Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja (adolescence) adalah periode perkembangan selama individu


mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya
antara usia 13-20 tahun (Potter & Perry, 2006). Menurut Menteri Kesehatan RI
tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Semua
aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur
21-22 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18
tahun adalah masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir
(Monks, 2009 dalam Jayanti, 2015). Remaja pada masa pubertas akan mengalami
suatu perubahan fisik maupun psikis, dimana remaja laki-laki mengalami mimpi
basah dan remaja putri mengalami menstruasi.
Menstruasi merupakan perubahan secara fisiologis dalam tubuh wanita
yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Fitria, 2007
dalam Purba, 2014). Menstruasi atau haid sama tuanya dengan sejarah umat
manusia, namun sampai sekarang masih merupakan topik yang sangat menarik
minat sebagian besar kalangan wanita karena setiap bulannya wanita selalu
mengalami menstruasi dan sering mengalami nyeri. Nyeri yang dirasakan timbul
bersamaan dengan menstruasi, sebelum menstruasi atau bisa juga segera setelah
menstruasi. Nyeri saat menstruasi biasa disebut dengan dismenore.
dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai
dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut bawah (Judha, dkk 2012). Dismenore
dibedakan menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa disertai adanya kelainan pada
organ reproduksi. Dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan karena
adanya kelainan pada organ reproduksi (Andrini, 2014).

1
2

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Angka kejadian dismenore di
Amerika sekitar 60%, di Swedia 72%, dan di Indonesia angkanya diperkirakan
55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh dismenore (Marmi, 2013 dalam
Ramadani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Hassanudin didapatkan bahwa keluhan dismenore terbanyak antara
usia 13-15 tahun dengan 53,9% kasus dan dismenore derajat sedang dengan
47,3% kasus (Ricky Susanto, 2011 dalam Jayanti, 2015).
Angka kejadian dismenore di Provinsi Bali belum ada laporan secara
resmi, namun terdapat beberapa penelitan yang memamparkan angka kejadian
dismenore di Bali seperti yang dilakukan oleh Dewi (2014) di SMP Negeri 2
Sukawati menunjukkan bahwa remaja yang mengalami dismenore dengan skala
nyeri sedang sebanyak 55,6%, skala nyeri ringan 14,8% dan skala nyeri berat
29,6%. Menurut Andrini (2014) yang melakukan penelitian di SMA Negeri 1
Denpasar mengatakan bahwa dari remaja yang berusia 15 tahun, 87,5%
mengalami dismenore primer dan 12,5% tidak mengalami dismenore primer.
Remaja dengan usia 16 tahun, 76,9% mengalami dismenore primer dan 23,1%
tidak mengalami dismenore primer. Remaja dari usia 17 tahun, 53,3% mengalami
dismenore primer dan 46,7% tidak mengalami dismenore primer. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Jayanti (2015) di SMP Negeri 1 Kediri dapat diketahui
bahwa sekitar 37,3% responden mengalami nyeri mengganggu, tidak mengalami
nyeri sekitar 31,4%, hal ini berarti sebagian besar responden merasakan nyeri
yang mengganggu pada saat haid.
Suatu studi menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore
mengalami absen sekolah dan absen kerja satu sampai tiga hari per bulan atau
ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri
hebat. Tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit
berat sebanyak 47%. Sikap yang dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit,
remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum
obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang
tersering melakukan istirahat sekitar 92% (Mustaqimah, 2013).
3

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 28


Maret 2016 kepada remaja putri di SMK Negeri 1 Tabanan yang berjumlah 100
orang, di dapat hasil 75% remaja putri mengalami dismenore dan 25% tidak
mengalami dismenore. Dari remaja putri yang mengalami dismenore, sikap yang
dilakukan dalam mengatasi dismenore sebanyak 46,7% mengatakan mendiamkan
saja gejala nyeri yang dirasakan, 14,7% mengatasi nyeri haid dengan istirahat,
14,7% mengatakan minum obat untuk mengatasi dismenore, 6,7% mengatakan
tidak tahu cara penanganan dismenore, 5,3% menggunakan minyak kayu putih
pada daerah yang sakit dan minum air hangat, 4% mengatakan minum jamu dan
1,3% mengatakan meluruskan kaki ke tembok.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri saat haid yaitu
dengan cara banyak minum air putih, banyak mengkonsumsi buah dan sayuran,
lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau
punggung bawah atau mandi dengan air hangat, olahraga dapat menurunkan stress
sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri, cukup tidur karena kurang
tidur menyebabkan kelelahan sehingga lebih sensitif terhadap sakit, dan rasa nyeri
dapat dikurangi dengan obat pereda nyeri misalnya aspirin (Sarwono, 2007).
Sampai saat ini, remaja putri masih cenderung tidak menghiraukan rasa
nyeri yang dialami saat haid atau saat menstruasi. Hal ini bisa terjadi karena
kurangnya pemahaman tentang apa itu nyeri saat dismenore. Menurut Walgito
(2002) dalam Dewi (2014), pengetahuan dan sikap memiliki hubungan yang erat,
dimana pengetahuan dapat mempengaruhi sikap individu dalam mempersepsikan
objek dari hasil persepsi ini akan muncul pendapat atau keyakinan individu
mengenai objek sikap yang bersifat positif atau negatif .
Berdasarkan data di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang
Dismenore dengan Sikap Penanganan Dismenore di SMK Negeri 1 Tabanan”.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat


dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan tingkat
pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan sikap penanganan dismenore
di SMK Negeri 1 Tabanan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan sikap
penanganan dismenore di SMK Negeri 1 Tabanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore.
b. Mengidentifikasi sikap penanganan dismenore oleh remaja putri.
c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenore
dengan sikap penanganan dismenore.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau sebagai referensi
untuk penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Negeri 1 Tabanan terhadap
dismenore dan cara penanganannya.
5

E. Keaslian Penelitian

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang hampir
sama dengan penenliti anatara lain:
1. Putrie (2014) melakukan penelitian yang berjudul “hubungan antara tingkat
pengetahuan, usia menarche, lama menstruasi dan riwayat keluarga dengan
kejadian dismenore pada siswi di SMP Negeri 2 Kartasura Kabupaten
Sukoharjo”. Dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan
observasional dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel
menggunakan proportional random sampling dan didapatkan sampel sebanyak
69 responden. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan alpha 0,05.
Hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenore
dengan kejadian dismenore menunjukkan nilai p=0,781 > α=0,05. Hasil
hubungan usia menarche dengan kejadian dismenore menunjukkan nilai
p=0,363 > α=0,05. Hasil hubungan lama menstruasi dengan kejadian
dismenore menunjukkan nilai p=0,027 ≤ α=0,05. Kesimpulan dari penelitian
ini ada hubungan antara waktu yang lama riwayat keluarga dengan kejadian
dismenore pada siswi di SMP 2 Kartasura Sukoharjo, dan tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dan menarche, dengan kejadian dismenore pada
siswi di SMP 2 Kartasura Sukoharjo, tidak ada hubungan antara usia menarche
dengan kejadian dismenore pada siswi di SMP N 2 Kartasura, ada hubungan
antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada siswi di SMP N 2
Kartasura. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian
sebelumnya yaitu terletak pada tempat, waktu, populasi dan variable terikatnya,
dimana pada variabel terikatnya penulis lebih menekankan pada sikap
penanganan dismenore.
2. Wiretno (2014) melakukan penelitian yang berjudul “hubungan antara tingkat
pengetahuan menstruasi terhadap upaya penanganan dismenore pada siswi
SMA Negeri 1 Bungku Tengah”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi dengan upaya penanganan
6

dismenore pada siswi SMA Negeri I Bungku Tengah. Desain penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah survey analitik dengan pendekatan waktu secara
cross sectional. Jumlah sampel yang ditemukan 168 responden sesuai dengan
criteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner
dengan teknik Cluster Sampling. Penelitian ini menggunakan uji chi square
dengan alpha 0,05. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
ada hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi terhadap upaya
penanganan dismenore (p<0,02) ada hubungan antara Tingkat Nyeri Terhadap
Upaya Penanganan Dismenore (p<0,01). Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian yang telah dilakukan yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan
menstruasi dan tingkat nyeri terhadap upaya penanganan dismenore. Perbedaan
penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
jumlah polulasi, tempat penelitian, jumlah sampel dan variabel terikatnya,
dimana peneliti sebelumnya lebih menekankan pada upaya penanganan
dismenore, sedangkan pada variabel terikat penulis lebih menekankan pada
sikap penanganan dismenore.
3. Purba (2014) melakukan penelitian tentang “ hubungan pengetahuan dengan
perilaku penanganan dismenore di SMA Negeri 7 Manado”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahaui hubungan pengetahuan dengan
perilaku penanganan dismenore di SMA Negeri 7 Manado. Desain yang
digunakan peneliti adalah survey analitik dengan pendekatan waktu cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 239 orang. Metode
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan didapatkan sampel
sebanyak 66 responden. Penelitian ini menggunakan uji chi square dengan
alpha 0,05. Hasil penelitian didapatkan remaja putri terbanyak memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 54,5% dan perilaku penanganan dismenore
kurang sebanyak 50,0%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore di SMA Negeri 7
Manado. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti
sebelumnya yaitu pada jumlah populasi, jumlah sampel, tempat, dan variabel
terikat dimana penulis lebih menekankan dan sikap penanganan dismenore.

Anda mungkin juga menyukai