W2E/PLTSa/RDF
(Waste-to-Energy/Pembangkit Listrik Tenaga Sampah/Refuse-Derived Fuel)
Media Briefing
Jakarta, 26 Juni 2014
* SNI S-04-1993-03
** KLH. 2008. Statistik Sampah Indonesia.
*** E. Damanhuri (2008), Y. Tridamaningrum (2010)
Isu-isu utama
• Dampak terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan
• Pendapatan sektor informal/kelompok masyarakat miskin
• Hirarki manajemen sampah (Reduction, Recycling and
Reuse)
• Penggunaan dana/sumberdaya publik
3
Hirarki manajemen sampah
4
Presentasi ini
• Menyajikan 4 argumen • Bukan ready made
utama power-point
• Menyajikan data untuk • Bukan hanya
diperdebatkan/didiskusi membahas teknis
kan pengelolaan sampah
• Menyajikan slides untuk
digunakan/dimanfaatka
n dalam presentasi
berikutnya
Argumen 1: Nilai Kalor Rendah
(Low Calorific Value)
• Sampah Indonesia, sebagaimana disajikan pada slide
sebelumnya, memiliki nilai kalor rendah, tidak layak untuk
W2E/RDF atau thermal treatment yang butuh nilai kalor 7
MJ/kg
• Termasuk dalam Pasal 29 Larangan dalam UU Pengelolaan
Sampah No.18 tahun 2008
• Kandungan organic lebih dari 60%; sisanya masih layak daur
ulang (recyclable)
• UNEP menekankan bahwa insinerator atau thermal treatment
dikenali sebagai pengguna/konsumen energi daripada
sebagai penghasil energi karena membutuhkan bahan bakar
fossil untuk menjalankan fungsinya
Undang-undang Pengelolaan Sampah
No. 18 Tahun 2008
7
Pandangan UNEP
UNEP menyatakan:
“can render the waste conversion system as a net
user of energy, as opposed to a net supplier…The
upshot of this situation is that incineration and
thermal processing in general for energy
production may not be applicable to a developing
nation, or may be feasible only in certain locations
or under special conditions”.
United Nations Environment Programme, UNEP and Calrecovery Inc (2005). Solid Waste Management,
http://www.unep.org/ietc/Portals/136/SWM-Vol1-Part1-Chapters1to3.pdf
Pandangan World Bank
The World Bank menyatakan:
“ the average lower calorific value of the waste
must be at least 6 MJ/kg throughout all seasons.
The annual average lower calorific value must
not be less than 7 MJ/kg.”
[1] Rand, T., J. Haukohl, et al. (1999). Municipal Solid Waste Incineration: Requirements for a Successful Project World
Bank Technical Paper No. 462 Washington, DC, World Bank. http://www-
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2000/08/14/000094946_00072505420045/Rende
red/PDF/multi_page.pdf
Pandangan IPCC
Incineration is … not the technology of choice
for wet waste, and municipal waste in many
developing countries contains a high
percentage of food waste with high moisture
contents.
Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC (2007). Climate Change 2007: Mitigation. Contribution of Working
Group III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change [B. Metz, O.R. Davidson, P.R.
Bosch, R. Dave, L.A. Meyer (eds)], . Cambridge, United Kingdom and New York, NY, USA, Cambridge University Press,
Diagram ‘Stoker’ Incinerator
Hubungan antara pasokan panas (MW) yang dibutuhkan untuk
membakar sejumlah sampah (ton/jam)
Pertanyaan:
Apakah dapat diterima oleh anda semua bahwa
untuk membakar sampah kita butuh bahan bakar
minyak/solar atau batubara?
Mata pencaharian
• Daur ulang = lapangan kerja untuk pemulung dan pengentasan
kemiskinan
• W2E/RDF = membakar lapak daur ulang
Subsidi
• Daur ulang tidak mendapat subsidi, W2E/RDF disubsidi
Emisi Gas Rumah Kaca untuk berbagai skenario pengelolaan sampah
di kawasan perkotaan
Bappenas. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR), Waste Sector, March 2010.
14
Incineration vs Recycling
Penghematan Energi dari Daur Ulang
Morris, J. (2005). "Comparative LCAs for Curbside Recycling Versus Either Landfilling or Incineration
with Energy Recovery (12 pp)." The International Journal of Life Cycle Assessment 10(4): 273-284.
Penghematan Energi dari Daur Ulang
AEA Technology, A. Smith, et al. (2001). Waste Management Options and Climate Change Final report to the
European Commission,. Brussels, DG Environment.
Biaya / Subsidi
Subsidi diperlukan untuk:
Semua bio-methanation atau anaerobic digestion
(kapasitas < 1000 ton per hari);
Gasifikasi (semua kapasitas)
RDF incineration (kapasitas 150-500 ton per hari)
* Peraturan Menteri ESDM No. 4 Tahun 2012 tentang Harga Pembelian Listrik oleh PT PLN yang
Menggunakan Energi Baru Terbarukan Skala Kecil dan Menengah atau Kelebihan Tenaga Listrik
Argumen 3: W2E/RDF hanya memenuhi 1%
bauran energi Indonesia 2035
• Biomassa atau sampah diidentifikasi sebagai sumber energi
baru dan terbarukan (bersama solar dan angin) (lihat slide
berikut)
• Nilai kalor sampah yang rendah sehingga untuk
membakarnya dibutuhkan bahan bakar solar atau batubara
• Incinerators bukan pemakai energi yang efisien (lihat slide
berikutnya lagi)
• Dengan alasan apapun, W2E/RDF hanya pemain kecil energi
alternatif dengan biaya tinggi (polusi dan subsidi)
Sasaran Bauran Energi Nasional 2025
Dari Biomassa = 1% dari total sasaran bauran energi
Efisiensi Incinerator
* National Research Council, 2000. Waste Incineration & Public Health.Washington, D.C., National Academy Press.
23
Disain arsitektur indah di balik bahaya tersembunyi
27
Insinerator di Marchwood, UK (operator: Veolia), 192,000 ton/hari, 14 MW
28
Proposal insinerator di Guernsey Island, UK
29
Insinerator di Isle of Man, UK (operates by SITA) , 6 MW
30
Strategy Nasional
Pengelolaan Sampah
» Memasukkan pertimbangan-pertimbangan:
» Hirarki pengelolaan sampah
» Target minimisasi sampah yang terukur
» Rencana Implementasi Nasional Konvensi Stockholm untuk
mengurangi Polutan Organik yang Persisten (POPs
termasuk dioksin dan furan dari insinerator)
» Roadmap Perubahan Iklim untuk Sektor Sampah
(Bappenas)
» Langkah-langkah penyusunan dapat dilihat dalam UNEP IETC-
UNITAR (2013): Guidelines for National Waste Management
Strategies: Moving from Challenges to Opportunities
31