), suasana hening dalam pembicaraan mempunyai nilai positif, karena penting untuk
pemahaman diri dan kesadaran akan keadaan.
5. Pengetahuan tentang perilaku nonverbal dapat membantu untuk menekan rasa
etnosentrisme. Misalnya : seseorang mungkin akan lebih memahami penggunaan jarak ruang
oleh orang lain, jika orang tersebut sadar akan karakteristik-karakteristik kebudayaan yang
mendasarinya, yang mencerminkan sesuatu tentang si pengguna dan kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal
https://aswantd.wordpress.com/2010/05/03/persamaan-dan-perbedaan-gender-dalam-
komunikasi/
http://safrizalds.blogspot.co.id/