PENDAHULUAN
Indonesia. Data dari 8 rumah sakit di 6 kota besar di Indonesia pada tahun 2001
didapatkan 1237 (13,86%) pasien pioderma dari 8919 kunjungan baru pasien kulit
dan prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 1-4 tahun. Di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar didapatkan angka kejadian pioderma
pada tahun2006, 2007, 2008 berturut-turut adalah 6,5% (287 kasus),6,23% (267
kasus), 4,5% (175 kasus) dari seluruh kunjungan pasien baru dan urutan tertinggi
sering berakibat fatal. Perubahan besar terjadi pada prognosis pasien dengan
B-lactamase. Pada awal tahun 1960 diperkenalkan metisilin sebagai obat yang
1
Tetapi penemuan metisilin tersebut diikuti oleh munculnya galur yang resisten
kali dilaporkan pada tahun 1961 di Inggris dan penyebarannya meningkat pesat ke
seluruh dunia, bahkan menjadi endemis di beberapa daerah pada awal tahun 1990.
Sampai saat ini pengobatan pioderma seringkali hanya berdasarkan gejala klinis
saja. Pemeriksaan kultur kuman dan uji sensitivitas obat tidak secara rutin
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin :
Pasien laki-laki datang dengan keluahan luka disertai bengkak pada kedua
tungkai. Pasien mengatakan lesinya muncul setelah banjir beberapa hari yang lalu.
Awalnya lesi terjadi di tungkai sebelah kanan lalu muncul di sebelah kiri. Lesi
awalnya berukuran kecil berisi cairan jernih dan keruh/bernanah. Lesi sangat gatal
dan tidak nyeri. Pasien sering menggaruknya sehingga membuat lesi pecah. Tidak
ada riwayat penggunaan obat. Tidak ada riwayat alergi makanan, maupun obat.
C. STATUS PRESENS
Kesadaran (Composmentis)
3
Gizi (Baik)
Hygiene (Sedang)
D. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Daerah tungkai kiri dan kanan bawah, pergelangan tungkai kiri,
Distribusi : Bilateral
4
E. RESUME
dan luka pada tungkai kirinya. Pasien mengatakan lesinya muncul setelah
banjir beberapa hari yang lalu. Awalnya lesi terjadi di tungkai sebelah kanan
lalu muncul di sebelah kiri. Lesi awalnya berukuran kecil berisi cairan jernih
dan keruh/bernanah. Lesi sangat gatal dan tidak nyeri. Pasien sering
obat. Tidak ada riwayat alergi makanan, maupun obat. Tidak ada riwayat
tungkai kiri dan kanan bawah, pergelangan tungkai kiri, dan punggung tungkai
F. DIAGNOSIS
DD/ Ektima
Furunkulosis
G. TERAPI
∫ u.e
∫ 2 dd 1
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada
dan daya invasifnya pada kulit lebih dalam daripada impetigo. Lesi pada
ektima awalnya mirip dengan impetigo, berupa vesikel atau pustul. Kemudian
langsung ditutupi dengan krusta yang lebih keras dan tebal daripada krusta
pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi berupa ulkus yang dalam dan
B. ETIOLOGI
C. EPIDEMIOLOGI
dengan higiene kurang seperti pengemis, para prajurit perang, dan pada
6
Ektima terdapat baik pada anak maupun dewasa, tempat predileksi di
D. PATOFISIOLOGI
yang tidak diterapi bisa menyerang ke lapisan kulit lebih dalam. Melalui
dengan krusta diatasnya. Lesi ektima bisa mengikuti lesi awal pioderma,
bedah, luka bakar, trauma, dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor
bakteri ini. 4
7
E. GEJALA KLINIS
di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Jika
kebersihan, serta bisa juga pada pasien-pasien diabetes. Lesi ektima yang
Penyakit ini dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas kulit
beberapa hari kemudian terbentuk krusta tebal dan kering yang sukar
dilepas dari dasarnya. Biasanya terdapat kurang lebih 10 lesi yang muncul.
“punched out appearance” atau berbentuk cawan dengan dasar merah dan
ekstremitas bawah. 4
F. FAKTOR RESIKO
4. Trauma 8
8
G. DIAGNOSIS
laboratorium yaitu pengecatan gram yang diambil dari dasar ulkus untuk
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Impetigo Krustosa
membentuk sebuah erosi, dan ketika isi dari vesikel ini mengering
9
2. Antraks
anthracis masuk melalui kulit yang lecet, abrasi, luka atau melalui
yang terlihat adalah demam tinggi, sakit kepala, ulcus dengan jaringan
oedema. 10,11
10
3. Ecthyma Gangrenosum
4. Furunkulosis
11
Gambar 4. Furunkel. Jaringan nekrosis hitam menempel erat di atas
ulkus.3
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Histologi
12
J. PENGOBATAN
a. Sistemik
mg/kgBB/dosis 4 kali/hari.
kali/hari.
b. Topikal
- Mupirocin
- Retapamulin
K. PROGNOSIS
L. KOMPLIKASI
13
DISKUSI
Pada anamnesis di dapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan luka dan
bengkak pada kedua tungkai yang dialami sejak banjir beberapa hari yang lalu.
Luka yang dirasakan tidak nyeri dan awalnya hanya berupa lesi kecil yang berisi
air yang sangat gatal kemudian di garuk sehingga menghasilkan krusta dan
berkerak.
Dari status dermatologi didapatkan ulkus pada tungkai kanan dan kiri yang
ditutupi oleh krusta tebal yang berwarna coklat kehitaman, eritema area sekitar
dan skuama pada pinggir lesi. Dengan ukuran yang bervariasi dari lentikular
sampai nummular dengan batas yang jelas. Dari kasus diatas dapat disimpulkan
bahwa sesuai dengan tinjuan pustaka gambaran klinis dari penyakit ektima yaitu
adanya ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berwarna coklat kehitaman.
yang memberikan gambaran yang dominan ialah krusta yang khas, berwarna
Diagnosis banding yang kedua adalah antraks. Dimana pada lesi antraks
yang berupa ulkus dengan jaringan nekrotik warna hitam di tengah dan dikelilingi
oleh vesikel-vesikel dan oedema. Namun, pada pasien tidak di dapatkan adanya
gejala konstitusi seperti pada pasien antraks, dan tidak ada riwayat kontak dengan
binatang sebelumnya.
Selain itu dapat diagnosis banding juga dengan ektima gangrenosum yang
penyebabnya adalah P.aeuroginosa yang muncul sebagai lesi yang khas berupa
14
papulovesikel yang dengan cepat berkembang sebagai ulkus nekrotik dengan
eritema di sekitarnya disertai eskhar hitam di tengahnya. Hanya saja pada ektima
gangrenosum ini juga didapatkan adanya gejala konstitusi. Dan pada ektima ulkus
ditengah terdapat pustule. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan
sistemik, obat topikal yang diberikan adalah Fusidic Acid 2%. Selain diberikan
obat topikal pasien juga diberikan obat sistemik berupa Cefadroxyl , meskipun lini
pertama dari penyakit ini adalah Dikloksasilin namun obat tersebut tidak tersedia
di Indonesia.
Selain terapi obat, KIE juga sangat penting untuk kesembuhan pasien
karena penyakit ini dapat diperparah oleh beberapa faktor, seperti menggaruk lesi
hingga pecah dan luka, menurunnya kondisi tubuh penderita, serta tidak
melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter. KIE yang diberikan kepada pasien
ini yaitu menjaga kebersihan agar tidak mudah terinfeksi oleh bakteri.
15
BAB V
KESIMPULAN
dermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya
terdapat pada tungkai bawah. Gejala klinis ektima diawali dengan adanya vesikel
atau pustule di atas kulit sekitar mengalami inflamasi, membesar yang kemudian
infeksi dan eradikasi kuman penyebab. Pengobatan yang utana adalah dengan
16
DAFTAR PUSTAKA
2006.254
6. Hunter John, eds. Bacterial Infections. In: Clinical Dermatology 5th Ed.
8. Bolognia J.L., Jorizzo J.L., dkk. Dermatology. 3rd rev. Ed. USA; Saunders
17
9. Oktadiputra E, Darmada IGK, Rusyati LMM. Laporan Kasus : Impetigo
Krustosa.
30.17
18