Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan manusia komunikasi merupakan alat untuk berinteraksi dengan sesama,
setiap kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari komunikasi, implikasinya komunikasi
itu penting dalam kehidupan sosial untuk membangun konsep konsep diri kita, aktualisasi diri,
untuk kelangsungan hidup, untuk mmperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
dengan kata lain melalui komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat,
keluarga, kelompok, organisasi, negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam komunikasi terdapat berbagai model komunikasi yang digunakan oleh manusia baik dari
komunikasi yang bersifat verbal dan nonverbal, kemudian didalmnya juga terpecah beberapa
nama komunikasi lain yang telah diklasifikasikan oleh beberapa pakar komunikasi yaitu
komunikasi massa, komunikasi tatap muka, komunikasi keluarga, komunikasi politik dan
komunikasi organisasi. Namun dalam hal ini kita lebih sepesifik membahas tentang komunikasi
organisasi nonverbal.
Proses komunikasi nonverbal dalam ruang lingkup organisasi adalah secara sederhana
menyampaikan pesan nonverbal anatar organisasi, setiap organisasi memiliki model dan bentuk
yang berbeda, sehingga pesan nonverbal tersebut juga diterima dengan model yang variatif.
Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi organisasi, sebagai contoh, kita
mengenakan satu atribut organisasi kita maka orang tidak akan lagi bertnya kita bersal dari
organisasi apa, karena atribut itu menginterpretasikan organisasi kita, dan itu merupakan satu
bentuk komunikasi organisasi nonverbal.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Komunikasi Nonverbal?
2. Apa saja bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal?
3. Apa saja Karakteristik Komunikasi Nonverbal?
4. Apa saja Fungsi- fungsi Komunikasi Nonverbal?
5. Apa saja perilaku nonverbal dalam interaksi sosial?
6. Apa saja isyarat pengenalan diri dalam komunikasi nonverbal?
7. Apa saja perbedaan kultural dalam komunikasi nonverbal?
8. Apa saja perbedaan gender dalam komunikasi nonverbal?
BAB II
ISI

KOMUNIKASI NON VERBAL

A. Pengertian Kounikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa
tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan
sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya
emosi, dan gaya berbicara.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak
menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan
komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi
nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai
komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar,
yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.

B. Karakteristik Komunikasi Nonverbal


Salah satu cara mendefinisikan komunikasi nonverbal adalah berdasarkan kategori
sebagai berikut teori pemilihan umum dalam karakteristik komunikasi kelompok apapun fungsi
yang disandangnya, baik primer maupun sekunder nonverbal, isyarat badaniah (gestural),
bergambar (pictorial) karakteristik komunikasi perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-
pesan nonverbal.
Komunikasi nonverbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang berupa
mengemas pesan nonverbal dengan cara yang tepat sesuai dengan karakteristik.
Beberapa karakteristik dari komunikasi nonverbal adalah:
1. Kita selalu berkomunikasi.
2. Arti tergantung kepada konteks.
3. Komunikasi nonverbal lebih dapat dipercaya.
4. Cara utama dalam menyatakan perasaan dan sikap.

C. Bentuk Komunikasi Nonverbal.


Bentuk-bentuk komunikasi nonverbal terdiri dari tujuh macam yaitu:
1. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-
simbol.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta
bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya
mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam
pemrosesan informasi kepada para pendengar.
2. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi nonverbal sering disebut
Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain
sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan
tertentu dari orang yang menyentuhnya.
3. Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi nonverbal, seperti, melakukan
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk
menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui
informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala
berarti setuju.
Contoh:
- isyarat tangan
- gerakan kepala
4.Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya.
Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa”jaraknya
sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang
tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan
tersebut.
5. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian
suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma
parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum
bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.
6.Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang
menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang
menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa
tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).
7.Komunikasi cita rasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan
mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain,
apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa
dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.

D. Fungsi Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal dapat menjalankan fungsi penting. Periset nonverbal
mengindentifikasi enam fungsi utama (ekman, 1965; Knapp, 1978).
1. Untuk menekankan
Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan bagian
dari pesan verbal. Misalnya saja, mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan
tertentu, atau dapat memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu.
2. Untuk melengkapi atau Complement
Untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.
Jadi, anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu atau menggeleng-gelengkan
kepala ketika menceritakan ketidak jujuran seseorang.
3.Untuk menunjukkan kontradiksi
Kita secara sengaja mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal.
Contohnya anda dapat menyilangkan jari anda atau mengedipkan mata untuk menunjukkan
bahwa apa yang anda katakan tidak benar.
4.Untuk mengatur
Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk
mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan kedepan atau membuat
gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu merupakan contoh-
contoh dari fungsio mengatur ini. Anda mungkin juga mengangkat tangan anda atau meyuarakan
jeda contoh menggunakan kata “emm” untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai bicara.
5. Untuk mengulangi
Kita dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan verbal. Misalnya, anda
dapat menyertai pernyataan verbal “apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda atau anda
dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “ayo kita pergi”
6.Untuk menggantikan
Komunkasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal. Misalnya, “oke” dengan
tangan anda tanpa berkata apa-apa. Anda dapat menganggukan kepala untuk mengatakan “iya”
atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “tidak”.

E. Perilaku Nonverbal dalam kehidupan sehari-hari


Pada tahun 1972 Wiener, Devoe, Rubinow, dan Geller menulis sebuah artikel penting
berpendapat bahwa kebanyakan penelitian dimasa lalu menyamakan perilaku nonverbal dengan
komunikasi verbal. Perhatian utamanya ialah ada pihak penerima atau reciever dan arti yang
diberikannya bagi perilaku nonverbal. Para penulis ini memiliki keprihatinan karena pendekatan-
pendekatan psikologis cenderung menganggap setiap perilaku nonverbal yang diberi arti tertentu
oleh pihak penerima menjadi komunikatif. Setiap kali orang menyilangkan kakinya tidaklah
berarti orang itu mengkomunikasikan sesuatu. Secara analogis, para penulis menunjukkan
bahwa hanya karena seseorang menyimpulkan sekelompok awan tebal dan hitam merupakan
isyarat turunnya hujan, tidaklah berarti awan itu berkomunikasi akan turunnya hujan.
Komunikasi nonverbal merupakan bagian dari perilaku nonverbal dan terjadi apabila perilaku-
perilaku nonverbal dapat ditafsirkan dalam konteks sosial mengenai bahasa yang berlaku.
Secara psikologis, perilaku-perilaku nonverbal ditafsirkan sebagai ekspresi keadaan individu
seperti emosi individu. Orang merasa sedih yaitu sebagai emosi internal, dan oleh karena itu ia
menangis yaitu sebagai perilaku nonverbal. Ia merasa bahagia, maka ia tersenyum. Dalam
komunikasi antar pribadi para komunikator menginterpretasikan masing-masing perilaku
nonverbal pihak lain sebagai ”pesan-pesan” yang dikeluarkan atau disampaikan seseorang untuk
memberikan kepada pihak lain apa yang ia rasakan

F. Isyarat Pengenalan Diri Dalam Komunikasi nonverbal


1. Komunikasi Tubuh
Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Manusia
mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya seringkali dan secara akurat melalui gerakan-
gerakan tubuh, gerakan wajah, dan gerakan mata. Dalam unit ini kita mengamati komunikasi
tubuh dan menelaah berbagai cara di mana tubuh, wajah, dan mata mengkomunikasikan makna-
makna.
Untuk membahas gerakan tubuh, klasifikasi yang ditawarkan oleh Paul Ekman dan Wallace V.
Friesen (1969) sangat berguna. Kedua periset ini membedakan lima kelas (kelompok) gerakan
nonverbal berdasarkan asal-usul, fungsi, dan kode perilaku ini:
a. Komunikasi Gestura yang meliputi:
1) Emblim (emblems)
Emblim adalah perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau
ungkapan. Emblim meliputi, misalnya; isyarat untuk “oke.” “jangan ribut,” “kemarilah,” dan
saya ingin menumpang.” Emblim adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan
tertentu. Kita barangkali mempelajarinya dengan cara yang pada dasarnya sama dengan kita
mempelajari kata-kata – tanpa sadar, dan sebagian besar melalui proses peniruan. Walaupun
emblim bersifat alamiah dan bermakna, mereka mempunyai kebebasan makna seperti sebarang
kata apa pun dalam sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang belum
tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang lalu atau dengan emblim dalam
kultur lain.
2) Ilustrator
Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah
“mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan “Ayo, bangun,” misalnya, anda mungkin
menggerakkan kepala dan tangan anda ke arah menaik. Dalam menggambarkan lingkaran atau
bujur sangkar anda mungkin sekali membuat gerakan berputar atau kotak dengan anda. Ilustrator
bersifat lebih alamiah, kurang bebas. Dan lebih universal ketimbang emblem. Mungkin sekali
ilustrator ini mengandung komponen-komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang
dipelajari.
3) Regulator
Regulator adalah perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara, atau
mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda mendengarkan orang lain, anda tidak pasif.
menganggukkan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan membuat berbagai
suara para linguistik seperti “mm-mm” atau “tsk.” Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak
universal.
4) Adaptor
Adaptor adalah perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi -atau di muka
umum tetapi tidak terlihat- berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai
selesai. Misalnya, bila anda sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepala sampai
rasa gatal hilang. Di muka umum, bila orang- orang melihat, anda melakukan perilaku adaptor
ini hanya sebagian. Anda mungkin, misalnya, hanya menaruh jari anda di kepala dan
menggerakkannya sedikit, tetapi barangkali tidak akan menggaruk cukup keras untuk
menghilangkan gatal.
2. Komunikasi Wajah (Affect Display)
Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi selain juga kualitas atau
dimensi emosi. Kebanyakan periset sependapat dengan Paul Ekman, Wallace V. Friesen, dan
Phoebe Ellsworth (1972) dalarn menyatakan bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan
sedikitnya “kelompok emosi” berikut: kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan,
kesedihan, dan kemuakan/penghinaan. Periset nonverbal Dele Leathers (1986) mengemukakan
bahwa gerakan wajah mungkin juga mengkomunikasikan kebingungan dan ketetapan hati.
Keenam emosi yang diidentifikasi oleh Ekman dan rekan-rekannya secara umum dinamakan
affect display primer. Ini merupakan emosi tunggal yang relatif murni. Keadaan emosi yang lain
dan tampilan wajah yang lain merupakan kombinasi dari berbagai emosi primer ini, dan
dinamakan bauran affect. Sekitar 33 bauran affect (affect blend) telah diidentifikasi. Kita dapat
mengkomunikasikan berbagai affect ini dengan berbagai bagian dari wajah. Jadi, misalnya, anda
mungkin mengalami rasa takut dan rasa muak sekaligus. Mata dan kelopak mata anda, mungkin
mengisyaratkan ketakutan, sedangkan gerakan hidung, pipi, dan daerah mulut anda mungkin
mengisyaratkan rasa muak.

3. Komunikasi Mata
Pesan-pesan yang dikomunikasikan oleh mata bervariasi bergantung pada durasi, arah,
dan kualitas dari perilaku mata. Bila kontak mata terjadi lebih singkat, kita dapat mengira orang
ini tidak berminat, rnalu, atau sibuk. Bila waktu yang patut dilampaui, kita umumnya
menganggap hal ini menunjukkan minat yang berlebihan. Di antara periset-periset lain,Mark
Knapp (1978) mengemukakan empat fungsi komunikasi mata:
a. Mencari Umpan Balik
Kita seringkali menggunakan mata kita untuk mencari umpan balik dari orang lain.
Dalam berbicara dengan seseorang, kita memandangnya dengan sungguh-sungguh, seakan-akan
mengatakan, “Nah, bagaimana pendapat anda?” Seperti mungkin anda duga, pendengar
memandang pembicara lebih banyak ketimbang pembicara memandang pendengar.
b.Menginformasikan Pihak Lain untuk Berbicara
Fungsi kedua adalah menginformasikan pihak lain bahwa saluran komunikasi telah
terbuka dan bahwa ia sekarang dapat berbicara. Kita melihat ini dengan jelas di ruang kuliah,
ketika dosen mengajukan pertanyaan dan kemudian menatap salah seorang mahasiswa. Tanpa
mengatakan apa-apa, dosen ini jelas mengharapkan mahasiswa tersebut untuk menjawab
pertanyaannya.
c.Mengisyaratkan Sifat Hubungan
Fungsi ketiga adalah mengisyaratkan sifat hubungan antara dua orang -misalnya,
hubungan positif yang ditandai dengan pandangan terfokus yang penuh perhatian, atau hubungan
negatif yang ditandai dengan penghindaran kontak mata. Kita juga dapat mengisyaratkan tata
hubungan status dengan mata kita. Ini khususnya menarik karena gerakan mata yang sama
mungkin mengisyaratkan subordinasi atau superioritas. Seorang atasan, misalnya, mungkin
menatap bawahannya atau tidak mau melihatnya langsung. Demikian pula, bawahan mungkin
menatap langsung atasannya atau barangkali hanya menatap lantai.
d. Mengkompensasi Bertambahnya Jarak Fisik
Akhimya, gerakan mata dapat mengkompensasi bertambah jauhnya jarak fisik. Dengan
melakukan kontak mata, kita secara psikologis mengatasi jarak fisik yang memisahkan kita. Bila
kita menangkap pandangan mata seseorang dalam sebuah pesta, misalnya, secara psikologis kita
menjadi dekat meskipun secara fisik jarak di antara kita jauh. Tidaklah mengherankan, kontak
mata dan ekspresi lain yang menunjukkan kedekatan psikologis, seperti pengungkapan-diri,
berhubungan secara positif; jika yang satu meningkat, begitu juga yang lain.
e. Fungsi Penghindaran Kontak Mata
Ahli sosiologi, Erving Goffman, dalam Interaction Ritual (1967), mengatakan bahwa
mata adalah “pengganggu yang hebat.” Bila kita menghindari kontak mata atau mengalihkan
pandangan kita, kita membantu orang lain menjaga privasi (privacy) mereka. Kita sering
melakukan hal ini bila ada pasangan yang bertengkar di muka umum. Kita mengalihkan
pandangan dari mereka (meskipun mungkin mata kita terbuka lebar) seakan-akan mengatakan,
“Kami tidak ingin mencampuri; kami menghormati hak anda.” Goffman menamai perilaku
iniinatensi masyarakat (civil innatention). Penghindaran kontak mata dapat mengisyaratkan
ketiadaan minat-terhadap seseorang, pembicaraan, atau rangsangan visual tertentu. Adakalanya,
seperti burung unta, kita menyembunyikan mata kita untuk menghindari rangsangan yang tidak
menyenangkan. Perhatikanlah, misalnya, betapa cepat orang menutup mata mereka bila
menghadapi hal yang sangat tidak menyenangkan.

4. Komunikasi Ruang
a. Proksemik/komunikasi jarak
Yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga
tempat atau lokasi posisi Anda berada.
1) Intim (0-45cm)
2) Personal (75-120cm)
3) Sosial (120-210 atau 210-360 formal)
4) Publik (360-450 cm)
b. Teritorial
c. Estetika dan warna

5. Diam
a. Memberi kesempatan berpikir
b. Menyakiti
c. Mengisolasi diri sendiri
d. Mencegah komunikasi
e. Mengkomunikasikan perasaan
f. Tidak menyampaikan sesuatupun

6. Paralanguage
Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari percakapan,
seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal: tertawa, pekikan, rintihan, uh,
ahh, dan sebagainya.

7. Komunikasi Temporal (Waktu)


a. Menujukkan status
b. Waktu dan kesesuaian

G.Perbedaan Gennder dalam Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal terdiri atas semua unsur komunikasi, kecuali kata-kata, meliputi
simbol, atau tanda-tanda visual (gesture atau gerakan, keragaan), features vocal (intonasi,
volume serta tinggi rendahnya suara), serta faktor-faktor lingkungan (seperti penggunaan
ruang/spatial dan posisi) yang mempengaruhi makna komunikasi. Seperti halnya bahasa,
komunikasi nonverbal dipelajari melalui interaksi dengan yang lainnya, merefleksikan dan
memperkuat pandangan-pandangan sosial tentang gender serta mendorong orang-orang untuk
menyatakan mereka sendiri ke dalam gaya feminin dan maskulin. Gender dilembagakan melalui
“penggayaan” tubuh (Judith Butler dalam Wood, 2001). Sebagaimana bahasa, komunikasi
nonverbal berhubungan dengan gender dan budaya, karena komunikasi nonverbal
mengekspresikan tentang makna-makna budaya gender mereka melalui pembedaan dalam
komunikasi nonverbal mereka.
Dalam budaya Sunda, pada dasarnya tidak terdapat pembedaan yang terlalu mecolok
dalam hal komunikasi nonverbal dalam konteks gender. Adapun beberapa contoh komunikasi
nonverbal dalam budaya Sunda antara lain sebagai berikut:
1. Sentuhan (haptics)
Diasumsikan bahwa setiap rangsangan indera melalui kulit mengkomunikasikan makna.
Makna yang diterima dari suatu sentuhan sangat bergantung tidak hanya pada sifat sentuhan,
tetapi juga pada situasi dan hubungan antar individu.
Kebudayaan kita dilabeli sebagai kebudayaan nonkontak, yang mengindikasi bahwa kita
cenderung menjadi sangat membatasi tentang siapa menyentuh siapa. Beberapa sentuhan dinilai
terutama dalam hubungan dengan potensi yang menimbulkan gairah seksual.
Contoh:
Bentuk komunikasi non-verbal yang berupa sentuhan dalam kebudayaan Sunda, antara lain:
a. Setiap bertemu dengan orang yang lebih tua, terutama keluarga, biasanya orang yang lebih
muda mencium tangan orang yang lebih tua sebagai ungkapan rasa hormat.
b. Ketika bertemu dengan kerabat atau teman yang seusia, jika sesama jenis kelamin, biasanya
berjabat tangan dan berpelukan atau mencium pipi kanan-kiri. Jika berlainan jenis kelamin,
hanya berjabat tangan saja.
c.Dalam hubungan suami dan istri, istri biasanya mencium tangan suaminya sebagai tanda
hormat.
d. Dalam upacara perkawinan, ada satu ritual injak telur yang dilakukan oleh suami, sang istri
kemudian akan mencucikan kaki suaminya sebagai simbol pengabdiannya pada sang suami.
e.Dalam hubungan orang tua dan anak, orang tua biasanya mencium kening anaknya setelah si
anak mencium tangan orang tuanya, biasanya dilakukan ketika selesai sembahyang berjamaah
atau ketika akan pergi meninggalkan rumah untuk beraktivitas.

2.Proksimitas dan ruang/jarak pribadi (proximity and personal space)


Jarak merupakan cara yang paling utama melalui mana kebudayaan mengekspresikan
nilai-nilai dan bentuk-bentuk pola interaksi. Dalam kebudayaan saya yaitu sunda, tidak ada
aturan khusus dalam hal jarak dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Aturan jarak dalam
berkomunikasi dengan lawan bicara, baik yang sesama jenis kelamin maupun berbeda jenis
kelamin. Aturan yang digunakan dalam berkomunikasi basanya mengacu pada atuarn standar
yang digunakan secara umum, tidak ada spesifikasi khusus.

3.Kinesik (kinesics)
Terdapat beberapa jenis kinesik, antra lain:
(1) Ekspresi wajah
Ekspresi wajah dan kontak mata dianggap sebagai kunci penting dalam menentukan
kepribadian dan kondisi emosi seseorang. Kita cenderung menentukan atau menduga perasaan
atau emosi seseorang apakah dia senang, berbohong, berbicara benar, atau sedang frustasi
dengan memperhatikan ekspresi wajahnya, termasuk dengan melihat matanya atau melalui
kontak mata. Jika orang tua saya sudah memasang wajah cemberut, itu artinya mereka sedang
marah. Ekspresi wajah yang sumeringah itu menandakan sedang senang atau bahagia.

(2) Kontak mata


Biasanya perilaku saling menatap ditemukan dalam interaksi sesama perempuan daripada
antara sesama laki-laki. Informasi visual berperan secara sangat lebih nyata pada perempuan
dalam kehidupan sosial mereka dibanding laki-laki, aktivitas visual perempuan lebih sensitif
terhadap kondisi yang situasional dibanding laki-laki. Contoh kontak mata yang dilakukan,
ketika bertamu ke rumah orang, ibu saya selalu mengajarkan agar saya harus berlaku sopan.
Dengan tidak boleh mengambil makanan suguhan, kaki tidak boleh naik ke kursi, dan
sebagainya. Apabila saya berlaku tidak sopan, maka ibu saya akan melototi saya, yang artinya
“tidak boleh begitu”. Selain itu, apabila ada tamu ibu atau ayah saya yang datang ke rumah, saya
tidak diperkenankan untuk menimbrung di ruang tamu. Apabila saya tetap berada di ruang tamu,
maka ibu saya memelototi saya, yang artinya saya harus pergi dari ruang tamu dan tidak boleh
menimbrung.

H. Perbedaan Kultural dalam Komunikasi nonverbal

Hubungan antara komunikasi nonverbal dan kebudayaan sangat erat karena keduanya
dipelajari, diwariskan dan melibatkan pengertian-pengertian yang harus dimiliki bersama. Dilihat
dari segi ini, dapat dimengerti mengapa komunikasi nonverbal dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Banyak perilaku nonverbal dipelajari secara kultural. Sebagaimana aspek verbal,
komunikasi nonverbal juga tergantung atau ditentukan oleh kebudayaan, yaitu :
1. Kebudayaan menentukan perilaku-perilaku nonverbal yang mewakili atau melambangkan
pemikiran, perasaan, keadaan tertentu dari komunikator.
2. Kebudayaan menentukan kapan waktu yang tepat atau layak untuk mengkomunikasikan
pemikiran, perasaan, keadaan internal. Jadi walaupun perilaku-perilaku yang memperlihatkan
emosi ini banyak yang bersifat universal, tetapi ada perbedaan-perbedaan kebudayaan dalam
menentukan kapan, oleh siapa dan dimana emosi-emosi itu dapat diperlihatkan.
3. Pengenalan dan pemahaman tentang pengaruh kebudayaan pada interaksi nonverbal
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam Komunikasi Antar Budaya, karena: Dengan
mengerti pola-pola dasar pengetahuan nonverbal dalam suatu kebudayaan, kita dapat mengetahui
sikap-sikap dasar dari kebudayaan tersebut. Misalnya dengan memperhatikan tindak tanduk para
pegawai pria Jepang dalam membuat pertemuan-pertemuan di restoran pada malam hari,
seseorang dapat mempelajari sedikit tentang sikap mereka terhadap pekerjaan dan wanita.
4. Pola-pola perilaku nonverbal dapat memberikan informasi tentang sistem nilai suatu
kebudayaan. Misalnya : tentang konsep waktu kebudayaan dengan orientasi pada “doing” (aktif
melakukan sesuatu) seperti Amerika Serikat akan cenderung untuk menganggap situasi tanpa
kata-kata sebagai membuang-buang waktu. Bagi kebudayaan dengan orientasi pada “being”
(keberadaan), suasana hening dalam pembicaraan mempunyai nilai positif, karena penting untuk
pemahaman diri dan kesadaran akan keadaan.
5. Pengetahuan tentang perilaku nonverbal dapat membantu untuk menekan rasa
etnosentrisme. Misalnya : seseorang mungkin akan lebih memahami penggunaan jarak ruang
oleh orang lain, jika orang tersebut sadar akan karakteristik-karakteristik kebudayaan yang
mendasarinya, yang mencerminkan sesuatu tentang si pengguna dan kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal
https://aswantd.wordpress.com/2010/05/03/persamaan-dan-perbedaan-gender-dalam-
komunikasi/
http://safrizalds.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai